Anda di halaman 1dari 22

KRITERIA KESEJAHTERAAN DAN

KEMANDIRIAN KELUARGA

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Dari Ibu Ati Siti Rochayati, SKM., M.Kes.,selaku Dosen
Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Oleh:
Kelompok 2
1. Ajep Tohajudin 4. Nihaya
2. Dinda Amelia 5. Nisa Ainun Nizar
3. Dyah Puji Lestari 6. Nur Kartikasari
4. Iis Siska 7. Tri Januar

Kelas III B
D3 Keperawatan

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN CIREBON
Jl.Pemuda Nomor 38 Kota Cirebon
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Keluarga mengenai “Kriteria Kesejahteraan dan Kemandirian
Keluarga”. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Keluarga, Ibu Ati Siti Rochayati, SKM., M.Kes., yang telah memberikan
bimbingannya kepada kami semua dalam menyusun makalah ini.
Karena masih banyak kekurangan dan kekeliruan, baik dalam hal
pembuatan maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan pada
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Cirebon, Agustus 2019

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 3

BAB III PENUTUP .........................................................................


A. Kesimpulan ..............................................................................
B. Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting untuk
membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu
dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk
membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Setiadi, 2008).
Peran dan tanggung jawab ibu dalam membentuk keluarga sejahtera, sesungguhnya
tidak dapat dipisahkan dari peran dan tanggung jawab kaum bapak. Keduanya saling
melengkapi dan saling mendukung. Membentuk keluarga sejahtera pada dasarnya adalah
menggerakkan proses dan fungsi manajemen dalam kehidupan rumah tangga. Oleh
karena itu selain tugas-tugas kondrati (mengandung dan menyusui) segala sesuatu yang
berhubungan dengan membentuk keluarga sejahtera haruslah elastis, terbuka dan
demokratis.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah yang berjudul “Kriteria Kesejahteraan
dan Kemandirian Keluarga” adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana tahap dan tugas perkembangan keluarga?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan keluarga?
3. Bagaimana interaksi keluarga dalam rentang sehat-sakit?
4. Bagaimana kesejahteraan dan kemandirian keluarga?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah yang berjudul “Kriteria Kesejahteraan
dan Kemandirian Keluarga” adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui tahap dan tugas perkembangan keluarga.
2. Mengetahui aktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan keluarga.
3. Mengetahui interaksi keluarga dalam rentang sehat-sakit.
4. Mengetahui kesejahteraan dan kemandirian keluarga.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Perkembangan keluarga merupakan model kerangka kerja yang memperkenalkan
bahwa keluarga berkembang melalui pengalaman dan transisi peran yang dialami selama
perkembangan. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam melihat perkembangan keluarga
dapat dilihat melalui tugas perkembangan keluarga. Keluarga di tuntut untuk dapat
memenuhi tugas perkembangan di setiap periode transisi perkembangan keluarga.
Keluarga akan mampu memenuhi tugas dan perkembangan yang harus diselesaikan
dengan pemahaman terhadap tugas perkembangan keluarga. Berikut ini tahap dan tugas-
tugas perkembangan keluarga menurut Nies dan McEwen (2019).
1. Keluarga Pemula atau Pasangan Baru
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru.
Keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status
lajang ke hubungan baru yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat
ini berlangsung lebih lambat. Tugas-tugas perkembangan keluarga pemula atau
pasangan baru adalah sebagai berikut.
a. Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan.
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
c. Merencanakan keluarga.

Gambar. keluarga pemula/pasangan baru. Sumber: Tears, LS & Wilkinson


JM. (2014). Basic nursing : concepts, skills, & reasoning. Philadelphia: F. A. Davis
Company.

2
2. Keluarga Menanti Kelahiran Anak
Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai bayi berusia 30 bulan.
Tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan
bayi baru ke dalam keluarga).
b. Rekonsiliasi (penetapan) tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-
peran orang tua dan kakek nenek.

Gambar. kelahiran anak pertama. Sumber: Tears, LS & Wilkinson JM.


(2014). Basic nursing : concepts, skills, & reasoning. Philadelphia: F. A. Davis
Company.

3. Keluarga dengan Anak Usia Pra Sekolah


Tahap perkembangan ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir
anak pada usia 5 tahun. Sekarang keluarga mungkin terdiri dari 3 sampai 5 orang.
Tugas tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : ruma,ruang
bermain,privasi,keamanan
b. Mensosialisasikan anak
c. Mengintegrasi anak yang baru baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-
anak yang lain.

3
d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan
dan hubungan orang tua dan anak) dan di luar keluarga (keluarga besar dan
komunitas).

Gambar. keluarga dengan anak usia prasekolah. Sumber: Kaakinen, Joanna


Rowe. (2015). Family health care nursing : theory, practice, and research.
Philadelphia: F. A. Davis Company.
4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah
dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Tugas-tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan hubungn perkawinan yang memuaskan.
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5. Keluarga dengan Anak Remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan
keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini
dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika
anak masih tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun. Tugas-tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa
dan semakin mandiri
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan. Berkomunikasi secara terbuka
antara orang tua dan anak-anak.

4
6. Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama sampai ketika
anak terakhir meninggalkan rumah orang tua. Tahap ini dapat berjalan singkat atau
agak panjang, tergantung pada berapa bnyak anak yang ada dalam rumah atau berapa
banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat dari
SMA dan perguruan tinggi. Meskipun tahap ini biasanya berlangsung dalam 6 sampai
7 tahun, namun tahap melepaskan anak juga dapat berlangsung lebih lama dalam
keluarga dengan dua orang tua. Pada banyak keluarga di Indonesia tahap ini tidak
dilampaui karena akan ada anak yang menemani orangtuanya walaupun telah
menikah atau membentuk keluarga baru. Tugas-tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru yang
didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
c. Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan baik pihak suami maupun istri.
7. Keluarga lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.

Gambar. Keluarga lansia. Sumber: Kaakinen, Joanna Rowe. (2015). Family health
care nursing : theory, practice, and research. Philadelphia: F. A. Davis Company.

5
Tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
b. Menyesuaikan terhadap pendapat yang menurun.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan.
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup).

B. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga


Pernyataan yang diucapkan Menkes, Nila Moeloek berdasarkan teori H. L. Blum
yang menyebutkan bahwa derajat kesehatan ditentukan oleh 40% faktor lingkungan, 30%
faktor perilaku, 20% faktor pelayanan kesehatan, dan 10% faktor genetik (Rokom, 2019).
Konsep hidup sehat H.L. Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan. Dalam
konsep H. L Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling
keterkaitan berikut penjelasannya:
1. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas
kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan
menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial.
Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara,
tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan
hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan
sebagainya.

Gambar. polusi udara di lingkungan perkotaan. Sumber: Rector, Cherie L. (2016).


Community and public health nursing: promoting the public’s health. Philadelphia :
Wolters Kluwer.

6
2. Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri.
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan
pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan
serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.
4. Keturunan
Faktor keturunan adalah faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak
lahir. Sebagai contoh : diabetes mellitus, asma, epilepsy, retardasi mental, hipertensi,
buta warna dll.

C. Interaksi Keluarga dalam Rentang Sehat-Sakit


Status sehat sakit anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi. Suatu
penyakit dalam keluarga memengaruhi keseluruhan keluarga dan interaksinya, sementara
itu keluarga pada giliranya memenaruhi perjalanan penyakit dan status kesehatan
anggota, karena itu pengaruh status sehat sakit keluarga saling terkait atau saling
bergantungan (Gilies, Rose, Hallburg & Martinson 1989; dalam Friedman, 2010).
Keluarga cenderung menjadi pemicu masalah kesehatan anggotanya dan sekaligus
menjadi pelaku dalam menentukan masalah kesehatan.
Enam tahap sehat/sakitdan interaksi keluarga disajikan untuk menggambarkan secara
lebih lanjut mengenai hubungan ketergantungan antara keluarga dan status kesehatan
anggotanya. Enam tahap yang dijelaskan sebgai berikut (Friedman, 2010).
1. Tahap 1: Upaya Keluarga dalam Promosi Kesehatan
Umumnya keluarga berperan dalam semua bentuk promosi kesehatan dan
menurunkan resiko namun keluarga juga dapt mempengaruhi keluarganya kepada hal
hal yang membahayakan kesehatan. Banyak bentuk promosi kesehatan pencegahan
dan penurunan resiko melibatkan isu seputar gaya hidup seperti menghentikan

7
kebiasaaan merokok dan berolahraga secara rutin dan teratur. Apakah seorang anak
mendapatkan imunisasi tertentu atau apakah seorang ayah dimotivasi unuk rajin
berolahraga. Startegi kesejahtraan agar berhasil biasanya membutuhkan perbaikan
gaya hidup seluruh anggota kelurga, selain itu didalam keluarga anggota keluarga
elajar mengenai status kesehatan dan citra tubuhnya.
2. Tahap 2: Penilaian Keluarga Terhadap Gejala
Tahap ini dimulai ketika suatu gejala individu dikenali ditafsirkan terkait dengan
keparahanya kemungkinan penyebab dan makana atau artinya dirasakan menggangu
oleh indivu yang mengalami gejala tersebut dan keluarganya. Tahap ini terjadi atas
keyakinan keluarga akan gejala atau penyakit seseorang anggota keluarga dan
bagaimana menanganinya.
3. Tahap 3: Mencari Perawatan
Tahap penarian perawatan dimulai ketika keluarga memutuskan bahwa anggota
keluarga yang sakit benar benar sakit membutuhkan pertolongan. Individu yang sakit
dn keluarga mulai mencari pengoatan informasi saran dan validasi profesional dari
teman teman tetangga dan sodara
4. Tahap 4 : Merujuk dan Mendapatkan Perawatan
Tahap ini dimulai saat dilakukan kontak dengan pelayanan kesehatan atau tenaga
kesehatan profesional dan/atau praktisi pengobatan tradisional atau rakyat. Sebagian
besar data mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa dokter
dan dokter spesialis merupakan sumber perawatan utama yang digunakan oleh
keluarga berada, sedangkan ruang gawat darurat merupakan sumber perawatan yang
paling umum digunakan oleh keluarga. Dikalangan keluarga pekerja dan kelas
menengah yang memiliki asuransi kesehatan, terdapat peningkatan dalam
pemanfaatan kelompok praktik (organisasi pemeliharaan kesehatan) yang di bayar di-
muka dan sistem pengelolaan perawatan lainnya.
5. Tahap 5 : Respons Akut Klien dan Keluarga terhadap Penyakit
Beberapa keluarga membebaskan individu yang sakit dari semua kewajibannya dan
memberikan “layanan dan bantuan” secara penuh. Keluarga yang lain mengharapkan
tidak banyak perubahan perilaku pada individu yang sakit tersebut,mereka berharap
bahwa yang bersangkutan dapat melakukan tugas seperti biasanya; pendekatan ini

8
sering dijumpai saat individu yang sakit adalah ibu atau individu yang menjadi
pemberi asuhan sentral. Dengan demikian, unit keluarga berperan penting dalam
menentukan perilaku peran anggotanya yang sakit. Keluarga juga merupakan
lembaga penentu dalam memutuskan tempat pengobatan harus diberikan-rumah sakit,
klinik, atau rumah
6. Tahap 6: Adaptasi terhadap Penyakit dan Pemulihan
Tahap adaptasi adalam masa saat perawat keluarga dihubungi untuk membantu
keluarga menghadapi stressor kesehatan. Adaptasi penyakit yang serius dan kronik
pada salah satu anggota keluarga biasanya mempunyai dampak besar pada sistem
keluarga, terutama pada struktur peran dan pelaksanaan fungsi keluarga.

D. Keluarga Sejahtera
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009).
Tujuan keluarga sejahtera menurut (Mubarrak dkk, 2006) antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi.
2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menganalisa potensi dan peluang yang
dimilikinya
3. Meningkatnya kemauan masyarakat dalam memecahkan masalah secara mandiri
4. Meningkatnya gotong royong dan kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga
khususnya keluarga prasejahtera untuk meningkatkan kesejahteraannya
Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu
(BkkbN, 2011):

1. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)

Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator Keluarga
Sejahtera I (KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).

9
2. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KSI)

Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, tetapi tidak


memenuhi salah satu dari 8 (delapan) indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator
”kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga.

Enam Indikator tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar
keluarga” (basic needs), dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu:

1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.

Pengertian makan adalah makan menurut pengertian dan kebiasaan masyarakat


setempat, seperti makan nasi bagi mereka yang biasa makan nasi sebagai
makanan pokoknya (staple food), atau seperti makan sagu bagi mereka yang
biasa makan sagu dan sebagainya.

2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,


bekerja/sekolah dan bepergian.

Pengertian pakaian yang berbeda adalah pemilikan pakaian yang tidak hanya
satu pasang, sehingga tidak terpaksa harus memakai pakaian yang sama dalam
kegiatan hidup yang berbeda beda. Misalnya pakaian untuk di rumah (untuk
tidur atau beristirahat di rumah) lain dengan pakaian untuk ke sekolah atau
untuk bekerja (ke sawah, ke kantor, berjualan dan sebagainya) dan lain pula
dengan pakaian untuk bepergian (seperti menghadiri undangan perkawinan,
piknik, ke rumah ibadah dan sebagainya).

3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding yang baik.

Pengertian Rumah yang ditempati keluarga ini adalah keadaan rumah tinggal
keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding dalam kondisi yang layak
ditempati, baik dari segi perlindungan maupun dari segi kesehatan.

4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.

Pengertian sarana kesehatan adalah sarana kesehatan modern, seperti Rumah


Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu,
Poliklinik, Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan obat obatan yang

10
diproduksi secara modern dan telah mendapat izin peredaran dari instansi yang
berwenang (Departemen Kesehatan/Badan POM).

5) Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi.
Pengertian Sarana Pelayanan Kontrasepsi adalah sarana atau tempat pelayanan
KB, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan,
Apotek, Posyandu, Poliklinik, Dokter Swasta, Bidan Desa dan sebagainya,
yang memberikan pelayanan KB dengan alat kontrasepsi modern, seperti IUD,
MOW, MOP, Kondom, Implan, Suntikan dan Pil, kepada pasangan usia subur
yang membutuhkan.

6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.

Pengertian Semua anak umur 7-15 tahun adalah semua anak 7-15 tahun dari
keluarga (jika keluarga mempunyai anak 7-15 tahun), yang harus mengikuti
wajib belajar 9 tahun. Bersekolah diartikan anak usia 7-15 tahun di keluarga itu
terdaftar dan aktif bersekolah setingkat SD/sederajat SD atau setingkat
SLTP/sederajat SLTP.

3. Tahapan Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I dan 8


(delapan) indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 (lima) indikator
Keluarga Sejahtera III (KS III), atau indikator ”kebutuhan pengembangan”
(develomental needs) dari keluarga.

Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator ”kebutuhan


psikologis” (psychological needs) keluarga, dari 21 indikator keluarga sejahtera
yaitu:

1) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama


dan kepercayaan masing-masing.

Pengertian anggota keluarga melaksanakan ibadah adalah kegiatan keluarga


untuk melaksanakan ibadah, sesuai dengan ajaran agama/kepercayaan yang
dianut oleh masing masing keluarga/anggota keluarga. Ibadah tersebut dapat
dilakukan sendiri-sendiri atau bersama sama oleh keluarga di rumah, atau di

11
tempat tempat yang sesuai dengan ditentukan menurut ajaran masing masing
agama/kepercayaan.

2) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan


daging/ikan/telur.

Pengertian makan daging/ikan/telur adalah memakan daging atau ikan atau


telur, sebagai lauk pada waktu makan untuk melengkapi keperluan gizi protein.
Indikator ini tidak berlaku untuk keluarga vegetarian.

3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru
dalam setahun.

Pengertian pakaian baru adalah pakaian layak pakai (baru/bekas) yang


merupakan tambahan yang telah dimiliki baik dari membeli atau dari
pemberian pihak lain, yaitu jenis pakaian yang lazim dipakai sehari hari oleh
masyarakat setempat.

4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah.

Luas Lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah keseluruhan luas lantai rumah,
baik tingkat atas, maupun tingkat bawah, termasuk bagian dapur, kamar mandi,
paviliun, garasi dan gudang yang apabila dibagi dengan jumlah penghuni
rumah diperoleh luas ruang tidak kurang dari 8 m2.

5) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan
tugas/fungsi masing-masing.

Pengertian Keadaan sehat adalah kondisi kesehatan seseorang dalam keluarga


yang berada dalam batas batas normal, sehingga yang bersangkutan tidak harus
dirawat di rumah sakit, atau tidak terpaksa harus tinggal di rumah, atau tidak
terpaksa absen bekerja/ke sekolah selama jangka waktu lebih dari 4 hari.
Dengan demikian anggota keluarga tersebut dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya sesuai dengan kedudukan masing masing di dalam keluarga.

6) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan.

12
Pengertian anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan
adalah keluarga yang paling kurang salah seorang anggotanya yang sudah
dewasa memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dari sumber
penghasilan yang dipandang layak oleh masyarakat, yang dapat memenuhi
kebutuhan minimal sehari hari secara terus menerus.

7) Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin.

Pengertian anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin adalah
anggota keluarga yang berumur 10 - 60 tahun dalam keluarga dapat membaca
tulisan huruf latin dan sekaligus memahami arti dari kalimat kalimat dalam
tulisan tersebut. Indikator ini tidak berlaku bagi keluarga yang tidak
mempunyai anggota keluarga berumur 10-60 tahun.

8) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat
kontrasepsi.

Pengertian Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan
alat/obat kontrasepsi adalah keluarga yang masih berstatus Pasangan Usia
Subur dengan jumlah anak dua atau lebih ikut KB dengan menggunakan salah
satu alat kontrasepsi modern, seperti IUD, Pil, Suntikan, Implan, Kondom,
MOP dan MOW.

4. Tahapan Keluarga Sejahtera III

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8


(delapan) indikator KS II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah
satu dari 2 (dua) indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator
”aktualisasi diri” (self esteem) keluarga.

Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator ”kebutuhan
pengembangan” (develomental needs), dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu:

1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.

Pengertian keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama adalah upaya


keluarga untuk meningkatkan pengetahunan agama mereka masing masing.
Misalnya mendengarkan pengajian, mendatangkan guru mengaji atau guru

13
agama bagi anak anak, sekolah madrasah bagi anak anak yang beragama Islam
atau sekolah minggu bagi anak anak yang beragama Kristen.

2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang.

Pengertian sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau


barang adalah sebagian penghasilan keluarga yang disisihkan untuk ditabung
baik berupa uang maupun berupa barang (misalnya dibelikan hewan ternak,
sawah, tanah, barang perhiasan, rumah sewaan dan sebagainya). Tabungan
berupa barang, apabila diuangkan minimal senilai Rp. 500.000,-

3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali


dimanfaatkan untuk berkomunikasi.

Pengertian kebiasaan keluarga makan bersama adalah kebiasaan seluruh


anggota keluarga untuk makan bersama sama, sehingga waktu sebelum atau
sesudah makan dapat digunakan untuk komunikasi membahas persoalan yang
dihadapi dalam satu minggu atau untuk berkomunikasi dan bermusyawarah
antar seluruh anggota keluarga.

4) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.

Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat


tinggal adalah keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota keluarga dalam
kegiatan masyarakat di sekitarnya yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti
gotong royong, ronda malam, rapat RT, arisan, pengajian, kegiatan PKK,
kegiatan kesenian, olah raga dan sebagainya.

5) Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/ radio/tv/internet.

Pengertian Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/ majalah/


radio/tv/internet adalah tersedianya kesempatan bagi anggota keluarga untuk
memperoleh akses informasi baik secara lokal, nasional, regional, maupun
internasional, melalui media cetak (seperti surat kabar, majalah, bulletin) atau
media elektronik (seperti radio, televisi, internet). Media massa tersebut tidak
perlu hanya yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga yang bersangkutan,
tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau dimiliki oleh orang/keluarga lain,
ataupun yang menjadi milik umum/milik bersama.

14
5. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator tahapan
KS I, 8 (delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III, serta 2 (dua) indikator
tahapan KS III Plus.

Dua indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator ”aktualisasi diri”
(self esteem) dari 21 indikator keluarga, yaitu:

1) Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materiil


untuk kegiatan sosial.

Pengertian Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan


materiil untuk kegiatan sosial adalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang
besar dengan memberikan sumbangan materiil secara teratur (waktu tertentu)
dan sukarela, baik dalam bentuk uang maupun barang, bagi kepentingan
masyarakat (seperti untuk anak yatim piatu, rumah ibadah, yayasan pendidikan,
rumah jompo, untuk membiayai kegiatan kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun,
Desa dan sebagainya) dalam hal ini tidak termasuk sumbangan wajib.

2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/


institusi masyarakat.

Pengertian ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan


sosial/yayasan/ institusi masyarakat adalah keluarga yang memiliki rasa sosial
yang besar dengan memberikan bantuan tenaga, pikiran dan moral secara terus
menerus untuk kepentingan sosial kemasyarakatan dengan menjadi pengurus
pada berbagai organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus pada yayasan,
organisasi adat, kesenian, olah raga, keagamaan, kepemudaan, institusi
masyarakat, pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya).

15
E. Kemandirian Keluarga
Adapun tingkat kemandirian keluarga dilihat dari tujuh kriteria yang kemampuan yang
telah dicapai oleh keluarga yaitu (Riasmini, 2017):
1. Kriteria 1 : keluarga menerima perawat
2. Kriteria 2 : keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan
keluarga
3. Kriteria 3 : keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
4. Kriteria 4 : keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan sesuai
anjuran
5. Kriteria 5 : keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana yang sesuai anjuran
6. Kriteria 6 : keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif
7. Kriteria 7 : keluarga melakukan tindakan promotif secara aktif
Tingkat Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
kemandirian 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat  
I
Tingkat     
II
Tingkat      
III
Tingkat       
IV

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan yang sah
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, serta kehidupannya
selaras dengan norma masyarakat dan lingkungan yang ada. Tujuan keluarga sejahtera
antara lain meningkatkan kemampuan keluarga dalam menganalisa potensi dan peluang
yang dimilikinya, meningkatnya gotong royong dan kesetiakawanan sosial dalam
membantu keluarga khususnya keluarga prasejahtera untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
Tingkat kesejahteraan keluarga terdapat 5 tahapan dimulai dari tahapan keluarga pra
sejahtera (kps) sampai dengan tahapan keluarga sejahtera III plus. Dimana disetiap
tahapan terdapat indikator. Untuk menilai tingkat kemandirian keluarga sendiri
mempunyai 7 kriteria.
B. Saran
Setelah mempelajari makalah kriteria kesejahteraan dan kemandirian keluarga
diharapkan pembaca dapat memahami pengertian dan tujuan keluarga sejahtera, tingkatan
kesejahteraan dan kemandirian keluarga. Namun dalam penyusunan makalah ini penulis
menyadari jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah

17
DAFTAR PUSTAKA

BkkbN. (2011). Batasan dan Pengertian MDK. Dalam:


http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx diakses pada 27 Agustus 2019.
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek. Jakarta:
EGC.
Kaakinen, Joanna Rowe. (2015). Family health care nursing : theory, practice, and research.
Philadelphia: F. A. Davis Company.
Mubarrak, Wahit, Santoso Bambang A, khoirul Rozikin, Siti Fatonah. (2006). Ilmu keperawatan
komunitas 2. Jakarta: CV Agung Seto.
Nies, Mary A., dan McEwen, Melanie. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan
Keluarga. Editor: Dra. Junaiti S, Agus S, Dr. Ni Made R. Singapore: Elsevier.
Rector, Cherie L. (2016). Community and public health nursing: promoting the public’s health.
Philadelphia : Wolters Kluwer.
Riasmini, Ni Made, dkk. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok,
dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan NIC di Puskesmas dan
Masyarakat. Jakarta: UI-Press.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tears, LS & Wilkinson JM. (2014). Basic nursing : concepts, skills, & reasoning. Philadelphia:
F. A. Davis Company.

18

Anda mungkin juga menyukai