Abstrak
Pada paper ini akan direview beberapa metode sintesis material nanostruktur yang meliputi nanopartikel, nanotube, dan
komposit nanopartikel
1. Pendahuluan
Pada saat ini, pengembangan nanoteknologi terus keunggulan nanopartikel dibandingkan dengan partikel
dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun sejenis dalam keadaan bulk. Para peneliti juga percaya
dari dunia industri. Semua peneliti seolah berlomba untuk bahwa kita dapat mengontrol perubahan-perubahan
mewujudkan karya baru dalam dunia nanoteknologi. tersebut ke arah yang diinginkan.
Salah satu bidang yang menarik minat banyak peneliti Contoh sederhana bagaimana sifat partikel berubah
adalah pengembangan metode sintesis nanopartikel. jika ukurannya direduksi ke skala nanometer dijumpai
Nanopartikel dapat terjadi secara alamiah ataupun melalui pada titanium dioxide atau titania (TiO2). Dibandingkan
proses sintesis oleh manusia. Sintesis nanopartikel dengan titania ukuran bulk, titania ukuran nano tidak
bermakna pembuatan partikel dengan ukuran yang kurang hanya transparant, tetapi juga sangat efektif untuk
dari 100 nm dan sekaligus mengubah sifat atau fungsinya. menghalangi radiasi ultraviolet. Karena itu nanopartikel
Orang umumnya ingin memahami lebih mendalam titania banyak digunakan sebagai tabir surya (sunscreen).
mengapa nanopartikel dapat memiliki sifat atau fungsi Titania bukan skala nano, walaupun juga menyerap
yang berbeda dari material sejenis dalam ukuran besar ultraviolet, namun tidak transparan. Titania berukuran
(bulk). Dua hal utama yang membuat nanopartikel besar berwarna putih susu dan banyak digunakan sebagai
berbeda dengan material sejenis dalam ukuran besar bahan pemutih pada kosmetik.
yaitu: (a) karena ukurannya yang kecil, nanopartikel Sintesis nanopartikel dapat dilakukan dalam fasa
memiliki nilai perbandingan antara luas permukaan dan padat, cair, maupun gas. Proses sintesis pun dapat
volume yang lebih besar jika dibandingkan dengan berlangsung secara fisika atau kimia. Proses sintesis
partikel sejenis dalam ukuran besar. Ini membuat secara fisika tidak melibatkan reaksi kimia. Yang terjadi
nanopartikel bersifat lebih reaktif. Reaktivitas material hanya pemecahan material besar menjadi material
ditentukan oleh atom-atom di permukaan, karena hanya berukuran nanometer, atau pengabungan material
atom-atom tersebut yang bersentuhan langsung dengan berukuran sangat kecil, seperti kluster, menjadi partikel
material lain; (b) ketika ukuran partikel menuju orde berukuran nanometer tanpa mengubah sifat bahan. Proses
nanometer, maka hukum fisika yang berlaku lebih sintesis secara kimia melibatkan reaksi kimia dari
didominasi oleh hukum-hukum fisika kuantum. sejumlah material awal (precursor) sehingga dihasilkan
Sifat-sifat yang berubah pada nanopartikel material lain yang berukuran nanometer. Contohnya
biasanya berkaitan dengan fenomena-fenomena berikut adalah pembentukan nanopartikel garam dengan
ini. Pertama adalah fenomena kuntum sebagai akibat mereaksikan asam dan basa yang bersesuaian.
keterbatasan ruang gerak elektron dan pembawa muatan Secara umum, sintesis nanopartikel akan masuk
lainnya dalam partikel. Fenomena ini berimbas pada dalam dua kelompok besar. Gambar 1 menjelaskan dua
beberapa sifat material seperti perubahan warna yang pendekatan besar dalam mensintesis nanopartikel. Cara
dipancarkan, transparansi, kekuatan mekanik, pertama adalah memecah partikel berukuran besar
konduktivitas listrik, dan magnetisasi. Kedua adalah menjadi partikel berukuran nanometer. Pendekatan ini
perubahan rasio jumlah atom yang menempati permukaan kadang disebut pendekatan top-down. Pendekatan kedua
terhadap jumlah total atom. Fenomena ini berimbas pada adalah memulai dari atom-atom atau molekul-molekul
perubahan titik didih, titik beku, dan reaktivitas kimia. atau kluster-kluster yang diassembli membentuk partikel
Perubahan-perubahan tersebut diharapkan dapat menjadi
33
J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 2, Jul 2008 34
berkuran nanometer yang dikehendaki. Pendekatan ini mudah dapat “discale up” untuk membuat partikel dalam
disebut bottom-up. jumlah besar bagi kebutuhan industri. Kita telah
menggunakan metode ini untuk membuat sejumlah
partikel oksida seperti yttria yang didop dengan europium
(material pemancar cahaya merah untuk kebutuhan
display), yttrium-gadolonium aluminium garnet yang
didop cerium (pemancar cahaya biru-kuning), galium
nitrida (pemancar cahaya biru), yttria yang didop
bulk gadolonium (pemancar ultraviolet), seng oksida
(pemancar cahaya hijau-kuning), oksida seng-tembaga-
aluminium sebagai katalis pengubah metanol dan air
menjadi hidrogen, dan ceria yang didop neodimium yang
berpotensi bagi pengembang sel bahan bakar. Metode ini
hanya membutuhkan sebuah oven yang dapat beroperasi
pada suhu pemanasan di atas suhu dekomposisi polimer.
Top-down: Suhu operasi di atas 500 oC sudah cukup untuk
dipecah mendekomposisi sejumlah polimer.
Secara sederhana, prinsip kerja metode ini adalah
mencampurkan larutan logam nitrat di dalam air dengan
larutan polimer dengan berat molekul tinggi (high
molecular weight polymer, HMWP). Kedua larutan
dicampur dan diaduk secara merata disertai pemanasan
sehingga kandungan air hampir habis dan diperoleh
nanopartikel
larutan kental polimer. Di dalam larutan tersebut
diperkirakan ion-ion logam menempel secara merata pada
rantai polimer. Larutan polimer kemudian ditempatkan
dalam krusibel alumina dan dipanaskan pada suhu di atas
suhu dekomposisi polimer. Suhu pemanasan dinaikkan
Bottom-up: secara perlahan-lahan. Keberadaan polimer menghindari
digabung, assembli pertemuan antar partikel yang terbentuk melalui proses
nukleasi sehingga tidak terjadi agglomerasi. Ketika
polimer telah terdekomposisi kita dapatkan partikel-
partikel yang hampir terpisah satu dengan lainnya. Secara
sederhana diagram alir pembuatan partikel dengan metode
tersebut tampak pada Gbr. 2
bagaimana membuat koloid dengan ukuran partikel partikel lebih lanjut, juga menghindari penggumapan
tertentu menggunakan surfaktan. partikel membentuk aglomerasi yang lebih besar sehingga
koloid emas tetap stabil dalam jangka waktu yang lama.
Prekursor dicampur
Partikel Au 2 nm Partikel Au 4 nm
Partikel terbentuk,
Surfaktan surfaktan dimasukkan Berikut ini akan dijelaskan sejumlah metode
sederhana untuk mensintesis koloid dari nanopartikel.
Partikel Titanium Dioksida (TiO2) dan Nanorod pemanasan berlangsung sebagai berikut. Sampel dijaga
Partikel koloid dari oksida logam dapat dihasilkan pada suhu 100 oC selama 8-10 jam dengan tujuan untuk
dengan cara hidrolisis dari garam tertentu. Sebagai contoh, menguapkan seluruh air yang ada pada sampel. Untuk
nanopartikel TiO2 dapat dihasilkan pada hidrolisis pembuatan TiO2 fase anatase, sampel dipanaskan hingga
titanium tetraklorida menurut persamaan reaksi suhu 400 atau 500 oC dengan laju 2,5 oC/menit dan dijaga
pada suhu ini selama 2 jam. Sedangkan untuk pembuatan
TiCl4 + 2H2O = TiO2 + 4HCl (2) TiO2 fase rutile, sampel dipanaskan secara cepat hingga
mencapai suhu 700 oC untuk menghindari pembentukan
Pembentukan nanopartikel TiO2 melalui reaksi di atas anatase yang biasanaya ada pada fasa suhu yang rendah.
diilustrasikan pada Gbr 6. Lalu sampel ini dijaga pada suhu tersebut selama 2 jam
yang kemudian dibiarkan mendingin hingga kembali ke
suhu kamar.
OH- TiCl4
Koloid TiO2
Gambar 7 Hasil SEM dari template AAM dari atas. Iset
adalah penampang samping.
Gambar 6 Skematik pembentukan nanopartikel TiO2
dengan menggunakan metode hidrolisis garam.
)
g
Intensitas (sembarang)
n
a
r
a
Cara lain membuat koloid TiO2 sebagai berikut. b
Titanium tetraisopropoxide (TTIP), acetylacetone
em
s(
(ACAC), air deionized dan etil alkohol (EtOH) dicampur
dengan berbagai rasio molaritas, misalnya 1:1:3:20, s
a
ti
1:3:40:70, atau 1:1:275:86. TTIP dilarutkan pada etanol
dengan air dan ACAC. Larutan tersebut kemudian secara
perlahan ditambahkan kepada larutan TTIP/EtOH untuk te
membentuk sol-TiO2. Larutan campuran tersebut lalu ns
diaduk selama 2 jam pada suhu kamar. In
Pembentukan nanorod TiO2 dilakukan dengan cara 20 30 40 50 60 70 80
sol filling (pemasukkan sol ke lubang berpori) dan 2 (derajat)
heating-sol-gel-templates (pemanasan template untuk
material sol-gel). Template yang digunakan dapat berupa
anodic alumunim berpori dengan ketebalan beberapa Gambar 8 XRD dari nanorod TiO2 yang di-anneal pada
puluh mikrometer dan diamter poros beberapa ratus suhu (a) 400 oC, (b) 500 oC, (c) 700 oC.
nanometer. Pertama, membran anodic alumunium
(AAMs) dipanaskan di dalam etanol pada suhu 75-77 oC Kemudian template ini dicelupkan ke dalam
selama 10 menit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan larutan sol-TiO2 (pada suhu ruang atau suhu 80 oC)
hydrophilicity (daya ikat) dari pori-pori alumunium dengan waktu pencelupan beberapa puluh menit. Setelah
dengan sol-TiO2. Gambar 7 adalah contoh foto SEM itu, hasilnya dikeringkan pada suhu ruang selama 24 jam.
nanorod template untuk membuat nanorod TiO2. Hasil ini lalu diletakkan pada ruang pemanas. Proses
Kemudian template ini dicelupkan ke dalam pemanasan berlangsung sebagai berikut. Sampel dijaga
larutan sol-TiO2 (pada suhu ruang atau suhu 80 oC) pada suhu 100 oC selama 8-10 jam dengan tujuan untuk
dengan waktu pencelupan beberapa puluh menit. Setelah menguapkan seluruh air yang ada pada sampel. Untuk
itu, hasilnya dikeringkan pada suhu ruang selama 24 jam. pembuatan TiO2 fase anatase, sampel dipanaskan hingga
Hasil ini lalu diletakkan pada ruang pemanas. Proses suhu 400 atau 500 oC dengan laju 2,5 oC/menit dan dijaga
J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 2, Jul 2008 38
pada suhu ini selama 2 jam. Sedangkan untuk pembuatan adalah foto TEM nanapartikel koloid yang dibuat. Ukuran
TiO2 fase rutile, sampel dipanaskan secara cepat hingga partikel koloid sekitar 4 nm.
mencapai suhu 700 oC untuk menghindari pembentukan
anatase yang biasanaya ada pada fasa suhu yang rendah.
Lalu sampel ini dijaga pada suhu tersebut selama 2 jam
yang kemudian dibiarkan mendingin hingga kembali ke 80 ooCC
80
(CH33COO)
COO)22Zn.2H O
Zn.2H2O
2
suhu kamar. 33 jam
jam
Gambar 8 memperlihatkan pola difraksi sinar-X
yang memperlihatkan fasa anatase dan rutile untuk
sampel yang dipanaskan pada suhu berbeda.
111
Intensitas (sembarang)
b 220
311
20 30 40 50 60 70
2 (derajat)
c
Gambar 11 Pola difraksi sinar-X nanopartikel CdSe.
Gambar 10 (a) koloid ZnO jika tidak disinari UV, dan (b)
koloid ZnO ketika disinari UV, dan (c) foto TEM kolid
ZnO.
Setelah itu, dilakukan analisis sinar-X dan didapat logam [1,58 mmol (0,54 g)] dilarutkan di dalam 3 ml 1,2-
Ni, besi oksida dan Ni-besi dalam bentuk kristal. dichlorobenzene (DCB) yang mengandung 0,6 mmol(0,2
Silika basah disiapkan melalui proses hidrolisis ml) asam oleic dan 1,1 mmol (0,34 ml) dioctylamine serta
dan kondensasi tetraethoxysilane (TEOS) dengan 2 jenis diaduk selama 15 menit. Struktur kristal dari bahan ini
asam-basa sebagai katalisator proses sol-gel (katalisnya lalu dikarakterisasi dengan difraksi sinar-X dan TEM.
adalah hidroklorik dan ammonia). Pada tahap pertama, Sifat magnetik dari bahan ini lalu dipelajari dengan
pra-polimerisasi dari TEOS didapat melalui reaksi dari SQUID (Superconducting Quantum Interface Device).
TEOS dengan air dan asam katalis (HCl 1 M) pada Pada karakterisasi ini, yang diukur dari bahan tersebut
larutan etanol. adalah ZFC (Zero Field Cooled) magnetisasi bahan.
Setelah dibiarkan pada suhu 25 oC selama 1 bulan, Gambar 13 adalah pola difraksi sinar-X dan ZFC dari
didapat cairan yang viskositasnya tinggi. Pada tahap nanopartikel cobalt.
kedua, 0,05 M larutan NH3 ditambahkan kepada sol asam.
Setelah 48 jam, gel dari sampel matriks diperoleh. Lalu, Nanopartikel Co-Au Core-Shell (teras-kulit)
cairan yang mengandung pori-pori dari gel silica diganti
dengan etanol. Dua sampel didapat dengan cara (a) a
s
(a)
Intensitas
menyebarkan gel silica melalui larutan alcohol yang
ti
supersaturasi (anhydrous Ni(II) acetylacetonate atau
anhydrous Fe(II) acetylacetonate). Pengeringan dilakukan ns
te
Intensitas
pada proses penyebaran ini. Proses pengeringan ini terjadi In
pada suhu 260 oC dan tekanan 131 bar. Setelah 3 jam,
tekanan dikurangi secara perlahan. Aerogel yang didapat 40 50
dibiarkan mendingin secara perlahan sampai suhunya
sama dengan suhu kamar.
fcc-Au
)
221 -Co
-Co
I Inntensaitase(sembanrang)
a
g 60
r 40 50 60 70 80
ab 40 50 70 80
2
2
sm 310
( 310 2 g)
2 (b) /
M (emu/g)
Magnetization (emu/g)
ts (b) u
i m
311 e T=
T =5
5KK
311 FC
FC
s (
M-10000
-10000 0 10000
nte
35 40 45 50 55 0,2
,2
35 40 45 50 55 Medan (Oe)
2 ZFC
2
)
M Momen (sembanrang)
a
g H = 20 G
ra
b ,02
0,02
sm 0 50 100 150 200 250 300 350
(e
Suhu (K)
n
e
om Gambar 14 (a) Hasil dari difraksi sinar-X dan (b) ZFC
magnetisasi dari nanopartikel Co-Au. Inset merupakan 5
K histerisis yang menunjukkan sifat feromagnetik dari
1 10 100 1000 bahan tersebut pada suhu rendah.
Suhu (K)
Nanopartikel yang belum jadi dapat dijadikan
sebagai inti dari nanopartikel yang akan dibuat. Cobalt
Gambar 13 (a) Hasil dari difraksi sinar-X dan (b) ZFC dijadikan sebagai inti sedangkan Au sebagai kulit dari
magnetisasi dari nanopartikel cobalt. nanopartikel tersebut. Larutan prekursor teras cobalt [0,5
ml (3 mmol/ml)] dicampur dengan 5 ml toluene dan
Nanopartikel cobalt diberi semburan gas argon selama 30 menit. Kemudian
Nanopartikel cobalt disintesis dengan cara larutan 0,01 g HAuCl4, 0,25 ml oleylamine dan 3 ml
dekomposisi yang cepat dari material prekursor toluene dimasukkan ke larutan tersebut pada suhu 85 oC.
(organometallic) pada larutan yang mengandung Setelah terjadi reaksi, larutan dijaga pada suhu tersebut
surfaktan pada lingkungan berisi argon. Cobalt carbonyl selama 1 jam. Nanopartikel core-shell terbentuk dengan
J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 2, Jul 2008 41
ukuran inti 6 nm dan ukuran kulit 1,5 nm. Karakterisasi melaui selaput micelle (lihat ilustrasi pada Gbr 3.20).
dari nanopartikel ini dilakukan dengan cara yang sama Rongga micelle jauh lebih permeabel bagi anion
dengan nanopartikel sebelumnya. Gambar 14 adalah pola dibandingkan dengan kation, sehingga secara efektif yang
difraksi sinar-X dan ZFC dari nanopartikel Co-Au teramati hanya aliran anion dari luar masuk ke dalam
rongga micelle tanpa disertai aliran kation dari rongga
Reverse Micelle micelle ke luar. Hal ini dapat dilakukan dengan memiliki
Cara lain membuat partikel koloid dengan ukuran material micelle yang tepat. Contonhnya material yang
nanometer adalah metode reverse micelles. Micelle menghasilkan permeabilitas anion sekitar 100 kali lebih
adalah partikel koloid berongga yang umumnya berupa tinggi daripada kation. Anion yang mengalir masuk
material organik yang terbentuk secara spontan (self bereaksi dengan kation yang ada dalam rongga micelle
asembli) seperti diilustrasikan pada Gbr 15. Dengan cara membentuk partikel padatan yang ukurannya dibatasi oleh
sonifikasi (getaran dengan gelombang bunyi), kation (ion ukuran micelle. Membran micelle juga menjadi pembatas
positif) dipaksa masuk ke dalam rongga micelle (lihat Gbr pertumbuhan ukuran partikel lebih lanjut dan menjadi
16). pelindung partikel dari aglomerasi.
material, dan ini dicapaai hanya dengan mengubah reaksi antara prekursor dengan gas pembawa maka pilih
konsentrasi prekursor pada saat sintesis. Untuk FePt yang gas pembawa yang inert seperti nitrogen atau argon.
disintesis pada fase cair, koersivitas maupun kristalinitas Karena ukuran droplet yang kecil maka dengan segera
dapat diubah dengan melakukan anealing pada suhu pelarut menguap habis ketika baru masuk di sekitar ujung
berbeda pada partikel yang baru disintesis. Sun dkk depan tabung reaktor. Yang tersisa adalah material
meramalkan bahwa magnetiksasi nanopartikel FePt prekursor dalam bentuk padatan yang tetap mengalir
hingga lebih dari sepuluh tahun. bersama carrier gas. Karena berada dalam ruang bersuhu
tinggi maka terjadi reaksi pirolisis pada partikel dan
2.4 Metode Spray sebelum meninggalkan tabung reaktor telah terbentuk
Spray adalah pembangkitan droplet-droplet kecil partikel hasil reaksi yang diharapkan. Partikel yang
dari medium fase cair. Contoh spray yang paling kita dihasilkan dikumpulkan pada kolektor partikel.
kenal adalah parfum, hair spray, cat pilox, obat ati
nyamuk cair, paint brush, dan sebagainya. Ukuran droplet Aliran keluar
yang dihasilkan bergantung pada berbagai faktor seperti
viskositas cairan, tegangan peemukaan cairan, ukuran
lubang tempat droplet keluar, dan sebagainya.
Cara menghasilkan droplet spray juga bermacam-
macam. Salah satu yang cukup sederhana adalah Trap
mengalirkan udara berkecapatan tinggi di ujung sebuah
pipa berlubang kecil di mana ujung lain pipa tersebut
tercelup di dalam zat cair. Tekanan yang kecil pada ujung Furnace
yang dikenai udara yang mengalir meyebabkan zat cair
dalam wadah terdorong naik menuju ujung pipa yang Patikel
dikenai aliran udara. Ketika sampai di ujung pita, aliran padatan
udara yang kencang mengebabkan zat cair terurai menjadi
butir-butir kecil dan terbawa bersama aliran udara.
Cara lain menghasilkan droplet adalah
Pengontrol
mengetarkan zar cair menggunakan gelombang ultrasonik.
suhu
Cara menghasilkan spray semacam ini banyak dipakai
dalam dunia kedokteran untuk memasukkan obat ke Larutan
dalam tubuh pasien lewat sistem pernapasan. Larutan obat menguap
digetarkan dengan gelombang ultrasonik sehingga
membentuk droplet-droplet yang beterbangan di sekitar
permukaan zat cair. Pasien menghirup udara di
permukaan obat melalui selang yang salah satu ujungnya
terhubung ke hidung sehingga droplet yang mengandung
obat tersebut masuk ke dalam sistem pernapasan. Droplet
Memasuki
Spray Pirolisis. reaktor
Akhir-akhir ini metode spray banyak digunakan
untuk membuat material dalam bentuk partikel berukuran
mikrometer dan submikrometer. Proses yang berlangsung
adalah melakukan reaksi pirolisis pada droplet yang Droplet
dihasilkan spray. Pirolisis adalah reaksi kimia pada suhu
Gas
tinggi. Jika yang dispray adalah larutan prekursor yang
dapat bereaksi pada suhu tinggi maka dengan metode Pembawa
spray kita dapat mebuat partikel dengan cepat. Proses (gas inert)
pembentukan partikel hanya berlangsung dalam beberapa Larutan
detik. Metode semacam ini sering disebut spray pirolisis. Ultrasonic Prekursor
Spray pirolisis dilakukan pada sebuah reaktor yang nebulizer
terdiri dari pembangkit droplet yang dikenal pula dengan
nama nebulizer atau atomizer, reaktor berbentuk tabung,
Gambar 21 Skema reaktor spray pirolisis
dan penampung partikel. Skema reaktor spray pirolisis
tampak pada Gbr 3.24. Tabung yang digunakan dalam
reaktor harus dari bahan yang bisa tahan hingga suhu
Ada sejumlah keuntungan membuat partikel
mendekati 1000 oC. Contoh bahan tersebut adalah
dengan metode spray pirolisis, seperti: (a) Ukuran partikel
alumina, quartz, dan bisa juga stainless steel.
yang dihasilkan dapat dikontrol dengan mudah melalui
Droplet yang dihasilkan dialirkan masuk ke dalam
pengontrolan konsentrasi larutan. Ukuran droplet yang
tabung yang telah diset pada suhu tinggi menggunakan
dihasilkan atomizer hampir tidak dipengaruhi oleh
carrier gas (gas pembawa). Jika tidak dikehendaki adanya
konsentrasi larutan yang digunakan selama konsentrasi
J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 2, Jul 2008 45
tersebut belum mengubah secara signifikan tegangan (TTIP) digunakan sebagai pemulai reaksi dan helium
permukaan maupun viskositas larutan. Makin kecil sebagai carrier gas pembawa. Laju aliran gas oksigen
konsentrasi larutan maka makin sedikit jumlah zat terlarut diatur, namun tekanan dan suhu pada tabung reaksi dijaga
dalam droplet yang menyebabkan makin kecil ukuran tetap 10 mbar dan 1000 oC. Bubuk titania yang berbentuk
partikel yang dihasilkan; (b) Partikel yang dihasilkan kristal diukur besarnya dengan menggunakan metoda
sangat bulat. Bentuk droplet yang dihasilkan spray selalu Scherrer dengan menggunakan difraktometer sinar-X dari
bulat, karena bentuk ini memiliki energi paling kecil. partikel yang dikumpulkan pada batang quartz yang tipis
Dengan asumsi bahwa atom-atom pelarut menguap secara yang diletakkan pada pusat tabung reaksi secara
homogen di semua bagian permukaan droplet maka horizontal. Pada percobaan ini sendiri, ukuran partikelnya
selama proses mengecilnya ukuran droplet akibat belum diketahui berapa besarnya.
penguapan pelarut, bentuk droplet tetap bulat. Pada
akhirnya, bentuk akhir partikel yang dihasilkan pun bulat; Filter expansion spray pyrolisis.
(c) Jika konsentrasi droplet tidak terlalu tinggi maka Ukuran partikel yang dihasilkan dengan metode
setelah terbentuknya partikel, konsentrasi partikel di spray pirolisis sangat bergantung pada ukuran droplet.
dalam aliran gas juga tidak tinggi. Peluang terjadinya Ukuran droplet yang dihasilkan dengan berbagai macam
tumbukan yang membuat partikel menyatu sangat kecil. spray biasanya beberapa mikrometer hingga puluhan
Akibatnya tidak terjadi aglomerasi pada partikel yang mikrometer. Dengan ukuran tersebut biasanya ukuran
dihasilkan. partikel yang dihasilkan minimal berorde submikrometer.
Kristalitas partikel yang dihasilkan dapat dikontro Sangat sulir mensintesis partikel dengan ukuran kurang
dengan dua cara: (a) Mengontrol suhu reaktor. Makin dari 100 nm dengan metode spray pirolisis.
tinggi suhu reaktor maka makin tinggi kristalinitas Agar kita dapat menghasilkan partikel yang lebih kecil
partikel yang dihasilkan; (b) Mengontrol laju aliran maka ukuran partikel harus dapat direduksi lebih lanjut.
carrier gas. Laju aliran cariier gas menentukan berapa Salah satu metode membuat droplet dengan ukuran lebih
lama partikel berada di dalam reaktor. Makin kecil laju kecil adalah menggunakan gelas berpori yang
aliran gas maka makin lama partikel berada di dalam dihubungkan dengan tekanan rendah. Metode ini disebut
reaktor. Secara kasar berlaku. filter expansion spray pyrolisis.
Droplet yang dihasilkan dari spray diarahkan ke
[Waktu dalam reaktor] 1/[laju aliran gas] (5) filter gelas yang mengandung pori-pori yang berukuran
kecil. Di permukaan atas filter gelas terbentuk lapisan
Makin lama partikel berada dalam reaktor maka makin tipis zat cair. Tekanan rendah di bawah menyebabakan
lama proses pemanasan yang dialami partikel. Akibatnya lapisan zat cair turun melalui pori-pori gelas dan keluar di
makin baik kristalinitas partikel. Gambar 22 adalah sisi bawah gelas dengan ukuran yang sangat kecil.
contoh partikel Y2O3-ZrO2 yang dibuat dengan metode Partikel yang baru saja keluar ditarik ke arah filter meluai
spray pirolisis. Ukuran rata-rata partikel sekitar ratusan sebuah tabung reaktor bersuhu tinggi yang dihubungan
mm. dengan filter penyaring partikel. Suhu reaktor diatur
sehingga begitu sampai filter kolektor, droplet sudah
berubah menjadi partikel akhir.
(a) 700 oC
5nm
nanocrystal
garam
5nm 20nm
`
Heater
Exhaust
Reaksi pada
Dicuci/sentrifuge suhu tinggi
beberapa kali
Furnace
Pengeringan
pada suhu rendah
Nanopartikel
spray
Gambar 25 Gambar kiri adalah foto SEM partikel yang
dihasilkan dari reaktor spray. Ukuran partikel lebih dari 1
mm. Gambar kanan adalah foto TEM partikel setelah Gas
partikel pada gambar kiri dicuci dan disentrifuge beberapa pembawa
kali.
Nebulizer
Pembuatan Partikel Berporos dengan Spray Pyrolisis. utrasonic
Prekursor
Di samping digunakan untuk membuat partikel
dan koloid
padatan, metode spray pirolisis juga dapat digunakan
untuk membuat partikel berporos. Caranya adalah
menambahkan koloid polimer ke dalam prekursor yang Gambar 26 Ilustrasi proses pembentukan partikel
akan dispray. Akibatnya, droplet yang dihasilkan berporos
disamping mengandung prekursor juga mengandung
partikel-partikel polimer. Tabung reaktor minimal harus Carbon Nanotube
dibagi atas dua daerah pemanasan. Daerah pemanasan Di sini kita akan membahas salah satu metode
pertama diset pada suhu yang tidak terlalu tinggi, sekedar sederhana membuat carbon nanotube, yaitu dengan
untuk menguapkan pelarut sehingga didapatikan prekuros metode spray pirolisis. Dengan metode spray pirolisis,
dalam bentuk padat yang di dalamnya terdapat partikel- carbon nanotubes dapat dibuat pada suhu relative rendah,
partikel polimer. Daerah pemanasan kedua dimaksudkan sekitar 800 oC. Proses sintesis mencakup spray ferrocene
untuk melakukan reaksi pirolisis dan mendekomposisi [Fe(C5H5)2] dan benzene (C6H6) dalam reactor spray
polimer. Setelah polimer terdekomposisi, lokasi yang melalui sebuah tabung gelas quartz menggunakan argon
semula ditempati polimer menjadi poros. Gambar 26 sebagai gas pembawa. Ferrocene berperan sebagai katalist
adalah ilustrasi proses pembentukan partikel berporos. yang memungkinkan penyusunan molekul-molekul
J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 2, Jul 2008 48
benzene menjadi CNT. Fraksi ferrocene kurang dari 5% keperluan analisis, sample yang terbentuk didispersi
berat. Skema reaksi pembentukan CNT diperlihatkan dalam etnaol dan ditempatkan dalam beberapa menit di
pada Gbr. 27. Reaktor yang digunakan sama dengan dalam ultrasonic bath (pencuci ultrasonic).
reactor spray pirolisis pada Gbr. 21. Panjang reactor
(tabung gelas) sekitar 1 meter dengan diameter dalam
sekitar 1 mm. Aliran gas pembawa sekitar 2 liter/menit.
10 m
m
Fe +
2 m
m
benzene
a a
a
b b
b
Spray Drying Komposit ZnO-silica baru yang memperlihatkan puncak spektrum luminisens
Spray drying adalah metode spray yang tidak pana panjang gelombang di bawah 500 nm
melibatkan reaksi kimia pada prekursor. Yang terjadi memperlihatkan gejala pergeseran merah (red shift)
adalah penguapan pelarut sehingga didapatkan partikel sebagai akibat pertumbuhan ukuran partikel secara terus
padatan. Jenis material yang dihasilkan sama dengan jenis menerus di dalam koloid. Setelah disimpan sekitar 5 hari,
material dalam prekursor tanpa terjadi perubahan kimiawi. puncak luminisens bergeser ke panjang gelombang sekitar
Contoh spray drying adalah pembentukan partikel 560 nm. Dalam aplikasi, transformasi ini haris dihindari.
berukuran besar dengan dimulai dari kolloid. Koloid mula- Salah satu cara menghindri pertumbuha ukuran
mula dispray sehingga terbentuk droplet yang nanopartikel ZnO yang telah disintesis dengan metode
mengandung partikel-partikel koloid. Saat melewati sol-gel adalah melokasilisasi nanopartikel dalam matriks
reaktor, zar cair menguap dan droplet-droplet host padatan. Salah satu yang munkin adalah nanopartikel
menggumpal menjadi partikel besar berukuran beberapa SiO2. Kolloid ZnO yang dibuat dengan metode sol-gel
mikrometer atau submikrometer. Suhu pembuatan tidak dengan segera dicampur dengan koloid silica dengan
terlalu tinggi karena sekedar untuk menguapkan pelarut. perbandingan yang sesuai sambil dilakukan pendadukan
Gambar 32 adalah ilustrasi pembentukan partikel selama sekitar 10 menit. Konsentrasi total campuran
komposit dari koloid. diatur dengan menambahkan etanol di dalamnya.
Konsentrasi total campuran akan menentukan ukuran
akhir partikel komposit yang dihasilkan. Sebanyak sekitar
Heater Exhaust 100 mL campuran koloid dimasukkan ke dalam nebulizer
pada peralatan spray drying. Reaktor spray diset pada
suhu sekitar 450 oC. Gas nitrogen digunakan sebagai gas
pembawa karena bersifat inert dengan laju aliran sekitar 2
L/menit. Partikel komposit yang dihasilkan ditangkap
pada wadah penampung yang dipanaskan pada suhu 200
o
C untuk menghindari kondensasi air pada sampel.
Gambar 33 adalah contoh foto SEM sampel yang
Pengeringan
dibuat. Tampak partikel komposit yang berukuran
submikromter sampak micrometer. Partikel tersebut
mengandung nanopoatikel ZnO yang terselip antara
Furnace
Spray
Gas
pembawa
Nebulizer
Partikel
utrasonic
koloid A 1,5 m
m
Partikel
koloid B Gambar 33 Komposit partikel yang mengandung
nanopartikel silica dan nanopartikel ZnO.
Gambar 32 ilustrasi pembentukan partikel-komposit. Spray Drying Partikel Silika yang Mengandung
Nanoporos
Masalah yang muncul dengan kolid ZnO yang Metode spray drying dapat digunakan juga untuk
dibuat dengan metode sol-gel adalah pergeseran warna membuat partikel berukuran beberapa micrometer yang
luminisens karena pertumbuhan ukuran partikel. Koloid menganung poros yang berkurang nanometer. Inti dari
metode ini sangat sederhana. Kolloid silica dan colloid
J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 2, Jul 2008 51
Heater Exhaust
c
Pengeringan pada
suhu tinggi
Furnace
Pengeringan pada
suhu rendah
d
Spray
35(b) diperoleh dengan mengunakan polistriren dengan sumber cahaya putih dalam struktur LUCOLED
konsenrasi yang terlalu banyak. Gambar 35(c) adalah (luminescence conversion LED).
partikel yang diperoleh dengan menggunakan Salah satu cara membuah logam hidrida adalah
perbandingan konsentrasi polistiren dan silica yang tepat. mentransfoemasi oksida logam ke bentuk nitride di bawah
Gambar 33(d) adalah gambar permukan partikel yang airan ammonia. Reaksi kimia tranformasi tersebut adalah
diambil dengan perbesaran yang tinggi. Tampak pada
gmbar bahwa poros tersusun secara teratur dalam Ga2O3 + 2NH3 2GaN + 3H2O (6)
konfigurasi heksagonal. Ini menunjukan bahwa selama
proses pengeringan menjadi partikel bersar terjadi self- Agar reaksi transformasi berlangsung cepat maka
organizasi partikel polistiren membentuk susunan penggunaan material awal dalam bentuk nanopartikel
heksagonal. gallium oksida sangat diperlukan. Dan hasil akhir pun
akan berbentuk nanopartikel GaN. Luas permukan yang
Pirolisis Galiun Nitrida besar serta kedalaman penetrasi yang kecil
memungkinkan proses nitridasi dalam waktu yang singkat.
Ga(NO3)nH2O Air ultramurni MFC
Pencampuran
pada suhu kamar
Ar/N2
Udara
Pencampuran
NH3(aq) pada suhu kamar
NH3
valve
Prekursor
Galium nitride (GaN) dan sejumlah matrial Gambar 37 Bentuk reaktor yang digunakan untuk
semikonduktor dengan lebar celah energi besar sangat membuat GaN.
potensial untuk diaplikasikan sebagai piranti pemancar
cahaya biru, ungu, dan ultraungu dan pada piranti Salah satu cara mebuat gallium oksida dengan
elektronik berdaya tinggi. LED yang berbasis GaN ukuran nanometer dalam waktu cepat adalah memanaskan
memperlihatkan umur pakai (life time) yang sangat lama gallium nitrat. Namun, hasil yang diperoleh adalah
dan daya pancaran yang lebih tingi daripada LED yang gallium oksida ukuran mikrometer. Untuk mendapatkan
telah dikenal sebelumnya. Kombinasi LED biru dari GaN gallium oksida ukuran nanometer, ammonia ditambahkan
serta YAG:Ce mempunyai peluang untuk pengembangan ke dalam prekusror. Ammonia akan membantu
J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 2, Jul 2008 53
memecahkan mikropartikel gallium oksida menjadi konsentrasi NH3(aq)/Ga(NO)3 = 1 tampak pda Gbr 38(a).
partikel berukuran nanometer. Gallium nitrate Foto TEM nanopatikel GaN yang dinitridasi pada suhu
(Ga(NO3)3·nH2O dilarutkan dalam air ultra murni dengan 800 oC tampak pada Gbr 38(b). Partikel GaN yang
konsentrasi total Ga sekitar 0,5 mol/L. Ammonia dengan dihasilkan memperlihatkan puncak luminesens pada
konsentrasi sekitar 5 mol/L ditambahkan ke dalam larutan panjang gelombang sekitar 360 nm.
gallium nitrat sehingga dihasilkan larutan yang transparan.
Prekursor tersebut kemudian ditempatkan dalam tabung 2.5 Kolloid Templating
reactor quartz dan dipanaskan alam aliran udara pada Material dengan struktur periodik tiga dimensi
suhu antara 800 – 1100 oC. Untuk mengkonversi gallium menarik minat peneliti baik teoretis maupun
oksida menjadi gallium nitride, campuran ammonia dan ekperimentasis dalam decade terakhir. Material ini
argon dialirkan di atas sample pada suh sekitar 800 oC. potensial digunakan untuk membuah kristal fotonik,
Lama waktu pengaliran antra 1 hingga 8 jam. Diagral alir katalis berkemapuan tinggi, pelapisan canggih dan
lengkap sintesis tampak pada Gbr 36. Dan bentuk reaktor sejumlah aplikasi lainnya.
yang digunakan digmbarkan secara skematik pada Gbr 37.
Motor
(a)
Heater
Kristal koloid
struktur 3D
Precursor
500 nm
300 nm
2 m
22 m
m
J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 2, Jul 2008 55
(b) Pemansan suhu tinggi Khairurrijal, J. Sains Materi Indonesia (Edisi Khusus),
180 (2006).
[2] W. Budiawan, A. S. Vioktalamo, M. Abdullah, dan
Khairurrijal, Pertemuan Ilmiah Iptek Bahan 2006
(Serpong, 18-19 Juli 2006).
[3] W. Budiawan, M. Abdullah, and Khairurrijal, Proc.
Cangkang mrlrlah Int. Conf. Mathematics and Natural Sciences
dan jatuh (Bandung 29-30 November 2006) pp. 1069-1072.
[4] L. Gradon, S. Janeczko, M. Abdullah, F. Iskandar,
and K. Okuyama, AIChE J. 50, 2583 (2004).
[5] F. Iskandar, M. Abdullah, H. Yoden, and K.
Okuyama, J. Appl. Phys. 93, 9237 (2003).
[6] F. Iskandar, M. Abdullah, H. Yoden, and K.
Partikel yang terorganisasi Okuyama, Virt. J. Nanoscale Sci. & Technol. 7, no.
22, June 2 (2003).
[7] F. Iskandar, M. Abdullah, H. Yoden, and K.
Gambar 41 Proses pembuatan cangkang dan partikel Okuyama, J.Sol-Gel Sci. Technol. 29, 41 (2004).
logam yang teroganisasi. [8] F. Iskandar, M. Abdullah, and K. Okuyama, in
Encyclopedia of Nanoscience and Nanotechnology
(HS.Nalwa, Ed.); American Scientific Publishers,
a vol.8, 259 (2004).
[9] F. Iskandar, Mikrajuddin, and K. Okuyama, Nano
Lett. 1, 231 (2001).
[10] F. Iskandar, Mikrajuddin, and K. Okuyama, Nano
Lett. 2, 389 (2002).
[11] Y. Itoh, M. Abdullah, and K. Okuyama, J. Mater. Res.
19, 1077 (2004).
[12] Y. Itoh, T. Ogi, M. Abdullah, F. Iskandar, K.
Okuyama, and Y. Azuma, J. Cryst. Growth 281, 234
(2005).
[13] T. Iwaki, Y. Kakihara, T. Toda, M. Abdullah, and K.
Okuyama, J. Appl. Phys. 94, 6807 (2003).
[14] M. Abdullah and Khairurrijal, Proc. 3rd Kentingan
300
300 nm
nm Physics Forum (Solo, 24 September 2005), pp. 69-70.
[15] M. Abdullah and K. Okuyama, Proc. ITB Eng. Sci.
35B, 81 (2003).
b [16] M. Abdullah and K. Okuyama, Proc. ITB Eng. Sci.
36B,140 (2004).
[17] M. Abdullah dan F. Iskandar, Pros. Seminar MIPA
IV-ITB 2004, Bandung, Indonesia, 6-7 Oktober 2004,
pp. 243-247.
[18] M. Abdullah, C. Panatarani, T.-O. Kim and K.
Okuyama, J. Alloys Comp. 377, 298 (2004).
[19] M. Abdullah, F. Iskandar, S. Shibamoto, T. Ogi and
K. Okuyama, Acta Materialia 52, 5151 (2004).
[20] M. Abdullah, F. Iskandar, and K. Okuyama, Proc.
ITB Eng. Sci. 36B, 125 (2004).
[21] M. Abdullah, I. W. Lenggoro, B. Xia, and K.
Okuyama, J. Ceram. Soc. Jpn. 113, 97 (2005).
2 m
m [22] M. Abdullah, I. W. Lenggoro, F. G. Shi, and K.
Okuyama, Proceeding 47th Meeting of Japan
Academic of Science, Kyoto University, Japan, 29 -
Gambar 42 (a) cangkang dan (b) partikel logam yang 30 October 2003, pp. 199-200).
teroganisasi yang dibuat dengan metode koloidal [23] M. Abdullah, I. W. Lenggoro, K. Okuyama, and F. G.
templating dan over sputtering. Shi, J. Phys. Chem. B 107, 1957 (2003).
[24] M. Abdullah, I. W. Lenggoro, K. Okuyama, and S.
Taya, J. Non-Crystalline Sol. 351, 697 (2005).
Referensi [25] M. Abdullah, I. W. Lenggoro, and K. Okuyama, in
[1] W. Budiawan, A. S. Vioktalamo, M. Abdullah, dan Encyclopedia of Nanoscience and Nanotechnology
(HS.Nalwa, Ed.); American Scientific Publishers,
J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 2, Jul 2008 57