Fieldwork Pekerjaan Lapangan 1
Fieldwork Pekerjaan Lapangan 1
Fieldwork 1
Bonny Adhisaputra
Herbayu Nugroho
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Universitas Indonesia 1
1) Kebutuhan pegawai - merencanakan jumlah dan kualifikasi staf yang akan
melakukan audit.
2) Kebutuhan sumber daya dari luar (sumber dari luar, sumber dari mitra,
penggunaan ahli, peminjaman staf, dan sebagainya). – menidentifikasi
kebutuhan sumber daya dari luar jika audit dilakukan pada hal yang bersifat
khusus dimana tidak adanya staf yang memiliki pengetahuan khusus tersebut.
3) Pengorganisasian staf audit – mengidentifikasi apakah rencana berbentuk
ramping (dengan lapisan supervisi yang terbatas) atau gemuk (banyak lapisan
supervisi) tergantung pada kompleksitas kerja dan rentang kontrol yang
dibutuhkan.
4) Wewenang dan tanggung jawab - mencakup alur wewenang yang berkaitan
dan secara khusus menggambarkan otorisasi yang didelegasikan ke setiap lini
dan staf dalam tim audit.
5) Struktur pekerjaan lapangan - urutan-urutan progam audit direncanakan.
Aktivitas yang berurutan saling berhubungan untuk meyakinkan bahwa
terdapat susunan alur kerja.
6) Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan - Estimasi waktu harus mencakup
kebutuhan waktu untuk aspek aiministratif seperti penghubung
antarkelompok dan dalam kelompok, kebutuhan waktu untuk kegiatan non
operasi dan pendokumentasian serta penulisan draf laporan audit berisi hasil-
hasil pekerjaan lapangan.
7) Metode pekerjaan lapangan - Ada enam metode, yaitu: observasi,
konfirmasi, verifikasi, investigasi, analisis, dan evaluasi.
8) Metode pendokumentasian - melibatkan akumulasi bahan bukti dan
penyiapan kertas kerja. Bagian ini membutuhkan antisipasi hasil-hasil metode
pekerjaan lapangan dan juga penggunaan akhir dari audit.
9) Penyiapan laporan - Laporan harus dirancang dengan mempertimbangkan
pembaca dan pengguna. Pertimbangan kemampuan dan tanggapan pembaca
haruslah menjadi perhatian utama dalam rancangan dan isinya.
10) Rencana kontingensi - Rencana harus memuat kondisi terbaik yang bisa
dicapai, yang biasa, dan yang terburuk.
Universitas Indonesia 2
III. Tim Audit dengan Pengarahan Mandiri
Tim merupakan sebuah unit operasional, yang sering kali terdiri dari ahli-
ahli dalam berbagai bidang audit, dan memiliki kepemimpinan dalam rotasi atau
dasar-dasar lainnya. Tim tersebut membuat keputusan sendiri, sering kali dengan
bantuan ahli yang bersama pimpinan tim memberikan keahlian dan bantuan dalam
proses pengambilan keputusan. Tim tersebut menerima tanggung jawab atas
pekerjaannya dan berbagi tanggung jawab bila terjadi kegagalan - termasuk pula
penghargaan dan bonus, jika ada, untuk pekerjaan yang bagus. Harus terdapat
resolusi mengenai tujuan-tujuan dasar organisasi, independensi, pekerjaan audit
yang tidak bagus, dan pengambilan keputusan yang tidak memadai.
Untuk beroperasi secara efektif, tim harus beranggotakan orang-orang yang
tidak egois dan sepakat untuk berbagi kepemimpinan. Pembimbing (yang
mungkin membimbing lebih dari satu tim) diberi banyak tanggung jawab
administratif. Karena lebih besarnya produktivitas dan efektivitas yang dimiliki
tim maka tim audit seperti ini dianggap sebagai aset operasional baru yang
potensial.
Universitas Indonesia 3
- Memungkinkan fleksibilitas auditor untuk berhenti-kemudian-lanjut, guna
mengurangi atau meningkatkan lingkup audit, dan memotivasi auditor untuk
fokus pada aktivitas-aktivitas perusahaan yang akan menghasilkan temuan-
temuan yang paling bermanfaat dan bernilai tinggi bagi organisasi.
- Meningkatkan jumlah audit di atas cakupan audit minimum, karena auditor
melakukan lebih banyak audit dengan jangka waktu yang lebih pendek setiap
tahun.
V. Control Self-Assessment
Control self-assessment (CSA) merupakan salah safu jenis audit partisipatif.
Audit tersebut diterapkan untuk mendapatkan informasi yang terbukti sulit untuk
dikumpulkan oleh staf audit tradisional.
Bisa jadi kejadian yang mendorong inovasi ini menjadi menonjol adalah
pengembangan konsep COSO tentang kontrol internal. Konsep ini
mengidentifikasi aspek-aspek kontrol internal yang kurang substantif
dibandingkan metode tradisional yang sedang dipertimbangkan. Control self-
assessment memperbaiki kekurangan ini dengan menggunakan staf untuk
mengevaluasi aspek-aspek kontrol internal ini berdasarkan apa yang mereka lihat,
alami, dan praktikkan.
Metode yang digunakan adalah mengembangkan semacam pertemuan yang
dilakukan staf audit, tetapi terdiri dari karyawan klien yang akan mengevaluasi
dan mengukur aspek-aspek dari kontrol internal. Peserta audit internal membuat
pertanyaan dan masalah yang akan didiskusikan. Peserta dari klien membahas
bahan-bahan tersebut dan mencapai kesimpulan mengenai diterapkannya aspek-
aspek kontrol internal dan efektivitas yang sedang didiskusikan. Mereka juga
berusaha mengidentifikasi penyebab masalah dan aktivitas perbaikan yang
mungkin.
Universitas Indonesia 4
menerapkan prosedur-prosedur audit untuk menentukan apakah prosedur-prosedur
operasi berfungsi sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan-tujuan operasi.
Tujuan operasi ditetapkan oleh manajemen. Tujuan audit ditetapkan oleh auditor.
Prosedur-prosedur audit adalah sarana-sarana yang digunakan auditor untuk
memenuhi tujuan-tujuan auditnya. Prosedur-prosedur audit merupakan langkah-
langkah dalam proses audit yang menjadi pedoman bagi auditor dalam
melaksanakan penelaahan yang direncanakan, berdasarkan tujuan-tujuan audit
yang ditetapkan.
Universitas Indonesia 5
pekerjaan, arahan organisasi, anggaran, spesifikasi produk, praktik industri,
standar minimum kontrol internal, GAAP, kontrak-kontrak, praktik-praktik bisnis
yang wajar, atau bahkan dalam tabel perkalian. Jadi, dengan membandingkan
temuan mereka dengan standar, mereka bisa membuat kesimpulan yang objektif.
Universitas Indonesia 6
- Menghadiri konferensi yang membahas perkembangan-perkembangan
terbaru.
2) Merencanakan studi
- Mendefinisikan lingkup studi tolak ukur dan mengidentifikasikan
penggunaan yang harus tercakup.
- Mengidentifikasi mitra yang akan dijadikan tolak ukur dan meminta izin
untuk melakukan kunjungan.
- Membuat metodologi untuk mendapatkan data-data terbaru.
3) Melaksanakan studi
- Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis praktek-praktek terbaik.
- Mengidentifikasi dan menganalisis kesenjangan antara kinerja yang ada
dengan yang potensial dikembangkan.
4) Mendapatkan pemahaman
- Menerapkan dan menggabungkan praktek-praktek terbaik.
- Mengkalibrasi ulang dan meningkatkan proses.
XI. Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mencapai pertimbangan yang benar secara
matematis, dan untuk menyatakan pertimbangan tersebut dalam hal apa yang
diketahui. Evaluasi membutuhkan pertimbangan baik pada standar maupun pada
hasil-hasil perbandingan.
Auditor internal menerapkan standar operasional di sepanjang pekerjaan
lapangannya, oleh karena itu mereka seharusnya tidak gagal dalam mengevaluasi
standar itu sendiri. Standar juga harus dievaluasi kelayakan dan kecukupannya
dalam mengukur kemajuan terhadap tujuan dan sasaran organisasi, dan ketetapan
standar untuk kondisi saat ini. Evaluasi yang dilakukan auditor internal biasanya
diarahkan ke tiga aspek:
Kualitas
- Menentukan apakah pesanan telah disetujui dengan semestinya dan
mengandung semua spesifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan.
- Menentukan apakah perubahan dalam spesifikasi telah diserahkan kepada
pemasok.
Universitas Indonesia 7
Biaya
- Menentukan apakah daftar para pemasok yang memberi penawaran telah
disetujui oleh penyelia departemen pembelian.
- Menentukan apakah penawaran kompetitif digunakan sebisa mungkin.
Jadwal
- Menentukan apakah tanggal saat barang dibutuhkan tercantum dalam
pesanan pembelian dan apakah tanggal tersebut sesuai sengan yang
diminta oleh pengguna.
- Menentukan apakah pegawai departemen pembelian secara rutin
mengingatkan pemasok agar barang yang dibeli bisa diperoleh tepat
waktu.
XII. Pengujian
Tujuan umum pengujian adalah untuk memberi dasar bagi auditor untuk
pembentukan opini audit. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk menentukan:
Validitas; yaitu kelayakan, keaslian dan kewajaran.
Akurasi; yaitu kuantitas, kualitas, dan klasifikasi.
Ketaatan dengan prosedur, regulasi, hukum yang berlaku, dan lain-lain.
Kompetensi kontrol yaitu kenetralan risiko.
Pengujian menentukan apakah sesuatu telah sesuai dengan apa yang seharusnya.
Pengujian harus diawali dengan perencanaan, dan harus mencakup:
- Pendefinisian tujuan pengujian.
- Pengidentifikasian jenis pengujian untuk mencapai tujuan.
- Pengidentifikasian kebutuhan pegawai yang mencakup keahlian dan disiplin
ilmu yang dimiliki, kualifikasi pengalaman, dan jumlah pegawai.
- Penentuan urutan proses pengujian.
- Pendefinisian standar atau kriteria.
- Pendefinisian populasi pengujian.
- Keputusan metodologi pengambilan sampel yang akan dilakukan.
- Pemeriksaan transaksi atau proses terpilih.
Universitas Indonesia 8
Empat bagian terakhir membutuhkan pembahasan lebih lanjut:
1) Pendefinisian standar kinerja atau kriteria
Standar kinerja atau kriteria dapat secara eksplisit atau implisit. Eksplisit bila
dinyatakan secara jelas dalam arahan, instruksi pekerjaan, spesifikasi, atau
hukum. Implisit bila manajemen mungkin telah menetapkan tujuan dan
sasaran, atau sedang mengupayakan penetapannya, tetapi tidak menyatakan
secara eksplisit bagaimana mencapainya.
2) Pendefinisian populasi pengujian
Populasi yang akan diuji harus dipertimbangkan sesuai tujuan audit. Jika
tujuannya memberi opini atas transaksi, maka total transaksi mencerminkan
populasi. Jika tujuannya memberi opini atas kecukupan, efektifitas, dan
efisiensi kontrol yang diterapkan, populasinya mungkin lebih terbatas.
3) Metodologi pengambilan sampel yang akan dilakukan
Pengambilan sampel yang paling andal harus dapat mencerminkan
populasinya. Pengambilan sampel dapat melalui pertimbangan atau dengan
metode statistik. Penggunaan teknik audit berbantuan komputer saat ini telah
banyak membantu pekerjaan auditor. Perangkat lunak dapat secara otomatis
menggunakan keseluruhan populasi sebagai sampel.
4) Teknik-teknik pemeriksaan transaksi-transaksi atau proses-proses terpilih
Auditor memiliki banyak teknik untuk membantu mereka mencapai
tujuannya. Yang belum jelas hanyalah penamaan teknik-teknik tersebut di
antara para auditor. Teknik-teknik tersebut dikelompokkan ke dalam enam
judul:
- Mengamati; berarti pemeriksaan visual yang memiliki tujuan, memiliki
nuansa perbandingan dengan standar, dan suatu pandangan yang evaluatif.
Hal ini mengimplikasikan diterapkannya pandangan yang berhati-hati dan
berpengetahuan pada orang, fasilitas, proses, dan barang-barang.
Mengamati atau observasi bermanfaat untuk menemukan praktik-praktik
penyimpanan dokumen atau alur kerja yang mengarah pada upaya yang
tidak perlu atau berbelit-belit. Observasi akan jarang ditentang secara
frontal oleh klien. Jika klien setuju dengan hasil observasi tersebut dan
Universitas Indonesia 9
mengambil tindakan perbaikan, maka hal tersebut tidak perlu
ditindaklanjuti dengan analisis yang rinci.
- Mengajukan pertanyaan; merupakan teknik yang paling pervasif bagi
auditor yang menelaah operasi. Pertanyaan bisa secara lisan ataupun
tertulis. Pertanyaan lisan mungkin yang paling sulit untuk dikemukakan.
Mendapatkan fakta tanpa membuat klien marah kadang-kadang bukanlah
tugas yang mudah. Jika klien merasa dicecar, mereka cenderung bertahan
dan enggan berperan menyingkap kebenaran. Jika auditor memahami
pandangan kebanyakan klien terhadap mereka (dipandang sebagai
ancaman), peluang untuk mendapatkan informasi yang berguna akan
meningkat. Pertanyaan-pertanyaan bisa ditanyakan dengan dua tujuan:
untuk membantu auditor dan membantu klien. James Binns mengusulkan
suatu kuesioner yang dirancang untuk mendapatkan informasi bagi
auditor, dan pada saat yang sama, menyederhanakan penggunakan manual
prosedur oleh klien.
- Menganalisis; berarti memeriksa secara rinci, dan melihat lebih dalam
beberapa fungsi, aktivitas, atau sekelompok transaksi dan menentukan
hubungannya masing-masing. Analisis dimaksudkan untuk mengetahui
kualitas, penyebab, dampak, motif, dan kemungkinan, yang selanjutnya
digunakan sebagai dasar pertimbangan. Setiap bagian bisa dianalisis
dengan memecahnya ke bagian-bagian kecil, mengobservasi tren,
membuat perbandingan, dan mengisolasi transaksi atau kondisi yang
abnormal. Auditor melakukannya dengan menyusun data dalam lembar
kerja, memverifikasi validitas data tersebut, dan mengevaluasi hasil-
hasilnya.
- Memverifikasi; berarti mengkonfirmasi kebenaran, akurasi, keaslian, atau
validitas sesuatu. Cara ini paling sering digunakan untuk mendapatkan
kebenaran fakta atau rincian dalam suatu akun atau laporan. Hal ini
mengimplikasikan upaya yang disengaja untuk menentukan akurasi atau
validitas beberapa laporan atau tulisan dengan mengujinya, seperti
membandingkan dengan fakta yang diketahui, dengan data asli, atau
dengan suatu standar. Verifikasi juga mencakup konfirmasi, yang artinya
Universitas Indonesia 10
menghapuskan semua keraguan melalui validasi independen oleh pihak-
pihak yang objektif.
- Menginvestigasi; secara umum diterapkan pada pelaksanaan tanya jawab
untuk menemukan fakta-fakta yang tersembunyi dan mencari kebenaran.
Investigasi berarti berupaya mencari bahan bukti atas terjadinya kesalahan.
Penyelidikan secara khusus terkait dengan kejahatan, seringkali
melibatkan pertimbangan hukum dan kriminal. Setelah mendapatkan
beberapa bukti atas terjadinya kejahatan, auditor harus menghubungi
bagian keamanan organisasi atau penasihat hukum.
- Mengevaluasi; berarti menuju suatu pertimbangan. Menimbang apa yang
telah dianalisis dan menentukan kecukupan, efisiensi, dan efektifitasnya.
Dalam program audit mereka, auditor harus mengevaluasi perlunya
pengujian rinci sebagai pengganti survei atau penelusuran (walkthrough).
Penemuan fakta tanpa evaluasi menjadi fungsi yang klerikal. Evaluasi
jelas membutuhkan pertimbangan, auditor yang berpengalaman
mengevaluasi temuan-temuan audit secara intuitif dan biasanya benar.
Tidak ada auditor yang bisa menjadi profesional seutuhnya tanpa
mengevaluasi setiap hal yang diaudit dari segi tujuan dan standar.
Universitas Indonesia 11
2. Bukti Pengakuan
Bukti pengakuan (testimonial evidence) berbentuk surat atau pernyataan
sebagai jawaban atas pertanyaan, dan tidak bersifat menyimpulkan. Jika
dimungkinkan masih harus didukung oleh dokumentasi. Pernyataan klien
dapat menjadi bukti penting yang tidak selalu bisa diperoleh.
3. Bukti Dokumen
Bukti dokumen (documentary evidence) adalah yang bukti paling biasa,
terdiri dari dokumen eksternal dan internal. Dokumen eksternal mencakup
surat atau memorandum yang diterima oleh klien, faktur-faktur dari pemasok,
dan lembar pengemasan. Sedangkan dokumen internal dibuat dalam
organisasi klien, mencakup catatan akuntansi, salinan korespondensi ke pihak
luar, laporan penerimaan melalui e-mail, dan lain-lain. Sumber dokumen akan
mempengaruhi keandalan bukti ini.
4. Bukti Analitis
Bukti analitis (analytical evidence) berasal dari analisis dan verifikasi.
Sumber-sumber bukti ini adalah perhitungan, pertimbangan kewajaran, dan
informasi yang telah dipecah ke dalam bagian-bagian kecil.
Semua bukti audit harus memenuhi uji kecukupan, kompetensi, dan relevansi.
Kecukupan
Bukti haruslah bersifat faktual, memadai, dan meyakinkan sehingga bisa
menuntun untuk pengambilan keputusan. Jika digunakan sampel, harus
memberikan keyakinan dan dapat mewakili populasi tempat sampel tersebut
diambil.
Kompetensi
Bukti yang kompeten adalah bukti yang andal. Dokumen asli lebih kompeten
dibandingkan salinannya. Pernyataan lisan yang menguatkan lebih kompeten
dari pernyataan biasa. Bukti langsung lebih andal daripada kabar angin.
Relevansi
Mengacu pada hubungan antara informasi dengan penggunanya. Fakta dan
opini yang digunakan harus memiliki hubungan logis dengan
permasalahannya.
Universitas Indonesia 12
XIV. Menguji, Menilai, dan Mengevaluasi Bukti Audit
Internal auditor yang berpengalaman harus harus bisa mengevaluasi bukti audit
dan membuat keputusan yang tepat.
1. Mengumpulkan bukti audit yang tepat dan sesuai
Internal auditor umumnya tidak melihat setiap item dalam area audit
untuk mengembangkan bukti yang mendukung audit. Sebaliknya, auditor
internal membahas beberapa file atau laporan dan ulasan yang dipilih item
sampel untuk mengembangkan kesimpulan audit atas seluruh set atau
populasi data.
Ada tantangan audit internal utama di sini. Internal auditor memerlukan
pendekatan yang konsisten untuk mengambil item sampel dari populasi,
kemudian menarik kesimpulan audit didasarkan pada sampel yang terbatas.
Item sampel yang diambil tersebut harus dapat mencerminkan keadaan
populasi, demikian pula kesimpulan yang dibuat. Sampling audit memiliki
dua jenis utama: statistical sampling dan non-statistical sampling. Statistical
sampling adalah metode memilih item berbasis perhitungan statistika yang
mencerminkan karakteristik dari seluruh penduduk. Non-statistical sampling
juga disebut judgemental sampling, merupakan teknik yang tidak didukung
oleh metode statistika namun menggunakan professional judgement dari
seorang auditor berpengalaman.
2. Audit assessment dan teknik evaluasi
Untuk mengembangkan kesimpulan audit, auditor internal membutuhkan
proses di mana mereka harus:
- Memahami total populasi dan mengembangkan rencana pengambilan
sampel pada populasi;
- Mengambil sampel dari populasi berdasarkan rencana pemilihan sampel;
- Mengevaluasi item sampel terhadap tujuan audit; dan
- Mengembangkan kesimpulan untuk seluruh populasi berdasarkan hasil
sampel audit.
Langkah-langkah ini merupakan proses audit sampling, proses pemeriksaan
<100% dari item dalam suatu populasi (saldo akun atau kelompok transaksi),
dengan tujuan menggambarkan beberapa bentuk kesimpulan untuk seluruh
Universitas Indonesia 13
populasi berdasarkan hasil audit sampel tersebut. Sampling audit dapat
menjadi pilihan yang sangat menarik dan efektif untuk auditor internal, dan
keterampilan dasar pengambilan sampel audit harus menjadi persyaratan
dalam proses kerja audit internal.
Universitas Indonesia 14
Daftar Referensi
Moeller, Robert R, Brink’s Modern Internal Auditing, 2009 Edisi 7, John Wiley
& Sons, Inc, Hoboken, New Jersey.