OBAT KARDIOVASKULER
(Anti Anemia, Anti Pendarahan dan Anti Koagulasi)
KELOMPOK 6
Di Susun Oleh :
Dara Fuji
M. Irsal Fauzi
Suci Fitriyani Amanda Kartini
Sulthan Ziyan M.S
Tinta Elita Mutiara Putri
S1 KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat,
dan anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini dengan judul “ OBAT KARDIO
VASKULER” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2.
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini. Namun
berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moril maupun
materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada kesempatan ini saya
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing kami sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami membutuhkan kritik
dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang. Akhir kata, besar harapan
kami agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan salah satu penunjang sarana kesehatan. Segala macam penyakit tidak
dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan obat. Dengan penggunaan obat kita harus mengikuti
aturan – aturan tertentu karena obat dalam penggunaan yang digunakan dalam jumlah yang
berlebihan dapat meracuni sedangkan racun yang digunakan dalam jumlah sedikit justru
dapat menjadi obat bagi tubuh kita.
Salah satu dari obat yang sudah sering dipergunakan adalah uterotonik. Obat – obat
uterotonika tidak pernah lepas dari segala masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan. Masalah kehamilan dan persalinan merupakan masalah yang
riskan karena sangat erat dengan keselamatan jiwa seseoramg sehingga ironis sekali apabila
terjadi kesalahan walau hanya sedikit saja. Hal – hal yang perlu diketahui adalah mengenai
nama obat, tujuan penggunaan, mekanisme kerja, indikasi, kontra indikasi, efek samping,
cara pemakaian serta dosis yang digunakan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Membahas obat kardiovaskuler.
2. Dapat mengetahui jenis obat anti anemia dan cara kerjanya.
3. Dapat mengetahui jenis obat anti pendarahan dan cara kerjanya.
4. Dapat mengetahui jenis obat anti koagulasi dan cara kerjanya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Obat kardiovaskuler adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung dan
pembuluh darah.
B. Obat antianemia
Farmakokinetik
Absorpsi:
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan jejunum
proksimal. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transfort aktif. Zat ini lebih
mudah diabsorpsi dalam bentuk fero. Ion fero yg sudah diabsorpsi akan diubah menjadi ion
feri dalam sel mukosa.. Selanjutnya ion feri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara
transferin, atau diubah menjadi feritin dan disimpan dalam sel mukosa usus. Bila cadangan
rendah atau kebutuhan meningkat, maka Fe yang baru diserap akan segera diangkut dari sel
mukosa ke sumsum tulang untuk eritropoesis.
Distribusi:
Setelah diabsorpsi, Fe dalam darah akan diikat oleh transferin untuk kemudian
diangkut ke berbagai jaringan, terutama ke sumsum tulang dan depot Fe.
Metabolisme:
Bila tidak digunakan dalam eritropoesis, Fe mengikat suatu protein yang disebut
apoferitin dan membentuk feritin. Fe disimpan terutama pada sel mukosa usus halus dan
dalam sel-sel retikuloendotelial (di hati, limpa dan sumsum tulang.
Ekskresi:
Jumlah Fe yang diekskresi setiap hari sedikit sekali (sekitar 0,5 -1 mg sehari).
Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan saluran cerna yg terkelupas,
keringat, urin, feses serta kuku dan rambut yg dipotong.
Kebutuhan Fe :
Laki-laki dewasa: 10 mg sehari
Wanita : 12 mg sehari
Wanita hamil dan menyusui: tambahan asupan 5 mg sehari.
Bila kebutuhan ini tidak dipenuhi, Fe yang terdapat di dalam gudang akan digunakan dan
gudang lambat laun menjadi kosong. Akibatnya timbul anemia defisiensi Fe.
Indikasi :
Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan Anemia
defisiensi Fe. Penggunaan diluar indikasi ini, cenderung menyebabkan penyakit penimbunan
besi dan keracunan besi.
Efek samping:
Intoleransi terhadap sediaan oral,
Gejalanya: mual dan nyeri lambung, konstipasi, diare dan kolik.
Gangguan ini dapat dikurangi dengan mengurangi dosis atau dengan
pemberian sesudah makan, walaupun dg cara ini absorpsi dapat berkurang.
Pemberian scr IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan berupa rasa
sakit, warna coklat pd tempat suntikan, peradangan lokal.
Pada pemberian IV, dapat terjadi reaksi sistemik.
Reaksi yg dapat terjadi dlm 10 menit setelah suntikan adalah: sakit kepala,
nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardi, flushing, berkeringat, mual, muntah,
bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi.
Reaksi yg lebih sering timbul dalam ½ - 24 jam setelah suntikan: demam,
menggigil, rash, urtikaria,nyeri dada,rasa sakit pada seluruh badan dan
ensefalopatia, syok atau henti jantung.
Intoksikasi akut : dpt terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 g. Pada sal cerna terjadi iritasi,
korosi, sampai terjadi nekrosis.
Gejalanya: mual muntah, diare, hemetemesis serta feses berwarna hitam krn perdarahan
pada sal. Cerna., syok dan akhirnya kolaps kardiovaskular dg bahaya kematian.
DOSIS
Preparat Tablet Elemen besi tiap Dosis lazim untuk
tablet dewasa/hari
Fero sukfat (hidrat) 325 mg 65 mg 3-4
Fero glukonat 325 mg 36 mg 3-4
Furo fumarat 200 mg 66 mg 3-4
Fero fumarat 325 mg 106 mg 2-3
Sediaan Parenteral
Pemberian suntikan IM dan IV hanya dibenarkan bila pemberian oral tidak mungkin,
misalnya pasien intoleran thd sediaan oral atau pemberian oral tidak menimbulkan respons
terapeutik.
Iron-dextran (imferon)- mengandung 50 mg Fe/ml (larutan 5%)
Secara IM: Dosis : 250 mg Fe untuk setiap gr kekurangan Hb. Hari pertama disuntikkan 50
mg, dilanjutkan dg 100-250 mg setiap hari atau beberapa hari sekali. Penyuntikan dilakukan
pada kuadran atas luar m. gluteus dan secara dalam untuk menghindari pewarnaan kulit.
Secara IV: Dosis permulaan tdk boleh melebihi 25 mg, diikuti dg peningkatan bertahan
untuk 2-3 hari sampai tercapai dosis 100 mg/hari. Harus diberikan perlahan-lahan yaitu: 25-
50 mg/menit.
VITAMIN B12
Fungsi metabolik
Vit B12 bersama asam folat sangat penting untuk metabolisme intrasel. Keduanya
dibutuhkan untuk sintesis DNA yang normal, sehingga defisiensi salah satu vitamin ini
menimbulkan gangguan produksi dan maturasi eritrosit (anemia megaloblastik). Defisiensi
Vit B12 juga menyebabkan kelainan neurologik. Bila tidak cepat diobati dapat membuat
pasien cacat seumur hidup.
Absorpsi
Diabsorpsi dg baik dan cepat stlh pemberian IM dan SK.
Kadar puncak dalam plasma 1 jam setelah suntikan IM.
Absorpsi per oral berlangsung lambat di ileum.Kadar puncak dicapai 8-12 jam setelah
pemberian 3 mg.
Distribusi
Setelah diabsorpsi, hampir semua vit B dalam darah terikat dengan protein plasma.
Selanjutnya akan diangkut ke berbagai jaringan, terutama hati. (50-90%). Kadar normal vit
B12 dlm plasma adalah 200-900 pg/mL dg simpanan 1-10 mg dalam hepar.
SEDIAAN :
Vit B12 tersedia dalam bentuk tablet untuk pemberian oral dan larutan untuk
suntikan. Cara pemberian yg terbaik adalah secara IM atau SK yang disuntikkan dalam.
DOSIS :
Anemia pernisiosa: 1 -10 mg sehari yg diberikan selama 190 hari.
Terapi awal: dosis 100 mg sehari parenteral selama 5 – 10 hari.
Terapi penunjang: dosis pemeliharaan 100-200 mg sebulan sekali sampai diperoleh
remisi yg lengkap (jumlah eritrosit dalam darah +4,5 juta/mm3) dan morfologi
hematologik berada dalam batas-batas normal.
ASAM FOLAT
Asam folat (PmGA) terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam paraaminobenzoat dan
asam glutamat.
PmGA bersama-sama dengan konjugat yang mengandung lebih dari satu asam glutamat,
membentuk suatu kelompok zat yang dikenal sebagai folat.
Fungsi Metabolik
PmGA merupakan prekursor inaktif dari beberapa koenzim yg berfungsi pada
transfer unit karbon tunggal.
Kebutuhan Folat
Rata-rata 50 g sehari, dalam bentuk PmGA
DEFISIENSI FOLAT
Defisiensi folat sering merupakan komplikasi dari:
C. ANTI PENDARAHAN
D. Antikoagulan
Obat antikoagulan adalah obat yang bekerja untuk mencegah penggumpalan darah.
Seringkali obat antikoagulan disebut juga sebagai obat pengencer darah. Namun sebenarnya
obat antioagulan tidak mengencerkan darah, melainkan memperpanjang waktu darah untuk
membeku. Proses pembekuan darah berperan penting untuk menghentikan perdarahan jika
terjadi luka. Akan tetapi, jika darah yang membeku dan menggumpal terbentuk di tempat
yang tidak semestinya, seperti otak, jantung, atau paru-paru justru berbahaya dikarenakan
dapat menyumbat dan menghentikan aliran darah menuju organ tersebut.
Obat antikoagulan bekerja dengan cara menghambat kerja protein yang terlibat dalam
proses pembekuan darah, yang disebut faktor pembekuan darah. Umumnya obat antikogaulan
digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit seperti:
Fibrilasi atrium.
Serangan jantung.
Emboli paru.
Beberapa keadaan lain dapat membuat darah Anda mudah menggumpal, dan dokter
dapat memberikan antikoagulan untuk mencegah penggumpalan darah. Keadaan-keadaan
tersebut, antara lain:
Penghambat faktor Xa. Obat antikoagulan ini bekerja dengan menghambat kerja
faktor Xa yang berperan dalam proses pembekuan darah, baik pada darah yang sudah
menggumpal maupun yang belum. Contoh obat golongan ini antara lain adalah
fondaparinux, rivaroxaban, dan apixaban.
Peringatan:
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat akan menggunakan obat antikoagulan, antara
lain adalah:
Diskusikan dengan dokter anak Anda untuk penggunaan obat antikoagulan pada
anak-anak, guna mendapat jenis dan dosis yang tepat.
Beri tahu dokter semua obat-obatan yang sedang Anda gunakan atau konsumsi, bila
Anda direncanakan untuk menggunakan obat antikoagulan.
Perdarahan merupakan efek samping yang paling mungkin terjadi, karena obat-obatan ini
mengakibatkan darah lebih lama membeku. Beberapa keluhan yang mungkin muncul saat
penggunaan obat antikoagulan adalah:
Terdapat darah pada urine dan feses atau feses berwarna hitam.
Memar-memar.
Mimisan.
Gusi berdarah
Dosis Antikoagulan
Berikut ini adalah jenis-jenis obat yang termasuk ke dalam golongan antikoagulan.
Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai efek samping, peringatan, atau interaksi dari
masing-masing antikoagulan, silahkan lihat pada halaman Obat A-Z.
Warfarin
Fondaparinux
Kondisi: DVT
Dosis: 5-10 mg satu kali sehari disesuaikan dengan berat badan.
Rivaroxaban
Kondisi: Pencegahan komplikasi stroke dan penyakit emboli lain pada penyakit
fibrilasi atrium.
Dosis: 20 mg satu kali sehari dan dikonsumsi pada sore hari.
Apixaban
Kondisi: Pencegahan komplikasi stroke dan penyakit emboli lain pada penyakit
fibrilasi atrium
Dosis: 5 mg dua kali sehari. Usia ≥ 80 tahun dan berat badan ≤ 60 kg: 2,5 mg dua
kali sehari.
Heparin
Kondisi: DVT
Dewasa: 15.000-20.000 U SC dua kali sehari atau 8.000-10.000 U SC tiga kali
sehari.
Anak-anak: 250 U/kgBB SC dua kali sehari.
Enoxaparin
Nadroparin
Parnaparin
Bivalirudin
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Pembahasan obat yang berpengaruh terhadap suatu alat tubuh akan lebih mudah di
pahami bila fisiologi dan patofisiologi alat tubuh tersebut di mengerti, karena reaksi alat
tubuh yang sakit terhadap obat mungkin berbeda dari reaksi alat tubuh yang sehat.
Sistem kardiovaskuler adalah suatu sistem yang sangat dinamik,yang harus mampu
berdaptasi cepat terhadap perubahan mendadak. Perubahan terkanan darah, kerja dan
frekuensi jantung serta komponen kardiovaskuler lain merupakan resultante dari berbagai
faktor pengatur yang bekerja secara serentak.
B. Saran.
Dengan makalah ini, kami harapkan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan
tentang apa itu obat kardiovaskuler didalam bidang kesehatan dan cara kerja obat. Kami
berharap mampu memahami dan mengaplikasikannya dalam asuhan keperawatan. Kami
sangat berharap kritikan dan saran yang dapat membangun saya untuk lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
https://rifkihidayat08.blogspot.com/2014/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
https://solusisehat-syakira.blogspot.com/2012/07/obat-antianemia.html
https://annasalsabilah.blogspot.com/2012/10/anti-pendarahan.html
https://www.alodokter.com/antikoagulan