Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

PENCERNAAN MAKANAN DAN ENZIM PENCERNAAN


disusun untuk memenuhi mata kuliah Fisiologi Hewan
dosen pengampu :
Dr. Saefudin, M.Si.
Dra. Soesy Asiah Soesilawaty, M.S.

oleh:
Pendidikan Biologi A 2016
Kelompok 7

Andini Muliani (1600003)

Gita Andina M (1600189)

Maria Shelviera R (1607191)

Melyastuti Wulandari (1606985)

Sonya Putri Utami (1603857)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
A. Judul
Pencernaan makanan dan enzim pencernaan
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari dan Tanggal : Selasa, 2 Oktober 2018
Waktu : 09.30-12.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Fisiologi, FPMIPA UPI

C. Tujuan
1. Mengetahui enzim-enzim pencernaan makanan yang terdapat pada usus
ikan.
2. Mengetahui perubahan pH pada vakuola, silosis dan pengeluaran sisa
makanan yang tidak dicerna (defekasi)
3. Mengetahui pengaruh temperature terhadap kerja enzim amylase.

D. Landasan Teori
Semua mahkluk hidup makanan yang digunakan sebagai sumber energy.
Proses pencernaan pada hewan invertebrate, misalnya Amoeba (Hewan bersel
satu ) dilakukan secara intrasel (Djamhur, 2018). Selanjutnya hewan bersel
banyak dilakukan secara ekstrasel. Makanan dicerna lebih lanjut dengan
mememcah molekul besar dengan bantuan enzin. Secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi tiga,yaitu enzim pemecah karbohidrat, pemecah
lemak, dan pemecah protein (Isnaeni, 2006).
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh
sel. Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi
metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim
terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan
sel juga terganggu. Enzim merupakan suatu protein seperti halnya protein
lain, enzim dapat mengalami perubahan struktur apabila dikenakan pada suhu
yang ekstrem. Bila terjadi perubahan struktur, enzim menjadi tidak fungsional
lagi. Supaya dapat bekera secara optimal, enzim memerlukan kondisi (pH,
suhu, kepekatan) tertentu. Kerja enzim bersifat spesifik, emzim ptialin hanya
bekerja untuk amilum, enzim katalase untuk hydrogen peroksida dan
sebagainya (Syamsyuri,2007).
E. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam Pencernaan Makanan
pada Clarias batrachus
No Nama Alat Jumlah
1. Botol dengan tutup rapat 1 botol
2. Lumpang dan mortar porselin 1 buah
3. Tabung reaksi Secukupnya
4. Pipet tetes Secukupnya
5. Alumunium foil Secukupnya
6. Kertas karbon Secukupnya

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam Proses Pencernaan Paramecium sp


No Nama Alat Jumlah
1. Object glass 1 botol
2. Cover glass 1 buah
3. Pipet tetes Secukupnya
4. Kapas 1 lembar
5. Mikroskop 1 Unit

Tabel 3. Alat yang digunakan dalam Aktivitas Enzim Amilase


No Nama Alat Jumlah
1. Beaker glass 1000 ml 2 gelas
2. Kain kassa kasar 1 helai
3. Corong kaca 1 buah
4. Spirtus 1 buah
5. Tabung reaksi secukupnya
6. Pipet tetes secukupnya
7. Pelat tetes 2 buah
8. Termometer 2 buah

Tabel 4. Alat yang digunakan dalam Aktivitas Enzim Protease


No Nama Alat Jumlah
1. Tabung Reaksi 2 buah
2. Pipet tetes 2 buah

Tabel 5. Bahan yang digunakan dalam Pencernaan Makanan


pada Clarias batrachus
No Nama Bahan Jumlah
1. Ekstrak usus ikan Lele segar 1 ml
2. Albumin 1 ml
3. Toluen 5 tetes
4. Gliserin 50% 20 ml
5. Aquades Secukupnya

Tabel 6. Bahan yang digunakan dalam Proses Pencernaan Paramecium sp


No Nama Bahan Jumlah
1. Kultur Paramecium sp 1 Tetes
2. Congo red Beberapa tetes
3. Ragi Secukupnya
4. Carmin Sedikit
5. Polivinil alkohol 1 Tetes

Tabel 7. Bahan yang digunakan dalam Aktivitas Enzim Amilase


No Nama Bahan Jumlah
1. Ekstrak usus ikan lele 15 tetes
2. Saliva 15 tetes
3. Amilum 5 ml
4. Larutan iodium Secukupnya
5. Larutan benedict Secukupnya
6. Air Secukupnya

Tabel 8. Bahan yang digunakan dalam Aktivitas Enzim Protease


No Nama Bahan Jumlah
1. Ekstrak usus ikan lele 2 ml
2. Aquades 2 ml
3. Albumin 2 ml
4. CuS04 1 tetes
5. NaOH 1 tetes
F. Langkah Kerja
Usus halus dibuka dan Alu dan mortar disiapkan
Ikan lele yang baru
dipotong dengan cara kemudian usus tadi
dimatikan dibedah
disayat secara dihaluskan setelah ditambah
kemudian dikeluarkan
longitudinal lalu 20 ml gliserin 50%.lalu
ususnya dan diambil
dibersihkan dengan ditambahkan beberapa tetes
empedunya.
aquades. toluen.

Dilakukan tes amilasa, invertasa, Setelah halus, ekstrak dimasukan ke


maltasa, tripsin, protease.Untuk tes dalam botol kemudian ditutup dengan
enzim amilasa dilakukan seperti untuk rapat dan dibiarkan 4 hari di tempat gelap,
tes saliva dengan menggunakan reagen setelah itu disaring ketika akan
yodium. digunakan.

Bagan 1. Langkah Kerja Praktikum Pencernaan makanan pada Clarias batrachus


(Ikan Lele)

Object glass ditutup


dengan cover glass lalu
Diteteskan satu tetes kultur diamati bagaimana
Paramecium sp pada object glass terbentuknya vakuola
lalu dibubuhi sedikit carmin. makanan dan siklosis
sampai mencapai anus sel.

Object glass ditutup oleh Untuk mengetahui perubahan pH pada


cover glass dan diamati vakuola makanan, diteteskan 1 tetes
proses partikel ragi, polyvinil alkohol pada object glass lalu
pembentukan vakuola diteteskan kultur Paramecium sp dan 1
makanan dan perubahan tetes suspensi ragi yang telah diwarnai
warna dari partikel ragi dengan congo red.
selama proses pencernaan.
Bagan 2. Langkah Kerja Praktikum Pencernaan Paramecium sp
Disediakan 7 buah waterbath, masing-
Saliva dikumpulkan masing dipanaskan sampai pada
kemudian disaring temperatue yang diinginkan. I=200 C,
dengan kain kassa II=250 C III=300 C IV=350 C V=400 C
kasar. VI=450 C VII=500 C

Setelah 10 menit, dimasukan ke Dimasukkan larutan amilum


dalam masing-masing tabung sebanyak 5 ml ke dalam tabung
reaksi tersebut 15 tetes saliva yang reaksi yang tersedia. Lalu setiap
telah disaring kemudian dicatat tabung reaksi dimasukkan ke
waktu pemasukannya. pada waterbath dengan
temperatur yang berbeda beda.

Setiap interval 1 menit Selama pengujian yodium dan benedict


dilakukan tes dengan tabung reaksi tidak boleh dikeluarkan
larutan yodium dan dari waterbath dan suhu masing-
benedict sampai masing waterbath dijaga agar tetap
menjadi titik konstan lalu hasil dari masing-masing
achromatis kemudian percobaan dibandingkan.
dicatat waktunya.

Bagan 3. Langkah Kerja Praktikum Aktivitas Enzim Amilase.

Disediakan dua buah


tabung reaksi. Tabung Kedua tabung di tes dengan
Dimasukkan 2 ml uji biuret, yaitu dengan
A berisi 2 ml ekstrak
usus lele sedangkan albumin pada setiap ditambahkan satu tetes
tabung B berisi 2 ml tabung reaksi A dan B. CuS04 dan 1 tetes NaOH
Aquades. pada setiap tabung.

Bagan 4. Langkah Kerja Praktikum Aktivitas Enzim Protease


G. Hasil Pengamatan
1. Pencernaan Makanan Pada Clarias batrachus
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pencernaan Makanan Pada Clarias batrachus
No Gambar Pengamatan Keterangan
1. Setelah ekstrak usus diberi albumin,
terjadi perubahan warna dari bening
menjadi warna ungu pekat. Hal ini
terjadi karena pada saat mengekstrak
usus terbawa beberapa protein lain
sehingga warna lebih pekat akibat
terjadi reaksi

Gambar 1.
Larutan Ekstrak Usus + Albumin
(Dok. Kel 7, 2018)

2 Setelah aquades diberi albumin,


terjadi perubahan warna menjadi
berwarna ungu terang.

Gambar 2.
Larutan Aquades + Albumin
(Dok. Kel 7, 2018)
2. Pencernaan Pada Paramecium sp.

a. Vakuola makanan bergerak siklosis searah jarum jam.


b. Waktu yang dibutuhkan untuk mencerna makanan sampai kembali
dikeluarkan adalah 40 detik.
c. Pencernaan dapat diamati dari perubahan warna congo red menjadi
biru yang artinya terdapat perubahan Ph di dalam sel Amoeba.

3. Aktivitas Enzim Amilase


Tabel 2. Hasil Pengamatan Aktivitas Enzim Amilase (Uji Iodium)
No Larutan yang dicampur Larutan ekstrak usus ikan Waktu Keterangan
Saliva
1 - Belum ditetesi
iodium

Gambar 1.1 Gambar 1.2


Larutan Saliva Larutan Ekstrak Usus Ikan
(Dok.Kel 7,2018) (Dok.Kel 7,2018)
2 Menit Pada larutan
ke 6 yang berisi
saliva sudah
mulai muncul
warna ungu
kebiruan
sedangkan
pada larutan
ekstrak usus
masih sedikit

Gambar 2.1 Gambar 2.2


Larutan Saliva Larutan Ekstrak Usus Ikan
(Dok.Kel 7,2018) (Dok.Kel 7,2018)
3 Menit Kedua larutan
ke 8 warna ungu
kebiruan
sudah mulai
memudar

Gambar 3.2
Gambar 1.2 Larutan Ekstrak Usus Ikan
Larutan Saliva (Dok.Kel 7,2018)
(Dok.Kel 7,2018)
4 Menit Warna ungu
10 kebiruan pada
larutan saliva
sudah mulai
memudar
dibandingkan
larutan
ekstrak usus
ikan. Pada
suhu 50oC
enzim bekerja
Gambar 4.1 Gambar 4.2 ssangat
Larutan Saliva Larutan Ekstrak Usus Ikan lambat untuk
(Dok.Kel 7,2018) (Dok.Kel 7,2018) mencapai titik
achromatisnya
Interval Iodium
waktu o
20 C o
25 C o
30 C 35oC 40 oC 45 oC 50 oC
Sali Usus Sali Usus Sali Usus Sali Usus Sali Usus Sali Usus Sali Usus
va va va va va va va
1. +++ ++ + ++ ++ _ + + + + ++ ++ + +
+
2. +++ ++ + ++ ++ _ + + + + ++ ++ + +
+
3. +++ ++ + ++ ++ _ ++ _ + + + ++ + +
+
4. +++ +++ ++ ++ + + + _ + + + ++ + +
5. +++ +++ +++ ++ + ++ _ _ + + + ++ + +
6. +++ ++++ + ++ + ++ _ _ _ _ + +++ + +
7. +++ ++++ + ++ + ++ _ _ _ _ ++ ++++ ++ +
8. ++ ++++ + ++ + ++ _ _ _ _ ++ +++ ++ +
9. ++ ++++ + ++ + ++ _ _ _ _ ++ ++ ++ +
10. ++ ++++ + ++ + ++ _ _ _ _ ++ ++ ++ +

Tabel 3. Hasil Pengamatan Aktivitas Enzim Amilase (Uji Benedict)


No Larutan yang dicampur Larutan ekstrak usus ikan Keterangan
Saliva
1 Pada percobaan
uji benedict,
kedua larutan
berubah menjadi
warna hijau
kekuningan.
Namun hijau
kekuningan pada
larutan saliva
lebih pekat
dibandungkan
dengan larutan
ekstrak usus ikan

Gambar 1.1 Gambar 1.2


Larutan Saliva Uji Benedict Larutan Ekstrak Usus Ikan Uji
(Dok.Kel 7,2018) Benedict
(Dok.Kel 7,2018)
H. Pembahasan
1. Pencernaan pada Clarias batrachus
Berdasarkan hasil pengamatan pada uji protease, pada tabung A
(Ekstrak usus lele) lebih pekat daripada tabung B (air). Hal tersebut
terjadi karena pada saat mengekstrak usus terbawa beberapa protein lain,
sehingga warnanya lebih pekat akibat terjadi reaksi. Seharusnya air lebih
ungu pekat karena terdapat banyak protein dan tidak ada enzim yang
melarutkannya. Sedangkan pada usus itu seharusnya lebih berwarna ungu
terang karena ada enzim protease yang melarutkan protein dari albumin.
2. Pencernaan pada Paramecium sp.
Vakuola makanan Paramecium sp. bergerak searah jarum jam
selama 40 detik. Pencernaan tersebut menghasilkan enzim yang bersifat
asam, dibuktikan dengan berubahnya congo red berwarna merah menjadi
biru
3. Aktivitas Pada Enzim Amilase
Pada percobaan yang telah dilakukan pada tabung yang berisi
amilum dan ekstrak usus (Tabung A) dan amilum, saliva (tabung B).
Tabung A dan B yang dimasukan kedalam wadah yang berisi air dengan
suhu 50˚C, yang selanjutnya diberi 10 ml larutan amilum, 20 tetes ekstrak
hai dan 20 tetes saliva. Setelah dipanaskan pada suhu 50˚C larutan
diamati kembali setiap 1 menit sekali dan diteteskan kedlam plat tetes
yang telah diberikan Iodium, Pada menit pertama iodium yang berwarna
kuning keorangean berubah menjadi warna putih begitu pula pada menit
ke 2 sampai ke 6. Hal ini terjadi karena terdapat perubahan rantai dimana
polisakarida direduksi menjadi disakarida, perubahan ini dinamakan titik
akromatis.
Pada menit ke 6 sampai ke 10 dengan suhu yang tetap larutan A
dan B yang diberikan iodium warnanya tidak berubah seperti warna
iodium awal. Salah satu factor yang membuat tidak berubah warna karena
enzim rusak atau terdenaturasi karena suhu.
Setelah larutan A dan B tidak berubah warna lagi larutan diangkat
dari Bakker glass untuk diebrikan larutan benedict dan dipanaskan pada
busen. Pada tabung A setelah diteteskan 20 tetes benedict dan dibakar
hingga mendidih, larutan berubah warna manjadi kuning keorangean,
sedangkan pada tabung B berubah menjadi kuning kehijauan endapan
pada kedua tabung sudah tampak sejak awal namun tidak begitu keruh
dan sedikit, setelah dipanaskan dan dibakar menjadi lebih kental dan
terlihat.
I. Hasil Diskusi
Kegiatan 1: Pencernaan makanan pada Clarias batrachus
1. Mengapa pada percobaan diatas harus menggunakan usus ikan yang
masih segar?
Jawab: Penggunaan usus ikan yang masih segar dapat menjaga enzim-
enzim yang terdapat dalam usus tersebut benar-benar masih aktif.
2. Waktu menghaluskan usus ikan kita menggunakan beberapa tetes toluen,
mengapa?
Jawab: Agar tidak terjadi pembusukan pada usus ikan.
3. Ciri-ciri apa yang dapat ditemukan bahwa dalam percobaan diatas ada
enzim amylase, maltose (invertosa), amilum dan tripsin pada usus ikan
mas?
4.
Jawab: Amylase dapat dilihat dari mampu dipecahnya amilum hal ini
dapat diketahui dengan pengujian menggunakan Benedict.
Tripsin dapat diketahui mampu memecahkan protein menjadi senyawa
yang lebih sederhana sehingga dalam pengerjaan Biuret hasilnya tidak
menunjukan reaksi positif.
5. Apa pengaruh cairan empedu terhadap minyak? Mengapa proses ini
penting dalan pencernaan lemak?
Jawab: Ketika cairan empedu diberi minyak, minyak menjadi teremulsi.
Cairan empedu mengandung garam empedu yang berperan sebagai
pengemulsi dan penghancur molekul besar lemak menjadi suspense
lemak dan absorpsi dari lemak. Peran penting empedu dalam pencernaan
adalah mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak, membuang
limbah tubuh seperti kelebihan kolesterol dan substansi toksis.
Kegiatan II. Pencernaan Pada Paramecium sp.

1. Bagimana terjadinya vakuola makanan?


Jawab: Vakuola makanan diawali dari masuknya makanan ke mulut sel
yang kemudian bergerak kedalam sel dan membentuk vakuola
2. Apakah vakuola makanan bergerak?
Jawab: Pada percobaan yang kami lakukan kami melihat adanya
gerakan makanan pada vakuola.
3. Jika bergerak, kemana arah dan berapa lama sampai terjadi defekasi?
Jawab: Vakuola bergerak searah jarum jam, dan defekasi dalam hal ini
terjadi setelah 40 detik pencernaan.
4. Pencernaan makanan pada vakuola memerlukan enzim pada pH tertentu.
Jawab: Perubahan pH yang terjadi dideteksi dengan warna ialah
perubahan warna dari larutan Carmin menjadi pudar (Biru) hal ini terjadi
karena pencernaan yang terjadi pada pencernaan Paramecium
menghasilkan enzim yang memiliki pH asam antara 3 sampai 5.

Kegiatan III Aktivitas Enzim Amilase

1. Apakah fungsi enzim amylase dan organ apa saja yang


menghasilkannya?
Jawab: Enzim Amilase berfungsi untuk mengubah pati/amilum menjadi
maltose. Pada mulut menghasilkan enzim amylase yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah.
2. Apakah fungsi saliva dalam pencernaan makanan ?
Jawab: Pada pencernaan kimiawi untuk memecah pati, membantu
memecah dan menelan makanan, sebagai pelumas, membasahi dan
melembutkan makanan dalam mulut.
3. Coba jelaskan urutan Hidrolisa Amilum?
Jawab:
a. Dalam mulut terdapat enzim amylase/ptyalin yang dihasilkan oleh
air liur/saliva. Amilum yang dicerna didalam mulut diubah menjadi
lebih halus yang sering disebut Bolus.
b. Bolus ditelan didalam gaster, dimana didalam gaster ini proses
pencernaan makanan masih tetap betlangsung.
c. Didalam lambung tidak ada enzim yang dapat memecah karbohidrat
jika hanya terdiri dari karbohidrat akan tinggal dalam gaster selama
2 jam, kemudian diteruskan keduodenum. Bolus yang merupakan
gumpalan padat beubah menjadi lebih cair yang disebut chimus.
d. Diduodenum chimus dicampur dengan sekresi pancreas yang
mengandung enzim amylopepsin.
e. Karbohidrat yang tidak dapat dicerna dialirkan ke colon dan dibantu
dengan mikroba yang terdapat dalam usus melalui proses fermentasi
dan menghasilkan energy untuk keperluan mikroba tersebut.
Fermentasi yang meningkat didalam colon menghasilkan banyak gas
karbondioksida yang dikeluarkan dalam bentuk flatus. Susu
karbohidrat yang masih ada dibuang dalam bentuk tinja.
DAFTAR PUSTAKA

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Syamsuri, Istamar. dkk. 2007. Biologi Jilid 2A untuk SMA Kelas XI Semester 1.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Winatasasmita, Djamhur. dkk.2018. Pedoman Praktikum Fisiologi Hewan.

Bandung: UPI.

Anda mungkin juga menyukai