Kegiatan Belajar 2 / Learning Activity 2

Mengoperasikan peralatan adsorpsi

Operate the adsorption equipment
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 2/ Learning Activity Purpose 2
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, diharapkan dapat:
After studying the learning activities 1 students are expected to:
1. Menggunakan alat pelindung diri
1. Use of the personal protective equipment
2. Memeriksa kesiapan start up peralatan sesuai prosedur
2. Check the start up readiness of equipment in accordance with
procedures
3. Menyiapkan bahan penyerap sesuai instruksi kerja
3. Prepare the adsorbent in appropriate with work instructions
4. Mengoperasikan peralatan adsorpsi sesuai ketentuan
4. Operate equipment in accordance with the provision

b. Uraian Materi 2 / Material Description 2

Pengertian Adsorpsi / Understanding Adsorption

Proses penyerapan molekul (gas atau cair) oleh permukaan

(padatan) dapat terjadi karena interaksi gaya elektrostatik atau vander
waals antar molekul (physisorption/fisisorpsi) maupun oleh adanya interaksi
kimiawi antar molekul oleh adanya interaksi kimiawi antar molekul
(chemisorptions/kimiasorpsi). Definisi lain dari adsorpsi peristiwa
pengikatan satu/lebih komponen dalam campuran gas/cair oleh zat padat
pada permukaannya.
The process of molecules (gas or liquid) absorption by the surface
(solid) can occur due to the interaction of the electrostatic forces or vander
waals between molecules (physisorption/fisisorpsi) as well as by the
presence of the chemical interactions between the molecules
(chemisorptions/kimiasorpsi). Another definition of adsorption is the process

15
of one or more components binding in a gas/liquid mixture by a solid
substance on its surface.
Adsorpsi ialah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas
dengan cara pengikatan satu atau lebih komponen dalam campuran zat
padat pada permukaannya.(zat pengadsorbsi adalah adsorben).
Adsorpstion is a materials separation process from a gas mixture by
means of one or more components binding in a solid mixture on its surface.
(the adsorpstion substances are called adsorbents).

Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan

diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik atau dengan reaksi kimia.
Absorben (juga disebut cairan pencuci).
Absorbent is liquid that can dissolve the material to be absorbed on
the surface, either physically or by a chemical reaction. Absorbent were also
called washing liquid.

Perbedaan Adsorpsi dan Absorbsi

The Difference of Adsorption and Absorbtion

Pada absorbsi zat yang diserap masuk ke dalam absorben sedangkan

adsorpsi zat yang diserap hanya terjadi pada permukaannya.
On absorption the substances that absorbed are enter into the absorbent
while adsorption occurs only on the surface.
Adsorpsi adalah peristiwa kesetimbangan kimia, oleh karenanya
berkurangnya kadar zat yang teradsorbsi (adsorbat) oleh materi
pengadsorpsi (adsorben) terjadi secara kesetimbangan.
Adsorption is chemical equilibrium process, hence the reduced levels of the
adsorbed substances (adsorbate) by adsorpstion material (adsorbent)
occurs in equilibrium.
Secara umum adsorpsi dapat diartikan sebagai peristiwa fisika pada
permukaan suatu bahan, yang tergantung dari spesifikasi antara adsorben
dengan zat yang diserap (adsorbat).

16
In general adsorption can be interpreted as physical events on the surface
of a material, which depends on the specifications of the adsorbent with the
adsorbed substance (adsorbate).

Jenis–jenis Adsorben / Types of Adsorbent

Secara umum adsorben terbagi menjadi 2, yaitu:

Generally adsorbent can be divided into two, namely:
a. Adsorben Polar / Polar Adsorbent
Adsorben polar disebut juga hydrophilic. Hydrophilic merupakan suatu
senyawa yang dapat berikatan dengan air karena bentuknya yang polar.
Senyawa yang bersifat hydrophilic biasanya tidak dapat berikatan
dengan molekul lemak, minyak, atau molekul-molekul nonpolar lainnya.
Jenis adsorben yang termasuk kedalam kelompok ini adalah silika gel,
alumina aktif, dan zeolit.
Polar adsorbent is also called hydrophilic. Hydrophilic is a compound that
can bind to the water because of its polar. Hydrophilic compounds are
usually not able to bind to the molecules of fat, oil, or other nonpolar
molecules. Types of adsorbents are included in this group are silica gel,
activated alumina, and zeolites.
b. Adsorben non polar / Non-polar Adsorbent
Adsorben non polar disebut juga hydrophobic. Jenis adsorben yang
termasuk kedalam kelompok ini adalah polimer adsorben dan karbon
aktif.
Non-polar adsorbent is also called hydrophobic. Types of adsorbents are
included in this group is polymeric adsorbents and activated carbon.

Kriteria adsorben yang baik / Good adsorbent criteria:

1. Memiliki aktivitas terhadap komponen yang dijerap.
1. Having an activity to the adsorbed component.
2. Harus mempunyai hambatan abrasi tinggi.
2. Must have high abrasion resistance.
3. Kemantapan termal tinggi.
3. High thermal stability.

17
4. Diameter pori kecil, yang mengakibatkan luas permukaan lebih besar
dan kapasitas adsorpsi lebih tinggi.
4. Small pore diameter, resulting in a larger surface area and higher
adsorption capacity.
5. Adsorben-adsorben itu harus pula mempunyai suatu struktur pori
yang terpisah jelas yang memungkinkan dengan cepat
pengangkutan dari uap air yang berupa gas.
5. The adsorbents must also have a porous structure which is clearly
separated which enables fast transport of water vapor in the form of
gas.
6. Tidak ada perubahan volume yang berarti selama proses adsorpsi
dan desorpsi.
6. There is no significant change in volume during the process of
adsorption and desorption.

Beberapa contoh adsorben / Some examples of adsorbents:

1. Karbon aktif / Activated Carbon (C)
Yaitu karbon yang diproses sedemikian rupa sehingga pori-porinya
terbuka, dan dengan demikian akan mempunyai daya serap yang
tinggi. Karbon aktif merupakan karbon yang bebas serta memiliki
permukaan dalam (internal surface), sehingga mempunyai daya
serap yang baik.
Carbon that has been processed in such a way so that the pores are
open, and thus would have had high absorption. Activated carbon is
carbon-free and has an internal surface, so it has good absorption.
Karbon aktif dapat dibuat dari batu bara, kayu, dan tempurung kelapa
melalui proses pyrolizing dan carburizing pada temperatur 700
sampai 800 ºC. Hampir semua adsorbat dapat diserap karbon aktif
kecuali air. Karbon aktif dapat ditemukan dalam bentuk bubur dan
granular. Pada umumnya karbon aktif dapat mengadsorpsi metanol
atau ammonia sampai dengan 30 %, bahkan karbon aktif super
dapat mengadsorpsi sampai dua kalinya.

18
Activated carbon can be made from coal, wood, and coconut shell
through pyrolizing and carburizing process at temperatures of 700 to
800 0C. Almost all adsorbate can be absorbed by activated carbon
except water. Activated carbon can be found in the form of slurry and
granular. Generally activated carbon can adsorb methanol or
ammonia up to 30%, even super activated carbon can adsorp up to
two time.
Kegunaan karbon aktif adalah / The usefulness of activated carbon
are:
1. Sebagai filter untuk menjernihkan air, contoh sederhananya
pada depot air isi ulang dimana karbon aktif di letakkan pada
tabung filter supaya air jernih, tidak berbau, dan layak di
konsumsi.
1. Useful as a filter to purify the water, the simple example is water
refill depot where activated carbon is placed in the filter tube so
that the water are clear, odorless, and worth in consumption.
2. Berguna pada pabrik kimia, hal ini mirip pada bidang farmasi
untuk menyaring air limbah menjadi air yang tidak lagi
berbahaya bagi lingkungan saat dibuang.
2. Useful in chemical plants, it is similar to the pharmaceutical field
to filter the waste water into water that is no longer harmful to
the environment when disposed of.
3. Berguna pada pabrik gula pasir. Gula dibuat dari air tebu yang
berwarna kuning sehingga jika langsung diolah akan
menghasilkan gula berwarna, supaya gula dapat berwarna
putih bersih digunakan karbon aktif sebagai pemucat atau
penghilang warna kuning pada gula pasir.
3. Useful in sugar mills. Sugar is made from a yellow sugarcane
juice so that if directly processed will produce an colored sugar,
to be white pure colored activated carbon can be used as yellow
color remover on white sugar.

19
 Figure 1. Karbon aktif / Activated carbon

2. Alumina Aktif / Activated Alumina

Activated alumina (hydrated aluminium oxide) berasal dari native
aluminas atau bauxite, berbentuk granular atau pellet. Alumina aktif
umumnya digunakan untuk menghilangkan kadar air dalam aliran
gas (drying gas).

Activated alumina (hydrated aluminum oxide) derived from native

aluminas or bauxite, in granular or pellet form. Activated alumina is
commonly used to remove the water content in the gas flow (drying
gas).

Figure 2. Alumina Aktif / Activated Alumina

3. Silika Gel / Silica Gel (sodium silikat)

Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika dengan rumus kimia
SiO2 yang dihasilkan melalui penggumpalan natrium silikat (NaSiO2).
Silika gel adalah substansi-substansi yang digunakan untuk
menyerap kelembaban gas dan cairan partikel dari ruang yang

20
berudara/bersuhu. Silika gel juga membantu menahan kerusakan
pada barang-barang yang akan disimpan.Silika gel yang siap untuk
digunakan berwarna biru. Silika gel yang telah menyerap banyak
kelembaban akan berubah warna menjadi pink (merah muda) dan
tidak dapat lagi menyerap kelembaban sehingga harus diregenerasi.
Hal ini dapat dilakukan dengan menghangatkannya di dalam oven.
Panas dari oven akan mengeluarkan kelembaban, dan akan
mengubah warna silika gel jenuh menjadi biru sehingga kembali bisa
digunakan. Pada umumnya temperatur kerja silika gel sampai pada
200 ºC, jika dioperasikan lebih dari batas temperatur kerjanya maka
kandungan air dalam silika gel akan hilang dan akan menyebabkan
kemampuan adsorpsinya hilang. Silika gel sering ditemukan dalam
kotak paket dan pengiriman film, kamera, teropong, alat-alat
komputer, sepatu kulit, pakaian, makanan, obat-obatan, dan
peralatan peralatan lainnya.
Silica gel is a form of silica with the chemical formula SiO2 which
produced by coagulation of sodium silicate (NaSiO2). Silica gels are
substances used to absorb the moisture of gas and liquid particles
from a valve chamber/ temperatured room. Silica gel also helps to
resist damage of the goods to be stored. Silica gel which ready to
use is blue colored. The color of silica gel which has absorbed a lot
of moisture will change into pink and can no longer absorb the
moisture so it must be regenerated. This can be done with warm
them in the oven. The heat from the oven will emit moisture, and will
change the color of saturated silica gel into blue so that it can be used
again. In general, the working temperature of silica gel up to 200 ºC,
if it is operated over the range of working temperature then the water
content in silica gel will be lost and will cause a loss of its adsorption
capability. Silica gel is often found in a package box and films
shipping, cameras, binoculars, computer equipments, leather shoes,
clothes, foods, medicines, and other equipments.

21
Silika gel cenderung mengikat adsorbat dengan energi yang relatif
lebih kecil dan membutuhkan temperatur yang rendah untuk proses
desorpsinya, dibandingkan jika menggunakan adsorben lain seperti
karbon aktif atau zeolit. Kemampuan desorpsi silika gel meningkat
dengan naiknya temperatur. Silika gel terbuat dari silika dengan
ikatan kimia mengandung air kurang lebih 5 %.
Silica gel tends to bind adsorbates with relatively less energy and
require low temperatures for the desorpstion process, than if using
other adsorbents like activated carbon or zeolite. Desorption ability
of silica gel increased with the increasing temperature. Silica gel is
made of silica with chemical bonds containing of water for
approximately 5%.

Kegunaan lain dari silika gel / Other uses of silica gel:

1. Mencegah tumbuhnya jamur pada obat-obatan (dunia
kesehatan).
1. Prevent the growth of fungus on drugs (health world).
2. Memerangi jamur terutama yang suka menempel di lensa (dunia
fotografi).
2. Combating the fungus especially that likes sticking on the lens
(photography).

Figure 3. Silika Gel / Silica Gel

22
4. Zeolit / Zeolite
Zeolit digunakan untuk pengeringan dan pemisahan campuran
hidrokarbon. Zeolit memiliki kemampuan adsorpsi tinggi karena
memiliki porositas tinggi. Zeolit mengandung kristal zeolit yaitu
mineral aluminosilicate yang disebut sebagai penyaring molekul.
Mineral aluminosilicate ini terbentuk secara alami. Zeolit buatan
dibuat dan dikembangkan untuk tujuan khusus diantaranya 4A, 5A,
10X, dan 13X, yang memiliki volume rongga antara 0,05 sampai 0,30
cm3/gram dan dapat dipanaskan sampai 500 ºC tanpa harus
kehilangan kemampuan adsorpsi dan regenerasinya. Zeolit 4A
(NaA) digunakan untuk mengeringkan dan memisahkan campuran
hidrokarbon. Zeolit 5A digunakan untuk memisahkan paraffin dan
beberapa cyclic hydrocarbon. Zeolit 10X (CaX) dan 13X (NaX)
memiliki diameter pori yang lebih besar sehingga dapat
mengadsorpsi adsorbat pada umumnya.

Zeolite are used for drying and separation of hydrocarbon mixtures.

Zeolite has a high adsorption capacity because it has a high porosity.
Zeolite is containing of zeolite crystalline that is aluminosilicate
minerals which varyknown as molecular sieves. This aluminosilicate
minerals formed naturally. Artificial zeolite created and developed for
specific purposes such as 4A, 5A, 10X, and 13X, which has a cavity
volume vary from 0,05 up to 0,30 cm3/g and can be heated up into
500 ºC without loss of adsorption and regeneration capacity. 4A
zeolite (NaA) is used to dry and separate hydrocarbons mixtures. 5A
zeolite is used to separate paraffin and some hydrocarbons cyclic.
10X (CaX) zeolite and 13X (NaX) have a larger pore diameter so that
it can adsorb the adsorbate in general.

23
 Figure 4. Zeolit / Zeolite

5. Tanah pemucat / Bleaching earth

Merupakan sejenis tanah liat. Bleaching earth merupakan bahan
aktif yang digunakan untuk menghilangkan atau menyerap pigmen
warna. Salah satu pemanfaatan bleaching earth dalam dunia industri
adalah minyak kelapa sawit (CPO).
Is a type of clay. Bleaching earth is an active substance used to
remove or absorb the color pigment. One of the use of bleaching
earth in industry is the palm oil (CPO).
Bleaching earth digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
pengotor yang tidak diinginkan pada minyak nabati dengan rumus
Al2 O3 4 SiO2 . x H2 O
Bleaching earth is used to reduce or eliminate the unwanted
impurities in vegetable oil with formula 𝐴𝑙2 𝑂3 4 𝑆𝑖𝑂2 . 𝑥 𝐻2 𝑂

Figure 5. Tanah pemucat / Bleaching earth

24
6. Bauksit / Bauxite
Bauksit merupakan sedimen batuan yang merupakan bijih
aluminium dan digunakan untuk decolorising minyak serta drying gas
dengan rumus kimia Al2O3. 2H2O.
Bauxite is a sedimentary rock which is an aluminum ore and is used
for oil decolorising and gas drying with the chemical formula Al 2O3.
2H2O.

Figure 6. Bauksit / Bauxite

7. Resin
Resin adalah zat polimer alami ataupun sintetik yang salah satu
fungsinya adalah dapat mengikat kation dan anion tertentu serta
menghilangkan kadar kapur. Secara teknis, air sadah dilewatkan
melalui suatu wadah yang berisi resin pengikat kation dan anion,
sehingga diharapkan kation Ca2+ dan Mg2+ dapat diikat resin.
Dengan demikian, air tersebut akan terbebas dari kesadahan. Pada
umumnya, resin larut dalam alkohol, tetapi tidak dalam air.
Resin is a natural or synthetic polymer substance that one of its
functions is to bind certain cations and anions and eliminating the
lime content. Technically, hard water is passed through a vessel
containing cation and anion binder resin, so it is expected that cations
Ca2+ and Mg2+ bound by the resin. Thus, the water will be free of
hardness. In general, resin is soluble in alcohol but not in water.

25
 Figure 7. Resin

8. Activated Clay
Activated clay adalah tanah liat, yang telah ditreatment untuk
meningkatkan kemampuannya untuk menyerap, terutama
digunakan untuk decolorising minyak.
Activated clay is clay, which has been treated to improve its ability to
absorb, mainly used for oil decolorising.

Figure 8. Activated clay

9. Bentonit / Bentonite
Barang tambang berbentuk tanah liat yang bersifat dapat menyerap.
Bentonit biasanya terbentuk dari pelapukan abu vulkanik dan banyak
digunakan sebagai bahan kosmetik, keramik, semen, cat, dan lain
sebagainya. Bentonit juga dapat digunakan sebagai pengering
karena sifat adsorpsinya.

26
 Shaped clay minerals that has the characteristic of absorbing.
Bentonite usually formed from the weathering of volcanic ash and
widely used as ingredients of cosmetics, ceramic, cement, paint, and
so forth. Bentonite can also be used as a dryer because of its
adsorption characteristic.

Figure 9. Bentonit / Bentonite

10. Tanah diatomea / Diatomea earth

Digunakan untuk decolorisasi, netralisasi minyak bumi atau sebagai
adsorben dalam dinamit, penyekat.
Is used in decolorisation, petroleum neutralization or as adsorbents
in dynamite, baffle.

Figure 10. Tanah diatomae / Diatomea earth

27
 11. Decolorising carbon
Digunakan untuk menghilangkan warna pada minyak.
Used to remove the oil color.

Figure 11. Decolorising carbon

Berikut ini tabel typical properties beberapa adsorben yang sering

digunakan. The following is typical properties table of commonly used
adsorbents.
Table 1. Typical properties of commonly used adsorbents.

28
Adapun beberapa karakteristik adsorbat, yang meliputi :
As for some of adsorbate characteristics, which include:
1. Densitas dan berat molekul / Density and molecular weight
2. Ukuran dan bentuk molekul / Size and shape of molecule
Ukuran molekul yang sesuai merupakan hal penting agar proses
adsorpsi dapat terjadi, karena molekul-molekul yang dapat diadsorpsi
adalah molekul-molekul yang diameternya lebih kecil atau sama
dengan diameter pori adsorben.
Appropriate molecular size is important so that the adsorption process
may occur, it is due to the molecules that can be adsorbed are

29
 molecules whose diameter is less than or equal to the pore diameter of
adsorbent.
3. Tekanan uap / Vapor pressure
4. Konsentrasi / Concentration
5. Adanya senyawa lain sebagai kompetitor / The presence of other
compounds as competitor
6. Polaritas / Polarity
Apabila berdiameter sama, molekul-molekul polar lebih kuat diadsorpsi
daripada molekul-molekul non polar. Molekul yang lebih polar dapat
menggantikan molekul yang kurang polar yang terlebih dahulu
teradsorpsi.
Polarity In the same diameter, polar molecules are stronger adsorped
than non polar molecules. The more polar molecules can substitute the
less polar molecules that first adsorped.
7. Reaktivitas adsorbat / Adsorbate reactivity
8. Temperatur dan tekanan / Temperature and pressure
9. Waktu kontak antara adsorbat dengan adsorben / Contact time between
adsorbate and adsorbent.

Untuk mengetahui karakteristik yang terjadi dalam proses adsorpsi dapat

diilustrasikan dengan gambar 12 dimana padatan berpori (pores) yang
menghisap (adsorp) dan melepaskan (desorp) suatu fluida disebut
adsorben. Molekul fluida yang dihisap tetapi tidak terakumulasi atau
melekat ke permukaan adsorben disebut adsorptive, sedangkan yang
terakumulasi disebut adsorbat.
To know the characteristics that occur in the adsorption process, it can be
illustrated with Figure 12, where porous solid that suck (adsorb) and release
(desorp) a fluid is called adsorbent. Molecular fluid, which is adsorbed but
does not accumulate or attach to the surface of the adsorbent, is called
adsorptive, while the accumulated is called adsorbate.

30
 Figure 12. Proses Adsorpsi/Adsorption Process
Adsorpsi fisik utamanya disebabkan oleh gaya Van der Waals dan gaya
elektrostatik antara molekul adsorbat dan atom-atom yang membentuk
permukaan adsorben. Gaya Van der Waals merupakan gaya tarik-menarik
antar molekul-molekul polar yang relatif lemah, sehingga mudah untuk
terlepas kembali. Ketika adsorben mengalami kontak dengan fluida dengan
komposisi yang tepat, maka akan terjadi adsorpsi dan setelah cukup lama,
adsorben dan fuida akan mencapai kesetimbangan.
Physical adsorption is caused primarily by the Van der Waals force and
electrostatic force between adsorbate molecules and the atoms that form
the surface of the adsorbent. Van der Waals force is the force of attraction
between polar molecules which are relatively weak, so make them easy to
be released. When the adsorbent is in contact with the fluid with right
composition, it will happen adsorption and after a long time, adsorbent and
fluid will reach equilibrium.

31
Adsorpsi yang terjadi pada permukaan adsorben dapat bersifat :
1. Adsorpsi Fisika (adsorpsi Van der Waals)
2. Adsorpsi Kimia (chemisorptions)
Adsorption that occurs on the surface of the adsorbent can be:

1. Physical adsorption (Van der Waals adsorption)

2. Chemical adsorption (chemisorptions)

1. Adsorpsi Fisika (Van der Waals)

Adsorpsi fisika adalah adsorpsi yang terjadi akibat gaya interaksi tarik-
menarik antara molekul adsorben dengan molekul adsorbat. Adsorpsi
ini melibatkan gaya-gayaVan der Wals (sebagai kondensasi uap) di
mana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan media
lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka
substansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Jenis ini
cocok untuk proses adsorpsi yang membutuhkan proses regenerasi
karena zat yang teradsorpsi tidak larut dalam adsorben tapi hanya
sampai permukaan saja. Adsorpsi ini relatif berlangsung cepat dan
bersifat reversibel (reversible). Karena dapat berlangsung di bawah
temperatur kritis adsorbat yang relatif rendah, maka panas adsorpsi
yang dilepaskan juga rendah. Adsorbat yang terikat secara lemah pada
permukaan adsorben, dapat bergerak dari suatu bagian permukaan ke
bagian permukaan lain.

1. Physical adsorption (van der Waals)

Physical adsorption is adsorption that occurs due to the interaction force

of attraction between molecules of the adsorbent and adsorbate. This
adsorption involves Van der Wals force (as vapor condensation) in
which when the attractive force between the solution and the surface of
the medium is greater than the attractive force of the dissolved
substance and the solution, so the dissolved substance will be adsorbed
by the surface of the media. This type is suitable for adsorption process

32
 that requires regeneration process because the adsorbed substance
does not dissolve in the adsorbent but only on the surface. The
adsorption is relatively rapid and reversible. Because it can take place
below the adsorbate critical temperature which is relatively low, the
adsorption heat which is released is also low. The adsorbate, which is
bound weakly on the adsorbent surface, can move from one part of the
surface to the other surface.
Proses adsorpsi fisik terjadi tanpa memerlukan energi aktivasi,
sehingga proses tersebut membentuk lapisan jamak (multilayers) pada
permukaan adsorben. Ikatan yang terbentuk dalam adsorpsi fisika
dapat diputuskan dengan mudah, yaitu dengan cara degassing atau
pemanasan pada temperatur 150-200 0C selama 2-3 jam.
Physical adsorption process occurs without activation energy, so that
the process forms multilayer on the surface of adsorbent. Bonds formed
in the physical adsorption can be broke easily by degassing or by
heating at a temperature of 150-200 0 C for 2-3 hours.

Contoh :
Adsorpsi oleh karbon aktif. Aktivasi karbon aktif pada temperatur yang
tinggi akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi
yang besar. Semakin besar luas permukaan, maka semakin banyak
substansi terlarut yang melekat pada permukaan media adsorpsi.
Example:

Adsorption by activated carbon. Activation of activated carbon at high

temperatures will produce porous structure and large surface area of
adsorption. The larger the surface area, the more dissolved substances
adsorbed to the surface of the adsorption media.

2. Adsorpsi Kimia (Chemisorption)

Adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang terjadi akibat interaksi kimia
antara molekul adsorben dengan molekul adsorbat. Proses ini pada
umumnya menurunkan kapasitas dari adsorben karena gaya adhesinya

33
 yang kuat sehingga proses ini tidak reversible, hanya membentuk satu
lapisan tunggal (monolayer).

2. Chemical adsorption (chemisorption)

Chemical adsorption is an adsorption occurs due to the chemical

interaction between molecules of the adsorbent with adsorbate. This
process generally decreases the capacity of adsorbents because of the
strong adhesive force so that the process is not reversible, only forms a
single layer (monolayer).

Adsorpsi ini bersifat spesifik dan terjadi berdasarkan ikatan kimia antara
adsorben dengan zat yang teradsorpsi (adsorbat), kerja yang terjadi
jauh lebih besar begitu juga dengan panas adsorpsi dibanding dengan
adsorpsi fisik, selain itu adsorpsi kimia terjadi pada suhu yang tinggi.
Adsorben yang mengadsorpsi secara kimia pada umumnya sulit
diregenerasi. Contoh: ion exchange.

This adsorption is specific and occurs by chemical bonds between the

adsorbent with the adsorbed substance (adsorbate), it occurs much
work so well with the larger heat of adsorption compared with physical
adsorption, in addition to the chemical adsorption occurs at higher
temperature. Adsorbent which adsorbs chemically is difficult to be
regenerated in general. Example: ion exchange.
Secara umum perbedaan adsorpsi kimia dan fisika:

Adsorpsi Fisika Adsorpsi Kimia

1. Terjadi reaksi kimia

1. Tidak terjadi reaksi kimia
2. Proses lambat
2. Proses cepat
3. Mono layer
3. Multi Layer
4. Tidak membutuhkan Energi Aktifitas 4. Membutuhkan Energi Aktifitas
5. Irreversibel
5. Reversibel
6. Lebih sulit diputuskan
6. Ikatan yang terbentuk mudah
In general, differences between chemical and physical adsorption are:

34
 Physical Adsorption Chemical adsorption

1. No chemical reaction occurs 1. Chemical reactions occur

2. Fast process 2. Slow process

3. Multi Layer 3. Mono layer

4. Not require Activation Energy 4. Requires Activation Energy

5. Reversible 5. Irreversible

6. Bonds are made easy 6. More difficult to be broke

Mekanisme Adsorpsi

Proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul

meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben akibat
kimia dan fisika. Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang
mengadsorpsi, sifat atom/molekul yang diserap, konsentrasi, temperature,
dan lain-lain. Secara garis besar, mekanisme proses adsorpsi dapat
berlangsung berdasarkan tahapan sebagai berikut:

Adsorption Mechanism

Adsorption process can be described as the process by which molecules

leave solution and stick to the surface of the adsorbent due to chemical and
physical. Adsorption process depends on the properties of solids which
adsorp, properties of atoms/molecules absorbed, concentration,
temperature, and others. In outline, the mechanism of the adsorption
process can take place based on the following stages:

1. Transfer molekul-molekul adsorbat menuju lapisan film yang

mengelilingi adsorben
2. Difusi adsorbat melalui lapisan film
3. Difusi adsorbat melalui kapiler atau pori-pori dalam adsorben
4. Adsorpsi adsorbat pada dinding kapiler atau permukaan adsorben

35
1. Transfer of the adsorbate molecules to the film surrounding the
adsorbent

2. Adsorbate diffusion through film

3. Adsorbate diffusion through capillaries or pores in the adsorbent

4. Adsorbate adsorption on the capillaries wall or the surface of the

adsorbent

Tipe Sistem Adsorpsi

1. Fixed atau Stationary Bed

- Terdiri dari satu atau dua adsorben (1 = on stream adsorbing, 2 =
regeneration).
- Dual adsorber system dapat dioperasikan secara simultan.
- Kedalaman bed 12 –36 inchi.

Type of Adsorption Systems

1. Fixed or Stationary Bed
- Consists of one or two adsorbents (1 = on stream adsorbing, 2 =
regeneration).
- Dual adsorber system can be operated simultaneously.
- Bed depth of 12 - 36 inches

36
Figure 13 (a) Siklus Adsorpsi/Adsorption Cycle dan (b) Siklus Desorpsi/
Desorption Cycle

a. Fixed atau Packed Beds Vertical Adsorber

Adsorber jenis ini merupakan adsorber yang terdiri dari kolom
penyerapan yang berada di tengah tangki adsorber. Dimana
adsorben diletakkan di tengah kolom, lalu jatuh secara gravitasi.
Sedangkan dari atas pula masuk reaktan secara paralel (reaktan
umumnya gas).

a. Fixed or Packed Beds Vertical Adsorber

This type of adsorber is the adsorber consisting of absorption

columns in the middle of the adsorber tank. Wherein the adsorbent
is placed in the middle of the column, and falling by gravity. While
the reactant is also entered in parallel (the reactant is gas generally).

37
 Figure 14. Beds Vertical Adsorber
Dari gambar 14 diatas terlihat bahwa pada bagian bawah terdapat
fluida untuk meregenerasi adsorben yang digunakan. Hal ini
dimaksudkan karena pada adsorber jenis ini semakin turun ke
bawah adsorben akan menjadi jenuh, di mana penambahan reaktan
untuk penyerapan lebih lanjut tidak akan sempurna. Oleh karena itu,
untuk memaksimalkan penyerapan adsorben, digunakan fluida
untuk dapat meregenerasi adsorben tersebut. Disebut beds karena
terdapat papan untuk meletakkan granular adsorben, karena pori-
pori adsorben berbeda-beda, maka untuk dapat terjadi adsorpsi
yang baik, maka reaktan yang masuk harus benar-benar menempati
pori yang sesuai dengan ukuran molekul dari reaktan. Beds granular

38
adsorbens terletak di atas dan di bawah kolom adsorber, di bawah
digunakan untuk membuang adsorben jika adsorben tersebut sudah
tidak bisa diregenerasi lagi.
From Figure 1 above shows that at the bottom there is a fluid that is
used to regenerate the adsorbent. It is intended because for the type
of adsorber is getting down to the bottom, the adsorbent will be
saturated, in which the addition of the reactants for further absorption
will not be perfect. Therefore, to maximize the absorption of
adsorbents, the fluid used to be able to regenerate the adsorbent. It
is called beds because there is a board for laying granular
adsorbent, because the pores of adsorbent is different, it can
happen to good adsorption, then the entered reactants must fill the
pore according to the molecular size of the reactant. Beds granular
adsorbents are located in above and below the adsorber column, the
below is used to remove the adsorbent when the adsorbent is can’t
regenerated anymore.

Adsorber jenis ini umumnya memiliki tinggi sekitar 45 feet dan

diameter sekitar 8-10 feet. Namun, kekurangan dari adsorber ini
ialah adanya penurunan tekanan yang cukup tinggi atau pressure
drop cukup tinggi. Hal ini tidak boleh terjadi karena dapat
mengakibatkan reaktan dan fluida regenerasi tidak berkontak baik
untuk proses adsorpsi ini.
Adsorber of this type generally has a height of about 45 feet and a
diameter of about 8-10 feet. However, the lack of this adsorber is a
relatively high pressure drop. This should not happen because it can
lead to regeneration of the reactants and fluid contact is not good for
the adsorption process.

39
b. Fixed atau Packed Beds Horizontal Adsorber
Adsorber jenis ini tidak jauh berbeda dengan adsorber yang
sebelumnya, hanya saja posisinya dalam horisontal, sehingga
pressure drop dapat diminimumkan, karena umumnya bekerja pada
tekanan atmosfer. Fluida regenerasi yang digunakan ialah steam.
Reaktan berupa campuran uap-gas yang masuk dari ujung sisi kiri
dikontakkan dengan beds adsorben. Produk keluar pada ujung
kanan pada kolom adsorber.

b. Fixed or Horizontal Packed Beds Adsorber

This type of adsorption is not much different from the adsorber

before, it’s only in a horizontal position, so that the pressure drop
can be minimized, because it usually works at atmospheric
pressure. Regeneration fluid used is steam. Reactant in the form of
vapor-gas mixture coming from the left side is contacted with
adsorbent beds. Products out on the right end of the adsorber
column.

Figure 15. Beds Horizontal Adsorber

Terlihat bahwa steam masuk pada bagian kiri kolom adsorber,

melewati screen dan adsorben untuk mengeringkan, lalu keluar

40
 bersama dengan gas atau uap yang tidak terserap atau tidak
teradsorpsi. Di bagian atas kolom adsorber terdapat manhole atau
lubang untuk operator adsorber masuk. Umumnya operator masuk
untuk memeriksa keadaan adsorber, mengangkat adsorben karena
sudah tidak dapat diregenerasi lagi, dan sebagainya. Untuk beds
adsorben digunakan flat screen support.
It is seen that steam entered on the left column adsorber, through
the screen and absorbent for drying, and then out along with the gas
or vapor that is not adsorbed. At the top of the column there is a
manhole or pit for adsorber operator entrance. Operators generally
go to check the adsorber, move the adsorbent because it can’t be
regenerated again, and so on. Flat screen support is used for
adsorbent beds.

Untuk jenis adsorber baik vertical adsorber maupun horizontal

adsorber karena menggunakan sistem packed atau fix bed maka
panjang dari bed yang berisi adsorben akan sangat mempengaruhi
proses adsorpsi. Di samping itu pula konsentrasi reaktan mula-mula
dan kapasitas dari adsorben untuk menyerap adsorbat juga
berpengaruh.
Length of the bed containing adsorbent will greatly affect the
adsorption process for both types of vertical or horizontal adsorber
because using packed or fixed bed system. In addition, the
concentration of initial reactants and the adsorbing capacity of the
adsorbent for the adsorbate also influential.

2. Rotary Bed
Adsorben yang bergerak secara searah dengan reaktan akan
mengakibatkan kesulitan dalam mengontrol kecepatan aliran dari
jatuhnya adsorben dan juga kecepatan masuk reaktan walaupun
terdapat screen support adsorbent. Dua hal tersebut akan sangat

41
 mempengaruhi proses adsorpsi yang akan terjadi. Rotary bed adsorber
merupakan solusinya, di mana kolom adsorber yang berbentuk bola
akan berputar bersamaan dengan adsorben.
2. Rotary Bed

Adsorbent which is moving in the direction of the reactants, will lead to

difficulties in controlling the flow rate of adsorbent and also the speed of
incoming reactants although there is the screen support adsorbent.
These two things will greatly affect the adsorption process that will
happen. Rotary bed adsorber is the solution, where spherical adsorber
column will rotate along with the adsorbent.

Figure 16. Rotary Bed Adsorber

Dari gambar terlihat bahwa fluida reaktan yang masuk berupa udara,
adsorben yang digunakan ialah karbon aktif. Udara berputar karena
adanya gaya sentrifugal dari perputaran motor. Produk hasil adsorpsi
akan keluar berupa gas dan uap yang nantinya akan dikondensasikan
sehingga diperoleh produk berupa cairan. Untuk regenerasi digunakan
fluida steam yang masuk pada poros perputaran rotary bed. Sehingga

42
dapat dikatakan bahwa adsorben, adsorbat, dan steam berkontak pada
satu tempat.

From the figure shows that the incoming reactant fluid is air, adsorbent
used is activated carbon. The air spins due to the centrifugal force of
the rotation of the motor. The adsorption product will come out in the
form of gas and vapor and will be condensed in order to obtain a liquid
product. Steam fluid entering the rotation axis rotary bed is used for
regeneration. So it can be said that the adsorbent, adsorbate, and
steam in contact at one place.

Figure 17. Continuous Rotary Bed

3. Fluidized Bed

• Resirkulasi kontinyu melalui siklus regenerasi adsorpsi

• Velocity udara sekitar 240 fpm

43
• Counter current movement meningkatkan efektivitas penggunaan
karbon, lebih banyak solven yang dapat direcovery dibandingkan
dengan stationary atau rotary bed system.

3. Fluidized Bed

• Continuous recirculation through a regeneration cycle adsorption

• Velocity air is about 240 fpm

• Current counter movement increases the effectiveness of carbon

used, more solvent can be recovered compared to stationary or
rotary bed system.

Figure 18. Fluidized-bed Solvent Recovery System

44
Model Persamaan Adsorpsi
1. Model dari Langmuir
Model dari Langmuir pertama kali dikembangkan pada tahun 1918 yaitu
untuk proses penyerapan gas pada permukaan solid.
Model langmuir diambil berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut:
▪ Energi dari adsorpsi adalah konstan dan tidak tergantung pada sifat
permukaan.
▪ Adsorpsi terjadi hanya pada bagian yang terbatas dan tidak ada
interaksi antara molekul-molekul adsorbat.
▪ Adsorpsi terjadi maksimum pada saat terbentuk monolayer yang
menyeluruh.
▪ Permukaan bersifat heterogenous, afinitas pada tiap tempat terjadi
ikatan adalah sama.
Adsorption Equation Model

1. Model of Langmuir

Model of Langmuir was first developed in 1918 that is for gas absorption
process on solid surfaces.

Langmuir model is taken based on the following assumptions:

• Energy of adsorption is constant and does not depend on the surface

characteristics.

• Adsorption occurs only on a limited area and there is no interaction

between adsorbate molecules.

• The maximum adsorption occurs when the monolayer formed

thorough.

• Surface is heterogeneous, affinity binding occurs at every place is

the same.

45
Untuk sistem padat-gas, persamaan Langmuir dapat dituliskan
sebagai :

𝑄0 𝑘𝐶𝑒
𝑞𝑐 =
1+𝑘𝐶𝑒

dimana:

= jumlah dari adsorben yang diserap persatuan berat adsorben

= adsorpsi maksimum

= konsentrasi akhir pada saat keseimbangan

k = ka / kd

kd dan ka adalah konstanta untuk proses penguapan dan kondensasi.

For solid-gas systems, Langmuir equation can be written as:

Information:

• = amount of adsorbent absorbed per unit of weight

• = maximum adsorption

• = final concentration at equilibrium

• k = ka / kd

kd and ka are constant for the process of evaporation and

condensation.

Model Matematis Isotermal Langmuir

46
 Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa:

- Fase teradsorpsi adalah unimolecular layer

- Pada kondisi equilibrium, kecepatan adsorpsi sama dengan

kecepatan desorpsi dari permukaan media

Kecepatan adsorpsi =

Dimana : p = tekanan parsial

= konstanta adsorbsi

f = fraksi total solid surface dengan molekul

adsorbat

Kecepatan desorpsi =

Mathematical Model of Langmuir Isothermal

This theory is based on the assumptions that:

• The adsorbed phase is Unimolecular layer

• On equilibrium condition, adsorption rate equal to the desorption rate

of surface media

Adsorption rate = 𝑟𝑎 = 𝐶𝑎 𝑝(1 − 𝑓)

Where: p = partial pressure

= adsorption constants

f = fraction of total solid surface with adsorbate molecules

Desorption rate =

Pada saat equilibrium, maka kecepatan adsorpsi = kecepatan

desorpsi, sehingga f menjadi :
𝐶𝑎 𝑝∗
𝑓=
𝐶𝑑 + 𝐶𝑎 𝑝∗

47
At the time of equilibrium, then the rate of adsorption = desorption rate,
so that f becomes:

𝐶𝑎 𝑝∗
𝑓=
𝐶𝑑 + 𝐶𝑎 𝑝∗

Karena fase teradsorpsi adalah unimolecular layer maka massa

adsorbat per unit massa adsorben (m) sebanding dengan permukaan
media yang tertutupi.
𝑚 = 𝐶𝑚 𝑓
Because the adsorbed phase is unimolecular layer so the mass of
adsorbate per unit mass of adsorbent (m) is proportional to the surface
of the covered media.

𝑚 = 𝐶𝑚 𝑓

sehingga dengan menggabungkan dua persamaan diatas maka

𝑘1 𝑝∗
𝑚= ➔ Langmuir Isothermal
𝑘2 𝑝∗ +1

Dimana 𝑘1 = 𝐶𝑎 𝐶𝑚 /𝐶𝑑 dan 𝑘2 = 𝐶𝑎 /𝐶𝑑

Pada kesetimbangan yang sangat rendah, maka tekanan parsial
𝑘2 𝑝∗ = 0 sehingga m = 𝑘1 𝑝∗
Sedangkan pada kesetimbangan yang tinggi m = k1/k2
so by combining the two equations above,

𝑘1 𝑝∗
𝑚=
𝑘2 𝑝∗ +1
➔ Langmuir Isotermal

Where 𝑘1 = 𝐶𝑎 𝐶𝑚 /𝐶𝑑 and 𝑘2 = 𝐶𝑎 /𝐶𝑑

At the very low equilibrium, partial pressure 𝑘2 𝑝∗ = 0 so m = 𝑘1 𝑝∗

While at the high equilibrium m = k 1 / k 2

48
2. Model Dari Freundlich
Persamaan Freundlich sangat tepat dipergunakan untuk adsorpsi
secara fisik. Persamaan Freundlich sangat tepat dipergunakan bila:
▪ Tidak ada assosiasi atau dissosiasi dari molekul setelah teradsorp
pada permukaan adsorben.
▪ Tidak terjadi adsorpsi kimia.
2. Model Of Freundlich

Freundlich equation is used for a very precise physical adsorption.

Freundlich equation used is appropriate when:

• No association or dissociation of molecules after being adsorbed

on the adsorbent surface.

• Chemical adsorption does not occur.

Persamaan Freundlich dinyatakan sebagai berikut:

1⁄
𝑞𝑐 = 𝑘𝑓 𝐶𝑒 𝑛
atau log 𝑞𝑐 = log 𝑘𝑓 + 1⁄𝑛 log 𝐶𝑒

dimana :

▪ 𝑞𝑐 = banyaknya adsorbat yang diserap oleh adsorben, atau

𝑥
𝑞𝑐 =
𝑚

▪ 𝑘𝑓 , n = konstanta

▪ Ce = konsentrasi akhir pada saat kesetimbangan tercapai.

Freundlich equation is expressed as follows:
1⁄
𝑞𝑐 = 𝑘𝑓 𝐶𝑒 𝑛
or log 𝑞𝑐 = log 𝑘𝑓 + 1⁄𝑛 log 𝐶𝑒

49
Information:

▪ 𝑞𝑐 = adsorbate amount absorbed by the adsorbent, or 𝑞𝑐 =

𝑥
𝑚

• 𝑘𝑓 , n = constants

• Ce = final concentration at reached equilibrium.

Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam

kesetimbangan diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam
adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik, akan diperoleh
gradien n dan intersep k. Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas
adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat
ditentukan efisiensi dari suatu adsorben.
From this equation, if the solution concentration in equilibrium is
plotted as ordinate and the adsorbate concentration in the adsorbent
as the abscissa in logarithmic coordinates, it will be obtained gradient
n and intercept k. From this isotherm, will be known adsorbent capacity
to absorb water. This isotherm will be used in the next research,
because with this isotherm the efficiency of an adsorbent can be
determined.

Hal-hal yang dapat dilihat dari kurva isoterm adalah sebagai berikut:
1. Kurva isoterm yang cenderung datar artinya isoterm yang
digunakan menyerap pada kapasitas konstan melebihi daerah
kesetimbangan.
2. Kurva isoterm yang curam artinya kapasitas adsorpsi meningkat
seiring dengan meningkatnya konsentrasi kesetimbangan.

50
The things that can be seen from the isotherm curve are as follows:

1. Isotherm curve that is flat means that isotherm used to absorb at

constant capacity exceeds the equilibrium region.

2. Isotherm curve that is steep means that the adsorption capacity

increases with increasing equilibrium concentration.

Model Matematis Isotermal Freundlich

Dari persamaan isotermal Langmuir di atas, apabila pada kondisi
intermediate maka:
𝑚 = 𝑘(𝑝∗ )𝑛 ➔ Isotermal Freundlich
Dimana: k=konstanta
n =konstanta dengan nilai antara 0 - 1
Nilai k dan n merupakan nilai berdasarkan data eksperimen untuk
adsorbates Calgon type BPL activated carbon (4 x 10 mesh) dengan
nilai seperti tabel berikut ini:

Mathematical Models of Freundlich Isothermal

From the Langmuir isotherm equation above, if the condition of the

intermediate so:

𝑚 = 𝑘(𝑝∗ )𝑛 ➔ Freundlich Isothermal

Where: k = constant

n = constant with a value between 0 - 1

Value of k and n are the value based on the experimental data for
adsorbates Calgon type BPL activated carbon (4 x 10 mesh) with
values like the following table:

51
 Table 2. Nilai k dan n untuk adsorbat Calgon type BPL activated
carbon (4 x 10 mesh) / Values of k and n for adsorbates Calgon type
BPL activated carbon (4 x 10 mesh)

Contoh Aplikasi Proses Adsorpsi

Penggunaan proses adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Penghilangan warna (decolorizing) pada proses pembuatan gula pasir

agar jernih dan bening

b. Drying seperti pada pengeringan dengan menggunakan udara panas

dengan humiditas (kelembaban) rendah. Udara sebelum dipanaskan
dilewatkan pada hamparan adsorben yang peka terhadap uap air,
sehingga udara yang keluar memiliki humiditas yang cukup rendah.

c. Degumming pada bahan bakar, proses yang biasanya digunakan

bahan bakar dilewatkan di hamparan adsorben tersebut. Gum yang
terikut menempel pada permukaan adsorbennya.

d. Degumming pada sistem pelumasan mesin.

e. Pemurnian udara yang tercemar oleh polutan seperti pada pabrik

semen.

f. Pengolahan air untuk menghilangkan bau, rasa, dan warna.

52
g. Proses penyerapan gas seperti Sox, Nox, dan aerosol pada unit
scrubber (unit penyerap) pada industri kimia.

h. Unit recovery untuk solven pada proses pewarnaan di industri tekstil,

pengecatan.

Application Samples of Adsorption Process

The uses of adsorption processes in life are as follows:

a. Color removal (decolorizing) in sugar-making process in order to make

it clear and transparent.

b. Drying using hot air with low humidity. Pre-heated air is passed in spread
of adsorbent which sensitive to water vapor, so that the air that comes
out has low humidity.

c. Degumming on materials fuel, the process that is usually used is the

fuel is passed in a spread of adsorbent. Gum is stuck on the surface of
the adsorben.

d. Degumming in the engine lubrication system.

e. Air purification from pollutants such as in cement plant.

f. Water treatment to eliminate odor, flavor, and color.

g. Gas absorption process such as SOx, NOx, and aerosol on scrubber unit
(absorber unit) in the chemical industry.

h. Solvent recovery unit for the dyeing process in the textile industry,
painting.

Pengendalian suatu polutan/pencemar gas dengan proses adsorpsi

dibedakan menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap adsorpsi
2. Tahap desorpsi
3. Tahap recovery

53
Control of gas pollutant by adsorption process can be divided into three
stages, namely:

1. Adsorption step

2. Desorption phase

3. Recovery phase

Tahap Adsorpsi adalah tahap di mana terjadi proses adsorpsi:

• Adsorbat tertahan pada permukaan adsorben (tertahannya gas atau
uap atau molekul pada permukaan padatan).
• Proses adsorpsi umumnya dilakukan untuk senyawa organik dengan
berat molekul (BM) lebih besar dari 46 dan dengan konsentrasi yang
kecil.
• Semakin besar BM maka proses adsorpsi akan semakin baik.
Adsorption stage is the stage where the adsorption process occurs:

• Adsorbate retained on the adsorbent surface (retention of gas or

vapor or molecules on the solid surface).

• Adsorption process is generally carried out for organic compounds

with a molecular weight (MW) greater than 46 and with a small
concentration.

• The greater MW the better adsorption process,.

Tahap Desorpsi merupakan kebalikan dari tahap adsorpsi, di mana

adsorbat dilepaskan dari adsorben (lepasnya gas atau uap atau molekul
dari permukaan padatan).

Desorption phase is the opposite of the adsorption phase, which the

adsorbate is released from the adsorbent (release of gas or vapor or
molecules from the surface of solids).

Desorpsi dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah:

- Menaikkan temperatur adsorben di atas temperatur didih adsorben,

dengan cara mengalirkan uap panas/udara panas atau dengan
pemanasan

54
- Menambahkan bahan kimia atau secara kimia

- Menurunkan tekanan

Desorption can be carried out in several ways, such as:

- Increasing the adsorbent temperature over the boiling temperature of

the adsorbent, by flowing steam / hot air or by heating

- Adding chemicals or chemically

- Decreasing pressure

Tahap recovery merupakan tahap pengolahan dari gas, uap, atau molekul
yang telah di desorpsi. Recovery dapat dilakukan dengan:
- Kondensasi
- Pembakaran
- Solidifikasi
Recovery phase is the processing stage of gas, vapor, or molecule that has
been desorption. Recovery can be done by:

- Condensation

- Burning

- Solidification

c. Rangkuman 2

c. Summary 2

1. Adsorbsi adalah proses penyerapan molekul (gas atau cair) oleh

permukaan (padatan); dapat terjadi karena interaksi gaya
elektrostatik atau Van der Waals antarmolekul
(physisorption/fisisorpsi) maupun oleh adanya interaksi kimiawi
antarmolekul (chemisorptions/kimiasorpsi). Definisi lain dari adsorpsi
adalah peristiwa pengikatan satu/lebih komponen dalam campuran
gas/cair oleh zat padat pada permukaannya.

55
1. Adsorption is process of molecular absorption (gas or liquid) by the
surface (solid); may occur because of interaction of electrostatic or
Van der Waals force between molecules (physisorption) or by the
chemical interaction between molecules (chemisorptions). Another
definition of adsorption is binding process one/more components in
the mixture gas/liquid by solid on its surface.

2. Karakteristik adsorbat meliputi densitas dan berat molekul, ukuran

dan bentuk molekul, tekanan uap, konsentrasi, adanya senyawa lain
sebagai kompetitor, polaritas, reaktivitas adsorbat, temperatur dan
tekanan, serta waktu kontak antara adsorbat dengan adsorben.
2. Adsorbate characteristics include density and molecular weight, size
and shape of the molecule, vapor pressure, concentration, presence
of other compounds as competitor, polarity, adsorbate reactivity,
temperature and pressure, as well as contact time between
adsorbate and adsorbent.

3. Kriteria adsorben yang baik: memiliki aktivitas terhadap komponen

yang dijerap, harus mempunyai hambatan abrasi tinggi, kemantapan
termal tinggi, diameter pori kecil yang mengakibatkan luas
permukaan lebih besar dan kapasitas adsorpsi lebih tinggi,
adsorben-adsorben itu harus pula mempunyai suatu struktur pori
yang terpisah jelas yang memungkinkan dengan cepat
pengangkutan dari uap air yang berupa gas, dan tidak ada
perubahan volume yang berarti selama proses adsorpsi dan
desorpsi.

3. Good adsorbent criteria: having activity to absorbed component,

must have high abrasion resistance, high thermal stability, small pore
diameter which results in greater surface area and higher adsorption
capacity, adsorbents also must have separated and clear of pore
structure which enables the transport of water vapor in the form of
gas quickly, and no significant volume changes during adsorption
and desorption processes.

56
4. Perbedaan adsorpsi kimia dan fisika:

Adsorpsi Fisika Adsorpsi Kimia

1. Tidak terjadi reaksi kimia 1. Terjadi reaksi kimia

2. Proses cepat 2. Proses lambat
3. Multi Layer 3. Mono layer
4. Tidak membutuhkan Energi Aktifitas 4. Membutuhkan Energi Aktifitas
5. Reversibel 5. Irreversibel
6. Ikatan yang terbentuk mudah 6. Lebih sulit diputuskan

4. Differences between chemical and physical adsorption are:

Physical Adsorption Chemical adsorption

1. No chemical reaction occurs 1. Chemical reactions occur

2. Fast process 2. Slow process

3. Multi Layer 3. Mono layer

4. Not require Activation Energy 4. Requires Activation Energy

5. Reversible 5. Irreversible

6. Bonds are made easy 6. More difficult to be broke

5. Mekanisme proses adsorpsi dapat berlangsung berdasarkan

tahapan transfer molekul-molekul adsorbat menuju lapisan film yang
mengelilingi adsorben, difusi adsorbat melalui lapisan film, difusi
adsorbat melalui kapiler atau pori-pori dalam adsorben, adsorpsi
adsorbat pada dinding kapiler atau permukaan adsorben.
5. Mechanism of adsorption process can take steps base on the
transfer step of adsorbate molecules toward the film surrounding the
adsorbent, adsorbate diffusion through film, adsorbate diffusion
through the capillaries or pores of the adsorbent, adsorbate
adsorption on the capillary wall or adsorbent surface.

57
6. Contoh aplikasi adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari: penghilangan
warna (decolourizing), drying, degumming pada bahan bakar,
degumming pada sistem pelumasan mesin, pemurnian udara,
pengolahan air, proses penyerapan gas seperti SOx, SOx, dan
aerosol, dan unit recovery untuk solven.
6. Examples of adsorption applications in life: the removal of color
(decolourizing), drying, degumming on materials fuel, degumming on
engine lubrication system, air purification, water treatment, gas
absorption process like SOx, NOx, and aerosols, and recovery unit
for solvent.

7. Tipe sistem adsorpsi terdiri dari fixed bed, rotary bed, dan fluidized
bed.
7. Type of adsorption system consists of fixed bed, rotary bed, and
fluidized bed.

d. Lembar Kerja 2
d. Worksheet 2

Mengoperasikan Peralatan Adsorpsi Secara Kontinyu

Operating Continuous Adsorption Equipment

A. Prinsip Kerja
- Pemisahan komponen dari suatu larutan berdasarkan perbedaan
konsentrasi zat dengan kondisi setimbangnya.
A. Working Principle

- Separation of the components of a solution based on differences

of the substance concentration with the equilibrium state.

B. Tujuan Percobaan
- Untuk memisahkan senyawa polutan dalam air.
B. Experiment objective

- To separate the pollutant compounds in water.

58
C. Alat yang dipakai
- Peralatan adsorpsi kontinyu
Kolom adsorpsi dilengkapi dengan peralatan bak penampung
umpan sekaligus berfungsi sebagai bak penampung overflow, bak
pengatur debit, bak penampung efluen, pompa air, dan flowmeter.
C. Tools used

- Continuous adsorption equipment

Adsorption column equipped with equipment: feed tank also as an

overflow tank, discharge regulator tank, effluent tank, water pump,
and flow meter.

Bahan yang dipakai :

- Aquadest
- Sampel air
Materials used:

- Distilled water

- water sample

D. Prosedur Kerja
a. Work Procedures

1. Mengisi kolom dengan aquades sampai sedikit di atas lapisan

adsorben untuk menghindari udara yang terjebak di dalam kolom
yang dapat mengganggu laju aliran.
1. Fill in the column with distilled water to slightly above the
adsorbent layer to avoid trapped air in the column that may disrupt
the flow rate.

2. Mengoperasikan alat dengan mengalirkan sampel air baku secara

gravitasi (downflow) secara terus menerus dari bak penampung
umpan dengan menggunakan pompa menuju ke bak pengatur laju
limpasan. Bak pengatur laju limpasan digunakan untuk
mendapatkan tekanan dan laju limpasan yang konstan.

59
2. Operate equipment by draining the raw water samples using
gravity force (downflow) continuously from the feed tank using the
pump to the flow control tank. Flow control tank is used to obtain
the constant rate and pressure.

3. Melewatkan laju limpasan aliran umpan melalui flowmeter untuk

mendapatkan hasil pembacaan laju limpasan secara visual.
Flowmeter ini dilengkapi dengan 3 buah kran pengatur. Sesuai
dengan gambar. Kran a digunakan untuk mengatur besar kecilnya
laju limpasan, kran b berfungsi sebagai pintu masuk aliran umpan
menuju ke kolom adsorpsi.

3. Pass the rate of feed flow through the flow meter to get the rate
reading result visually. Flow meter is equipped with 3 regulator
valve. Appropriate with figure, valve a is used to set the rate value,
valve b as the entrance to the feed stream to the adsorption
column.

4. Menutup kran b pada saat kalibrasi flowmeter dengan kondisi kran

c terbuka.

4. Close valve b during flow meter calibration with valve c in open

condition.

5. Menutup kran c setelah laju limpasan aliran stabil, dan membuka

kran b. Kemudian umpan akan mengalir menuju ke kolom
adsorpsi.
5. Shut valve c after flow rate is stable, and open the valve b. Then
feed will flow toward the adsorption column.

6. Mengulangi cara kerja untuk kondisi operasi yang berbeda

dengan variasi laju yang berbeda.

6. Repeat the procedures of different operations with different rate

variations.

60
 Figure 19. Peralatan Adsorpsi Secara Kontinyu / Continuous
Adsorption Equipment

Figure information:

1. Water pump a. Control valve 1

2. Feed/overflow tank b. Control valve 2
3. Influent pipe c. Control valve 3
4. Discharge regulator tank d. Sample outlet h1=20 cm
5. Overflow pipe e. Sample outlet h2=40 cm
6. Pipe towards coulumn f. Sample outlet h3=60 cm
7. Flow meter g. Sample outlet h4=80 cm
8. Adsorption column h. Sample outlet h5=100 cm
9. Effluent tank

61
e. Tugas 2
Sebutkan jenis Industri yang menggunakan proses adsorpsi!
e. Task 2
Mention the types of industries that use adsorption process!

f. Tes Formatif 2

1. Sebutkan macam-macam proses recovery pada adsorpsi!

2. Jelaskan tujuan dari proses adsorpsi!
3. Sebutkan karakteristik adsorbat!
4. Jelaskan sifat adsorpsi yang terjadi pada permukaan adsorben!
f. Formative Tests 2

1. Explain the recovery process in adsorption?

2. Explain the purpose of the adsorption process?

3. Mentioned the adsorbate characteristics!

4. Explain the adsorption characteristic that occurs on adsorbent

surface!

62
Kegiatan Pembelajaran 3 / Learning Activity 3
Mengatur dan Mengendalikan Pengoperasian Peralatan Adsorpsi
Adjusting and Controlling Adsorption Equipment Operation

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 3

a. Target Activity of Study 3

Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, diharapkan siswa dapat:

1. Mengatur peralatan adsorpsi sesuai prosedur
2. Mengendalikan peralatan adsorpsi sesuai SOP atau manual
peralatan
After studying learning activity 3, students are expected to be able to:

1. Adjust adsorption equipment in accordance with procedures

2. Control adsorption equipment according to SOP or manual

equipment

b. Uraian Materi 3
b. Material Description 3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Adsorpsi
Factors Affecting the Adsorption Process

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah

sebagai berikut:
In general, the factors that affect the adsorption process are as follows:

• Karakteristik adsorben
a. Kemurnian adsorben
Sebagai zat untuk mengadsorpsi, maka adsorben yang lebih murni
lebih diinginkan karena kemampuan adsorpsi lebih baik.
• Characteristics of the adsorbent
a. Adsorbent purity

As an agent for adsorption, the adsorbent is more desirable because

the purer the better for adsorption capability.

63
 b. Luas permukaan adsorben
Jumlah molekul adsorbat yang teradsorp meningkat dengan
bertambahnya luas permukaan dan volume pori adsorben.
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang
teradsorpsi sehingga proses adsorpsi dapat semakin effektif. Luas
permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari
adsorben.
b. Surface area of the adsorbent
The amount of adsorbed adsorbate molecules increases with
increasing of the surface area and pore volume of the adsorbent.

The more surface area of the adsorbent, the more substances

adsorbed so the adsorption process can be more effective.
Adsorbent surface area is determined by the particle size and the
amount of adsorbent.

• Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar
kecepatan adsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih
dari 0,1 mm, sedangkan ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah
200 mesh.
• Particle size
The smaller the particle size used, the greater the adsorption rate. The
diameter size in the form of grain is more than 0.1 mm, while the diameter
of the powder is 200 mesh.

• Waktu Kontak
Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-
zat organik akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu kontak
biasanya sekitar 10-15 menit. Waktu kontak yang menghasilkan
kapasitas adsorpsi maksimum terjadi pada waktu kesetimbangan.

64
• Contact time
The longer the contact time the better the process of diffusion and
attachment of adsorbate molecules. Concentration of organic matter will
go down if enough contacts and the contact time is usually about 10-15
minutes. Contact time resulting in maximum adsorption capacity occurs
at equilibrium time.

• Distribusi ukuran pori

Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat
yang masuk ke dalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorpsi
atau adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi
berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu
di dalam partikel tersebut.
• Pore size distribution
Pore size distribution will affect the distribution of adsorbate molecules
into the adsorbent particles. Most adsorbent is very porous material and
adsorption takes place mainly on the pore walls or location-specific
location within the particle.

• Tata letak partikel adsorben

Peletakan bahan adsorben sangatlah bervariasi bergantung dari model
penyangga yang digunakan dan penempatan pada kolom proses
adsorpsi. Tata letak adsorben sebaiknya menyediakan cukup ruangan
agar proses adsorpsi lebih efisien. Beberapa pabrikasi menempatkan
adsorben secara helical agar diperoleh efisiensi lebih baik daripada
diletakkan secara hamburan tanpa penyangga.
• The layout of the adsorbent particles
The laying of the adsorbent material is highly variable depending on the
bed model used and the placement on the column of adsorption process.
The layout of the adsorbent should provide enough space in order to
more efficient adsorption process. Some fabrication put the adsorbent
helically in order to obtain better efficiency than the scattering lay without
bed.

65
• Jenis adsorbat
Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan
adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar)
(memiliki kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain) dibandingkan
molekul yang tidak dapat membentuk dipol (non polar). Peningkatan
berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi.
Adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorb
dibandingkan rantai yang lurus.
• Type of adsorbate
Adsorbate polarizability enhancement will improve the ability of
molecules adsorption that have a high polarizability (polar) (has the ability
to pull other molecules) compared to molecules that can’t form a dipole
(non-polar). The increase of adsorbate molecular weight can increase the
adsorption capacity. Adsorbate with branched chains are usually more
easily absorbed than the straight chain.

• Struktur molekul adsorbat

Hidroksil dan amino mengakibatkan berkurangnya kemampuan
penjerapan sedangkan nitrogen meningkatkan kemampuan penjerapan.
• The molecular structure of the adsorbate
Hydroxyl and amino resulted in reducing the adsorption capacity while
Nitrogen improving the adsorption ability.

• Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin
banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben
• Adsorbate concentration
The greater the concentration of adsorbate in the solution, the more the
amount of substance that collects on the surface of the adsorbent

• Temperatur adsorben

66
 Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap
adsorben terhadap adsorbat karena menyebabkan pori-pori adsorben
lebih terbuka. Pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya
adsorben sehingga kemampuan penyerapannya menurun.
• Adsorbent temperature
Heating or activation of the adsorbent will increase absorption capability
of adsorbent to adsorbate because the adsorbent pores are more open.
Too high Heating is causing damage to the adsorbent so that the
absorption capacity decreases.

• Temperatur adsorbat
Pada saat molekul-molekul gas atau adsorbat melekat pada permukaan
adsorben akan terjadi pembebasan sejumlah energi yang dinamakan
peristiwa eksotermis. Berkurangnya temperatur akan menambah jumlah
adsorbat yang teradsorpsi demikian juga untuk peristiwa sebaliknya.
• Adsorbate temperature
When the gas or adsorbate molecules attached to the adsorbent surface,
it will release energy called exothermic process. Reduced temperatures
will increase the amount of adsorbate adsorbed as well as vice versa.
• pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi
pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi. Pada
pH rendah, ion H+ akan berkompetisi dengan kontaminan yang akan
dijerap, sehingga efisiensi penyerapan turun. Proses penyerapan akan
berjalan baik bila pH larutan tinggi. Derajad keasaman mempengaruhi
adsorpsi karena pH menentukan tingkat ionisasi larutan. pH yang baik
berkisar antara 8-9. Senyawa asam organik lebih mudah teradsorbsi
pada pH rendah, sebaliknya adsorbsi basa organik efektif pada pH tinggi.

• pH
pH of the solution affects the solubility of metal ions, functional groups
activity on biosorbent, and metal ion competition in the adsorption
process. At low pH, the H+ ions will compete with contaminants absorbed,

67
 so absorption efficiency decrease. Absorption process will work well at
high pH. The degree of acidity affects adsorption as pH determines the
solution ionization level. Good pH range between 8-9. Organic acids
compounds more easily adsorbed at low pH, otherwise adsorption of
organic bases effective at high pH.

• Kecepatan pengadukan
Kecepatan pengadukan menentukan kecepatan waktu kontak adsorben
dan adsorbat. Bila pengadukan terlalu lambat maka proses adsorpsi
berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan terlalu cepat
kemungkinan struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi
kurang optimal.
• Stirring speed
Stirring speed determines the speed of the contact time of the adsorbent
and adsorbate. When the mixing is too slow then the adsorption process
was slow anyway, but when mixing too quickly the possibility of adsorbent
structure easily damaged, so that the adsorption process is less than
optimal.

• Afinitas adsorben terhadap adsorbat, yang dipengaruhi oleh ukuran dan

bentuk pori
• Affinity of the adsorbent for the adsorbate, which is influenced by the size
and shape of the pore
• Polaritas dan reaktivitas
• Polarity and reactivity

c. Rangkuman 3 / Summary 3
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi: karakteristik
adsorben (kemurnian adsorben dan luas permukaan adsorben), ukuran
partikel, waktu kontak, distribusi ukuran pori, tata letak partikel adsorben,

68
 jenis adsorbat, struktur molekul adsorbat, konsentrasi adsorbat,
temperatur adsorben, temperatur adsorbat, pH, kecepatan pengadukan,
afinitas adsorben terhadap adsorbat, polaritas dan reaktivitas.
Factors affecting the adsorption process: adsorbent characteristics
(absorbent purity and adsorbent surface area), particle size, contact time,
pore size distribution, layout of adsorbent particle, type of adsorbate, the
molecular structure of the adsorbate, adsorbate concentration, adsorbent
temperature, adsorbate temperature, pH, stirring speed, adsorbent
affinity to adsorbate, polarity and reactivity.

d. Lembar Kerja 3 / Worksheet 3

Pengaruh Waktu / Luas Permukaan Adsorben / Suhu / Pengadukan
/ Konsentrasi Adsorbat *) Terhadap Proses Adsorpsi
Effect of Time / Adsorbent Surface Area / Temperature / Agitation /
Concentration Adsorbat *) to Adsorption Process

A. PRINSIP KERJA / WORKING PRINCIPLE

- Pemisahan komponen dari suatu larutan berdasarkan
perbedaan konsentrasi zat dengan kondisi setimbangnya.
- Separation of the components of a solution based on
concentration differences in the equilibrium state.

B. TUJUAN PERCOBAAN / EXPERIMENT OBJECTIVES

- Untuk memisahkan asam asetat dalam air.
- Untukmengetahui pengaruh waktu / luas permukaan adsorben /
suhu / pengadukan / konsentrasi adsorbat *) terhadap jumlah
adsorbat yang terjerap
- To separate the acetic acid in water.

- To determine the effect of time / adsorbent surface area /

temperature / agitation / adsorbate concentration *) to the amount
of adsorbate adsorbed

C. ALAT DAN BAHAN / EQUIPMENT AND MATERIALS

69
Equipments used :
Labu Ukur 100 ml dan 250 ml Beker Gelas 250 ml
Neraca Analitis Digital Kertas Saring
Erlenmeyer 250 ml Buret 50 ml
Statif dan Klem Pipet Ukur 10 ml
Pipet Volume 10 ml and 25 ml Corong
Bulb Pipet Tetes
Kaca Arloji Batang Pengaduk
Mortar dan Alu Aluminium Foil
Jam Hot Plate
Magnetic Stirrer Termometer
Volumetric flask 100 ml and 250 ml Glass Beaker 250 ml
Digital Analytical Balance Paper Filter
Erlenmeyer flask 250 ml Buret 50 ml
Stative and Clamps Graduated Pipette 10 ml
Volumetric Pipette 10 ml and 25 ml Funnel
Bulb Dropping Pipette
Watch Glass Stirring rod
Mortar and Pestle Aluminium Foil
Watch Hot Plate
Magnetic Stirrer Thermometers

Bahan yang dipakai:

Asam Asetat (CH3COOH) NaOH
Karbon Aktif Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O)
Indikator pp Aquadest

Materials used:
Acetic acid (CH3COOH) NaOH
Activated carbon Oxalic Acid (H2C2O4.2H2O)
pp indicators Distilled water

70
D. PROSEDUR / PROCEDURE
1. Pembuatan Larutan CH3COOH 0,1 N dari Larutan CH3COOH 2,5 N
1. Making CH3COOH solution of 0.1 N from CH3COOH solution of 2.5 N
a. Isi labu takar 250 mldengan+ 50 ml aquadest.
a. Fill volumetric flask 250 ml with + 50 ml of distilled water.
b. Ambil 10 ml CH3COOH 2,5 N dengan pipet ukur dan masukkan ke
labu takar
b. Take 10 ml of 2.5 N CH3COOH with graduated pipette and put to
the volumetric flask.
c. Tambahkan aquadest hingga tanda batas, kocok hingga
homogen.
c. Add distilled water up to the mark, shake until homogeneous.
d. Beri label!
d. Give label!
Untuk variabel konsentrasi adsorbat: buat larutan CH3COOH 0,1 N
dan 0,2 N
For adsorbate concentration variable: make a solution of CH3COOH
0.1 N and 0.2 N

2. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N

2. Making of 0.1 N NaOH solution
a. Timbang 1 gr NaOH.
a. Weigh 1 gram of NaOH.
b. Pindahkan ke gelas beker, tambahkan 50 ml aquadest, dan aduk
dengan batang pengaduk hingga NaOH larut.
b. Move to a beaker glass, add 50 ml of distilled water, and stir with
a stirring rod to dissolve NaOH.
c. Pindahkan ke labu takar 250 ml dengan corong gelas, tambahkan
aquadest hingga tanda batas. Kocok hingga homogen. Pindahkan
ke botol penampung, dan beri label. Kocok sebelum digunakan.

71
 c. Move to a 250 ml volumetric flask with a funnel, add distilled water
up to the mark. Shake until homogeneous. Move to the reservoir
bottle, and give label. Shake well before use.

3. Standarisasi NaOH
3. NaOH Standardization
a. Timbang 0,1575 gr H2C2O4.2H2O dengan gelas arloji.
a. Weigh 0.1575 gram of H2C2O4.2H2O using watch glass.
b. Larutkan dalam Erlenmeyer 250 ml dengan + 20 ml aquadest,
goyang Erlenmeyer hingga C2H2O4.2H2O larut.
b. Dissolve in a 250 ml Erlenmeyer flask with + 20 ml distilled water,
shake the Erlenmeyer flasks till C2H2O4.2H2O dissolved.
c. Tambahkan 2-3 tetes indikator pp.
c. Add 2-3 drops of pp indicator.
d. Masukkan larutan NaOH ke dalam buret 50 ml hingga skala 0.
d. Put NaOH solution into the burette 50 ml up to a scale of 0.
e. Titrasi larutan C2H2O4.2H2O dengan larutan NaOH hingga terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda
seulas.
e. Titrate solution of C2H2O4.2H2O with NaOH solution until the color
changes from colorless to pink.
f. Catat volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi.
f. Record the volume of NaOH required for titration.

4. Penentuan Konsentrasi CH3COOH Sebelum Adsorpsi (Konsentrasi

CH3COOH Awal)
4. Determination of CH3COOH Concentration Before Adsorption (Initial
concentration of CH3COOH)

72
 a. Ambil 25 ml larutan CH3COOH dengan pipet volume 25 ml,
masukkan ke Erlenmeyer 250 ml.
a. Take 25 ml of CH3COOH using volumetric pipette of 25 ml, put
into 250 ml Erlenmeyer flask.
b. Tambahkan 2-3 tetes indikator pp.
b. Add 2-3 drops of pp indicator.
c. Masukkan larutan NaOH ke dalam buret 50 ml hingga skala 0.
c. Put the NaOH solution into the burette 50 ml up to a scale of 0.
d. Titrasi larutan CH3COOH dengan NaOH hingga perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi merah muda seulas.
d. Titrate the CH3COOH solution with NaOH until the color changes
from colorless to pink.
e. Catat volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi.
e. Record the volume of NaOH required for titration.
Untuk variabel konsentrasi adsorbat: lakukan titrasi untuk larutan
CH3COOH 0,1 N dan 0,2 N
For adsorbate concentration variables: titrate solution of CH3COOH
0.1 N and 0.2 N

5. Proses Adsorpsi dan Penentuan Konsentrasi CH3COOH Setelah

Adsorpsi (Konsentrasi CH3COOH Akhir)
5. Adsorption processes and Concentration Determination After
Adsorption of CH3COOH (final CH3COOH concentrations)
a. Ambil 50 ml larutan CH3COOH dengan pipet volume 50 ml
dan masukkan ke Erlenmeyer 250 ml.
a. Take 50 ml of CH3COOH using volumetric pipette 50 ml and
put into 250 ml Erlenmeyer flask.
b. Timbang 2 gram karbon aktif dan tambahkan ke Erlenmeyer.
b. Weigh 2 grams of activated carbon and add to the Erlenmeyer
flask.
c. Kocok dan tutup dengan aluminium foil, diamkan selama 10
menit.

73
 c. Shake well and close using aluminium foil, let it for 10 minutes.
d. Saring larutan dengan kertas saring.
d. Filter the solution using a filter paper.
e. Ambil 25 ml filtrat dengan pipet volume 25 ml, masukkan
dalam erlenmeyer, dan tambahkan 2-3 tetes indikator pp.
e. Take 25 ml of the filtrate using 25 ml graduated pipette, put it
into Erlenmeyer flask, and add 2-3 drops of pp indicator.
f. Masukkan larutan NaOH ke dalam buret 50 ml hingga skala
0.
f. Put the NaOH solution into the burette 50 ml up to a scale of
0.
g. Titrasi larutan CH3COOH dengan NaOH hingga terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda
seulas.
g. Titrate CH3COOH solution with NaOH until the color changes
from colorless to pink hint.
h. Catat volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi.
h. Record the volume of NaOH required for titration.

UNTUK VARIASI WAKTU

Ulangi percobaan 5 dari langkah a dengan waktu proses 20 menit.

VARIATIONS OF TIME

Repeat experiment 5 from step a for 20 minute processing time.

UNTUK VARIASI LUAS PERMUKAAN

Ulangi percobaan 5 dari langkah a dengan ukuran karbon aktif yang

berbeda.

VARIATIONS OF SURFACE AREA

Repeat experiment 5 from step a with different sizes of activated

carbon.

UNTUK VARIASI SUHU

74
 Ulangi percobaan 5 dari langkah a dengan suhu proses yang
berbeda (panaskan erlenmeyer di atas hot plate selama proses).

VARIATIONS OF TEMPERATURE

Repeat experiment 5 from step a with different process temperatures

(heat erlenmeyer flask on a hot plate during the process).

UNTUK VARIASI PENGADUKAN

Ulangi percobaan 5 dari langkah a dengan adanya proses

pengadukan (lakukan pengadukan dengan magnetic stirrer selama
proses).

VARIATIONS OF AGITATION

Repeat experiment 5 from step a by stirring during the process (do

the stirring with a magnetic stirrer).

UNTUK VARIASI KONSENTRASI ADSORBAT

Ulangi percobaan 5 dari langkah a untuk larutan CH3COOH 0,2 N

FOR CONCENTRATION VARIATION adsorbate

Repeat experiment 5 from step a to solution of 0.2 N CH3COOH

PERHITUNGAN / CALCULATION

A. Standarisasi NaOH
A. NaOH Standardization

75
 N 1V1 = N 2V2
W2
N 1V1 =
BE2
W2
N1 =
V1 .BE2

Dengan N1 = Normalitas NaOH, N

W2 = Berat H2C2O4.2H2O, mgram

V1 = Volume NaOH untuk titrasi, ml

BE2 = Berat equivalen H2C2O4.2H2O, mgram/mgrek

= Mr/n2

n2 = Valensi H2C2O4.2H2O = 2

Mr = Berat molekul = Massa molekul

= mgram/mmol

With N1 = normality of NaOH, N

W2 = weight of H2C2O4.2H2O, mgram

V1 = volume of NaOH for titration, ml

BE2 = equivalent weight of H2C2O4.2H2O, mgram/mgrek

= Mr/n2

n2 = valence of H2C2O4.2H2O = 2

Mr = molecular weight = mass of molecule

= mgram/mmol

B. Adsorpsi
B. Adsorption

W CH3COOH = (V2 – V1) x NNaOH x MrCH3COOH

76
Dengan W = Berat CH3COOH terjerap, mgram

V2 = Volume NaOH untuk titrasi CH3COOH

sebelum adsorpsi, ml

V1 = Volume NaOH untuk titrasi CH3COOH

setelah adsorpsi, ml

NNaOH = Normalitas NaOH, N

MrCH3COOH = Berat Molekul CH3COOH = Massa Molekul

CH3COOH, mgram/mmol

With W = Weight of adsorbed CH3COOH, mgram

V2 = volume of NaOH to titrate CH3COOH

before adsorption, ml

V1 = volume of NaOH to titrate CH3COOH after

adsorption, ml

N = normality of NaOH, N

MrCH3COOH = Molecular Weight of CH3COOH

= Molecule Mass of CH3COOH, mgram/

mmol

77
 LAPORAN SEMENTARA
INTERIM REPORT

ADSORPSI
ADSORPTION

Nama Siswa : 1. ………………………………………..

Students’ Name

2. ………………………………………..

3. ………………………………………..

4. ………………………………………..

Kelas : ……………………………………….

Class : ……………………………………….

Hari / Tanggal : ……………………………………….

Day / Date : ……………………………………….

Sesi / Kelompok : ……………

Session / Group : ……………

Data Percobaan:
Experiment Data:

1. Standarisasi NaOH
1. Standardization of NaOH

No. Berat C2H2O4.2 H2O, gr Volume NaOH untuk Titrasi, ml

Weight of C2H2O4.2 H2O, g The volume of NaOH for titration, ml

78
2. Data Titrasi CH3COOH

2. Titration Data of CH3COOH

Volume CH3COOH pekat = ………………….. ml

Volume of concentrated CH3COOH = ………………….. ml
Volume pengenceran CH3COOH = ………………….. ml
Dilution volume of CH3COOH = ………………….. ml
Variabel = luas permukaan / suhu / pengadukan / waktu / konsentrasi
adsorbat *)
Variable = surface area / temperature / agitation / time /
concentration of adsorbate *)

Berat Karbon Aktif = ……….…. gram

Activated Carbon Weight = ……….…. gram
Volume CH3COOH = ………………….. ml
The volume of CH 3 COOH = ………………….. ml

79
 Volume NaOH untuk titrasi,
Variabel ml
Variables The volume of NaOH for
titration, ml
No.
Waktu (t), Konsentrasi Sebelum Setelah
Luas
Suhu, °C Pengadukan menit Adsorbat, N Adsorpsi Adsorpsi
Permukaan
Temperature, °C Stirring Time (t), Adsorbat Before After
Surface Area
min Concentration, N Adsorption Adsorption

Nama Siswa Tanda Tangan Guru

Students’ Name Signature Teacher
1.
2.
3.
4.

100
 e. Tugas 3 / Task 3

Berikan contoh alat adsorpsi di industri beserta cara pengendaliannya!

Give an example of adsorption equipment in industry and how to control
it!

f. Tes Formatif 3 / Test Formative 3

1. Jelaskan bagaimana karakteristik adsorben mempengaruhi proses
adsorpsi!
1. Explain how adsorbents characteristics affect the adsorption
process!

2. Bagaimana ukuran partikel yang baik untuk proses adsorpsi?

2. How good particle size for the adsorption process?

3. Apakah mungkin semua adsorbat dapat terserap dalam proses

adsorpsi? Jelaskan!
3. Is it possible to absorb all of the adsorbate in the adsorption process?
Explain!

4. Bagaimana tata letak partikel adsorben dalam kolom yang efektif

untuk proses adsorpsi?
4. How is layout of adsorbent particles in the column which is effective
for the adsorption process?

5. Berikan contoh molekul adsorbat yang meningkatkan dan

mengurangi kemampuan penjerapan dalam adsorpsi!
5. Give examples of adsorbate molecules that increase and decrease
the adsorption capacity in adsorption!

Kegiatan Pembelajaran 4 / Learning Activity 4

Mematikan dan merawat peralatan adsorpsi

Shutting down and maintaining adsorption equipment

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 4

a. Target Activity of Study 4

Setelah mempelajari kegiatan belajar 4, diharapkan siswa dapat:

101
 1. Mematikan peralatan adsorpsi sesuai prosedur
2. Merawat peralatan adsorpsi sesuai SOP atau manual peralatan
After studying the learning activity 4, students are expected to be able
to:
1. Shutting down the adsorption equipment in accordance with
procedures
2. Maintaining the adsorption equipment according to SOP or manual
equipment

b. Uraian Materi 3

b. Material Description 3

A. Mematikan Peralatan Adsorpsi Sesuai Prosedur

A. Shutting Down Adsorption Equipment in Accordance with
Procedure
Proses adsorpsi dihentikan setelah mencapai tujuan yang diharapkan
atau telah terkumpulnya data yang diperlukan. Mematikan peralatan
adsorpsi harus dilakukan sesuai dengan prosedur agar peralatan lebih
awet dan meminimalkan biaya perawatan.

Adsorption process was stopped after achieving the desired goals or

has the collection of necessary data. Shutting down the adsorption
equipment must be carried out in accordance with the procedures so
the equipment more durable and minimize the maintenance cost.

B. Merawat Peralatan Adsorpsi Sesuai SOP atau Manual

Peralatan
B. Maintaining Adsorption Equipment According to SOP or
Manual Equipment

1. Membersihkan pipa-pipa dan katup-katup

2. Membersihkan kolom adsorber
3. Membersihkan mesin-mesin penunjang peralatan adsorpsi
(pompa dan kompresor)

102
 4. Melakukan perbaikan mesin-mesin penunjang peralatan
adsorpsi (pompa dan kompresor)
1. Cleaning the pipes and valves
2. Cleaning the adsorber column
3. Cleaning supporting machines of adsorption equipment (pumps
and compressors)
4. Making improvements supporting machines of adsorpstion
equipment (pumps and compressors)

Hal-hal yang harus dipertimbangkan:

Things that should be considered:

▪ Ukuran partikel adsorben

Ukuran partikel adsorben berpengaruh pada pressure drop dan
diffusion rate. Pressure drop akan rendah jika bentuk dan ukuran
partikel (d) adsorben seragam dan spherical.
▪ Adsorbent particle size

Adsorbent particle size affects on the pressure drop and the

diffusion rate. Pressure drop will be low if the shape and size of the
adsorbent particle (d) are uniform and spherical.

▪ Physical adsorben bed depth

Berhubungan dengan kedalaman zona transfer dan kapasitas
adsorpsi.
▪ Physical adsorbent bed depth
It is related to the depth of the transfer zone and adsorption
capacitance.

▪ Suhu inlet gas buang dan adsorben

Ketika suhu meningkat maka adsorben capacity menurun.
Adsoption proses terjadi exothermic, panas akan tertransfer ke bed
adsorben selama aktivitas penyerapan.
▪ Inlet temperature of exhaust gas and adsorbent

103
 When temperature increases, the adsorbent capacity decreases.
Adsoption process occurs exothermic, heat will be transferred to the
adsorbent bed during the adsorption activity.

▪ Konsentrasi kontaminan yang akan diserap

▪ Concentrations of contaminants to be absorbed
▪ Removal efisiensi (60 % – 80%)
▪ Removal efficiency (60 % – 80%)
▪ Kemungkinan terjadinya dekomposisi dan polimerisasi ketika
kontak dengan adsorben. Sehingga dapat menyebabkan
menurunkan kapasitas adsorpsi dan proses regenerasi
▪ Possibility of decomposition and polymerization when in contact
with the adsorbent. So it may lead to lower adsorption capacity and
regeneration process
▪ Frekuensi operasi
▪ Operating frequency
▪ Regenerasi/desorption
▪ Regeneration / desorption

104
 CONTOH REAKTOR ADSORPSI
EXAMPLE OF ADSORPTION REACTOR

Figure 20. Reaktor Adsorpsi/Adsorption Reactor

c. Rangkuman 4 / Summary 4
1. Peralatan adsorpsi harus dimatikan sesuai prosedur agar alat tidak
mudah rusak.
1. Adsorption equipment must be turned off according to the procedure
so that equipment are durable.

2. Perawatan peralatan juga harus dilakukan secara berkala untuk

menjaga keberlangsungan pengoperasian alat.

2. Equipment treatment should also be done periodically to sustain the

operation of the equipment.

105
 3. Hal-hal yang harus dipertimbangkan: ukuran partikel adsorben,
physical adsorben bed depth, T inlet gas buang dan adsorben,
konsentrasi kontaminan yang akan diserap, removal efisiensi (60%
–80%), frekuensi operasi, dan regenerasi/desorption.
3. Things that should be considered: adsorbent particle size, physical
adsorbent bed depth, temperature of exhaust gas inlet and
adsorbent, concentration of contaminants will be absorbed, removal
efficiency (60% - 80%), operating frequency, and
regeneration/desorption.

d. Lembar Kerja 4 / Worksheet 4

Menghentikan Proses Adsorpsi

Stopping Adsorption Process

A. TUJUAN PERCOBAAN
A. EXPERIMENT OBJECTIVE

Untuk mematikan peralatan adsorpsi sesuai prosedur

To turn off the adsorption equipment in accordance with procedures

B. ALAT
B. EQUIPMENT

Peralatan adsorpsi kontinyu

Continuous adsorption equipment

C. PROSEDUR
C. PROCEDURE

1. Mematikan pompa air yang berada dalam bak umpan/penampung

over flow dengan memutus aliran listrik yang masuk ke pompa air.

1. Turn off the water pump located in a feed tank/over flow tank by
cutting off the electricity that goes into the water pump.

2. Mengosongkan bak pengatur debit dengan cara membuka kran

yang ke arah bak penampungan/over flow sehingga air masuk ke
dalam bak over flow/penampung.

106
2. Empty the discharge regulator tank by opening the valve to the
tank/over flow so that water flow into the over flow tank/reservoir.

3. Mengumpulkan hasil adsorpsi di masing-masing outlet, minimal

tiga sampel yang dianalisa sebagai pembanding dan perhitungan
rata-rata yang bisa dijadikan patokan.

3. Collecting the results of adsorption at each outlet, minimum of

three samples were analyzed for comparison and calculation of
averages can be used as a benchmark.

Catatan:

Note:

a. Usahakan tiap sampel dibuat duplo sebagai back up atau

cadangan jika ada kegagalan dalam proses analisa.

a. Try created duplo for each sample as a backup if there is a failure

in the process of analysis.

b. Perhatikan penataan bahan adsorben dalam kolom adsorpsi,

tingkat kepadatan adsorben, dan ukuran bahan adsorben karena
berpengaruh terhadap efisiensi adsorpsinya.

b. Consider the layout of the adsorbent material in the adsorption

column, the density of the adsorbent, and the size of the
adsorbent material because the effect on adsorption efficiency.

c. Aliran fluida berlawanan (counter current) atau searah (co-

current) berpengaruh terhadap efisiensi adsorpsi.

c. Counter current or co-current fluid flow affect the adsorption

efficiency.

107