jelas.
“dari” tapi itu hanya makna perkiraan karena itulah makna asalnya: ibtida.
dengan kata lain. Karena ia tidak memiliki fungsi dalam kalimat maka ia
berhak mabni.
yang beriman: ia bisa diberi ta’nits sebagai makna tambahan nau’, bisa dibuat
mutsanna maupun jamak sebagai makna tambahan ‘adad, bisa diberi tanda
• Sedangkan harf tidak bisa karena makna intinya saja belum ada. Sehingga
ia tidak bisa diberi ta’nits, tidak bisa dibuat mutsanna atau jamak, tidak
bisa bersambung dengan al atau mudhof ilaih, ia tidak bisa diberi tambahan
• Ulama berselisih pendapat. Dan saya memilih fi’il membutuhkan isim agar ia
bisa bermakna.
• Jawab: Iya betul ia memiliki makna hadats, dan makna hadats tersebut akan
• Jawab: iya fi’il memiliki fungsi di dalam kalimat, kata Sibawaih fungsi fi’il
adalah predikat, ia tidak bisa menjadi subjek, objek, keterangan. Dan fungsi
predikat adalah fungsi yang selalu bersandar kepada subjek, itu sebabnya
musnad ilaih (tempat bersandar). Karena tidak mungkin ada hadats yang
• Itu sebabnya fi’il berhak mabni karena tidak membutuhkan akhiran yang
berbeda untuk membedakan fungsi satu fi’il dengan fi’il yang lain.
di dalam kalimat.
• Soal 4: kebutuhan fi’il kepada isim tidak sama dengan kebutuhan harf
kepada isim, sebab fi’il bersama isim menjadi kalimat, sedangkan harf
bersama isim tidak menjadi kalimat. Maka semestinya fi’il bermakna dengan
• Jawab: Maka perlu kita bedakan antara kebutuhan fi’il kepada isim untuk
sebuah kalimat. Saya beri ilustrasi: jika ada 2 orang mau membeli motor
saya, anggap saja A dan B sama-sama membutuhkan motor saya, namun saya
saya. Begitu juga dengan isim, kebutuhan ia kepada fi’il untuk melengkapi
unsur kalimat tidak mempengaruhi kebutuhan fi’il dan harf kepada isim
maknanya?
fi’il kepada isim (yaitu merofa’kan isim dan menashobkan maf’ul bih) adalah
makna isim sudah sempurna dengan sendirinya. Kecuali isim-isim yang belum
• Soal 6: mengapa ada harf yang tidak beramal? Apakah artinya harf tersebut
• Jawab: Jika kita dapati ada harf yang tidak beramal, maka sejatinya harf
huruf istifham, lam ibtida. Atau huruf tersebut memberi makna tambahan
kepada isim, seperti harf ta’rif, alif itsnain, wawul jam’i, harf ta’nits. Atau
1
Nataijul fikri: 59
kepada fi’il, seperti harf tanfis, qod. Dan asalnya amalan harf kepada isim
akhowatu laisa.
adalah huruf yang mampu mengubah waktu fi’il. Adawatul jazm terbagi
adawatul jazm yang bisa mengubah waktu maka diberikan amalan khas fi’il
yaitu menjazmkan.
tanda yang ringan. Disamping itu ia menashobkan fi’il karena lafadznya mirip
mengandung makna أنbahkan kata al-Khalil لنitu berasal dari kata ٌالٌأن.
membutuhkan isim2.
2
ibid