Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

OBAT KARDIOVASKULER
(Anti Anemia, Anti Pendarahan dan Anti Koagulasi)

KELOMPOK 6

Di Susun Oleh :

 Dara Fuji
 M. Irsal Fauzi
 Suci Fitriyani Amanda Kartini
 Sulthan Ziyan M.S
 Tinta Elita Mutiara Putri

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI

S1 KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat,
dan anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini dengan judul “ OBAT KARDIO
VASKULER” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2.

Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini. Namun
berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moril maupun
materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada kesempatan ini saya
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing kami sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami membutuhkan kritik
dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang. Akhir kata, besar harapan
kami agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Sukabumi, 13 September 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i


DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................................................2
A. Pengertian obat kardiovakuler..................................................................................................2
B. Jenis obat anti anemia dan cara kerjanya.................................................................................3
C. Jenis obat anti pendarahan dan cara kerjanya.......................................................................10
D. Jenis obat anti koagulasi dan cara kerjanya............................................................................13
BAB III : PENUTUP…...........................................................................................................22
A. Kesimpulan.............................................................................................................................22
B. Saran.......................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan salah satu penunjang sarana kesehatan. Segala macam penyakit tidak
dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan obat. Dengan penggunaan obat kita harus mengikuti
aturan – aturan tertentu karena obat dalam penggunaan yang digunakan dalam jumlah yang
berlebihan dapat meracuni sedangkan racun yang digunakan dalam jumlah sedikit justru
dapat menjadi obat bagi tubuh kita.
Salah satu dari obat yang sudah sering dipergunakan adalah uterotonik. Obat – obat
uterotonika tidak pernah lepas dari segala masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan. Masalah kehamilan dan persalinan merupakan masalah yang
riskan karena sangat erat dengan keselamatan jiwa seseoramg sehingga ironis sekali apabila
terjadi kesalahan walau hanya sedikit saja. Hal – hal yang perlu diketahui adalah mengenai
nama obat, tujuan penggunaan, mekanisme kerja, indikasi, kontra indikasi, efek samping,
cara pemakaian serta dosis yang digunakan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian obat kardiovaskuler ?


2. Apa jenis obat anti anemia dan cara kerjanya ?
3. Apa jenis obat anti pendarahan dan cara kerjanya ?
4. Apa jenis obat anti koagulasi dan cara kerjanya ?

C. Tujuan Penulisan
1. Membahas obat kardiovaskuler.
2. Dapat mengetahui jenis obat anti anemia dan cara kerjanya.
3. Dapat mengetahui jenis obat anti pendarahan dan cara kerjanya.
4. Dapat mengetahui jenis obat anti koagulasi dan cara kerjanya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian obat kardiovaskuler

Obat kardiovaskuler adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung dan
pembuluh darah.

B. Obat antianemia

Obat yang penting untuk Eritropoesis (faktor pertumbu-han sel darah


merah) normal yaitu: zat besi (Fe), Vit B12, dan asam folat. Obat-obat ini digunakan
untuk mengobati anemia dan dinamakan juga sebagai Hematinik.

BESI (fe) dan GARAM-GARAMNYA


Zat besi merupakan mineral yg diperlukan oleh semua sistem biologi di
dalam tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk:sintesis hemoglobin, sintesis
katekolamin, produksi panas dan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yg
diperlukan untuk produksi adenosin trifosfat yg terlibat dalam respirasi sel. Sekitar
70% zat besi yg ada dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial (66% dlm
hemoglobin, 3% dlm mioglobin sisanya pada enzim tertentu dan transferin), dan 30%
merupakan Fe yg nonesensial. Cadangan Fe pada wanita hanya 200-400 mg,
sedangkan pada pria kira-kira 1 gram.Defisiensi zat besi akan mengakibatkan anemia
yang menurunkan jumlah maksimal oksigen yang dapat dibawa oleh darah. Tanpa
diobati penyakit anemia dapat berlanjut kepada keadaan gagal jantung.

Farmakokinetik
Absorpsi:
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan jejunum
proksimal. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transfort aktif. Zat ini lebih
mudah diabsorpsi dalam bentuk fero. Ion fero yg sudah diabsorpsi akan diubah menjadi ion
feri dalam sel mukosa.. Selanjutnya ion feri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara
transferin, atau diubah menjadi feritin dan disimpan dalam sel mukosa usus. Bila cadangan
rendah atau kebutuhan meningkat, maka Fe yang baru diserap akan segera diangkut dari sel
mukosa ke sumsum tulang untuk eritropoesis.

Distribusi:
Setelah diabsorpsi, Fe dalam darah akan diikat oleh transferin untuk kemudian
diangkut ke berbagai jaringan, terutama ke sumsum tulang dan depot Fe.

Metabolisme:
Bila tidak digunakan dalam eritropoesis, Fe mengikat suatu protein yang disebut
apoferitin dan membentuk feritin. Fe disimpan terutama pada sel mukosa usus halus dan
dalam sel-sel retikuloendotelial (di hati, limpa dan sumsum tulang.
Ekskresi:
Jumlah Fe yang diekskresi setiap hari sedikit sekali (sekitar 0,5 -1 mg sehari).
Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan saluran cerna yg terkelupas,
keringat, urin, feses serta kuku dan rambut yg dipotong.
Kebutuhan Fe :
Laki-laki dewasa: 10 mg sehari
Wanita : 12 mg sehari
Wanita hamil dan menyusui: tambahan asupan 5 mg sehari.
Bila kebutuhan ini tidak dipenuhi, Fe yang terdapat di dalam gudang akan digunakan dan
gudang lambat laun menjadi kosong. Akibatnya timbul anemia defisiensi Fe.
Indikasi :
Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan Anemia
defisiensi Fe. Penggunaan diluar indikasi ini, cenderung menyebabkan penyakit penimbunan
besi dan keracunan besi.

Efek samping:
 Intoleransi terhadap sediaan oral,
Gejalanya: mual dan nyeri lambung, konstipasi, diare dan kolik.
Gangguan ini dapat dikurangi dengan mengurangi dosis atau dengan
pemberian sesudah makan, walaupun dg cara ini absorpsi dapat berkurang.
 Pemberian scr IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan berupa rasa
sakit, warna coklat pd tempat suntikan, peradangan lokal.
 Pada pemberian IV, dapat terjadi reaksi sistemik.
Reaksi yg dapat terjadi dlm 10 menit setelah suntikan adalah: sakit kepala,
nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardi, flushing, berkeringat, mual, muntah,
bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi.
Reaksi yg lebih sering timbul dalam ½ - 24 jam setelah suntikan: demam,
menggigil, rash, urtikaria,nyeri dada,rasa sakit pada seluruh badan dan
ensefalopatia, syok atau henti jantung.

Intoksikasi akut : dpt terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 g. Pada sal cerna terjadi iritasi,
korosi, sampai terjadi nekrosis.
Gejalanya: mual muntah, diare, hemetemesis serta feses berwarna hitam krn perdarahan
pada sal. Cerna., syok dan akhirnya kolaps kardiovaskular dg bahaya kematian.

Terapi intoksikasi akut adalah sbb.:


1. Diusahakan agar pasien muntah
2. Diberikan susu atau telur yang dapat mengikat Fe sbg kompleks protein Fe.
3. Bila obat diminum kurang dari 1 jam sebelumnya, dapat dilakukan bilasan
lambung dg larutan nat bikarbonat 1%.
4. Bila lebih dari 1 jam bilasan lambung dpt menyebabkan perforasi.
5. Untuk mengatasi efek toksik sistemik maupun lokal pemberian deferoksamin
(kelator) spesifik untuk besi.

DOSIS
Preparat Tablet Elemen besi tiap Dosis lazim untuk
tablet dewasa/hari
Fero sukfat (hidrat) 325 mg 65 mg 3-4
Fero glukonat 325 mg 36 mg 3-4
Furo fumarat 200 mg 66 mg 3-4
Fero fumarat 325 mg 106 mg 2-3

Sediaan Parenteral

Pemberian suntikan IM dan IV hanya dibenarkan bila pemberian oral tidak mungkin,
misalnya pasien intoleran thd sediaan oral atau pemberian oral tidak menimbulkan respons
terapeutik.
 Iron-dextran (imferon)- mengandung 50 mg Fe/ml (larutan 5%)

Secara IM: Dosis : 250 mg Fe untuk setiap gr kekurangan Hb. Hari pertama disuntikkan 50
mg, dilanjutkan dg 100-250 mg setiap hari atau beberapa hari sekali. Penyuntikan dilakukan
pada kuadran atas luar m. gluteus dan secara dalam untuk menghindari pewarnaan kulit.

Secara IV: Dosis permulaan tdk boleh melebihi 25 mg, diikuti dg peningkatan bertahan
untuk 2-3 hari sampai tercapai dosis 100 mg/hari. Harus diberikan perlahan-lahan yaitu: 25-
50 mg/menit.

VITAMIN B12

Vit B12 (Sianokobalamin) merupakan satu-satunya kelompok senyawa alam yg


mengandung unsur Co dengan struktur yg mirip derivat porfirin alam lain. Umumnya
senyawa dalam kelompok ini dinamakan kobalamin.

Fungsi metabolik
Vit B12 bersama asam folat sangat penting untuk metabolisme intrasel. Keduanya
dibutuhkan untuk sintesis DNA yang normal, sehingga defisiensi salah satu vitamin ini
menimbulkan gangguan produksi dan maturasi eritrosit (anemia megaloblastik). Defisiensi
Vit B12 juga menyebabkan kelainan neurologik. Bila tidak cepat diobati dapat membuat
pasien cacat seumur hidup.

Defisiensi Vit B12

Kekurangan vitamin B12 dapat disebabkan oleh:


 Kurangnya asupan
 Terganggunya absorpsi
 Terganggunya utilisasi
 Meningkatnya kebutuhan
 Destruksi yang berlebihan atau
 Ekskresi yang meningkat

Defisiensi kobalamin ditandai dengan gangguan hematopoesis, gangguan neurologi,


kerusakan sel epitel terutama epitel sal cerna dan debilitas umum.
Defisiensi vitamin B12 dapat didiagnosa dengan mengukur kadar vit B12 dalam plasma.

Kebutuhan vitamin B12


Orang sehat: kira-kira 1 mg sehari
Sumber vit B12 alami:
Mikroorganisme/bakteri dalam kolon manusia (ini tdk berguna sebab absorpsi vit B12
terutama berlangsung dalam ileum), jadi sumber utk memenuhi kebutuhan manusia adalah :
makanan hewani. Jeroan , kerang, kuning telur, susu kering bebas lemak dan makanan laut
(ikan sardin, kepiting)
Farmakokinetik

Absorpsi
Diabsorpsi dg baik dan cepat stlh pemberian IM dan SK.
Kadar puncak dalam plasma 1 jam setelah suntikan IM.
Absorpsi per oral berlangsung lambat di ileum.Kadar puncak dicapai 8-12 jam setelah
pemberian 3 mg.
Distribusi
Setelah diabsorpsi, hampir semua vit B dalam darah terikat dengan protein plasma.
Selanjutnya akan diangkut ke berbagai jaringan, terutama hati. (50-90%). Kadar normal vit
B12 dlm plasma adalah 200-900 pg/mL dg simpanan 1-10 mg dalam hepar.

Metabolisme dan ekskresi


 Di dalam hati Sianokobalamin maupun hidroksokobalamin akan diubah menjadi
koenzim B12 .
 Ekskresi melalui saluran empedu: 3 -7 mg sehari harus direabsorpsi dg perantaraan
FIC.Ekskresi bersama urin hanya terjadi pada bentuk yg tidak terikat protein.
 Bila kapasitas ikatan protein dari hati, jaringan dan darah telah jenuh, vit B bebas
akan dikeluarkan bersama urin.Vit B dapat menembus sawar uri dan masuk ke
dalam sirkulasi bayi.

SEDIAAN :
Vit B12 tersedia dalam bentuk tablet untuk pemberian oral dan larutan untuk
suntikan. Cara pemberian yg terbaik adalah secara IM atau SK yang disuntikkan dalam.
DOSIS :
 Anemia pernisiosa: 1 -10 mg sehari yg diberikan selama 190 hari.
 Terapi awal: dosis 100 mg sehari parenteral selama 5 – 10 hari.
 Terapi penunjang: dosis pemeliharaan 100-200 mg sebulan sekali sampai diperoleh
remisi yg lengkap (jumlah eritrosit dalam darah +4,5 juta/mm3) dan morfologi
hematologik berada dalam batas-batas normal.

ASAM FOLAT
Asam folat (PmGA) terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam paraaminobenzoat dan
asam glutamat.
PmGA bersama-sama dengan konjugat yang mengandung lebih dari satu asam glutamat,
membentuk suatu kelompok zat yang dikenal sebagai folat.

Fungsi Metabolik
PmGA merupakan prekursor inaktif dari beberapa koenzim yg berfungsi pada
transfer unit karbon tunggal.
Kebutuhan Folat
Rata-rata 50 g sehari, dalam bentuk PmGA
DEFISIENSI FOLAT
Defisiensi folat sering merupakan komplikasi dari:

1. Gangguan di usus kecil

2. Alkoholisme yg menyebabkan asupan makanan buruk

3. Efek toksik alkohol pada sel hepar dan

4. Anemia hemolitik yg menyebabkan laju malih eritrosit tinggi.

5. Obat-obat yang dapat menurunkan kadar folat dalam plasma:

Metotreksat, trimetoprim (yang dapat menhambat enzim dihidrofolat reduktase)


Fenitoin dan antikonvulsan lain, kontrasepsi oral (yang mengadakan
interaksi pada absorpsi dan penyimpanan folat).
Defisiensi folat terutama akan memperlihatkan gangguan pertumbuhan.
Gejala klinik :
Gejala defisiensi folat yang paling menonjol adalah:
 Hematopoesis megaloblastik (menyerupai anemia defisiensi vitaminb B 12),
glositis,diare dan penurunan BB.
 Pada asam folat tidak terdapat kerusakan mielin sehingga tidak Ada gangguan
neurologik.,
Farmakokinetrik
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali. Terutama di 1/3 bag varoksimal usus
halus. 2/3 dari asam folat yg terdapat dlm plasma darah terikat pada protein yg tidak difiltrasi
ginjal. Distribusinya merata ke semua jaringan dan terjadi penumpukkan dalam cairan
cerebrospinal Ekresi berlangsung melalui ginjal, sebagian besar dlm bentuk metabolit.
Indikasi
Penggunaan folat adalah pada pencegahan dan pengobatan defisiensi folat.
Kebutuhan asam folat meningkat pada wanita hamil, sekurang kurangnya 500 mg per hari.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan kuat antara individu antara defisiensi asam
folat pada ibu dengan insiden defek neural tuibe, spt spina bifida dan anensefalus pada bayi
yg dilahirkan.
Dosis
Tergantung dari beratnya anemia dan komplikasi yg ada.
Untuk diagnostik: 0,1 mg per oral selama 10 hari.
Terapi awal
pada defisiensi folat tanpa komplikasi: 0,5-1 mg sehari secara oral selama 10 hari.
Terapi selanjutnya: 0,1-0,5 mg sehari Untuk pasien anemia hemolitik: 1 atau 2 x 1 mg tiap
hari.
SEDIAAN
Asam folat tersedia dlm bentuk tablet yg mengandung 0,4; 0,8 dan 1 mg asam
pteroliglutamat dan dalam larutan injeksi asam folat 5 mg/mL. Juga terdapat dalam berbagai
sediaan multivitamin.
OBAT LAIN:
Riboflavin, Piridoksin. Kobal,tembaga.
ERITROPOIETIN
Eritropoietin adalah suatu glikoprotein dengan berat molekul 34-39 DA,merupakan
faktor pertumbuhan sel darah merah yg diproduksi terutama oleh ginjal dalam sel peritubuler
dan tubuli proksimalis.
FARMAKODINAMIK
Bila terjadi anemia maka eritropoietin diproduksi lebih banyak oleh ginjal, dan hal
ini merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah bmerah lebih banyak.
Pada pasien normal: kadar eritropoietin serum kurang dari 20 IU/L.
Pada keadaan anemia berat: 100-500 IU/L atau lebih.
FARMAKOKINETIK
Setelah pemberian intravena masa paruh eritropoietin pada pasien gagal ginjal kronik sekitar
4-13 jam.
INDIKASI
Eritropoietin terutama diindikasikan untuk anemia pada pasien gagal ginjal kronik.
Pemberian eritropoietin dapat meningkatkan kadar hematokrit dan hemoglobin, dan
mengurangi/menghindarkan kebutuhan transfusi.
Dosisnya: 50-150 IU/kg secara IV atau subkutan 3 x seminggu.
Untuk pasien anemia akibat gangguan primer atau sekunder pada sumsum tulang kurang
memberikan respon terhadap pemberian eritropoietin. Untuk pasien ibi dosisnya lebih tinggi,
sekitar 150-300 IU/L 3 x seminggu.
EFEK SAMPING
Hipertensi bertambah berat, paling sering akibat peningkatan hematokrit yg terlalu cepat.

C. ANTI PENDARAHAN

I. Pengertian anti pendarahan


Obat anti pendarahan atau hemostatik adalah obat yang digunakan untuk menghentikan
pendarahan
II. Macam obat anti pendarahan
1.Methyergometrin
Nama dagang : bledstop (sanbe), Methergin (Novartis), Pospargin (kalbe farma)
Cara Kerja Obat :
Methyergometrine adalah derivate semisintetik dari alkaloid alami yaitu ergometrine
dan senyawa spesifik uterotenik. Dibandingkan dengan golongan alkaloid ergotamine, efek
pada pembuluh darah perifer lemah
Indikasi
a. Penangan aktif pada tahap 3 kelahiran
b. Pendarahan uterin yang terjadi setelah pemisahan plasenta, uterin antony
c. Subinvolusi dari puerperal uterus, lochiometra
d. Pendarahan uterin karena abors
Kontra Indikasi
a. Tahap pertama dan kedua kelahiran bayi sebelum munculnya kepala
b. Inersia uterin primer dan sekunder, hipertensi, toksemia, penyakit pembuluh darah
oklusif, sepsis dan hipersensivitas, kerusakan fungsi hati dan ginjal
Dosis
a. Peningkatan uterin involusi: 0.125 mg 3 kali sehari, umumnya untuk 3 atau 4 hari
b. Pendarahan puerperium, subinvolusi, lochiometra : 0.125 mg atau 0.25 m, 3 kali
sehari
Efek samping
a. Mula, muntah dan sakit abdominal dapat terjadi pada dosis besar
b. Telah ditemui laporan mengenai erupsi kulit, berkeringan, pusing, penglihatan kabur,
sakit kepala atau reaksi kardiovaskuler, vertigo, takikardia atau bradikardia, sakit
dada dan reaksi vasopatik perifer.
c. Reaksi anafilaksis sangat jarang
d. Tekanan darah naik (terutama pada penderita hipertensi kronik atau preeklamsia)
2. Tranexamic Acid
Nama Dagang : KALNEX (kalbe), Plasminex ( sanbe), Trasamin (otto).
Cara kerja obat :
Aktifitas antiplasminik
Menghambat aktifitas dari aktifaktor plasmonogen dan plasmine. Aktifitas anti
plasminik telah dibuktikan dengan berbagai percobaan “ in vitro” penemuan aktifitas plamin
dalam darah dan aktifitas plasma setempat, setelah diberikan pada tubuh manusia.
Aktifitas Hemostatis
Mencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan kerapuan faskuler dan
pemecahan factor koagulasi. Efek ini terlihat secara klinis dengan berkurangnya waktu
pendarahan dan lama pendarahan.
Indikasi
a. Untuk fibrinolosis local seperti: epistaksi, prostaktetomi, konisasi servik,
b. Edema angioneurotonik herediter
c. Pendarahan abnormal sesudah operasi
d. Pendaragan sesudah operasi gigi dan penderita hemophilia

Dosis dan cara pemberian


a. Klanex kapsul 250 mg
Dosis lazim secara oral untuk dewasa: 3-4 kali sehari, 1-2 kapsul
b. Klanex tablet 500 mg
Dosis lazim secara oral untuk dewasa: 3-4 kali sehari, 1 tablet
c. Kalmex 50 mg injeksi
Sehari 1-2 ampul (5-10ml) disuntikan secara intravena atau intramuscular,
dibagi dalam 1-2 disis. Pada waktu atau setelah operasi, bila diperlukan dapat
diberikan 2-10 ampul (10-50 ml) dengan infuse intravena.
d. Kalmex 100 mg injeksi
2.5 – 5 ml perhari disuntikan secara intravena atau intra muscular dibagi
dalam 1-2 dosisi. Pada waktu atau setelah operasi bila dperlukan dapat diberiklan
sebanyak 5-25 ml dengan cara infuse intravena.
Efek samping
a. Gangguan-gangguan gastrointestinal, mual,muntah, anaroreksia, pusing,
ekstantema dan sakit kepala dapat timbul pada pemberian secara oral. Gejala-
gejala ini menghilang dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya
b. Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabakan pusing dan impotensi
3. Asam Aminokaproat
Cara Kerja Obat:
Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing sari activator plasminogen dan
penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan mengahncurkan fibrinogen atau fibrin dan
factor pembekuan darah lain. Pleh karena itu, asam aminokaproat dapat mengatasi
pendarahan berat akibat fibrinologis yang berlebihan. Dugaan adanya fibrinologis yang
berlebihan dapat disasarkan atas hasil tes laboratorium berupa waktu thrombin dan
protrombin yang memanjang, hipofibrinogenemia atau kadar plasmanogen yang menurun.
Indikasi
Asam aminokaproat digunakan untuk mengatasi hematuria yang berasal dari
kandung kemih. Prostate atau uretra pada penderita yang mengalami rostatektomi
transurethral atau suprapublik, asam aminokoprat mengurangi hematuria pasca bedah secara
bermakna. Akan tetapi, penggunaan harus dibatasi pada penderita dengan pendarahan berat
yang penyebab pendarahannya tidak dapat diperbaiki. Asam aminokoprat juga dapat
digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek trombolitik streptokinase dan urokinase
yang merupakan activator plasminogen.
Dosis
Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 per oral atau infuse IV, secara lambat, lalu 1 gram
tiap jam atau 6 gram tiap 6 jam bila fungsi normal, dengan dosisi tersebut dihasilkan kadar
terapi efektif 13 mg/dl plasma. Pada pasien penyakit ginjal atau oliguria diperlukan dosis
lebih kecil. Anak-anak 100 mg/kg BB tiap 6 jam untuk 6 hari. Bila digunakan IV asam
aminokaproat harus dilarutkan ringer. Namun masih diperlukan bukti lebvih lanjut mengenai
keamanan penggunaan obat ini jangka panjang untuk dosis di atas
Efek samping
Asam aminokaproat dapat menyeb Abakan prutius, eriterma konjungtiva dan hidung
tersumbat. Efek samping yang paling berbahaya adalah thrombosisi umum karena itu
penderita yang mendapatkan obat ini harus diperikasa mekanisme hemostatik.
Asam Traneksamat
Asam traneksamat mempunyai indikasi dan cara kerja obat yang sama dengan asam
aminoproat tetapi 10 kali lebih paten dengan efek samping yang lebih ringan. Asam
traneksamat cepat diabsorsi dari saluran cerna, sampai 40% dari satu dosis oral dan 90 % dari
1 dosis IV diekresi melalui urin dalam 24 jam. Obat ini dapat melalui sawar urin.
Dosis
Dosisi yng dianjurkan 0.5 – 1 gram diberiklan 2-3 kali sehari secara IV lambat
sekurangnya dalam waktu 5 menit. Cara pemberian lain perorang 1-1.5 gram, 2-3 kali/hari
pada pasien gagal ginjal dikurangi.

D. Antikoagulan

Obat antikoagulan adalah obat yang bekerja untuk mencegah penggumpalan darah.
Seringkali obat antikoagulan disebut juga sebagai obat pengencer darah. Namun sebenarnya
obat antioagulan tidak mengencerkan darah, melainkan memperpanjang waktu darah untuk
membeku. Proses pembekuan darah berperan penting untuk menghentikan perdarahan jika
terjadi luka. Akan tetapi, jika darah yang membeku dan menggumpal terbentuk di tempat
yang tidak semestinya, seperti otak, jantung, atau paru-paru justru berbahaya dikarenakan
dapat menyumbat dan menghentikan aliran darah menuju organ tersebut.

Obat antikoagulan bekerja dengan cara menghambat kerja protein yang terlibat dalam
proses pembekuan darah, yang disebut faktor pembekuan darah. Umumnya obat antikogaulan
digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit seperti:

 Fibrilasi atrium.

 Serangan jantung.

 Penyakit jantung bawaan.

 Stroke dan TIA.

 Deep vein thrombosis.

 Emboli paru.

Beberapa keadaan lain dapat membuat darah Anda mudah menggumpal, dan dokter
dapat memberikan antikoagulan untuk mencegah penggumpalan darah. Keadaan-keadaan
tersebut, antara lain:

 Baru menjalani operasi penggantian lutut atau panggul.

 Menjalani operasi penggantian katup jantung.

 Memiliki kondisi di mana darah cenderung membeku (thrombophilia), seperti


antiphospholipid syndrome.

Terdapat beberapa golongan antikoagulan yang sudah diklasifikasikan, yaitu:


 Warfarin. Warfarin termasuk golongan obat antikoagulan coumarin yang bekerja
dengan menghambat kerja vitamin K di dalam darah. Vitamin K berperan penting
dalam pembekuan darah, terutama untuk mengaktifkan beberapa faktor pembekuan
darah. Jika kerja vitamin K dihambat oleh warfarin, maka darah akan membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk membeku.

 Penghambat faktor Xa. Obat antikoagulan ini bekerja dengan menghambat kerja
faktor Xa yang berperan dalam proses pembekuan darah, baik pada darah yang sudah
menggumpal maupun yang belum. Contoh obat golongan ini antara lain adalah
fondaparinux, rivaroxaban, dan apixaban.

 Heparin. Heparin merupakan obat antikoagulan yang berperan dalam menghambat


thrombin sekaligus menghambat faktor Xa yang berperan dalam pembekuan darah.
Terdapat dua jenis heparin, yaitu high molecular weight atau unfractionated heparin
(UFH), dan low molecular weight heparin (LMWH). UFH biasa disebut dengan
heparin saja, sedangkan contoh obat golongan LMWH antara lain adalah enoxaparin,
nadroparin, dan parnaparin.

 Penghambat thrombin. Penghambat thrombin merupakan obat antikoagulan yang


berfungsi mencegah aktivasi thrombin yang berperan dalam pembekuan darah.
Contoh obat golongan ini adalah dabigatran.

Peringatan:

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat akan menggunakan obat antikoagulan, antara
lain adalah:

 Konsultasikan kepada dokter bila Anda memerlukan obat antikoagulan saat


kehamilan dan menyusui, dokter akan memberikan obat antikoagulan yang sesuai.

 Jika akan menjalani pembedahan, endoskopi, maupun tindakan pengobatan dan


diagnosis lainnya, informasikan kepada dokter jika sedang mengonsumsi obat
antikoagulan. Jika diperlukan, obat antikoagulan akan dihentikan selama beberapa
waktu.

 Jika mengonsumsi warfarin, konsultasikan kepada dokter terkait makanan, minuman,


obat, maupun suplemen yang dapat memengaruhi kinerja warfarin.

 Diskusikan mengenai penggunaan obat antikoagulan bila Anda memiliki penyakit


ginjal, penyakit liver, gangguan pembekuan darah, diabetes, hipertensi, dan gangguan
keseimbangan.

 Beberapa jenis antikoagulan membutuhkan pemeriksaan darah secara rutin untuk


memastikan efektivitas dan keamanannya.

 Diskusikan dengan dokter anak Anda untuk penggunaan obat antikoagulan pada
anak-anak, guna mendapat jenis dan dosis yang tepat.

 Beri tahu dokter semua obat-obatan yang sedang Anda gunakan atau konsumsi, bila
Anda direncanakan untuk menggunakan obat antikoagulan.

Perdarahan merupakan efek samping yang paling mungkin terjadi, karena obat-obatan ini
mengakibatkan darah lebih lama membeku. Beberapa keluhan yang mungkin muncul saat
penggunaan obat antikoagulan adalah:

 Terdapat darah pada urine dan feses atau feses berwarna hitam.

 Memar-memar.

 Menstruasi yang berlebihan pada wanita.

 Mimisan.

 Muntah atau batuk mengandung darah.

 Gusi berdarah
Dosis Antikoagulan

Berikut ini adalah jenis-jenis obat yang termasuk ke dalam golongan antikoagulan.
Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai efek samping, peringatan, atau interaksi dari
masing-masing antikoagulan, silahkan lihat pada halaman Obat A-Z.

Warfarin

Merek dagang Warfarin: Notistil, Simarc-2

Bentuk obat: Oral

 Kondisi: pengobatan dan pencegahan deep vein thrombosis (DVT)


Dosis awal: 5 atau 10 mg/hari dengan dosis rumatan (maintenance) 3-9 mg/hari,
disesuaikan dengan pemeriksaan INR dari darah

Fondaparinux

Merek dagang Fondaparinux: Arixtra

Bentuk obat: Suntik

 Kondisi: Trombosis vena luar


Dosis: 2,5 mg satu kali sehari selama 30-45 hari.

 Kondisi: DVT
Dosis: 5-10 mg satu kali sehari disesuaikan dengan berat badan.

 Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT pada operasi perut dan tulang.


Dosis: 2,5 mg sekali sehari, dimulai saat 6-8 jam setelah operasi. Suntikan dapat
dilanjutkan sampai dengan 5-32 hari.

Rivaroxaban

Merek dagang Rivaroxaban: Xarelto


Bentuk obat: oral

 Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT setelah operasi.


Dosis: 10 mg sekali sehari, dimulai 6-10 jam setelah operasi. Obat dilanjutkan
sampai 5 minggu setelah operasi penggantian panggul dan 12-14 hari setelah operasi
penggantian lutut.

 Kondisi: Pengobatan DVT dan emboli paru.


Dosis: 15 mg dua kali sehari selama 3 minggu. Setelah itu diikuti dengan 20 mg satu
kali sehari untuk pengobatan lanjutan dan pencegahan kambuhnya penyakit.

 Kondisi: Pencegahan komplikasi stroke dan penyakit emboli lain pada penyakit
fibrilasi atrium.
Dosis: 20 mg satu kali sehari dan dikonsumsi pada sore hari.

Apixaban

Merek dagang Apixaban: Eliquis

Bentuk obat: oral

 Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT setelah operasi


Dosis: 2,5 mg dua kali sehari, dimulai 12-24 jam setelah operasi. Obat dilanjutkan
sampai 32-38 setelah operasi penggantian panggul dan 10-14 hari setelah operasi
penggantian lutut.

 Kondisi: Pengobatan DVT dan emboli paru.


Dosis: 2,5 mg dua kali sehari selama 7 hari. Setelah itu diikuti dengan 5 mg dua kali
sehari dan 2,5 mg dua kali sehari selama minimal 6 bulan untuk mencegah
kekambuhan.

 Kondisi: Pencegahan komplikasi stroke dan penyakit emboli lain pada penyakit
fibrilasi atrium
Dosis: 5 mg dua kali sehari. Usia ≥ 80 tahun dan berat badan ≤ 60 kg: 2,5 mg dua
kali sehari.

Heparin

Merek dagang Heparin: Hico, Inviclot

Bentuk obat: suntik

 Kondisi: Emboli arteri perifer, serangan jantung, DVT, emboli paru


Dewasa: 75-80 U/kg berat badan (BB) atau 5.000-10.000 disuntikkan melalui
pembuluh darah vena (IV), diikuti dengan 18 U/kgBB atau 1.000-2.000 U/jam
melalui infus.
Anak: 50 U/kgBB IV, diikuti dengan infus 15-25 U/kgBB/jam.

 Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT setelah operasi


Dosis: 5.000 U secara suntikan SC diberikan 2 jam sebelum operasi, kemudian
diberikan 2-3 kali sehari selama 7 hari atau sampai pasien dapat bergerak aktif.

 Kondisi: DVT
Dewasa: 15.000-20.000 U SC dua kali sehari atau 8.000-10.000 U SC tiga kali
sehari.
Anak-anak: 250 U/kgBB SC dua kali sehari.

Enoxaparin

Merek dagang Enoxaparin: Lovenox

Bentuk obat: suntik

 Kondisi: Serangan jantung


Dewasa: 30 mg (3.000 u) IV diberikan bersama 1 mg/kgBB SC. Lalu dilanjutkan
dengan 1mg/kgBB (100 u/kg) melalui SC dua kali sehari selama 8 hari atau sampai
keluar dari rumah sakit. Dua suntikan pertama yang diberikan bersamaan (IV dengan
SC) tidak boleh melebihi 100 mg (10.000 u).
Pasien yang direncanakan pasang ring akan ditambahkan dosis 300 mcg/kgBB
(30u/kgBB) melalui IV yang diberikan saat tindakan, bila suntikan terakhir lebih dari
8 jam.
Usia ≥ 75 tahun: 750 mcg/kgBB (75 u/kgBB) dua kali sehari, dengan dosis
maksimum 75 mg (7.500 u) pada 2 suntikan pertama.

 Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT akibat operasi (Subkutan)


Dewasa: 20-40 mg (2.000-4.000 u) sekali sehari selama 7-14 hari sampai pasien
dapat bergerak aktif, dosis pertama diberikan 10 jam-2 jam sebelum operasi. Untuk
operasi penggantian panggul, pengobatan dilanjutkan sampai 3 minggu setelah
operasi dengan dosis 40 mg (4.000 u) sekali sehari.
Anak: 500-750 mcg/kgBB (50-75 u/kgBB) dua kal sehari.

 Kondisi: Pengobatan deep vein thrombosis


Dewasa: 1 mg/kgBB (100 u/kgBB) dua kali sehari atau 1.5 mg/kgBB (150 u/kgBB)
satu kali sehari.
Anak: 1-1,5 mg/kgBB (100-150 u/kgBB) dua kali sehari.

 Kondisi: Pencegahan gumpalan darah saat cuci darah


Dewasa: 1 mg/kgBB (100 u/kgBB) disuntikan melalui selang arteri yang menuju
mesin saat mulai cuci darah. Suntikan dapat diulang bila diperlukan.

Nadroparin

Merek dagang Nadroparin: Fraxiparine

Bentuk obat: suntik

 Kondisi: Serangan jantung


Dewasa: 86 units/kgBB SC dua kali sehari selama 6 hari. Dosis pertama dapat
diberikan melalui IV.
 Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT akibat operasi (Subkutan)
Dewasa: 2850 units sekali sehari selama 7 hari atau sampai pasien bergerak aktif,
suntikan pertama diberikan 2-4 jam sebelum operasi (pasien risiko sedang).
38-57 units/kgBB sekali sehari, diberikan 12 jam sebelum operasi, lalu 12 jam
setelah operasi, dan dilanjutkan sampai 10 hari.

 Kondisi: Pengobatan deep vein thrombosis


Dosis: 85 units/kgBB dua kali sehari atau 171 units/kgBB/hari sekali sehari.

 Kondisi: Pencegahan gumpalan darah saat cuci darah


Dewasa: 2.850 units (BB< 50kg), 3.800 units (BB 50-69 kg), 5.700 units (BB ≥ 70
kg), disuntikan melalui selang arteri yang menuju mesin saat mulai cuci darah.

Parnaparin

Merek dagang Parnaparin: Fluxum

Bentuk obat: suntik

 Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT akibat operasi (Subkutan)


Dewasa: 3.000-4.250 units, diberikan 12 jam-2 jam sebelum operasi sampai dengan
7-10 hari setelah operasi.

 Kondisi: Pengobatan DVT


Dosis: 6.400 units selama 7-10 hari

Bivalirudin

Bentuk obat: suntik

 Kondisi: Sebagai antikoagulan pada pemasangan ring


Dosis awal: 0,75 mg/kgBB IV. Kemudian diberikan 1,75 mg/kg/jam selama prosedur
hingga 4 jam pasca pemasangan. Obat dapat diteruskan 0,2 mg/kg/jam sampai 20
jam setelah pemasangan
Dabigatran

Merek dagang Dabigatran: Pradaxa

Bentuk obat: oral

 Kondisi: Pencegahan DVT pasca operasi


Dewasa: 110 mg diberikan 1-4 jam setelah operasi. Lalu dilanjutkan 220 mg sekali
sehari pada hari selanjutnya sampai dengan 10 hari (operasi penggantian lutut) atau
28-35 hari (operasi penggantian panggul).
Lansia ≥ 75 tahun: Dimulai 75 mg, diberikan 1-4 jam setelah operasi, lalu diikuti
dengan 150 mg sekali sehari pada hari selanjutnya sampai 10 hari (operasi
penggantian lutut) atau 28-35 hari (operasi penggantian panggul).

 Kondisi: Fibrilasi atrium


Dewasa: 150 mg dua kali sehari.
Lansia ≥ 75 tahun: 110 mg dua kali sehari.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.

Pembahasan obat yang berpengaruh terhadap suatu alat tubuh akan lebih mudah di
pahami bila fisiologi dan patofisiologi alat tubuh tersebut di mengerti, karena reaksi alat
tubuh yang sakit terhadap obat mungkin berbeda dari reaksi alat tubuh yang sehat.

Sistem kardiovaskuler adalah suatu sistem yang sangat dinamik,yang harus mampu
berdaptasi cepat terhadap perubahan mendadak. Perubahan terkanan darah, kerja dan
frekuensi jantung serta komponen kardiovaskuler lain merupakan resultante dari berbagai
faktor pengatur yang bekerja secara serentak.

B. Saran.
Dengan makalah ini, kami harapkan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan
tentang apa itu obat kardiovaskuler didalam bidang kesehatan dan cara kerja obat. Kami
berharap mampu memahami dan mengaplikasikannya dalam asuhan keperawatan. Kami
sangat berharap kritikan dan saran yang dapat membangun saya untuk lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

https://rifkihidayat08.blogspot.com/2014/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

https://solusisehat-syakira.blogspot.com/2012/07/obat-antianemia.html

https://annasalsabilah.blogspot.com/2012/10/anti-pendarahan.html

https://www.alodokter.com/antikoagulan

Anda mungkin juga menyukai