Parkinson Lapkas
Parkinson Lapkas
PARKINSON
PEMBIMBING
dr. Ananda Setiabudi, Sp. S
Disusun oleh
Resha Adi Wibowo
030 14 164
Laporan Kasus dengan judul “Parkinson” disusun dalam rangka memenuhi tugas
kepanitraan klinik Ilmu Penyakit Saraf di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih periode 5
November 2018 – 8 Desember 2018
Pembimbing
1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya panjatkan syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan izinnya
saya sebagai dokter mudah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul “Parkinson ” ini dengan tepat waktu.
Laporan kasus ini dibuat oleh dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti dalam rangka
memenuhi tugas kepaniteraan di bidang Ilmu Saraf di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Ananda Setiabudi, Sp. S selaku dokter pembimbing saya yang telah memberikan
waktu, saran dan koreksi dalam penyelesaian laporan kasus ini dan selama saya menempuh
kepaniteraan di bidang Ilmu Saraf.
2. Teman-teman dokter muda dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan laporan kasus ini
sangat diharapkan. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan kasus ini dapat
memberi manfaat dalam bidang kedokteran khususnya untuk bidang ilmu saraf.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................4
BAB 2 LAPORAN KASUS.................................................................................................5
BAB 3 ANALISA KASUS..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Angka prevalensi penyakit Parkinson di Amerika Utara diperkirakan sebesar 160 per
100.000 populasi dengan angka kejadian sekitar 20 per 100.000 populasi. Prevalensi dan insidensi
penyakit Parkinson semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Prevalensi berkisar antara 0,5-
1% pada usia 65-69 tahun. Pada umur 70 tahun prevalensi dapat mencapai 120 dan angka kejadian
55 kasus per 100.000 populasi pertahun. Prevalensi meningkat sampai 1-3% pada usia 80 tahun
atau lebih. Parkinson dapat terjadi pada pria dan wanita dari semua ras, jenis pekerjaan, dan tidak
terbatas pada daerah tempat tinggal. Rata- rata Penyakit Parkinson menyerang penduduk usia 60
tahun tetapi kadang- kadang saat terjadi pada penduduk usia 20 tahun dan bahkan pada penduduk
yang lebih muda.2
4
BAB 2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. E
Jenis Kelamin : Laki Laki
Umur : 67 tahun
Alamat : Cawang
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Sudah Tidak Bekerja
Nomor RM : 01071838
Tanggal kunjungan ke Rumah Sakit : 23 November 2018
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di poliklinik saraf Rumah Sakit Umum Daerah
Budhi Asih pada tanggal 23 November 2018, pukul 10.00 WIB.
Keluhan Utama
Pasien datang ke poliklinik RSUD Budhi Asih karena berjalan dirasa masih sulit.
5
Setelah mulai berobat mulai hingga sekarang penyakit parkinson yang dideritanya dirasa mulai
semakin semakin ringan,keluhan beberapa dirasa telah berkurang seperti rasa getar pada kedua
tangan.. Rasa kaku pada kedua tungkai dan tangan dirasa juga berkurang, pasien juga, namun
beberapa keluhan seperti bagian muka yang kaku masih dirasa pasien. Pasien dapat berjalan
namun saat akan berputar balik masih agak terasa sulit bagi pasien saat ini.
Antropometri
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 167 cm
Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-)
6
Pupil bulat isokor, diameter 3mm/3mm
Refleks cahaya langung (+/+)
Refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Hidung : Normal
Mulut : Normal
Leher : deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
pembesaran tiroid (-)
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis
Palpasi : Tidak teraba iktus
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-) gallop (-)
Paru
Inspeksi : Betuk dada simetris
Palpasi : Gerak napas simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapang paru, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani di seluruh regio
Auskultasi : Supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Atas : Akral hangat (+/+) oedem (-/-) deformitas (-/-)
Bawah : Akral hangat (+/+) oedem (-/-) deformitas (-/-)
Genitalia : Tidak dilakukan
Status Neurologi
Kesadaran : Compos mentis
Tanda rangsang meningeal
7
Kaku kuduk : - (negatif)
Brudzinki I : - (negatif)
Brudzinki II : - (negatif)
Laseque : - (negatif)
Kernig : - (negatif)
Nervus Kranialis
N III, N Gerak bola mata Tidak ada hambatan gerak bola mata
IV, N VI Nistagmus - -
Diplopia - -
Refleks cahaya RCL (+) RCL (+)
RCTL (+) RCTL (+)
Motorik
NV Tidak dilakukan
Sensorik
Tes pendengaran
N VIII Tidak dilakukan
Tes keseimbangan
Pengecapan lidah ⅓
posterior
N IX, N X Tidak dilakukan
Refleks menelan
Refleks muntah
8
Mengangkat bahu
N XI Tidak dilakukan.
Menoleh
Pergerakan lidah
Tidak dilakukan
N XII dbn
-
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan Extremitas atas Extremitas bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Atrofi - - - -
Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Gerakan - - - -
involunter
9
Tes Fungsi Luhur : Tidak dilakukan
V. RESUME
Pasien laki laki usia 67 tahun datang ke poliklinik saraf RSUD Budhi Asih untuk kontrol
penyakit parkinson yang dideritanya. Pasien datang pertama kali ke poliklinik saraf pada bulan
Tahun 2015 Keluhan pasien antara lain badan kaku, aktivitas sehari-hari menjadi lambat, jalan
menjadi sulit, wajah kaku . Pasien sering merasa stress dikarenakan penyakitnya. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis, tampak sakit sedang dengan
tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 73x/menit, suhu 36,70C, pernafasan 20x/menit.
Pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologis tidak
didapatkan kelainan bermakna. Pada pemeriksaan khas penyakit parkinson didapatkan resting
tremor (+) face mask (+) ,bradikinesia (+),rigiditas (+).
VII. TATALAKSANA
Levazid 3 x I (Prekursor dopamin)
Amlodipin 5 mg 1x1
Aricept 10 mg 1x1
Asam folat 1 x I
10
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
11
BAB 3
ANALISA KASUS
Pasien laki laki berusia 63 tahun datang ke poliklinik saraf RSUD Budhi Asih untuk kontrol
penyakit parkinson yang telah dirasakan pasien sejak Awal tahun 2015. Awalnya pasien
mengeluh tangan dan kaki masih sering gemetar . Keluhan sudah membaik semenjak mendapat
pengobatan, namun gejala yang masih dominan terlihat pada pasien ini adalah rigiditas, sulit
berjalan, dan face mask . Usia pasien ini yang sudah mencapai 63 tahun merupakan usia sering
terjadinya parkinson, dimana parkinson jarang mengenai individu usia kurang dari 50 tahun
dan insidennya meningkat pada individu lebih dari 50 tahun.2
Pasien mengeluh tangan kiri dan kaki kiri gemetar terutama saat tidak beraktifitas, pasien
juga mengeluh gerakan menjadi lebih lambat dan sudah mempengaruhi kehidupan sehari-hari,
bersamaan dengan tremor pasien juga merasa kekakuan pada tangan dan kaki kiri. Hal ini
sesuai dengan gejala khas parkinson yaitu resting tremor, rigiditas dan bradikinesia. 2,5
Penyakit parkinson primer adalah idiopatik yang berarti penyebab pastinya masih belum
diketahui sempurna. Penyebab sekunder paling sering dari penyakit parkinson adalah stroke,
maka perlu ditanyakan riwayat penyakit sebelumnya seperti stroke pada pasien dengan
penyakit parkinson. Pasien ini mengaku tidak ada keluarga yang mengalami penyakit
parkinson.2,5
Ditemukannya gejala khas parkinson pada pasien ini berupa resting tremor, rigiditas dan
bradikinesia merupakan hal penting untuk dapat mendiagnosis penyakit parkinson. Ciri khas
dari tremor penyakit parkinson adalah saat anggota tubuh yang tremor digerakkan maka tremor
akan hilang.
Bradikinesia juga ditemukan pada tangan dan kaki sisi kiri, bradikinesia ini biasanya akan
menyebabkan pasien sulit untuk menginisiasikan gerakan, mempertahankan gerakan, dan
mengubah berbagai pola gerakan motorik.5 Kekakuan juga ditemukan saat pasien
menggerakan tangan kiri dan kaki kiri Rigiditas ini biasanya mempengaruhi postur tubuh
individu dengan penyakit parkinson yang juga merupakan ciri khas.
12
Manifestasi lainnya yang ditemukan pada pasien ini adalah drooling atau keluarnya air liur
dari mulut pasien, meski tidak ditemukan saat pemeriksaan namun pasien mengatakan hal
tersebut masih beberapa kali terjadi. Gangguan kognitif juga mungkin didapatkan karena
pasien juga mengatakan sering manegalami lupa saat beraktivitas Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik dapat disimpulkan sebagai berikut:
Diagnosis klinis : tremor, bradikinesia, rigiditas
Diagnosis etiologi : idiopatik
Diagnosis topis : substansia nigra
Diagnosis patologis : degeneratif
Berdasarkan klasifikasi Hoehn and Yahr yang membagi parkinson menjadi 5 stadium,
pasien ini masuk kedalam stadium 2 dimana terdapat gejala bilateral tanpa adanya gangguan
keseimbangan. Pada stadium ini juga mulai terlihat gangguan berjalan , namun biasanya
pasien masih dapat beraktivitas secara mandiri meskipun sedikit terganggu.
Tatalaksana utama pada pasien ini diberikan levodopa yang merupakan prekursor dopamin
.Pada pasien ini diberikan levodopa karena dapat memasuki blood brain barrier sehingga saat
memasuki otak akan berubah menjadi dopamin yang mana pada penyakit parkinson kadarnya
rendah. Dengan terapi levodopa maka akan meningkatkan kadar dopamin sehingga gejala
ekstrapiramidal akan berkurang.Karena pada parkinson kadar asetilkolin lebih tinggi
dibandingkan kadar dopamin sehingga tidak seimbang.
Prognosis dari pasien ini sendiri pun baik dari ad vitam , ad functionam dan ad sanationam
adalah cenderung baik karena pasien berada dalam stadium 2 menurut klasifikasi hoehn and
yahr, dimana pasien masih bisa beraktivitas dengan mandiri, tidak membutuhkan perawatan
tetap dan tingkat kecacatan juga masih minimal.
13
Daftar Pustaka
14