BAB 1 Tesis Andita FIX New
BAB 1 Tesis Andita FIX New
BAB I
PENDAHULUAN
yang cukup tinggi. Data global diabetes melitus (DM) di tahun 2017 sebanyak
berdasarkan diagnosa dokter pada usia lebih dari 15 tahun meningkat dari
kaki diabetik, penderita memiliki resiko tinggi terhadap kaki diabetik yang
sulit sembuh dan risiko amputasi pada tungkai bawah sebanyak 85%.2,3
terjadi. Ulkus kaki diabetik adalah luka kronik pada daerah dibawah
ukuran luka dan durasi terjadinya luka memberi dampak negatif terhadap
Respon kesembuhan luka pada ulkus kaki diabetik melibatkan empat fase
dan remodeling. Fase kesembuhan luka ulkus kaki diabetik dapat dinilai
dengan berbagai macam instrumen, salah satu yang dapat digunakan yaitu
kematian pasien diabetes melitus.6 Terdapat faktor lokal dan faktor sistemik
proliferasi sel, pergerakan sel, dan sintesis protein. Asupan protein yang
adekuat, asam amino, peptida untuk sintesis protein, dibutuhkan setiap tahap
usia lanjut, HbA1c ≥ 7, kadar albumin rendah, eGFR < 60 dan komorbid yang
lebih banyak. Status nutrisi juga berpengaruh terhadap tingkat keparahan luka
kebutuhan protein pada pasien dengan ulkus kaki diabetik dibutuhkan protein
luka ulkus kaki diabetik dikontrol dengan infeksi, usia, luas luka,
diabetik
selanjutnya
- Kesembuhan luka ulkus kaki diabetik dapat didukung dari energi dan
kesembuhan luka ulkus kaki diabetik di RSUP. Dr. Kariadi Semarang belum
pernah di lakukan.
dan Narasi
Musthafa 2016 Observasional Lama menderita Lama menderita
dkk analitik desain DM, obesitas, DM, obesitas, kadar
Case control kadar gula gula tidak
darah, ketidak terkontrol,
Menganalisa
patuhan diet, ketidakpatuhan diet,
faktor yang
olah raga dan latihan fisik
mempengaruhi
kaki diabetik (olahraga),
ulkus kaki
berpengaruh
diabetik
terhadap kejadian
ulkus kaki diabetik
Sitompul 2012 Observasional Data demografis Proporsi reamputasi
dkk potong lintang dan klinis pada kaki diabetes
di RSCM tahun
Profil pasien
2008 – 2012 sebesar
kaki diabetes
58,7%. Angka
yang menjalani
reamputasi pada
reamputasi
kaki diabetes lebih
tinggi pada
perempuan, usia
lebih lanjut,
pendidikan SMA
kebawah,
menggunakan biaya
umum dan gakin,
kadar HbA1C ≥ 7%,
hipertensi,
neuropati, PAD,
anemia, kadar
albumin rendah,
dengan eGFR<60
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
kaki diabetik adalah luka kronik pada daerah dibawah pergelangan kaki
9
kemudian 10-15% dapat menjadi luka yang aktif kembali dan 5-24%
diet, lama menderita DM, obesitas, kadar gula darah, dan latihan fisik
berada dalam jumlah kecil pada tubuh manusia dan berperan dalam
Fase Inflamasi
11
tumor necrosis factor alfa (TNF alpha), TGF-b, dan faktor trombosit.
menjadi makrofag.20
memecah dan membersihkan luka dari serpihan, interleukin dan TNF alfa
12
Hemostasis/inflamasi
Fase Proliferasi
tempat luka. Ada 4 langkah utama dalam fase ini: (1) angiogenesis, (2)
memasok nutrisi ke matriks yang belum matang dan elemen seluler dari
proses ini tergantung pada faktor pertumbuhan seperti PDGF, TGF-b, dan
FGF. Fibroblas juga dirangsang oleh TGF-b untuk produksi kolagen tipe I.
sama, efek total dari faktor pertumbuhan ini adalah untuk memastikan
setelah luka timbul dan dapat berlanjut selama 1 tahun atau lebih.
kolagen dan sebagai tempat untuk migrasi sel dan pertumbuhan sel.20,21
maksimum 70% hingga 80% daya tarik. Selama fase ini, sintesis dan
remodelling.20,21,3
Wagner, kriteria ini paling umum dan sering digunakan untuk menentukan
Derajat Lesi
0 Tidak ada lesi terbuka
1 Ulkus Superficial
2 Ulkus dalam hingga tendon atau otot
3 Ulkus dalam dengan abses, osteomielitis atau infeksi sendi
4 Terdapat gangren lokal bagian depan kaki atau tumit
5 Gangren seluruh kaki
15
1970 untuk digunakan menetukan derajat dari lesi kaki diabetik. Derajat
hilang nya perfusi di kaki. Derajat 4 luas ganggren hanya sebagian kaki
dikembangkan oleh Bates Jensen pada tahun 2008 dan merupakan revisi
dari Pressure sore tool (PSST). BWAT terdiri dari ukuran luka, kedalaman
luka, batas luka, luka menggaung, tipe jaringan nekrotik, jumlah jaringan
nekrotik, tipe eksudat, jumlah eksudat, warna kulit sekitar luka, edema
komponen memiliki nilai 1-5. Total skor 13 – 60, jika skor menurun
(DFUAS) dan pressure ulcer scale for healing (PUSH). BWAT valid dan
3= Slough mudah
dihilangkan
4= Lengket, ;embut dan
ada jaringan parut palsu
berwarna hitam (black
eschar)
5= Lengket berbatas
tegas, keras dan ada
black eschar
6 Jumlah 1= Tidak Tampak
Jaringan 2= <25% dari dasar luka
Nekrosis 3= 25% hingga 50% dari
dasar luka
4= > 50% hingga < 75%
dari dasar luka
5= 75% hingga 100%
dari dasar luka
7 Tipe 1= Tidak ada
Eksudat 2= Darah
3= Serosanguineous
4= Serous
5= Purulen
8 Jumlah 1= Kering
Eksudat 2= Moist
3= Sedikit
4= Sedang
5= Banyak
9 Warna Kulit 1= Pink atau normal
sekita luka 2= Merah terang jika
ditekan
3= Putih atau pucat atau
hipopigmentasi
4= Merah gelap/ abu-abu
5= Hitam atau
hiperpigmentasi
10 Jaringan 1= Tidak edema
yang edema 2= Non pitting edema <
4mm disekitar luka
3= Non pitting edema >
4mm disekitar luka
4= Pitting edema < 4mm
disekitar luka
5= Krepitasi atau pitting
edema > 4mm
11 Pengerasan 1= Tidak ada
jaringan 2= Pengerasan < 2 cm di
18
luka baik lokal maupun sistemik. Proses kesembuhan yang terganggu akan
menyebabkan luka sulit sembuh atau luka menjadi kronis. Faktor lokal
Faktor lokal
sembuh.8
b) Infeksi
berlanjut luka akan sulit sembuh dan menjadi luka yang kronik.8
Pada infeksi berat jika terdapat lokal infeksi disertai tanda 2 dari 4
tanda SIRS yaitu suhu > 38º C, denyut jantung lebih dari 90 kali
per menit, laju pernafasan lebih dari 20 kali per menit atau PaCO2
< 32 mmHg dan leukosit lebih dri 12.000 atau kurang dari 4000.27
ditemukan sel-sel tua di dasar dan tepi luka yang dapat mencegah
Faktor sistemik
a) Usia
c) Stres
TNF-α pada luka. stres juga menurunkan ekspresi dari IL-1α dan
d) Diabetes
neuropati.8
e) Obat-obatan
26
kesembuhan luka.8
terganggunya angiogenesis.8
kontraksi luka.8
f) Obesitas
g) Merokok
h) Konsumsi Alkohol
Obes 1 25-29,9
Obes 2 ≥30
j) Asupan Gizi
trauma dan operasi. Pasien dengan luka kronik atau tidak sembuh-
penyembuhan.8,33,30
(1) Karbohidrat
tersebut.34
matang.25
jaringan parut pada luka kornik. Beberapa zat gizi mikro lain
34
kesembuhan luka .8
k) Penyakit Penyerta
meningkat.11,29
fisik, pengaturan suhu dan masih banyak fungsi energi lainnya. Energi
cedera.35,36
35
untuk proliferasi sel, pergerakan sel dan sintesis protein. Kebutuhan energi
dan matriks. Jika asupan energi tidak adekuat, tubuh akan berusaha
and the Wound Healing Society, adalah sekitar 30 hingga 35 kkal / kgbb /
kebutuhan, mencegah penurunan berat badan dan kurang nya asupan serta
luka kronis. Jika pasien sangat katabolik, dengan lebih dari 1 luka
Infeksi
Derajat Luka
Luas Luka
Kesembuhan Luka
Asupan Energi Kadar Glukosa
dan Asupan Ulkus Kaki Diabetik
Protein
Usia
IMT
Jenis Kelamin
Stres
Penyakit
penyerta
Obat-obatan
Asupan energi dan protein berpengaruh terhadap kadar glukosa yang akan
berdampak pada kesembuhan luka ulkus kaki diabetik. Luas luka, Infeksi, derajat
luka merupakan faktor lokal yang mempengaruhi kesembuhan luka. Usia, imt,
Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah kesembuhan luka
ulkus kaki diabetik dan asupan energi dan protein. Selain itu kadar glukosa
sebagai varianel antara, luas luka, derajat luka, usia, infeksi, imt akan diukur
sebagai variabel perancu. Obat-obatan tidak diukur karena pada pasien DM, obat
kelamin, stres tidak diukur, penyakit penyerta tidak diukur karena penelitian di
lakukan di rumah sakit pusat rujukan dimana pasien DM selalu disertai penyakit
penyerta. Variabel bebas dan variabel perancu akan dianalisis yang paling
diabetik.
39
infeksi
Usia
Luas Luka
Derajat luka
IMT
2.3.3 Hipotesis
luka ulkus kaki diabetik setelah dikontrol infeksi, luas luka, derajat
BAB III
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini adalah pada bidang Ilmu Gizi Klinis, Ilmu
1) Variabel Bebas
2) Variabel Tergantung
3) Variabel Antara
42
Kadar glukosa
4) Variabel Perancu
a) Infeksi
b) Luas luka
c) Derajat luka
d) Usia
e) IMT
subyek.37
Metode Sampling
terpenuhi.38
diperkirakan dengan
rumus lingkar lengan
atas. Tinggi badan
diperkirakan dengan
rumus tinggi lutut
2
(Kg/m ) Menurut kriteria
WHO Asia Pasific
Ethical clearance
Kriteria eksklusi
Analisis data
Gibson39.
4. Data BB diukur oleh peneliti menggunakan metode LILA degan pita
data dan uji hipotesis, Analisis dilakukan dengan program pengolah data.38
48
karakteristik seperti usia, luas luka, derajat luka, IMT, kadar gula darah,
asupan energi, asupan protein baik jumlah (n), persentase (%). Jika data
DAFTAR PUSTAKA
Biomedik. 2010;3(2):95–101.
7. Baltzis D, Eleftheriadou I, Veves A. Pathogenesis and Treatment of
Impaired Wound Healing in Diabetes Mellitus: New Insights. Adv Ther.
2014;31(8):817–36.
8. Guo S, DiPietro LA. Critical review in oral biology & medicine: Factors
affecting wound healing. J Dent Res. 2010;89(3):219–29.
9. Litchford mary d. nutritional i ssues in the p atient with d iabetes and f oot
u lcers. in: the fundation of diabetic foot management. 2002. p. 199.
10. Mustafa IAH, Purnomo W, W CU. Determinan Epidemiologi Kejadian
Ulkus Kaki Diabetik Pada Penderita Diabetes Mellitus Di RSUD Dr.
Chasan Boesoirie Dan Diabetes Center Ternate. J Wiyata. 2016;3(1):54–60.
11. Sitompul Y, Budiman B, Soebardi S, Abdullah M. Profil Pasien Kaki
Diabetes yang Menjalani Reamputasi di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Tahun 2008 -2012. J Penyakit Dalam Indones [Internet].
2014;2(1):9–14. Available from:
http://www.jurnalpenyakitdalam.com/index.php/jpdi/article/view/75
12. Zhang SS, Tang ZY, Fang P, Qian HJ, Xu L, Ning G. Nutritional status
deteriorates as the severity of diabetic foot ulcers increases and
independently associates with prognosis. Exp Ther Med. 2013;5(1):215–22.
13. Sajid N, Miyan Z, Zaidi SIH, Jaffri SSA, Abdeali M. Protein requirement
and its intake in subjects with diabetic foot ulcers at a tertiary care hospital.
Pakistan J Med Sci. 2018;34(4):886–90.
14. Park JE, Barbul A. Understanding the role of immune regulation in wound
healing. Am J Surg. 2004;187(5 SUPPL. 1):S11–6.
15. Dinh T, Elder S, Veves A. Delayed wound healing in diabetes: considering
future treatments. Diabetes Manag [Internet]. 2011;1(5):509–19. Available
from: http://www.futuremedicine.com/doi/abs/10.2217/dmt.11.44
16. Alexiadou K, Doupis J. Management of Diabetic Foot Ulcers. 2012;
17. Ahmad J. The diabetic foot. Diabetes Metab Syndr Clin Res Rev [Internet].
2016;10(1):48–60. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.dsx.2015.04.002
18. Eneroth M, Larsson J, Oscarsson C, Apelqvist J. Nutritional
supplementation for diabetic foot ulcers: the first RCT. J Wound Care.
2014;13(6):230–4.
19. Edo A, Edo G, Ezeani I. Risk factors, ulcer grade and management
outcome of diabetic foot ulcers in a Tropical Tertiary Care Hospital. Niger
Med J. 2013;54(1):59.
20. Stechmiller JK. Nutrition in Clinical Practice. 2010;
51
21. Reinke JM, Sorg H. Wound repair and regeneration. Eur Surg Res.
2012;49(1):35–43.
22. Gottschlich MM, Delegge MH, Mattox T. the a . s . p . e . n . nutrition
support core curriculum : a case-based approach — the adult patient section
editors associate Professor of Medicine Director , Section of Nutrition. In.
23. Fitria E, Nur A, Marissa N, Nur Ramadhan.karakteristik ulkus diabetikum
pada penderita diabetes mellitus di rsud dr. zainal abidin dan rsud meuraxa
banda aceh. 2017;153–60. Available from:
https://media.neliti.com/media/publications/197276-ID-karakteristik-ulkus-
diabetikum-pada-pend.pdf
24. Jain AKC. A new classification of diabetic foot complications: a simple and
effective teaching tool. J Diabet Foot Complicat. 2012;4(1):1–5.
25. Yusuf S, Tahir T. Study Literatur : Pengkajian Luka Kaki Diabetes. J Luka
Indones. 2018;4(2):123–37.
26. Karahan A, Kilicarslan E, Aysun T, Aysel C, Agah A. Reliability and
Validity of a Turkish Language Version of the Bates-Jensen Wound
Assessment Tool. 2014;41(August):340–4.
27. Netten JJ Van, Bakker K, Apelqvist J, Lipsky BA, Schaper NC. The 2015
guidance of the International Working Group on the Diabetic Foot. EWMA
J. 2016;16(1):116. Available from:
http://ewma.org/fileadmin/user_upload/EWMA.org/EWMA_journal_archiv
e/EWMA_Journal_020516_small.pdf
28. Mehraj DM. A review of Wagner classification and current concepts in
management of diabetic foot. Int J Orthop Sci. 2018;4(1n):933–5.
29. Mariam T, Alemayehu A, Tesfaye E, Yetwale F, Limenih M. Prevalance of
diabetic foot ulcer and assosiated favtors among adult diabetic patients who
attend the diabetic follow up clinic at the university of gondar refferal
hospital, north west ethiopia. Hindawi J diabetes Res. 2017;2017.
30. Gau BR, Chen HY, Hung SY, Yang HM, Yeh JT, Huang CH, et al. The
impact of nutritional status on treatment outcomes of patients with limb-
threatening diabetic foot ulcers. J Diabetes Complications. 2016;30(1):138–
42. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jdiacomp.2015.09.011
31. Cederholm T, Bosaeus I, Barazzoni R, Bauer J, Van Gossum A, Klek S, et
al. Diagnostic criteria for malnutrition - An ESPEN Consensus Statement.
Clin Nutr. 2015;34(3):335–40. Available
from:http://dx.doi.org/10.1016/j.clnu.2015.03.001
32. Corazon Barba, Jeffery Cutter, Paul Deurenberg, Tim Gill PJ. Appropriate
body-mass index for Asian populations and its implications for policy and
intervention strategies. In: the Lancet [Internet]. 2004. p. 157–63. Available
from: www.thelancet.com
52