Oleh:
Periode
Pembimbing:
MALANG
2017
1
DAFTAR ISI
2.1 Geriatri………………………………………………………………………………….5
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Geriatric assessment adalah istilah yang luas yang digunakan untuk mengevaluasi
kesehatan pasien geriatric, yang menekankan komponen-komponen yang berbeda dengan
evaluasi medis standar. Pendekatan ini mengakui bahwa status kesehatan orang tua adalah
tergantung pada pengaruh di luar manifestasi kondisi medis. Di antaranya adalah sosial,
psikologis dan kesehatan mental dan faktor lingkungan. Latar belakang ini akan
membahaskan empat komponen iaitu (1) Geriatic Assesment oleh dokter dengan
penekanan pada pasien rawat jalan (2) pendekatan strategis pada Geriatric assessment
untuk dokter, (3) CGA dan bukti efektivitasnya dan (4) kemanfaatan serta kerugian yang
bisa dipelajari dari penilaian geriatri yang telah diterapkan pada perawatan kesehatan orang
usia lanjut (Reuben,2009)
3
.pemeriksaan fisik lain (misalnya pemeriksaan ginekologis) lebih sulit (Reuben dan
Rosen,2009)
Langkah seterusnya dari CGA, proses penilaian itu sendiri berlanjut menjadi bervariasi di
seluruh program. Pada kebanyakan setting, proses CGA terdiri dari seorang dokter, perawat
dan pekerja sosial dan, jika sesuai, mengacu pada perluasan tim dari berbagai kombinasi
fisik dan okupasi terapis, ahli gizi, apoteker, psikiater, psikolog, dokter gigi, audiolog,
4
podiatrists, dan opticians. Meski profesional ini biasanya staf di rumah sakit dan tersedia di
masyarakat, akses dan penggantian layanan ini membatasi keefektifan proses CGA.
Elemen kunci dari proses perawatan yang diberikan oleh tim CGA dapat dibagi menjadi
enam tahap: (1) pengumpulan data; (2) diskusi antara tim; (3) pengembangan rencana
perawatan; (4) pelaksanaan rencana perawatan; (5) memantau respon terhadap rencana
perawatan dan (6) merevisi rencana perawatan. (Rueben dan Rosen,2009).
1.2 Tujuan
1.2 Manfaat
a) Dapat memberikan khasanah ilmu pengetahuan tentang CGA pada primary health
care
b) Dapat menjadi referensi dan rujukan untuk melakukan CGA bagi para tenaga
kesehatan
5
BAB 2
TINJAUN PUSTAKA
Menurut World Health Organization (WHO) ada beberapa batasan umur Lansia, yaitu
usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun, usia lanjut (fiderly) : 60 – 74 tahun, lansia tua
(old) : 75 – 90 tahun, lansia sangat tua (very old) : > 90 tahun. Menurut Depkes RI (2006),
lansia dibagi atas pralansia (Prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun,
lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi yaitu
seseorang yang beresiko 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan, lansia potensial yaitu yang menghasilkan barang/jasa (lansia
yang mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat), dan lansia tidak
potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2006)
6
akibat proses menua. Karakteristik yang ketiga adalah gejala dan tanda penyakit yang tidak
khas. Tampilan gejala yang tidak khas seringkali mengaburkan penyakit yang diderita
pasien. Karakteristik berikutnya adalah penurunan status fungsional yang merupakan
kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas seharihari. Penurunan status fungsional
menyebabkan pasien geriatri berada pada kondisi imobilisasi yang berakibat
ketergantungan pada orang lain. Karakteristik khusus pasien geriatri yang sering dijumpai di
Indonesia ialah malnutrisi. malnutrisi merupakan sindrom geriatri terbanyak pada pasien
usia lanjut yang dirawat (42,6%) di 14 rumah sakit (Setiati, 2013).
7
Tabel 1 : Perbandingan antara program CGA dan program lain
Tabel 2 : Masalah yang sering didapati pada lansia dan jenis pemeriksaan yang sesuai dengan masalah tersebut
( Reuben dan Rosen,2009)
8
(iii) apoteker
(iv) Psikiater
(v) Psikolog
(vi) dokter gigi
(vii) Audiolog
(viii) Podiatrists
(ix) opticians
Tabel 3 Contoh pemeriksaan fisik yang terfokus pada pasien geriatri (Elsawy dan
Higgin, 2011).
Tanda Tanda dan gejala fisik Differential diagnosis
Tanda vital
Tekanan darah Hipertensi Efek samping obat, disfungsi otonom
Hipotensi orthostatik Efek samping obat, atherosklerosis, PJK
Detak Jantung Bradikardi Efek samping obat, heart block
Detak jantung tidak teratur Atrial fibrillation
Respiratory rate Peningkatan Respiratory rate COPD, gagal jantung kongestif, pneumonia
> 24 kali/menit
Suhu Hipertermi, hipotermi Hiper/hipotiroid, infeksi
Umum Penurunan berat badan Kanker, depresi
Berat badan naik Efek samping dari pengobatan gagal jantung kongestif
Kepala Wajah asimetris atau Bell palsy, stroke, transient ischemic attack
Kelemahan otot ekstra-okular atau
kelumpuhan
Frontal bossing Paget disease
Temporal artery tenderness Temporal arteritis
Mata Nyeri mata Glukoma, Temporal arteritis
gangguan ketajaman penglihatan Presbyopia
kehilangan pengelihatan sentral
Kehilangan penglihatan tepi Degenerasi makula terkait usia
Lensa okuler opasifikasi
Glaukoma, stroke
Katarak
Telinga gangguan pendengaran Neuroma akustik, efek samping dari pengobatan, Impaksi
cerumen, alat bantu pendengaran yang salah posisi, Paget
disease
Mulut dan Luka pada gusi atau mulut Penyakit gigi atau periodontal,
tenggorokan Sakit gigi palsu
9
Leukoplakia Lesi kanker dan prakanker
Xerostomia Usia, sindrom Sjögren
Leher Bruit karotis Stenosis aorta, penyakit cerebrovascular
Pembesaran dan pembekakan tiroid Hiper/hipotiroid
Jantung Suara jantung ke-4 (S4) Penebalan jantung kiri
Ejeksi sistolik, murmur regurgitasi Valvular arteriosclerosis
Paru Barrel chest Emphysema
Sesak nafas Asma, kardiomiopati, COPD, gagal jantung kongestif
Payudara Masa Kanker, fibroadenoma
Perut Masa pulsatile Aneurisma aorta
Gastrointestinal, Atrophy of the vaginal mucosa Defisiensi estrogen
genital/rectal Konstipasi
Efek samping obat, kanker colorectal, dehidrasi,
hipotiroid, inaktivitas, asupan serat tidak adekuat
Inkontinensia tinja Impaksi feses, kanker dubur, prolaps rektum
Pembesaran prostat Benign prostatic hypertrophy
Nodul prostat Kanker Prostat
Massa rektal, okultisme darah Colorectal cancer
Inkontinensia urin Prolaps kandung kemih atau rahim, ketidak stabilan
Kelainan kaki detrusor, defisiensi estrogen
Berkurang atau tidak ada nadi Bunion, onikomikosis
ekstremitas bawah Penyakit vaskular perifer, insufisiensi vena
Ekstremitas Nodul Heberden
Edema pedal Osteoartritis
Efek samping pengobatan, gagal jantung kongestif
Rentang gerak yang berkurang dan Artritis, fraktur
nyeri
Skeletal Kifosis dorsal, nyeri tekan vertebra, Kanker, fraktur kompresi, osteoporosis
nyeri punggung
Gangguan gaya berjalan Efek samping pengobatan, artritis, dekondisi, abnormalitas
kaki, penyakit Parkinson, stroke.
Klaudikasio intermiten, neuropati, osteoartritis,
Nyeri kaki radikulopati, insufisiensi vena
Atropi, malnutrisi
Kelemahan otot Polymyalgia rheumatica
Nyeri otot proximal dan kelemahan
Eritema, ulseerasi diatas nyeri tekan, Penggunaan antikoagulan, penyalahgunaan pada orang
Kulit memar yang tidak dapat dijelaskan tua, Idiopatik trombositopenia purpura
Lesi pra keganasan atau keganasan Kerastosis aktinik, karsinoma sel basal, keganasan
melanoma, ulkus tekanan, karsinoma sel skuamos.
Tremor dengan rigiditas Penyakit Parkinson
Neurologi
Pasien geriatri sering disertai penyakit kronis degeneratif. Masalah yang muncul
sering tumpang tindih dengan gejala yang sudah lama diderita sehingga tampilan gejala
menjadi tidak jelas. Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada pasien geriatri adalah
hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, osteoartritis, dan penyakit kardiovaskular.
Penelitian multisenter di Indonesia terhadap 544 pasien geriatri yang dirawat inap
mendapatkan prevalensi hipertensi dan diabetes melitus sebesar 50,2% dan 27,2%.Kondisi
multipatologi mengakibatkan pasien geriatri mendapatkan berbagai jenis obat dalam jumlah
banyak. Terapi non-farmakologi dapat menjadi pilihan untuk mengatasi masalah pada
pasien usia lanjut, namun obat tetap menjadi pilihan utama sehingga polifarmasi sangat sulit
10
dihindari. Prinsip penggunaan obat yang benar dan tepat pada usia lanjut harus menjadi
kajian multi/interdisiplin yang mengedepankan pendekatan secara holistik (Setiati, 2013).
Gangguan penglihatan adalah masalah yang umum dan sering tidak dilaporkan.
Empat penyakit mata utama yang sering terdapat pada lansia (katarak, degenerasi makula
terkait usia, retinopati diabetes, dan glaukoma) dan prevalensi meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Gangguan penglihatan dikaitkan dengan peningkatan risiko jatuh,
penurunan fungsional, kognitif, imobilitas, dan juga menyebabkan depresi. Metode standar
untuk skrining masalah dengan ketajaman penglihatan adalah dengan Snellen eye Chart,
yang mengharuskan pasien berdiri 20 kaki dari chart dan membaca huruf dengan
menggunakan lensa korektif. Pasien dikatakan gagal jika mereka tidak dapat membaca
semua huruf pada baris 20/40 dengan kacamata mereka (penglihatan terkoreksi terbaik).
Activities of Daily Vision Scale," VF-14, VFQ-25, dan Catararact Symptom scale. juga
digunakan di penelitian, namun mungkin menjanjikan sebagai instrumen penyaringan di
Indonesia pada masa depan.
Gangguan pendengaran adalah salah satu kondisi medis yang paling umum terjadi
dan dilaporkan oleh orang tua. Gangguan pendengaran ini mempengaruhi sekitar sepertiga
lansia yang berumur sekitar 65 tahun atau lebih. Gangguan pendengaran dikaitkan dengan
penurunan fungsi kognitif, emosional, sosial, dan fisik di usia lanjut. Penggunaan perangkat
amplifikasi telah meningkat status fungsional dan kualitas hidup orang lanjut usia. Skrining
untuk gangguan pendengaran dapat dilakukan dengan beberapa metode.Yang paling akurat
adalah Welch Allyn AudioScope 3 (Welch Allyn, Inc., Skaneateles Falls, NY) iaitu sebuah
handheld otoscope dengan built-in audiometer. AudioScope 3 bisa diatur pada beberapa
tingkat intensitas yang berbeda, namun harus diatur pada 40 dB untuk mengevaluasi
pendengaran pada orang lanjut usia. Pasien dikatakan gagal jika mereka tidak dapat
11
mendengar frekuensi setinggi 1000-Hz atau 2000-Hz di kedua telinga atau kedua 1000-Hz
dan frekuensi 2000-Hz di satu telinga, menunjukkan kebutuhan pengujian audiometric
Alternatif yang sederhana adalah dari laporan subjektif pasien sendiri. Alternatif sederhana
adalah dari laporan subjektif pasien sendiri. Pertanyaan seperti apakah ada kehilangan
pendengaran kepada pasien apakah mereka merasa mengalami gangguan pendengaran
membantu menegakkan diagnosis dan pasien harus dirujuk ke audiolog.
Alternatif lain adalah tes suara bisikan, yang diberikan dengan membisikkan tiga
sampai enam kata (angka, kata, atau huruf) pada jarak yang ditentukan (6, 8, 12, atau 24
inci) dari telinga orang tersebut dan kemudian meminta pasien untuk mengulang kata-
katanya. Pemeriksa seharusnya berada di belakang orang tersebut untuk mencegah
pembacaan ucapan dan telinga yang berlawanan harus ditutup atau ditutup selama
pemeriksaan. Pasien dikatakan gagal jika mereka tidak bisa mengulang setengah dari kata-
kata yang berbisik dengan benar. Mirip dengan skrining penglihatan, Hearing Handicap
Inventory for the Elderly-Screening Version (HHIE-S) telah dikembangkan. Meskipun
kuesioner ini singkat dan mudah dikelola,keakuratannya bila dibandingkan dengan
audiometri kurang dari Audiometer. Alat penyaringan lainnya yang menggunakan informasi
sosiodemografi ditambah dengan tiga pertanyaan sederhana (Tabel 11-1) tentang
gangguan pendengaran memiliki akurasi yang tinggi dalam mengidentifikasi orang usia
lanjut dengan gangguan pendengaran
Table 4: Tes untuk gangguan pendengaran ( National Health and Nutrition Examination Survey)
Malnutrisi adalah istilah global yang mencakup berbagai msalah nutrisi. Kedua
ekstrem berat badan menempatkan orang tua berisiko untuk gangguan fungsional,
morbiditas, dan mortalitas.
12
Kekurangan gizi protein didefinisikan dengan adanya tanda klinis (tanda fisik seperti
wasting, indeks massa tubuh rendah) dan biokimia (albumin atau protein lainnya) yang
membuktikan asupan yang tidak mencukupi.Beberapa metode penyaringan gizi bisa
diterapkan di primay health care center. Pada kunjungan awal mereka, pasien harus ditanyai
tentang penurunan berat badan dalam 6 bulan sebelumnya. Semua pasien harus ditimbang
berat badannya dan diukur tinggi badannya pada awal
kunjungan untuk perhitungan indeks massa tubuh (berat dalam kg / [tinggi dalam meter).
Terdapat beberapa kuesioner nutrisi yang boleh diisi sendiri misalnya Nutrition Screening
Initiative10-item checklist dan Mini-Nutritional Assessment (MNA). Penggunaan MNA dapat
membantu mendeteksi risiko malnutrisi sementara albumin dan BMI masih dalam batas
normal. Asupan bisa diukur melalui penghitungan jumlah kalori. Pemantauan laboratorium
mungkin juga terjadi berguna dengan pemantaun kadar albumin serum. Kadar albumin
serum bisa turun secara drastis selama peradangan, stres fisiologis, trauma dan lain-lain
lagi. Protein memiliki waktu paruh yang lama (kira-kira 18 hari). Dengan demikian,
mendapatkan kadar albumin serum pada saat masuk rumah sakit memberi gambaran
tentang nutrisi awal pasien. Prealbumin, yang memiliki masa paruh jauh lebih pendek (kira-
kira 2 hari) mungkin merupakan sarana pemantauan yang lebih baik untuk perawatan
nutrisi. Kolesterol serum mungkin juga bermanfaat untuk memantau pasien rawat inap
karena telah dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas.
Inkontinensia urin sering terjadi, terutama di kalangan wanita yang lebih tua.
Inkontinensia telah dikaitkan dengan gejala depresi di kalangan lansia. Selain itu, perawatan
yang efektif tersedia untuk inkontinensia. Akibatnya, skrining untuk inkontinensia urin
semakin meningkat sebagai indikator quality of care. Dengan adanya dua pertanyaan dapat
disaring untuk inkontinensia: (1) "Pada tahun lalu, apakah anda pernah kehilangan air
kencing dan merasa basah? "dan jika demikian,
(2) "Apakah anda kehilangan air kencing setidaknya dalam enam hari terpisah?" Dalam
sebuah penelitian, mereka yang menjawab positif terhadap kedua pertanyaan itu adalah
sebanyak 79% untuk wanita dan 76% untuk pria. Kuesioner 3IQ adalah alat bantu
wawancara untuk membedakan urinary stress dan inkontinensia dalam pengaturan
perawatan primer (Tabel 4).
13
Tabel 5 Kuesioner 3IQ : urinary stress dan inkontinensia (Reuben dan Rosen,2009)
Lebih dari sepertiga orang yang beusia lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahun. Resiko
sering jatuh terkait dengan fungsional dan mobilitas menurun. Pasien yang telah jatuh atau
memiliki masalah dari gaya berjalan atau keseimbangan berisiko tinggi untuk jatuh lagi.
Risiko jatuh dapat dinilai dengan menanyakan pasien apakah mereka ada riwayat pada
tahun lalu, dan kemudian melakukan penilaian dengan menguji keseimbangan, gaya
berjalan, dan kekuatan ekstremitas bawah. Dengan mengamati pasien berjalan dan
melakukan manuver keseimbangan dapat menilai keseimbangan dan gangguan gaya
berjalan. Beberapa tes sederhana untuk menilai keseimbangan dan mobilitas termasuk
side-by-side, semitandem dan full- tandem selama 10 detik; tahan terhadap dorongan; dan
stabilitas selama putaran 360 derajat. Kekuatan kuadriceps dapat dinilai dengan mengamati
orang lansia bangun dari kursi tanpa lengan keras tanpa menggunakan tangannya. Tes "up
and go" adalah untuk mengukur kemampuan pasien untuk bangun dari kursi tanpa tangan,
berjalan 3 m (10 kaki), belok, berjalan kembali, dan duduk lagi dan membutuhkan waktu
lebih dari 20 detik untuk menyelesaikan tes harus dievaluasi lebih lanjut.
14
Tabel 6 : Keseimbangan dan Gait Impairments dan Falling Risk (Reuben dan Rosen,2009)
15
Gambar 1 : Mini Mental State Examination
16
merupakan salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk menilai depresi pada
usia lanjut (Soejono et al, 2014).
GERIATRIC DEPRESSION SCALE
Pilihlah jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan perasaan pasien/responden dalam dua
minggu terakhir
17
2.6 Penerapan Comprehensive Geriatric Assessment
18
- Menunjukkan tingkat kematian jangka pendek yang lebih rendah
- Meningkatkan diagnosis
- Hasil psikologis dan emosional yang lebih baik,
- Mengurangi tingkat stres bagi penjaga (Luk et al, 2000)
Gambar 2 : Clinical Frailty Scale dari Canadian Study of Health and Aging,
19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Comprehensive Geriatric Assesment (CGA) merupakan prosedur evaluasi
multidimensi dan interdisiplin dalam menentukan kemampuan medis, psikologis dan
fungsional pasien geriatri
b. CGA dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk menggali masalah yang tidak
dapat digali dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
c. CGA bertujuan agar pasien geriatri dapat mencapai derajat kesehatan optimal serta
memiliki kemampuan fungsional tertinggi.
d. Karakteristik pasien geriatri meliputi multipatologi, daya cadangan faali menurun,
status fungsional berubah, tampilan kliniknya menyimpang, dan status nutrisinya
terganggu.
e. Komponen CGA meliputi pengkajian masalah status medik, status fungsional, status
kognitif, status emosi, dan status sosial.
20
DAFTAR PUSTAKA
21