Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberhasilan suatu kurikulum itu sangat tergantung kepada bagaimana
kurikulum itu dilaksanakan atau diimplementasikan. Sebaik apa pun
kurikulum secara tertulis itu dirancang, namun apabila dalam
pelaksanaannya tidak didukung oleh berbagai unsur maka kurikulum itu
akan sulit mencapai hasil yang diharapkan. Oleh karena itu dalam
pengembangannya dibutuhkan beberapa proses antara lain analsis tahap-
tahap pengembangan kurikulum, identifikasi keterterapan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum, analisis kualitas keterlibatan unsur-unsur dalam
pengembangan kurikulum dan proses lainnya yang dibutuhkan dalam
pengembangan kurikulum.
Setelah proses-proses tersebut terpenuhi maka akan mengarah pada
prospek pengembangan kurikulum yang kemungkinan akan dihadapi di
masa mendatang, yaitu abad ke-21. Pada abad tersebut akan terjadi suatu
keadaan yang disebut globalisasi, yaitu terjadinya suatu proses perubahan
antar negara, antar bangsa, antar budaya tanpa mengenal batas geososial
politik atau geonasional ideologis. Seluruh dinia menjadi satu dan saling
berkaitan dengan erat tanpa mengenal batas-batas yang jelas, apa pun sifat
batas-batas tersebut.

Globalisasi ini tidak hanya terjadi dalam bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan tetapi juga dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Globalisasi terjadi sebagai suatu proses mendunia yang tidak tertahankan
dan tidak mungkin terelakkan. Selain itu, globalisasi menyangkut kesadaran
bahwa dunia ini adalah satu tempat, milik bersama umat manusia. Dunia ini
merupakan sebuah lingkungan yang terbangun secara berkelanjutan, atau
sebagai sua proses di mana hambatan-hambatan geografis berkaitan dengan
pengaturan-pengaturan sosial dan budaya semakin surut.
2

B. Rumusan Masalah
Terarahnya penulisan makalah ini, maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa saja tahap pengembangan kurikulum?
2. Apa saja keterterapan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?
3. Siapa saja unsur-unsur yang terlibat dalam pengembangan kurikulum ?
4. Bagaimana proses solialisasi dan pembinaan kurikulum?
5. Apa saja yang menjadi kebutuhan pendidikan di abad ke-21?
6. Bagaimana model kurikulum untuk abad ke-21?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah yaitu :
1. Untuk mengetahui apa saja tahap pengembangan kurikulum
2. Untuk mengetahui apa saja keterterapan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum
3. Untuk mengetahui siapa saja unsur-unsur yang terlibat dalam
pengembangan kurikulum
4. Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi dan pembinaan
kurikulum
5. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan pendidikan di abad
ke-21
6. Untuk mengetahui bagaimana model kurikulum untuk abad ke-21

D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan kita tentang tahap-tahap
pengembangan kurikulum
2. Mengetahui keterterapan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
secara jelas
3. Mengetahui siapa saja unsur-unsur yang terlibat dalam pengembangan
kurikulum
4. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan kita tentang bagaimana
proses solialisasi dan pembinaan kurikulum secara jelas dan sistematis
3

5. Mengetahui hal-hal yang menjadi kebutuhan pendidikan pada abad ke-


21 beserta model kurikulumnya
6. Memperoleh kepuasan intelektual dan memperluas cakrawala ilmu
pengetahuan
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahap Pengembangan Kurikulum


Dalam mengembangkan kurikulum di Indonesia diperlukan tahap-tahap
dalam proses pengembangannya serta didukung oleh berbagai unsur
lainnya agar mencapai hasil yang diharapkan. Adapun tahap-tahap
pengembangan kurikulum sekolah dasar adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan Kurikulum pada Tahap Makro
Pada tahap ini, pengembangan kurikulum dikaji dalam lingkup nasional,
baik untuk pendidikan sekolah maupun luar sekolah, baik secara vertikal
maupun horizontal dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Secara vertikal berkaitan dengan kontinuitas atau kesinambungan
pengembangan kurikulum dalam berbagai tingkatan (hierarki) institusi
pendidikan atau sekolah, sedangkan secara horizontal berkaitan dengan
pengembangan kurikulum pada tingkatan pendidikan atau sekolah yuang
sama/setara sekalipun jenis pendidikannya berbeda.
2. Pengembangan Kurikulum pada Tahap Institusi
Pada tahap ini, kegiatan pengembangan kurikulum dilakukan di setiap
lembaga pendiikan, dalam hal ini sekolah dasar. Aspek-aspek yang
dikembagnkan pada tahap ini diantaranya tujuan lembaga sekolah dasar,
mata pelajaran-mata pelajaran yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan
tersebut, dan fasilitas yang dibutuhkan termasuk media dan alat
pembelajaran.
3. Pengembangan Kurikulum pada Tahap Mata Pelajaran
Pada tahap ini, pengembangan kurikulum diwujudkan dalam bentuk
Garis-garis besar Program Pengajaran (GBPP)untuk masing-masing
mata pelajaran yang dikembangkan di sekolah dasar. Dari GBPP
tersebut oleh guru selanjutnya dijabarkan menjadi program catur
wulan/semester yang merupakan program yang akan dilaksanakan pada
periode belajar tertentu, merupakan program yang akan dilaksanakan
pada periode belajar tertentu, yaitu sekitar 3-4/6 bulan. Dalam periode
5

waktu tersebut diharapkan para siswa dapat menguasai satu kesatuan


pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu.
4. Pengembangan Kurikulum pada Tahap Program Pengajaran
Tahap ini merupakan tahap pengembangan kurikulum secara mikro pada
level kelas, di mana tugas pengembangan menjadi tanggung jawab
sepenuhnya seorang guru. Dengan berpedoman pada GBPP dan program
caturwulan, kemudian guru menjabarkannya dalam bentuk persiapan
mengajar harian (PMH) atau dulu dikenal dengan nama satuan pelajaran
untuk satu atau beberapa kali pertemuan tatap muka di kelas.

B. Keterterapan Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum


Kurikulum pada jenjang pendidikan manapun biasanya
dikembangkan dengan menganut prinsip-prinsip tertentu, di mana prinsip
yang dianut merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum itu. Prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum biasanya ditulis secara eksplisit di dalam buku
atau dokumen kurikulum sekolah. Implementasi dari prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum tersebut dapat dikaji atau dipelajari dalam
keseluruhan isi buku kurikulum tersebut, di dalam pelaksanaan kurikulum
dan evaluasi kurikulum. Keterterapan dari prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum di sekolah dasar dapat didiskusikan sebagai berikut :
1. Setiap program pendidikan atau kurikulum harus didasarkan pada
prinsip yang terbaik, yaitu agar setiap siswa dapat mencapai yang
terbaik bagi diri dan lingkungannya.
Kurikulum akan memiliki tingkat keterterapan yang tinggi apabila :
a. Tersedia sarana dan prasarana yang memadai dan mudah diperoleh
b. Adanya kesempatan bagi setiap siswa yang dapat diperoleh pada
setiap saat diperlukan
c. Adanya kinerja para pelaksana kurikulum (guru) yang dapat
diandalkan
d. Adanya keanekaragaman sumber, baik yang dengan sengaja
dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta
dimanfaatkan untuk kepentingan belajar
6

e. Adanya suasana yang memungkinkan tumbuhnya perasaan akrab,


hangat dan merangsang siswa untuk belajar
2. Penerapan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan (sekolah dasar)
perlu ditunjang dengan tingkat relevansi atau kesepadanan dengan
kebutuhan. Relevansi tersebut selalu dihubungkan dengan ada tidaknya
kaitan fungsional antara suatu kurikulum dari suatu sistem pendidikan
dengan tujuan pendidikan. Secara lebih ilmiah terdapat tiga dimensi
keterterapan prinsip relevansi dalam kurikulum yang perlu
dikembangakan, yaitu sebagai berikut :
a. Dimensi epistemologis
Kurikulum harus relevan dengan hakikat ilmu pengetahuan sebgai
kumpulan teori dan cara memandang terhadap suatu fenomena.
Kurikulum dipandang secara epistemologi kurang relevan kalau
hanya mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan sebagai hasil.
Oleh karena itu, pendekatan proses dalam mempelajari bahan ajar
yang bersumber dari disiplin ilmu perlu ditempuh.
b. Dimensi psikologis
Kurikulum harus merupakan sarana untuk pengembangan
kemampuan berpikir. Dari segi ini suatu kurikulum dianggap secara
psikologis tidak relevan kalau selama proses belajar siswa tidak
memperoleh cukup tantangan untuk berpikir.
c. Dimensi sosial
Kurikulum harus dapat mengimplementasikan kedudukan dan fungsi
suatu sekolah sebagai lembaga sosial. Sebagai lembaga sosial,
sekolah berfungsi mensosialisasikan nilai-nilai yang merupakan cita-
cita masyarakat. Dipandang dari segi ini suatu kurikulum dipandang
relevan kalau siswa memperoleh kesempatan menghayati nilai-nilai
yang dicita-citakan dalam proses belajar mengajar yang diikutinya.
3. Keterterapan prinsip efektivitas dalam kurikulum sering kali diukur
dengan tercapainya tujuan. Untuk mencapai hal tersebut, kurikulum itu
harus :
7

a. Sistematik, yaitu dilakukan melalui tahap perencanaan,


pengembangan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan
b. Sensitif terhadap kebutuhan (siswa)
c. Memiliki tujuan yang jelas dan karena itu dapat dihimpun usaha
untuk mencapainya
d. Bertolak dari kemampuan-kemampuan atau kekuatan siswa,
pendidik/guru, masyarakat/orang tua dan pemerintah
4. Efisiensi kurikulum dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu,
biaya dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh. Ciri
keterterapan prinsip efisiensi dapat dilihat dari adanya organisasi
pelaksana kurikulum yang rapi, misalnya distribusi bahan ajar yang
lancar, tahapan pelajaran yang teratur, pembagian tugas seimbang
pedoman yang jelas dan mudah dilaksanak, dan pelaksanaan kurikulum
yang tertib.
5. Keterterapan prinsip kontinuitas dalam kurikulum berkaitan dengan
konsep dasar pendidikan sepanjang hayat. Kurikulum sekolah dan luar
sekolah harus berkesinambungan tanpa adanya sekat-sekat pembatas.
Pada tingkat dasar, misalnya kepada anak-anak diberikan tugas
kemasyarakatan. Prinsip berkesinambungan juga berarti bahwa apa yang
dipelajari pada tingkat dasar merupakan fondasi untuk mengembangkan
pengetahuan lebih lanjut di tingkat yang lebih tinggi.
6. Prinsip fleksibilitas dalam kurikulum harus memungkinkan adanya
ruang gerak dan dalam batas tertentu memberikan kebebasan bertindak
kepada siswa sekolah dasar. Kurikulum yang fleksibel memiliki ciri :
a. Adanya materi inti atau materi esensial yang dipelajari siswa secara
keseluruhan/umum
b. Adanya program-program pilihan baik berupa program akademis
maupun program keterampilan yang disesuaikan dengan bakat dan
minat siswa
c. Diberikannya kesempatan kepada para guru untuk mengembangkan
sendiri program pembelajaran yang bersifat umum, dan
8

dimungkinkannya diberikan muatan lokal sesuai dengan kondisi dan


kebutuhan lingkungan

C. Kualitas Keterlibatan Unsur-Unsur dalam Pengembangan Kurikulum


Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, termasuk kurikulum
sekolah dasar, tentu saja banyak pihak yang turut terlibat atau berpartisipasi.
Sangat mustahil apabila kurikulum nasional itu disusun dan dikembangkan
hanya oleh seorang saja, sekalipun pada akhirnya yang mengesahkan
kurikulum itu adalah seorang Menteri, tetapi sudah dipertimbangkan secara
matang berdasarkan pemikiran banyak pihak. Dari sekian banyak pihak
yang terlibat, maka yang secara terus-menerus terlibat dalam kegiatan
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut :
1. Keterlibatan Administrator Pendidikan
Para administrator pendiikan terdiri atas pejabat-pejabat yang relevan di
lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dari mulai tingkat pusat
sampai daerah bahkan sampai tingkat kecamatan dan sekolah. Di tingkat
pusat, lembaga yang secara khusus mengkaji dan menjadi dapurnya
pengembangan kurikulum nasional, yaitu Pusat Kurikulum (Puskur)
yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional (Balitbangdepdiknas). Keterlibatan pada
administrator di tingkat pusat, yaitu menyusun dasar-dasar hukum,
kerangka dasar dan program inti dari kurikulum. Para administrator di
daerah (Dinas Pendidikan Nasional Provinsi, Kabupaten/kota dan
kecamatan) sampai kepala sekolah mengembangkan kurikulum sekolah
yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah.
2. Keterlibatan Para Ahli
Pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli,
baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin
ilmu. Para ahli pendidikan dan ahli kurikulum memberikan alternatif
konsep pendidikan dan model kurikulum yang dipandang paling sesuai
dengan keadaan dan tuntutan masyarakat serta perkembangan ilmu dan
teknologi. Sumbangan mereka dalam memilih materi bidang ilmu yang
mutakhir dan sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat
9

sangat diperlukan. Mereka juga sangat diharapkan keterlibatannya dalam


menyusun materi ajar dalam sekuens/urutan yang sesuai dengan struktur
keilmuan, tetapi sangat memudahkan para siswa untuk mempelajarinya.
3. Keterlibatan Guru
Kunci keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan kurikulum pada
hakikatnya ada di tangan para guru. Guru berada di garis depan dalam
implementasi kurikulum, oleh karena itu, guru pulalah yang selalu
melakukan evaluasi dan penyempurnaan kurikulum. Hasil-hasil
penilaian guru akan sangat membantu dalam menentukan hambatan-
hambatan dalam implementasi kurikulum.
4. Keterlibatan Masyarakat
Sekolah adalah lembaga masyarakat yang mempersiapkan peserta didik
agar mampu hiidup di dalam masyarakat itu. Sebagai bagian dari
masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat
tempat sekolah itu berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan
kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat
sekitarnya. Untuk mencapai hal tersebut, sangat diperlukan keterlibatan
pihak masyarakat dalam menentukan arah pengembangan kurikulum.
Keterlibatan masyarakat dalam hal ini bisa saja berwujud pemberian
bantuan dalam pelaksanaan kurikulum atau memberikan saran-saran,
usul, pendapat mengenai keperluan-keperluan yang paling mendesak
untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum sekolah
sehingga peserta didik dapat mengatasi masalah-masalah di masyarakat
di mana mereka hidup.
10

D. Proses Sosialisasi dan Pembinaan Kurikulum


Keberhasilan suatu kurikulum sangat ditentukan oleh komitmen dari
berbagai unsur atau pihak yang terkait, baik pada saat kurikulum itu
didesain maupun pada saat kurikulum itu dilaksanakan. Oleh karena itu,
agar pelaksanaan kurikulum berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka
perlu ada upaya-upaya sosialisasi sebelum kurikulum itu dilaksanakan dan
perlu juga adanya upaya pembinaan pada saat kurikulum itu dilaksanakan.
1. Sosialisasi Kurikulum
Sosialisasi kurikulum pada dasarnya merupakan suatu proses
pemasyarakatan ide atau gagasan yang terdapat dalam suatu kurikulum
terhadap para pelaksana kurikulum, terutama sekali pada tingkat mata
pelajaran. Mekanisme sosialisasi atau pemasyarakatan kurikulum ini
biasanya berjenjang. Adapun proses sosialisasi itu dapat digambarkan
seperti bagan berikut :

Bagan
Proses Sosialisasi Kurikulum
11

Materi yang dijadikan bahan sosialisasi kurikulum, diantaranya :


a. Landasan kurikulum yang berisi mengenai kebijakan-kebijakan
penerapan kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
b. Tujuan yang ingin dicapai setelah para siswa menyelesaikan
pendidikannya
c. Sifat dan pola yang digunakan dalam kurikulum sekolah dasar
d. Penjabaran materi dan proporsi materi kurikulum
e. Struktur program mata pelajaran yang harus diajarkan
f. Kegiatan kurikuler
g. Perangkat kurikulum
h. Administrasi kurikulum
i. Hari belajar dan libur sekolah
2. Pembinaan Kurikulum
Pembinaan kurikulum merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh kepala
sekolah dan guru untuk menjaga dan mempertahankan agar kurikulum
tetap berjalan sebagamana kurikulum sesuai dengan program dan
ketentuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembinaan kurikulum adalah
diperolehnya pelaksanaan kurikulum yang mantap, serta memperkecil atau
meniadakan kesenjangan antara kurikulum ideal dengan kurikulum aktual.
Upaya pembinaan kurikulum yang paling langsung berkaitan dengan
pelaksanaan kurikulum di sekolah harus dilakukan oleh kepala sekolah dan
guru. Lingkup pembinaan kurikulum harus diidentifikasi terlebih dahulu
sebelum melakukan upaya pembinaan.

E. Kebutuhan Pendidikan di Abad ke-21


1. Kecenderungan-Kecenderungan di Abad ke-21
Menurut pandangan John Naisbitt, ahli masa depan yang terkenal
dengan Megatrend-nya, ada sepuluh kecenderungan besar yang akan
terjadi di abad ke-21,yaitu sebagai berikut :
a. Dari masyarakat industri ke masyarakat informasi
b. Dari teknologi yang dipaksakan ke teknologi tinggi sentuhan tinggi
c. Dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia
d. Dari perencanaan jangka pendek ke perencanaan jangka panjang
12

e. Dari sentralisasi ke desentralisasi


f. Dari bantuan institusional ke bantuan diri
g. Dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatoris
h. Dari hierarki-hierarki ke penjaringan
i. Dari utara ke selatan
j. Dari satu pilihan ke pilihan majemuk
2. Profil Lulusan Pendidikan di Abad ke-21
Memasuki abad ke-21 pendidikan harus mampu mengarahkan siswa
agar dapat hidup dalam situasi baru yang muncul dalam diri dan
lingkungannya. Dengan kondisi seperti itu diperlukan kemampuan
belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Kemampuan tersebut
dapat dicapai dengan empat pilar pendidikan yang diajukan UNESCO
dan digambarkan sebagai dasar-dasar pendidikan. Pilar-pilar tersebut,
yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to
live together. Dengan memperhatikan empat pilar pendidikan tersebut,
dikembangkan kompetensi-kompetensi yang berguna bagi kehidupan
siswa di masa depan, yaitu kompetensi keagamaan, kompetensi
akademik, kompetensi ekonomik, dan kompetensi sosial-pribadi.
3. Format-Format Pendidikan yang Mungkin Tersedia di Abad ke-21
a. Cyber (E-Learning) yang merupakan belajar atau pembelajaran
melalui pemanfaatan teknologi komputer dan/atau internet.
b. Open/Distance Learning, yaitu model belajar jarak jauh di mana
guru dan siswa tidak berada dalam suatu tempat dan waktu yang
sama serta tidak bertatap muka secara fisik/langsung.
c. Quantum Learning yang mengembangkan proses belajar secara
harmonis dan berisi kombinasi dari unsur keterampilan akademis,
prestasi atau tantangan fisik, dan keterampilan dalam hidup.
d. Cooperative Learning sebagai metode pembelajaran yang
menggunakan kelompok kecil yang dapat menumbuhkan kerja sama
secara maksimal dan masing-masing siswa belajar satu dengan
lainnya.
13

e. Society-Technology-Science (STS) yang merupakan pendekatan


interdisipliner dan dikembangkan untuk mengintegrasikan
permasalahan-permasalahan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan
masyarakat.
f. Accelerated Learning yang merupakan pendekatan belajar untuk
menyerap dan memahami informasi baru secara cepat serta
mempertahankan informasi tersebut.

F. Model Kurikulum untuk Abad ke-21


1. Perspektif Global dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam kegiatan pengembangan kurikulum sekolah dasar, ide
tentang perspektif global ini dimunculkan untuk memberikan wawasan
kepada para siswa dalam menghadapi kehidupan di masa datang yang
diwarnai dengan adanya kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi
informasi yang menyebabkan dunia ini mengecil cakupannya
membentuk sebuah desa dunia. Kurikulum yang bercorak perspektif
global adalah kurikulum yang juga memuat wawasan global, bukan
hanya nasional maupun lokal. Kurikulum tersebut harus mampu
membawa siswa untuk berpikir global dalam arti siswa mampu
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan informasi tersebut
dapat digunakan sebagai pegangan yang mengarahkan mereka menjadi
warga negara yang produktif dan menjadi insan yang mempunyai
kepedulian sosial terhadap orang lain di sekitarnya, mampu bekerja
sama, saling ketergantungan secara harmonis.
2. Model-Model Kurikulum untuk Abad ke-21
Kajian mengenai model-model kurikulum sekolah dasar diperlukan
mengingat banyaknya perubahan-perubahan yang sangat menonjol
sejalan dengan perkembangan yang terjadi saat ini, di samping sebagai
upaya untuk mencari pendekatan pemecahan masalah pendidikan di
masa depan. Alternatif model kurikulum sekolah dasar masa depan
lebih diarahkan untuk (a) mempersiapkan siswa untuk memiliki
kemampuan-kemampuan sebagai bekal dalam menghadapi tantangan
kehidupan, (b) mempersiapkan siswa menjadi manusia bermutu yang
14

diperlukan untuk pelestarian dan pengembangan kehidupan masyarakat


ke arah yang lebih baik, dan (c) mempersiapkan siswa yang mampu
mengkonstruksi pengetahuannya untuk menghadapi zaman yang
menghargai kebebasan dan keberagaman. Model pertama disebut
kurikulum berbasis kompetensi, model kedua disebut kurikulum
berbasis masyarakat, dan model ketiga disebut kurikulum
konstruktivistik.
15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Tahap-tahap dalam pengembangan kurikulum meliputi tahap makro,
tahap institusi, tahap mata pelajaran, dan tahap program pengajaran.
2. Keterterapan dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum di sekolah
dasar didasarkan pada prinsip excellence, prinsip efektivitas, prinsip
efisiensi, prinsip kontinuitas, dan prinsip fleksibilitas.
3. Dari sekian banyak yang terlibat, maka yang secara terus menerus
terlibat dalam kegiatan pengembangan kurikulum, yaitu para
administrator pendidikan, para ahli pendidikan dan kurikulum, dan
tentu saja para guru sebagai pelaksana kurikulum di sekolah serta
keterlibatan masyarakat.
4. Mekanisme sosialisasi atau pemasyarakatan kurikulum biasanya
berjenjang dan dikelola melalui pertemuan-pertemuan antara
pemgambil kebijakan pendidikan dengan para pengembang dan
pelaksana kurikulum. Upaya pembinaan kurikulum di sekolah harus
dilakukan oleh kepala sekolah dan guru. Lingkup pembinaan kurikulum
harus diidentifikasi terlebih dahulu sebelum melakukan upaya
pembinaan.
5. Memasuki abad ke-21 pendidikan harus mampu mengarahkan siswa
agar dapat hidup dalam situasi baru yang muncul dalam diri dan
lingkungannya. Format-format yang mungkin tersedia di abad ke-21
yaitu ; Cyber (E-Learning), Open/Distance Learning, Quantum
Learning, Cooperative Learning, Society-Technology-Science (STS)
dan Accelerated Learning.
6. Alternatif model kurikulum abad ke-21 antara lain model kurikulum
berbasis kompetensi, kurikulum berbasis masyarakat, dan kurikulum
konstruktivistik.
16

B. Saran
Adapun saran–saran yang penulis pandang perlu adalah:
1. Hendaknya guru memahami praxis pengembangan kurikulum secara
menyeluruh untuk memperkaya dan membantu dalam melaksanakan
tugas-tugas sebagai guru di sekolah dasar.
2. Diharapkan guru memahami kondisi-kondisi yang diperkirakan akan
terjadi di masa depan karena mengingat peranan penting guru selain
sebagai pelaksana kurikulum juga pada suatu saat guru diberikan
keleluasaan sebagai pengembang kurikulum untuk lingkungan
sekolahnya.
17

DAFTAR PUSTAKA

Hernawan Herry, Asep, dkk. 2012. Pengembangan Kurikulum dan


Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Doll, R.C. (1974). Curriculum Improvoment: Decision Making and Process.Third


Edition. Boston-London-Sidney: Allyn and Bacon, Inc.

Hassan, S.H. (1998). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Kaber, A. (1988). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Anda mungkin juga menyukai