Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS TEKS EDITORIAL

(Tajuk Rencana)

Disusun Oleh :
Nama : Royanah
Kelas : XII IBB

SMA NEGERI 1 RANDUDONGKAL


Jalan Lapangan Olahraga Randudongkal

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala


rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. tidak lupa
kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga Makalah ini dapt menambah
pengetahuan dan pengalama bagi para pembaca, untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik.
Karena keterbatasa pengetahuan maupun pengalaman kami,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan dan kritik yuang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul ..................................................................................... ..... i

Kata pengantar .......................................................................................... ii

Daftar isi .................................................................................................... iii

Pendahuluan ............................................................................................. 1

Soal-soal ................................................................................................... 3

Pembahasan

1. Analisis 1................................................................................... 4

2. Analisis 2 .................................................................................. 5

3. Analisis 3 .................................................................................. 7

Penutup & Kesimpulan ............................................................................. 8

iii
PENDAHULUAN

Bencana Hoaks

Penulis: Media IndonesiaPada: Kamis, 04 Okt 2018, 05:00 WIB


EDITORIAL MI

BANGSA ini tampaknya sedang dalam situasi darurat hoaks.


Gempuran informasi bohong sudah dalam taraf mencemaskan karena
serangannya tak mengenal dan tak memedulikan apa pun. Semua dihajar,
bahkan bencana dijadikan komoditas untuk menganak-pinakkan hoaks.
Perihal kemanusiaan dengan teramat keji dijadikan bahan untuk main-
main.
Kini negeri ini sedang dirundung nestapa dengan rentetan
bencana memilukan yang terjadi berurutan. Di saat luka dari gempa bumi
di Lombok, NTB, Juli lalu, belum pulih, kita kembali berduka setelah Palu
dan Donggala, Sulawesi Tengah, dihunjam gempa bumi, tsunami, serta
likuifaksi, pekan lalu. Lalu, kemarin, Gunung Soputan di Sulawesi Utara
juga menyusul erupsi.

Namun, entah untuk tujuan apa, di tengah situasi tersebut, hoaks


tak henti diumbar. Bencana, yang mestinya menjadi momentum semua
anak bangsa untuk bersama-sama menyodorkan empati sekaligus
menunjukkan keadaban sebagai makhluk sosial, malah dimain-mainkan
untuk memproduksi berita bohong yang meresahkan.
Di tengah kegigihan para relawan, anggota TNI-Polri, serta aparat
pemerintah di lapangan untuk mengevakuasi korban, menghilangkan
trauma korban, dan membantu pemulihan lokasi bencana, masih ada
orang-orang keji yang justru dengan sengaja menciptakan kegaduhan,
ketakutan dengan menyebar informasi-informasi palsu.
Tak tanggung-tanggung, Kementerian Kominfo merilis ada delapan hoaks
yang menyebar pascabencana gempa bumi dan tsunami di Palu-
Donggala. Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri juga
mengidentifikasi 14 akun media sosial yang diduga menyebarkan berita
bohong atau berita berlebihan atau berita tidak lengkap tentang bencana
di Sulawesi Tengah dan di NTB. Sampai kemarin polisi sudah menangkap
enam penyebar informasi bohong terkait dengan bencana tersebut.

1
Yang membuat kita semakin miris, ketika hoaks bencana belum
sepenuhnya bisa dijinakkan, sempat muncul pula berita tentang
penganiayaan terhadap aktivis Ratna Sarumpaet yang belakangan
diakuinya sendiri ialah berita bohong alias hoaks yang ia ciptakan sendiri.
Wajah bengap yang sebelumnya dibilang karena dipukuli orang tidak
kenal, rupanya karena dampak operasi plastik yang ia lakukan.
Saat ini sandiwara konyol Ratna Sarumpaet tersebut memang
telah bergeser menjadi sebatas guyonan publik. Akan tetapi, kita mesti
ingat, sebelum ada pengakuan itu, isu tersebut telah berkembang sangat
liar dan dijadikan senjata untuk menyerang pemerintah berkuasa yang
justru tengah bergelut dalam penanganan pascagempa Palu-Donggala.
Karena itu, semestinya polisi mengusut tuntas kasus hoaks Ratna itu.
Bagaimanapun hoaks adalah hoaks. Isu apa pun yang
dimanfaatkan, momentum apa pun yang ditunggangi, hanya orang-orang
yang tak mengenal norma, tak memiliki adab, juga miskin etika yang
paling mungkin melakukan hal keji tersebut. Dalam aturan hukum kita,
hoaks setara dengan fitnah dan ujaran kebencian. Hoaks sudah menjadi
bencana itu sendiri, pelakunya harus ditindak secara hukum.
Berkali-kali kita sampaikan di forum ini, fenomena hoaks harus
segera diakhiri karena ia bisa sangat berbahaya bila didiamkan. Rantai
pasokan dan permintaan berita bohong harus diputus secepatnya. Negara
dan rakyat mesti bersama-sama bergerak menolak hoaks jika kita tidak
ingin makin terjebak dalam kubangan yang hanya berisi kebohongan dan
provokasi tanpa menyisakan ruang bagi akal sehat. Semua harus
menjaga kewarasan, tunjukkan bahwa kita tidak sedang hidup di 'republik
hoaks'.

http://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/1497-bencana-hoaks

Senin, 15/10/2018 Pkl 16.55 WIB

2
SOAL-SOAL

Analisis I
1. Carilah kalimat utama dalam teks editorial yang anda bawa !
2. Carilah isi masalah yang ada dalam teks editorial anda!
3. Berskala nasional atau internasional kah teks yang anda bawa?
4. Carilah 2 Opini dalam teks editorial yang anda bawa

Analisis II
1. Analisislah struktur teks editorial yang anda bawa !
2. Carilah fakta umum dan fakta khusus yang ada pada teks editorial
Anda !
3. Carilah Opini objektif (perorangan) dalam teks editorial anda !
4. Carilah opini umum dalam teks editorial anda !

Analisis III
1. Carilah konjungsi yang berfungsi memperkuat atau menata
argumentasi dalam teks editorial tersebut !
2. Carilah kata kerja yang terdapat pada teks editorial tersebut!
3. Konversikan teks editorial tersebut menjadi teks lain yang berbeda
strukturnya !

3
PEMBAHASAN ANALISIS TEKS EDITORIAL
( TAJUK RENCANA )

ANALISIS 1
1. Kalimat utama yang terdapat pada teks editorial
 Bangsa ini sedang dalam situasi darurat hoaks (Paragraf 1)
 Kini negeri ini sedang dirundung nestapa dengan rentetan
bencana memilukan yang terjadi berurutan. (Paragraf 2)
 Bagaimana Hoaks adalah hoaks. (Paragraf 8)
 Ketika hoaks belum sepenuhnya dijinakkan, sempat muncul
pula berita tentang Penganiayaan terhadap aktivis Ratna
Sarumpaet yang belakangan diakuinya sendiri ialah berita
bohong alias hoaks yang ia ciptakan sendiri. (Paragraf 6)
Keterangan : yang digaris bawahi adalah gagasan utama.
2. Mencakup masalah apa yang diulas teks editorial tersebut>
Teks Editorial yang saya bawa memuat masalah
berkembang dan menyebarluasnya bencana hoaks yang
merugikan seluruh masyrakat. (Paragraf 1)
3. Berskala nasional atau Internasional kah teks yang dibawa?
Berskala nasional karena masalah atau berita yang dimuat
hanya negara Indonesia saja.
4. Sebutkan dua opini yang terdapat dalam teks !
 Pada kasus hoaks yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet
semestinya polisi mengusut tuntas kasus Hoaks Ratna.
(Paragraf 7)
 Berkali-kali kita sampaikan pada forum ini, fenomena hoaks
harus segera diakhiri karea bisa sangat berbahaya bila
didiamkan saja. (Paragraf 9)

4
ANALISIS II
1. Analisis Struktur teks Editorial yang anda bawa !
 Tesis
Bangsa ini tampaknya sedang dalam situasi darurat
hoaks. Perihal kemanusiaan dengan teramat keji dijadikan
bahan untuk main-main. (Paragraf 1)
 Argumentasi
Namun, entah untuk tujuan apa, ditengah situasi
tersebut, hoaks tak genti diumbar. Malah dimain-mainkan
untuk memproduksi berita bohong yang meresahkan.
(Paragraf 3)
Tak tanggung-tanggung kementrian Kominfo merilis
ada delapan hoaks yang menyebar pasca bencana gempa
bumi dan tsunami di Palu-Donggala. Sampai kemarin polisi
sudah menangkap enam penyebar informasi bohong terkait
dengan bencana tersebut. (Pararaf 5)
Ketika hoaks belum bisa dijinakkan, muncul pula berita
tentang penganiayaan terhadap aktivis Ratna Sarumpaet
yang belakangan ini diakuinya sendiri ialah berita bohong
alias hoaks yang ia ciptakan sendiri. Wajah bengap yang
sebelumnya dibilang karena dipukuli orang tidak dikenal,
rupanya karena dampak operasi plastik yang ia lakukan.
(Paragraf 6)
Saat ini sandiwara Ratna Sarumpaet telah bergeser
menjadi sebatas guyonan publik. Akan tetapi, sebelum ada
pengakuan itu, isu tersebut telah berkembang liar dan
dijadikan senjata untuk menyerang Pemerintah berkuasa
yang justru tengah bergelut dalam penanganan
Pascagempa Palu-Donggala. Karena itu semestinya polisi
mengusut tuntas kasus hoaks Ratna itu. (Paragraf 7)
 Penegasan ulang
Bagaimanapun hoaks adalah hoaks. Hoaks sudah
menjadi bencana itu sendiri, pelakunya harus ditindak secara
hukum. (Paragraf 8)
Berkali-kali kita sampaikan di forum ini, Fenomena
hoaks harus segera diakhiri karena ia bisa berbahaya bila
didiamkan. Semua harus menjaga kewarasan, tunjukkan

5
bahwa kita tidak sedang hidup di “Republik Hoaks”.
(Paragraf 9)
2. Carilah Fakta khusus dan Fakta umum !
 Fakta Khusus
Kini negeri ini sedang dirundung nestapa dengan
rentetan bencana memilukan yang terjadi berurutan. Luka
Gempa bumi di Lombok, NTB juli lalu belum pulih. Kita
kembali berduka setelah Palu dan Donggala, Sulawesi
Tengah, dihujam Gempa bumi, Tsunami, serta Likuifaksi
pekan lalu. Lalu kemarin Gunung Saputan di Sulawesi Utara
juga menyusul Erupsi. (Paragraf 2)
 Fakta Umum
Dalam aturan hukum kita, hoaks setara dengan fitnah
dan ujaran kebencian. (paragraf 8)
3. Carilah Opini perorangan !
Bagi forum ini (Penulis) Fenemoena hoaks harus segera
diakhiri karena ia bisa sangat berbahaya jika didiamkan saja.
(Paragraf 8)
4. Carilah Opini umum (Objektif)
Bagaimanapun hoaks adalah hoaks. Isu apapun yang
dimanfaatkan, momentum apapun yang ditunggangi, hanya orang-
orang yang tak mengenal norma yang paling mungkin melakukan
hal keji tersebut. (Paragraf 8)

6
ANALISIS III
1. Carilah Konjungsi untuk menata atau memperkuat argumentasi 1
 Konjungsi untuk menata argumen = lalu
 Setelah Palu-Donggala. Sulawesi Tegah, dihujam gempa
bumi peka lalu. Lalu, kemarin, Gunung Soputan di Sulawesi
utara juga menyusul erupsi. (Paragraf 2).
 Konjungsi untuk memperkuat argumen = justru
 Masih ada orang-orang keji yang justru dengan sengaja
menciptakan kegaduhan, ketakutan dengan menyebar
informasi-informasi palsu. (paragraf 4)
2. Carilah penggunaan kata kerja material, rasional dan mental yang
ada dalam teks editorial anda !
 Verba Material = Menangkap
 Sampai kemarin polisi sudah menangkap enam penyebar
informasi bohong terkait bencana tersebut. (Paragraf 5)
 Verbal Relasional = Adalah
 Bagaimanapun hoaks adalah hoaks. (Paragraf 8)
 Verbal Mental = Tampaknya
 Bangsa ini tampaknya sedang dalam situasi darurat
hoaks. (Paragraf 1)

3. Mengubah teks editorial mejadi bentuk teks yang mempunyai


struktur yang berbeda.

TEKS EKSPLANASI
BENCANA HOAKS

BANGSA ini tampaknya sedang dalam situasi darurat hoaks.


Gempuran informasi bohong sudah dalam taraf mencemaskan karena
serangannya tak mengenal dan tak memedulikan apa pun. Semua dihajar,
bahkan bencana dijadikan komoditas untuk menganak-pinakkan hoaks.
Perihal kemanusiaan dengan teramat keji dijadikan bahan untuk main-
main.

Namun, entah untuk tujuan apa, di tengah situasi tersebut, hoaks


tak henti diumbar. Bencana, yang mestinya menjadi momentum semua
anak bangsa untuk bersama-sama menyodorkan empati sekaligus

7
menunjukkan keadaban sebagai makhluk sosial, malah dimain-mainkan
untuk memproduksi berita bohong yang meresahkan.
Di tengah kegigihan para relawan, anggota TNI-Polri, serta aparat
pemerintah di lapangan untuk mengevakuasi korban, menghilangkan
trauma korban, dan membantu pemulihan lokasi bencana, masih ada
orang-orang keji yang justru dengan sengaja menciptakan kegaduhan,
ketakutan dengan menyebar informasi-informasi palsu.
Tak tanggung-tanggung, Kementerian Kominfo merilis ada delapan hoaks
yang menyebar pascabencana gempa bumi dan tsunami di Palu-
Donggala. Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri juga
mengidentifikasi 14 akun media sosial yang diduga menyebarkan berita
bohong atau berita berlebihan atau berita tidak lengkap tentang bencana
di Sulawesi Tengah dan di NTB. Sampai kemarin polisi sudah menangkap
enam penyebar informasi bohong terkait dengan bencana tersebut.
Yang membuat kita semakin miris, ketika hoaks bencana belum
sepenuhnya bisa dijinakkan, sempat muncul pula berita tentang
penganiayaan terhadap aktivis Ratna Sarumpaet yang belakangan
diakuinya sendiri ialah berita bohong alias hoaks yang ia ciptakan sendiri.
Wajah bengap yang sebelumnya dibilang karena dipukuli orang tidak
kenal, rupanya karena dampak operasi plastik yang ia lakukan.
Saat ini sandiwara konyol Ratna Sarumpaet tersebut memang
telah bergeser menjadi sebatas guyonan publik. Akan tetapi, kita mesti
ingat, sebelum ada pengakuan itu, isu tersebut telah berkembang sangat
liar dan dijadikan senjata untuk menyerang pemerintah berkuasa yang
justru tengah bergelut dalam penanganan pascagempa Palu-Donggala.
Karena itu, semestinya polisi mengusut tuntas kasus hoaks Ratna itu.
Bagaimanapun hoaks adalah hoaks. Isu apa pun yang
dimanfaatkan, momentum apa pun yang ditunggangi, hanya orang-orang
yang tak mengenal norma, tak memiliki adab, juga miskin etika yang
paling mungkin melakukan hal keji tersebut. Dalam aturan hukum kita,
hoaks setara dengan fitnah dan ujaran kebencian. Hoaks sudah menjadi
bencana itu sendiri, pelakunya harus ditindak secara hukum.
Berkali-kali kita sampaikan di forum ini, fenomena hoaks harus
segera diakhiri karena ia bisa sangat berbahaya bila didiamkan. Rantai
pasokan dan permintaan berita bohong harus diputus secepatnya. Negara
dan rakyat mesti bersama-sama bergerak menolak hoaks jika kita tidak
ingin makin terjebak dalam kubangan yang hanya berisi kebohongan dan

8
provokasi tanpa menyisakan ruang bagi akal sehat. Semua harus
menjaga kewarasan, tunjukkan bahwa kita tidak sedang hidup di 'republik
hoaks'.

9
PENUTUP (KESIMPULAN)

Editorial atau tajuk rencana adalah sikap pandangan atau


pendapat penerbit terhadap masala-masalah yang sedang hangat
dibicarakan masyarakat. Opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu
media sebagai institusi, penerbitan terhadap persoalan aktual,
fenomenal, atau kontroversial yang berkembang dimasyarakat.
Tajuk rencana merupakan suatu lembaga maka tidak ditulis
dengan mencantumkan nama penulisnya. Jadi proses sebelum
penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang
dihadiri oleh pemimpin redaksi. Untuk menentukan sikap bersama
terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di
masyarakat atau dalam kebijakan Pemerintah.

10

Anda mungkin juga menyukai