Anda di halaman 1dari 129

Perencanaan Perawatan

Ortodonti
Perawatan Ortodontik

◼ Preventif
◼ Interseptif

◼ Kuratif
Perencanaan perawatan ortodonti
membutuhkan penguasaan berbagai
pengetahuan di antaranya
pertumbuhkembangan
dentomaksilofasial, estetik dentofasial,
diagnosis maloklusi, etiologi, peranti
ortodonti, perubahan jaringan pada
pergerakan gigi, retensi dan relaps
Tujuan Perawatan Orto

- Memperbaiki fungsi kunyah dan bicara


- Kesehatan gigi dan mulut
- Estetik muka dan geligi
- Stabilitas hasil perawatan
◼ perawatan ortodonti harus dapat
mengkoreksi maloklusi dan
meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut

◼ Kebanyakan pasien memerlukan


perawatan ortodonti untuk
memperbaiki estetik muka dan geligi
→ gigi-gigi terletak teratur dalam
lengkung geligi yang menjadikan muka
pasien menyenangkan
Sebelum Setelah
Sebelum Setelah
◼ Susunan geligi yang teratur dalam lengkung
geligi tetapi bila insisivi atas maupun bawah
dalam keadaan proklinasi → muka yang
tidak menyenangkan

◼ Gigi-gigi yang terletak baik dalam lengkung


+ hubungannya dengan lengkung geligi
antagonis → fungsi yang lebih baik daripada
gigi yang tidak teratur.
◼ Hasil perawatan ortodonti harus
menjamin bahwa letak gigi-gigi
sesudah perawatan ortodonti akan
stabil dan tidak cenderung terjadi
relaps.

◼ Hal ini dapat dicapai dengan


menempatkan gigi sesuai dengan
ketentuan dan mempunyai hubungan
yang baik dengan gigi antagonisnya
Maloklusi
◼ Dental

◼ Skeletal

◼ Kombinasi
Pertimbanagan Rencana
Perawatan

- keinginan pasien
- wajah pasien
- susunan dan simetri gigi dalam rahang
- relasi gigi dan rahang dalam jurusan sagital
- relasi gigi dan rahang dalam jurusan
ransversal
- relasi gigi dan rahang dalam jurusan
horizontal
Prinsip Dasar Rencana
perawatan Ortodonti
- kesehatan mulut
- perencanaan perawatan rahang
bawah
- perencanaan perawatan rahang atas
- relasi gigi posterior
- penjangkaran
- masa retensi.
Sebelum memulai perawatan ortodonti
harus diupayakan kesehatan mulut
yang baik.
Gigi-gigi yang karies perlu dirawat
demikian juga adanya kalkulus dan
penyakit periodontal harus dirawat.
Bila didapatkan penyakit sistemik
misalnya diabetes melitus kadar gula
darah harus terkontrol.
Perencanaan Perawatan
Rahang Bawah
Perencanaan perawatan di rahang
bawah terutama di regio insisivi
dilakukan lebih dulu kemudian rencana
perawatan rahang atas disesuaikan.
Insisivi bawah diletakkan dalam posisi
yang stabil yaitu terletak pada daerah
keseimbangan di antara lidah, bibir
dan pipi.
Perubahan letak insisivi yang
berlebihan cenderung terjadi relaps.
Prerencanaan Perawatan
Rahang Bawah

◼ Perencanaan perawatan di rahang bawah


terutama di regio insisivi dilakukan lebih
dulu kemudian rencana perawatan rahang
atas disesuaikan.

◼ Insisivi bawah diletakkan dalam posisi yang


stabil yaitu terletak pada daerah
keseimbangan di antara lidah, bibir dan pipi.

◼ Perubahan letak insisivi yang berlebihan


cenderung terjadi relaps.
Perencanaan Perawatan
Rahang Atas
◼ Penyesuaian perawatan rahang atas
terhadap rahang bawah dilakukan
terutama untuk mendapatkan relasi
kaninus kelas I, hal ini mempengaruhi
pertimbangan seberapa banyak
tempat yang dibutuhkan dan
banyaknya kaninus diretraksi.
Relasi Gigi Posterior

Hendaknya diupayakan
mendapatkan relasi molar pertama
permanen kelas I tetapi bila tidak
memungkinkan relasi molar bisa
juga kelas II atau kelas III
Penjangkaran

◼ Macam penjangkaran yang digunakan perlu


dipikirkan untuk mencegah terjadinya
kehilangan penjangkaran (gigi penjangkar
bergeser ke mesial) yang berlebihan

◼ apakah penjangkaran cukup dari gigi-gigi


yang ada ataukah perlu mendapat
penjangkaran dari tempat yang lain
misalnya dari penjangkaran ekstra oral.
Periode Retensi

◼ Perlu perencanaan masa retensi pada akhir


perawatan untuk kasus yang dirawat ortodonti.
◼ Hampir semua kasus yang dirawat ortodonti
membutuhkan masa retensi untuk mencegah relaps
yaitu kecenderungan untuk kembali ke posisi
sebelum dilakukan perawatan.
◼ Macam peranti retensi dan lama pemakaian peranti
tersebut perlu dijelaskan kepada pasien sebelum
dilakukan perawatan ortodonti.
◼ Untuk peranti retensi lepasan dibutuhkan
kepatuhan pasien untuk memakai peranti
retensinya.
◼ Kelainan dental → ortodonti
◼ Kelainan skeletal saja → sangat jarang
dijumpai (selalu ada kompensasi
dentoalveolar)

◼Kelainan dentoskeletal

Modifikasi pertumbuhan
Kamuflase
Orthognathic surgery
Kelainan dentoskeletal

◼ Two phase treatment (pada anak-


anak)
fase 1: koreksi kelainan skeletal →
modifikasi pertumbuhan
fase 2: koreksi kelainan dental

Perawatan kamuflase (tanpa mengubah


relasi skelet) → kelainan skelet ringan
Defisiensi maksila
prognati mandibula
◼ Orthognathic surgery → pada
kelainan relasi skelet yang parah
Hani/ P/ 19 th/ 12476949/ 22-10-12/
Griu Lt.2

Rontgen skull AP/


Lateral
Hani/ P/ 19 th/ 12476949/ 05-02-16/
Griu Lt.2

CT Scan Kepala 3D
Rekonstruksi
Maloklusi kelas I
◼ Prevalensi paling besar, > 50%
◼ Skelet kelas I, kelas II dan III ringan
◼ Berdesakan
– Ringan
– Sedang
– Parah
Penyediaan ruangan

◼ enamel stripping
◼ Proklinasi insisivi

◼ Ekspansi lengkung geligi

◼ Distalisasi molar

◼ Pencabutan gigi permanen


Enamel stripping
◼ Reshaping → bentuk tetap
titik kontak lebih baik

◼ Manual
◼ Dengan bantuan mesin → disc
bur tapered

◼ 0,25 mm per sisi proksimal gigi


◼ Ulasdengan aplikasi topikal
yang mengandung fluor
sesudah enamel stripping

◼ Tidak terjadi karies


◼→kekurangan tempat 6
mm?

◼ kombinasi
Proklinasi insisivi
◼ Lengkung geligi bertambah
panjang
◼ Profil

◼ Kemungkinan relaps
Ekspansi lengkung geligi
Memanjangkan – melebarkan
lengkung geligi
* Peranti lepasan
Sekrup ekspansi
Pegas coffin
* Peranti cekat:

quadhelix
Quadhelix
◼> 4 mm ke arah
transversal

relaps
Sekrup Ekspansi
Crozat
W arch wire
Distalisasi molar
◼ Lepasan
Sekrup ekspansi

◼Cekat
Pendulum dng variasinya
Distal jet dll
Sekrup ekspansi
Pendulum appliance
Pendex appliance
Terimakasih
Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi permanen

Angle → tidak perlu mencabut gigi


permanen,
ekspansi  didapat oklusi yang baik,
tulang akan menyesuaikan

- Profil cembung
- Relaps
Pencabutan gigi
◼ Case (penentang pendapat Angle)
diikuti Tweed (murid Angle) dan
Begg (murid Angle)

◼ > 50 % kasus dilakukan pencabutan

◼ Profil lebih baik?


◼ Hasil lebih stabil?
Sekarang
◼ Tanpa pencabutan
◼ Pencabutan

extraction for face not for


space
Pertimbangan Pencabutan

◼ Diskrepansi model
◼ Diskrepansi sefalometri
◼ Profil
◼ Curva of Spee
◼ Protrusi
◼ Berdesakan
◼ Kehilangan Penjangkaran
Diskrepansi > 8-10 mm

◼Diskrepansi total:
Diskrepansi model
Diskrepansi sefalometri
Koreksi kurva Spee
Pergeseran molar ke mesial →
± 2-3 mm
Diskrepansi sefalometri

◼ Setiap perubahan inklinasi


gigi (ke arah palatal)
sebesar 2,5 butuh ruangan
o

1 mm
◼ pendataran kurva Spee butuh
ruangan
1 – 2 mm
Pergeseran molar ke mesial

kehilangan penjangkaran
(anchorage loss)
Pemilihan pencabutan gigi

◼ prognosis gigi
◼ letak gigi
◼ letak kekurangan tempat
◼ relasi insisivi
◼ kebutuhan penjangkaran
◼ profil pasien
◼ tujuan perawatan
Insisivus
Kesukaran untuk mengadakan relasi
gigi yang baik karena terdapat tiga gigi
di satu rahang sedangkan di rahang
yang lain terdapat empat gigi

biasanya dibutuhkan peranti cekat
Kaninus
◼ Hampir tidak pernah dicabut

◼ Ektopik
◼ Jauh menyimpang dari letaknya yang
benar
◼ Insisivi lateral telah berkontak dengan
baik dengan premolar pertama →
estetik tidak baik
Pilihan perawatan
◼ Dibiarkan → observasi
◼ Surgical uncovering + perawatan
ortodonti
◼ odontektomi
Premolar pertama

◼ Sebagian besar ruangan bekas


pencabutan premolar pertama
dipakai untuk koreksi kelainan
di anterior
Premolar kedua

◼ kebutuhan tempat ringan


sampai sedang, kira-kira 4 mm
◼ Letak berdesakan di posterior
Molar
◼ Molar pertama permanen:
menghasilkan tempat yang banyak waktu
perawatan menjadi lebih lama dan relatif
lebih sukar. Gigi molar dicabut krn karies
besar dan tdk bias dipertahankan

◼ Molar kedua permanen:


molar pertama ke distal
molar ketiga → mesial.
Perawatan pada pasien
dewasa
◼ Pertumbuhan sudah selesai
◼ Perencanaan perawatan lebih pasti
◼ Motivasi internal tinggi
◼ Pasien sangat memperhatikan hasil
perawatan
◼ Kemungkinan punya penyakit sistemik
◼ Comprehensive treatment
◼ Adjunctive treatment

menegakkan molar untuk pembuatan
protesa
Gigitan terbalik / silang

◼ Dental

◼ Skeletal
SKELETAL
- rahang atas
- rahang bawah
- kombinasi
Skeletal
◼ Relasi molar Klas III
◼ Jarak gigit besar (> 5 mm)
SKELETAL
Klas III Dental
◼ Relasimolar kelas I
◼ Jarak gigit < 3 mm
Gigitan terbalik
Diastema sentral
Diastema multipel
Gigitan terbuka
Gigi berdesakan
Midline shift
Agenesis
Perawatan maloklusi
kelas II dan III Angle
Kelas II
◼ Dental
◼ Skeletal :
- maksila tumbuh ke depan
- mandibula kurang pertumbuhan
- kombinasi
Maloklusi kelas II / 1
◼ Relasi molar pertama
permanen distoklusi ◼ Koreksi protrusi
◼ Protrusi atas ◼ Koreksi jarak gigit
◼ Jarak gigit besar ◼ Koreksi tumpang gigit
◼ Tumpang gigit besar ◼ Koreksi kurva Spee
◼ Kurva Spee positif ◼ Koreksi profil
◼ Profil cembung ◼ Diupayakan bibir jadi
◼ Bibir tidak kompeten kompeten
Maloklusi kelas II / 2

◼ Profil baik ◼ Koreksi letak insisivi


◼ Retrusi insisivi atas ◼ Koreksi jarak gigit
◼ Jarak gigit sedikit
bertambah / 0 ◼ Koreksi tumpang
◼ Tumpang gigit besar gigit
* Sudut antar insisivi
harus normal untuk
stabilitas
Maloklusi kelas III
◼ Jarak gigit negatif ◼ Koreksi jarak gigit
besar
◼ Tumpang gigit ◼ Koreksi tumpang gigit
bervariasi
◼ Profil cekung ◼ Koreksi profil
Face mask
Prognosis

◼Tidak menguntungkan:
* diagnosis maloklusi
* etiologi
* perencanaan perawatan
* pemilihan peranti yang digunakan
* jaringan penyangga gigi
* kepatuhan pasien
◼ Diagnosis maloklusi hendaknya
ditegakkan dengan menggunakan
semua rekam ortodonti yang
dibutuhkan
◼ Kelas I

◼ kelas II divisi 1

◼ kelas II divisi 2

◼ kelas III Angle → sukar


◼ Maloklusiyang melibatkan
kelainan relasi skelet lebih
sukar perawatannya
daripada yang tidak
melibatkan skelet
Relaps
rotasi > 45o
◼ gigi

◼ kemungkinan etiologi
◼ Kepatuhan pasien untuk memenuhi
perjanjian yang sudah ditentukan
juga menunjang keberhasilan
perawatan ortodonti. Pasien yang
tidak dapat memelihara kebersihan
giginya dan tidak mau memakai
peranti-peranti tambahan yang
dianjurkan oleh dokter giginya
memberi prognosis yang kurang
baik.
◼ Jaringan penyangga gigi sangat
berpengaruh pada perawatan
ortodonti karena ikut menentukan
stabilitas hasil perawatan.
◼ Jaringan penyangga yang kurang
sehat memberi prognosis yang
kurang baik pada perawatan
ortodonti.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai