Anda di halaman 1dari 10

sumber:www.oseanografi.lipi.go.

id

Oseana, Volume XXI, Nomor 3, 1996 : 1 3 - 2 2 ISSN 0216-1 877

MAKANAN DAN CARA MAKAN BERBAGAI JENIS BINTANG LAUT

oleh

Aznam Aziz 1)

ABSTRACT

FOOD AND FEEDING HABITS OF VARIOUS SPECIES OF SEA STARS.


The shallow water sea stars commonly feed on various species of marine animals
especially on invertebrates species. Swallowing is the more primitive mode of
feeding, and a good example can be seen in the sand star (Luidia spp.) which lives
on fine mud and sand and swallows burrowing bivalves, sea cucumbers, and other
invertebrates. The predatory sea stars also enveloping their food with their bodies
and other invertebrates. The predotary sea stars also enveloping their food with
their bodies and simultaneously extruding their stomach through their mouths to
digest the food externally. The seavenger asteroids become able to feed on larger
colonies of animals, such as colonial tube worms, ascidians, and sponges. Some of
them extrude their stomachs onto the substratum, and digesting the epibenthic film
of organic detritus and microorganisms. The digestive tract is prominent within the
body cavity, extending from the mouth to the anus, commonly their consist of
cardiac stomach, pyloric stomach, intestine, rectum and anus. Digestion enzym,
feeding habits, kind of food, and the digestive tract are discussed in this article.

PENDAHULUAN banyak diteliti dibandingkan dengan kelompok


l i l i laut, teripang dan bintang mengular
Berbeda dengan kelompok teripang (SLOAN 1980a). Salah satu aspek yang
dan bulu babi, pengetahuan mengenai macam menarik untuk diteliti adalah studi mengenai
makanan dan cara makan kelompok bintang tingkah laku makan dan semua aspek yang
laut belum banyak diinformasikan atau berkaitan dengan bidang studi ini.
mungkin belum pernah ditulis di dalam Secara umum bintang laut dipandang
kepustakaan di Indonesia. Di luar negeri, sebagai biota yang bersifat karnivora dengan
terutama di Eropa, Amerika, dan Jepang berbagai hewan-hewan invertebrata merupakan
informasi mengenai kondisi biologi dari sumber makanannya (ANDERSON 1966, DOI
bintang laut berada di urutan kedua setelah 1976, dan SLOAN 1977). Tetapi berdasarkan
bulu babi dan merupakan biota yang lebih penelitian yang dilakukan para pakar, ternyata

1). Balai Penelitian dan pengembangan Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - Jakarta.

13

Oseana, Volume XXI No. 3, 1996


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

bahwa sebagian dari bintang laut tertentu bisa fauna, baik menyendiri ataupun hidup
juga merupakan pemakan endapan (detritus berkelompok. Sebagian dari anggota bintang
feeder), dan sebagian lagi cenderung bersifat laut ini ada juga yang membenamkan diri
omnivora atau pemakan segala. dalam pasir atau lumpur. Sebagaimana fauna
Sebagai biota pemangsa atau karnivora, ekhinodermata lainnya, bintang laut juga
bintang laut tertentu bisa mempunyai dampak dikenal sebagai penghuni laut sejati, dengan
merugikan terhadap biota lainnya. Bintang batasan toleransi salinitas antara 30 ‰ sampai
laut jenis Acanthaster planci atau juga dikenal dengan 34 ‰. Jenis bintang laut tertentu ada
sebagai bintang laut mahkota dalam tingkatan yang dapat bertahan hidup pada salinitas
kepadatan populasi tertentu, bisa merusak sekitar 15 ‰. (di Laut Baltik). Jenis-jenis
keseimbangan ekosistem terumbu karang. Hal bintang laut ini telah mengalami adaptasi
mi disebabkan karena polip karang hidup melalui periode waktu yang lama (FEDER
merupakan makanan utama dari bintang laut 1966).
tersebut. Banyak anggota suku Asteriidae Di perairan Indonesia untuk kedalaman
yang hidup di perairan Eropa, dipandang 0 meter sampai dengan 20 meter terdapat
sebagai hama. Hal ini disebabkan karena sekitar 88 jenis bintang laut yang termasuk ke
biota tersebut mengkonsumsi berbagai jenis dalam 38 marga dan 17 suku (CLARK and
kerang niaga. Ikhtisar lebih lengkap mengenai ROWE 1971). Dari hasil telusur pustaka, di
seluk beluk tingkah laku makan dari bintang perairan Indonesia diperkirakan terdapat
laut telah dilaporkan oleh beberapa pakar sekitar 400 jenis bintang laut atau sekitar 22
bintang laut, seperti SLOAN (1980a) dan % dari jumlah total bintang laut di dunia.
JANGOUX (1982, 1982a).
Dalam tulisan ini selanjutnya akan SISTEM PENCERNAAN
disinggung secara garis besar mengenai sistem
pencernaan, cara makan, macam makanan, Suku Asteriidae dianggap merupakan
dan sistem enzim pada kelompok bintang kelompok bintang laut yang paling maju
laut. tingkat evolusinya di dalam kelas Asteroidea.
Berbagai macam penelitian aspek biologi.
SISTEMATIKA DAN PENYEBARAN termasuk penelitian mengenai sistem
pencernaan banyak dilakukan pada anggota
Untuk melengkapi pengetahuan kita suku Asteriidae ini. Pada umumnya bintang
mengenai kelompok bintang laut, pada tulisan laut mempunyai struktur sistem pencernaan
kali ini disampaikan juga sekelumit mengenai yang sama, yaitu mulut terdapat pada bagian
sistematika dan penyebarannya. Bintang laut tengah dari sisi oral. Mulut dikelilingi oleh
yang hidup di dunia saat ini diperkirakan membran peristomial yang melekat pada
sekitar 1800 jenis, yang termasuk kedalam keping peribukal. Mulut berhubungan
kelas Asteroidea, yang terdiri dari 4 bangsa langsung dengan lambung (cardiac stomach),
(ordo), 26 suku (famili), dan 144 marga kadang-kadang lambung dapat dibedakan
(genus). menjadi dua komponen, yaitu yang berada
Bintang laut ditemukan pada semua pada sisi oral disebut sebagai "cardiac stom-
laut dan lautan, dengan batas kedalaman ach" dan bagian lambung yang berada pada
antara 0 m sampai dengan 6000 meter. Biota sisi aboral disebut sebagai "pyloric stomach".
ini pada umumnya hidup bebas sebagai epi- Dari "pyloric stomach" terdapat kelanjutan

14

Oseana, Volume XXI No. 3, 1996


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

kantung lambung ke arah tangan yang Setelah pyloric stomach terdapat


biasanya bercabang dua (diverticula) dan usus yang sangat pendek (intestine).
menempati setiap tangan dan bintang laut. Usus dilanjutkan dengan rectum. Di sekitar
Komponen lanjutan pada tangan ini disebut rectum terdapat lipatan atau kantung yang
sebagai "pyloric caeca". Pyloric caeca disebut "rectal caeca". "Rectal caeca"
merupakan bagian dan sistem pencernaan bersifat kontraktil dan ber peran di
yang paling penting, karena enzim-enzim dalam memompakan air dan sisa makanan
pencernaan dihasilkan oleh bagian dinding (faeces). Setelah rectum yang sangat
dari organ ini. Selain itu cadangan makanan pendek, saluran pencernaan brakhir pada
yang berlebihan, juga disimpan pada organ anus, yang terletak di bagian tengah sisi
ini yang berupa lipid dan glycogen aboral. kelengkapan komponen dari sistem
(JANGOUX 1982a). Menurut HYMAN pencernaan bervariasi dari suku ke suku.
(1955), antara mulut dan lambung terdapat beberapa anggota dari suku yang primitif
esofagus yang sangat pendek. seperti Luidiidae, Goniopectinidae,
Bertentangan d e n g a n h a l i n i J A N G O U X Porcellanasteridae, Astropectinidae tidak
(1982a) mengatakan bahwa pada mempunyai usus, rectum dan anus.
kelompok bintang laut tidak didapatkan Bagian sistem pencernaan pada bintang
esofagus sejati. laut bisa dilihat pada Gambar 1. Keterangan
Kantung Tiedemann merupakan lebih lengkap dari saluran sistem pencernaan
kantung yang terdapat di sisi oral dari pyloric dapat dilihat pada kepustakaan yang ditulis
caeca. Kantung Tiedemann berfungsi oleh ANDERSON (1966) dan JANGOUX
sebagai organ pompa, dalam hal ini (1982a).
memompa cairan dalam rongga pyloric
caeca dan mengatur aliran cairan dari dan
ke pyloric stomach.

Oseana, Volume XXI No. 3, 1996


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

MACAM MAKANAN bintang laut marga Astropecten. Bintang laut


marga Astropecten yang hidup di pantai
Kelompok bintang laut pemangsa atau Tomioka, Jepang hidup terutama dari
kelompok karnivora hidup dari memakani memakani keong laut jenis Umbonium
invertebrata laut, seperti cacing, udang, moniliferum. Keong laut ini merupakan jenis
moluska, ekhinodermata, dan ikan-ikan kecil. yang dominan di pantai Tomioka (DOI 1976).
Suku yang bersifat karnivora ini antara lain Algae, algae mengapur, dan spons
adalah Luidiidae, Astropectinidae, juga merupakan sumber makanan bagi
Solastendae, Acanthasteridae, Zoroasteridae, binatang laut tertentu. Bintang laut jenis
Asteriidae, dan Brisingidae. Menurut Acanthaster planci yang bam mengalami
GUILLOU (1990), marga Luidia merupakan metamorfosis sampai dengan berumur sekitar
bintang laut yang bersifat super predator. 18 minggu, terutama hidup dari memakani
Selain memakani invertebrata lainnya biota ini algae mengapur. Hampir semua jenis bintang
juga memangsa sesama fauna ekhinodermata, laut dalam usia dini (juvenil) hidup dari
termasuk bintang laut lainnya. Selanjutnya berbagai jenis biota sesil bentik. Lapisan
CHIU et al.(1983. 1986), melaporkan bahwa filem atau busukan daun lamun dan algae
bintang laut jenis Luidia hardwicki dan L. juga merupakan sumber makanan dari bintang
longispina yang hidup di perairan Hongkong laut tertentu. THOMASSIN (1976).
adalah bersifat predator oportunis. Dalam hal melaporkan bahwa beberapa anggota dari
ini bintang laut ini tergantung kepada mangsa suku Oreasteridae, seperti bintang laut jenis
yang dominan di sekitarnya. Keong laut jenis Culcita schemideliana, Protoreaster nodosus,
Theora lata, merupakan makanan utama biota P. lincki, Pentaceraster mammillatus, dan
i n i . yaitu merupakan 90 % dari i s i Choriaster granulatus yang hidup di perairan
lambungnya. Sifat oportunis juga diperlihatkan Madagaskar, terutama hidup dari memakani
oleh bintang laut jenis Acanthaster planci lapisan filem (busukan) daun lamun, spons
Tetapi preferensi terhadap makanan tetap dan karang lunak (Alcyonaria). Hal yang
diperlihatkan oleh bintang laut tersebut. Pada sama juga dilaporkan oleh SCHEIBLING
percobaan di laboratorium, ternyata karang (1980). Dalam hal ini berlaku untuk bintang
batu marga Acropora tetap lebih disukai laut jenis Oreaster mammillatus yang hidup
dibandingkan karang batu marga Fungia. di perairan sekitar kepulauan Virgin USA.
Adanya preferensi ini disebabkan di lapangan Tetapi lebih lanjut dikatakan bahwa bintang
karang batu marga Acropora merupakan marga laut ini juga tergantung kepada kandungan
yang dominan dan merupakan makanan utama zat organik dalam lumpur, kondisi seperti itu
dari bintang laut tersebut (COLLINS 1975). disebut sebagai "microphagous grazer". Suku
Seiain marga Acanthaster, bintang laut lainnya yang bersifat pemakan mengikis (scavenger
yang dikenal sebagai pemakan karang batu habits) antara lain adalah suku Goniasteridae,
adalah bintang laut marga Culcita. Bintang Oreasteridae, Ganeriidae, dan Ophidiasteridae.
laut marga Culcita dilaporkan memangsa Bintang laut yang hidup di laut dalam
karang batu marga Pocillopora, Porites, (laut jeluk), terutama merupakan pemakan
Fungia dan Montipora (THOMASSIN 1976, endapan (deposit feeder). Dalam hal ini
GLYNN & KRUPP 1988). Selanjutnya sifat kandungan zat organik dan bakteri yang
predator oportunis juga dilaporkan pada terdapat di dalam lumpur merupakan sumber

16

Oseana, Volume XXI No. 3, 1996


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

makanan yang utama. Dalam kondisi tertentu lipatan-lipatan kulit yang terdapat pada daerah
bintang laut yang hidup di tempat dalam bisa juga interradial dari tangan bintang laut. Lebih lanjut
bersifat predator fakultatif (pemangsa terbatas). diinformasikan bahwa organ tersebut berfungsi
Salah satu jenis bintang laut pemakan ganda sebagai organ fasilitasi dalam proses
endapan adalah Ctenodiscus crispatus yang pernafasan dan juga berfungsi membantu
merupakan anggota dari suku pengadaan makanan.
Porcellanasteridae. Tingkah laku makan Informasi lebih lengkap mengenai
bintang laut ini telah dilaporkan oleh SHICK et macam makanan dari bintang laut ini
al. (1981). Selanjutnya MADSEN (1961), selanjutnya dapat dibaca pada ikhtisar yang
melaporkan adanya organ khusus yang disebut ditulis oleh SLOAN (1980) dan JANGOUX
"cribriform organ" yang terdapat pada bintang laut (1982). Sebaran suku bintang laut berdasarkan
suku Porcellanasteridae. Organ ini berupa macam makanan bisa dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Cara makan berbagai suku bintang laut (Modifikasi dari JANGOUX 1982)

17

Oseana, Volume XXI No. 3, 1996


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

CARA MAKAN "cardiac stomach". Cara makan seperti ini


dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok
Sebelum membicarakan cara makan bintang laut. Pada suku Asteriidae pada
pada kelompok bintang laut, terlebih dahulu umumnya terdapat kemampuan untuk
diinformasikan cara mendeteksi makanan pada membuka cangkang kerang laut. Dalam hal
bintang laut tersebut. Dari berbagai percobaan ini kaki tabung memegang peranan yang
di laboratorium diketahui bahwa bintang laut sangat penting. Dengan kekuatan kaki tabung,
dapat mendeteksi kehadiran makanan dalam bintang laut dapat membuka cangkang kerang-
jarak tertentu. Menurut SLOAN (1980) di kerangan. Setelah cangkang kerang terbuka,
bagian ujung dari tangan bintang laut terdapat kemudian bintang laut menjulurkan bagian
titik-titik sensor yang peka terhadap rangsang lambungnya untuk menyantap bagian yang
mekanik, rangsang kimia, dan cahaya. lunak dari kerang tersebut. Berdasarkan
Dilaporkan juga bahwa kaki tabung yang beberapa penelitian laboratorium, ternyata
terdapat di ujung tangan juga mempunyai bahwa bintang laut tidak selalu harus
kemampuan sebagai organ sensor. Dengan membuka cangkang kerang dengan sempurna,
kemampuan sensor ini seekor bintang laut sedikit celah saja cukup untuk menjulurkan
dapat mengetahui arah dan posisi sumber lambungnya. Kemampuan menjulurkan
makanan. lambung ini tidak saja menjadi milik kelompok
Pada ekhinodermata secara umum karnivora, tetapi juga dipunyai oleh kelompok
dikehal apa yang disebut sebagai pencernaan omnivora dan pemakan penyapu (scavenger).
kulit atau skin digestion. Dalam hal ini Dapat ditambahkan. bahwa cara makan dengan
seluruh permukaan tubuh/kulit mempunyai jalan menjulurkan bagian lambung terutama
kemampuan untuk secara langsung menyerap ditujukan kepada mangsa yang berukuran
zat hara yang terlarut dalam masa air laut di besar. Untuk mangsa yang berukuran kecil,
sekitarnya. Sebagai anggota dari kelompok caranya adalah dengan jalan ditelan langsung
ekhinodermata, pada bintang laut juga dikenal sebagaimana umumnya dilakukan oleh biota
sistem pencernaan kulit ini. Proses rinci dari lain. Cara yang unik untuk menangkap mangsa
pencernaan kulit belum sepenuhnya diketahui. adalah dengan bantuan miniatur organ yang
Selain itu peran dan fungsinya tidaklah begitu disebut sebagai pedicellaria. Pedicellaria
penting (SLOAN 1977, LAWRENCE 1987). merupakan organ mini yang berbentuk pinset
Memburu mangsa, menelan, dan (Gambar 2). Organ ini tersebar di seluruh
kemudian mencernakannya dalam lambung, permukaan kulit tubuh terutama di seputar
adalah merupakan cara yang paling umum duri primer. Pada bangsa Forcipulatida,
pada kebanyakan biota laut. Cara ini dikenal pedicellaria ini bertumbuh kembang dengan
juga oleh bintang laut, terutama pada suku baik. Menurut CHIA & AMEROGEN (1975),
Luidiidae dan Astropectinidae. Sebagian besar pada setiap duri primer di sisi aboral dari
anggota kelompok bintang laut mempunyai bintang laut jenis Stylasterias forreri terdapat
kemampuan untuk mengeluarkan bagian sekitar 35 sampai dengan 40 buah pedicellaria.
lambungnya (everted onto the food) ke arah Pergerakkan dari pedicellaria ini dapat di
makanan. Kemudian dengan bantuan cairan koordinasikan dengan baik, sehingga dapat
lambung bagian lunak dari hewan mangsa dimanfaatkan untuk menangkap mangsa
diserap ke dalam kantung lambung. Dalam tertentu. Di sisi aboral (punggung) dari bintang
hal ini bagian lambung yang berperan adalah laut jenis Stylasterias forreri terdapat sekitar

18

Oseana, Volume XXI No. 3, 1996


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Gambar 2. Diagram umum kerangka pedicellaria dari bintang laut (Sumber CHIA & AMEROGEN 1975)

Keterangan: J = "rahang" PB = Otot abduktor proksimal


B = Keping basal DA = Otot adduktor distal
DB = Otot abduktor distal PA = Otot adduktor proksimal

210 sampai dengan 245 buah duri primer, bantuan sistem saluran air berfungsi dalam
sehingga total pada seekor bintang laut ini mengupayakan adanya aliran buatan, sehingga
terdapat sekitar 49.000 pedicellaria. memudahkan untuk bintang laut tersebut untuk
Pedicellaria ini berfungsi untuk menangkap menangkap plankton dan partikel melayang
udang dan ikan-ikan kecil. Selanjutnya dengan (seston).
gerakan terkoordinir dari duri primer, duri
sekunder dan dengan bantuan mukus, mangsa SISTEM ENZIM
akan dipindahkan ke arah kaki tabung di sisi
oral tubuh. Selanjutnya kaki tabung dibantu Dinding lambung mengsekresikan
oleh mukus akan mengarahkan makanan ini carian lambung untuk menghancurkan daging
ke muiut. mangsanya. Kemudian zat makanan akan
Menangkap makanan melalui air yang diserap ke arah pyloric caeca (JANGOUX
mengalir, pada umumnya dikenal pada 1982, LAWRENCE 1987). Pyloric caeca
kelompok spons. Dalam hal ini spons laut merupakan komponen sistem pencernaan yang
mampu menciptakan aliran buatan untuk paling penting pada kelompok bintang laut.
memperoleh partikel makanannya. Makanan Pyloric caeca berperan ganda dalam
dapat berupa plankton atau partikel kecil mengsekresikan berbagai enzim pencernaan
yang melayang pada masa air laut. Pada dan juga berperan menyimpan kelebihan hasil
kelompok bintang laut, cara makan seperti asimilasi (lipid dan glycogen). Dari hasil
spons ini dikenal pada suku Echinasteridae, ekstraksi dinding pyloric caeca berhail
kaki tabung dan kantung Tiedemann dengan diketahui adanya berbagai enzim pencernaan.

19

Oseana, Volume XXI No. 3, 1996


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Enzim yang berhasil diisolasikan adalah enzim PENGARUH AKTIFITAS MAKAN


protease untuk memecah protein, lipase untuk TERHADAP LINGKUNGAN
memecah lemak, dan amylase untuk memecah
ikatan amyllum. Pada kelompok bulu babi
reaksi enzimatik pada umumnya berlangsung Telah disinggung pada bagian
pada suasana asam, sedangkan pada kelompok pendahuluan, bahwa beberapa jenis bintang
bintang laut reaksi enzimatik ini berlangsung laut bisa merugikan lingkungannya. Bintang
dalam suasana agak basa, yaitu dengan kisaran laut mahkota atau Acanthaster planci dalam
pH antara 6,6 sampai dengan 7,5. Selanjutnya tingkatan populasi tertentu bisa merugikan
diinformasikan kondisi pH ini sangat erat ekosistem terumbu karang. Ledakan populasi
hubungannya dengan aktifitas pencernaan. diatas normal dari bintang laut ini bisa
Hubungan tingkatan pH dan reaksi enzimatik menyebabkan tereduksinya kepadatan karang
ini belum sepenuhnya dimengerti batu dan menurunnya persentase tutupan
(LAWRENCE 1982). karang hidup. Kematian karang batu pada
Kehadiran sel-sel zymogen pada kasus ledakan populasi Acanthaster planci
dinding pyloric caeca diduga berkaitan dengan jauh lebih ekstensif dari pada kematian yang
perannya sebagai penghasil enzym. disebabkan oleh faktor alam lainnya. Pada
Selanjutnya dari hasil penelitian paling akhir kasus ledakan populasi diatas normal, karang
diketahui, bahwa pada kelompok bintang laut batu yang mati bisa mencapai 90 % dari total
juga didapatkan enzim cellulase yang mampu tutupan karang.
memecah ikatan cellulose. Tetapi enzim yang Beberapa jenis bintang laut suku
belakangan ini hanya terdapat pada beberapa Asteriidae, yang hidup di perairan dangkal di
anggota bintang laut tertentu (ANDERSON Eropah dan Amerika utara dikenal sebagai
1966). Ikhtisar selengkapnya mengenai sistem hama pada pembudidayaan kerang niaga.
enzim ini telah dilaporkan oleh LAWRENCE Bintang Laut jenis Pisaster ochraceus
(1982). dipandang sebagai hama utama dalam
Sebagai kesimpulan dari tulisan ini pembudidayaan kijing atau kerang hijau.
dapat dikatakan, bahwa bintang laut bukanlah Populasi kijing (Mytilus spp.) akan dihambat
karnivora sejati. Tetapi cara makan yang pertumbuhannya apabila populasi bintang laut
lazim pada invertebrata lainnya juga dikenal tersebut meningkat. Kijing atau kerang hijau
pada kelompok biota ini. Menurut merupakan makanan utama bagi bintang laut
(JANGOUX 1982), dan LAWRENCE (1987), jenis Pisaster ochraceus. Untuk meningkatkan
bintang laut cenderung bersifat "polytrophic" populasi kijing niaga tersebut, bintang laut
dengan berbagai cara makan dan macam harus disingkirkan dari lahan pem-
makanan. Semoga tulisan yang singkat ini budidayaannya.
dapat menambah pengetahuan kita, khususnya
mengenai cara makan dan macam makanan
bintang laut.

20

Oseana, Volume XXI No. 3, 1996


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

DAFTAR PUSTAKA GUILLOU, M. 1990. Biotic interactions be-


tween predator and super-predator in
ANDERSON, J.M. 1966. Aspect of nutri- the Bay of Douarnenez, Brittany. In :
tional physiology. In BARNES, M. and R.N. GIBSON
BOOLOLOTIAN, R.A. (ed.), Physiol- (eds.), Trophic relationships in the
ogy of Echinodermata. Interscience, marine environment. Aberdeen Univ.
Publ., New York : 329-357 Press : 141-156.

CHIA, F.S. and H. AMEROGEN 1975. On HYMAN, L.H. 1955. The Invertebrates III.
the prey-catching pedicellaria of a Echinodermata. McGraw-Hill Book co.
starfish, Stylasterias forreri. Can. J. Inc., New York : 763 pp.
Zool. 53 : 748-755. JANGOUX, M. 1982. Digestive systems :
CHIU, ST., V.W.W.LAM and P.K.S. SHIN Asteroidea. In : JANGOUX. M. and
1983. Mollusc predation by Luidia J.M. LAWRENCE (eds.), Echinoderm
spp. (Echinodermata : Asteroidea) in Nutrition. A.A. Balkema, Rotterdam :
Tolo Harbour and channel, Hongkong. 235-272.
In : MORTON, B. and D. JANGOUX, M. 1982a. Food and feeding
DUDEGEON (eds.), Macrofauna of mechanisms : Asteroidea. In :
Hongkong and Southern China. JANGOUX, M. and J.M. LAWRENCE
Hongkong, Univ. Press : 365-379. (eds.). Echinoderm Nutrition. A.A.
CHIU, ST.. V.W.W LAM and P.K.S. SHIN Balkema, Rotterdam : 127-159.
1986. Further observation on the feed- LAWRENCE. J.M. 987. Echinodermata. Ani-
ing biology of Luidia spp. in mal Energetics 2 : 230-267.
Hongkong. In : MORTON, B. (ed.),
MADSEN, F.J. 1961. The Porcellanasteridae.
The marine fauna and flora of
A monographic revision of an abyssal
Hongkong and Southern China,
group of sea stars. Galathea Rep. 4 :
Hongkong, Univ. Press : 907-933.
33-174.
CLARK, A.M. and F.W.E. ROWE 1971.
SCHEIBLING, R.E. 1980. Dynamics and
Monograph of shallow water Indo
feeding activity of high density aggre-
West Pacific Echinoderms. London :
gations of Oreasteridae, Oreaster
238pp.
reticulatus (Echinodermata :
COLLINS, A.R.S. 1975. Biochemical inves- Asteroidea) in a sand patch habitat.
tigation of two responses involved in Mar. Ecol. Progr. Ser. 2 : 321-327.
the feeding behavior of Acanthaster.
III. Food preferences. J. Exp. Mar. SHICKK, J.M., K.C. EDWARDS and J.H.
Bioi Ecol. 17 : 87-94. DEARBON 1981. Physiological Ecol-
ogy of the Deposit-feeding sea star
DOI, T. 1976. Some aspects of feeding Ctenodiscus crispatus : ciliated sur-
ecology of the sea stars, genus faces and animal sediment interac-
Astopecten. Publ. Amakusa mar Biol. tions. Mar. Ecol. Progr. Ser. 5 : 165-
Lab. 4 : 1-19. 184.

21

Oseana, Volume XXI No. 3, 1996


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

SLOAN, N.A. 1977. Coping with stardom : THOMASSIN, B.A. 1976. Feeding behaviour
The lives of starfish. Jour. Vancouver of the felt-, sponge-, and coral-feeder
Aqua. 2 (4) : 1-31. sea stars, mainly Culcita
schemideliana. Helgolander wiss.
SLOAN, N.A. 1980. The arm curling and
Meeresunters 28 : 51-65.
terminal tube-foot responses of the
asteroid Crossaster papposus. J. Nat. YAMAGUCHI, M. 1973. Early life histories of
Hist. 14 : 469-482. coral reef Asteroids, with special
reference to Acanthaster planci. In :
SLOAN, N.A. 1980a. Aspects of feeding
JONES, O.A. and R. ENDEAN (eds.),
biology of Asteroids. Oceanogr. Mar.
Biology and Geology of Coral Reef 2.
BioL Ann. Rev. 18 : 57-124.
Biology 1. Academic Press, London :
369-387.

22

Oseana, Volume XXI No. 3, 1996

Anda mungkin juga menyukai