PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
Kelas :A
JAWA TIMUR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Koperasi berbasis Islam di Indonesia sudah ada sejak awal di dirikannya SDI
(Serikat Dagang Islam) di Solo, jawa tengah. Serikat dagang islam selanjutnya
menjadi serikat islam yang cenderung bernuansa politik. Setelah SDI
mengkonsentrasikan perjuangannya di bidang politik, koperasi syariah tidak
terdengar lagi di Indonesia, baru sekitar tahun 1990 koperasi syariah mulai muncul
lagi di Indonesia (Danang Sunyoto, 2005:473).
a. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargakan.
b. Koperasi jasa keuangan syariah selanjutnya disebut KJKS, yaitu koperasi yang
kegiatan usahannya bergerak di bidang pembiayaan,investasi, dan simpanan
sesuai pola bagi hasil (syariah).
c. Unit Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut UJKS, yaitu unit koperasi yang
bergeraK dibidang usaha pembiayaan, Investasi dan simanan dengan pola bagi
hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal Wa Tamwil (BMT) adalah usaha
balai mandiri terpadu yang kegiatannya mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil, bawah dan
menengah dengan mendorng kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegitan ekonominya (Ahmad Hasan Ridwan, 2013:12).
Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahib al-maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lain menjadi pengelola (Antonio, 2001:95).
Dalam praktik perbankan syariah modern, kini dikenal dua bentuk mudharabah
muqayyadah antara lain sebagai berikut (Karim, 2004:213):
1) Al-Qur’an
a) QS. Al-Baqarah ayat 283:
Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu‟amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
persaksian. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian karena barang
siapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Baqarah ayat: 283).
b) QS. Al-Maidah ayat 1:
Dari Shalih bin Shuhaib r.a.bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah, bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah n0. 2280, kitab at-Tijarah).
3) Ijma’ Selain ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist di atas, kebolehan mudharabah juga
didasarkan pada ijma’. Diriwayatkan, bahwa sejumlah sahabat menyerahkan
(kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak ada
seorang pun mengingkari mereka karena hal itu dipandang sebagai ijma‟.
Sebagian ulama juga mendasarkan mudharabah ini dengan diqiyaskan pada
transaksi musaqah.
Dalam syariat Islam, akad mudharabah atau qiradh menjadi sah, maka harus
memenuhi rukun dan syarat mudharabah. Menurut mahzab Hanafi, apabila rukun
sudah terpenuhi tetapi syarat tidak dipenuhi maka rukun menjadi tidak lengkap
sehingga akad tersebut menjadi fasid (rusak). (Naf’an, 2014:117)
Sedangkan rukun dalam mudharabah berdasarkan Jumhur Ulama ada 3, yaitu:
dua orang yang melakukan akad (al-aqidani), modal (ma‟qudalaih), dah sighat (ijab
dan qabul). Ulama Syafi‟iyah lebih merinci lagi menjadi enam rukun antara lain:
Kontrak mudharabah adalah suatu kontrak yang dilakukan oleh minimal dua
pihak.Tujuan utama kontrak ini adalah memperoleh nilai hasil investasi. Besar
kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak faktor.Faktor pengaruh tersebut ada
yang berdampak langsung dan ada yang berdampak tidak langsung. Faktor
Langsung (Antonio, 2001:104):
1. Yang terkait dengan orang yang melakukan akad, harus orang yang mengerti
hukum dan cakap diangkat sebagai wakil, karena pada satu sisi posisi orang yang
akan mengelola modal adalah wakil dari pemilik modal. Itulah sebabnya, syarat-
syarat seorang wakil juga berlaku bagi pengelola modal dalam melakukan akad
mudharabah.
2. Yang terkait dengan modal, disyaratkan antara lain berbentuk uang, jelas
jumlahnya, tunai, diserahkan sepenuhnya kepada pedagang/pengelola modal.
Oleh karena itu, jika modal itu berbentuk barang, menurut ulama fiqh tidak
dibolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya.
3. Yang terkait dengan keuntungan, disyaratkan bahwa pembagian keuntungan
harus jelas dan bagian masing-maisng diambilkan dari keuntungan dagang itu,
seperti setengah, sepertiga, atau seperempat. Apabila pembagian keuntungan
tidak jelas, menurut ulama Hanafiyah, akad itu fasid (rusak).
-Keahlian
Usaha
Nisbah X% Nisbah Y%
Pembagian
Keuntungan
Modal
PROSEDUR PENELITIAN
Y = a + bX
Keterangan:
Y = variable dependen yaitu pendapatan bagi hasil
a = konstanta yaitu nilai Y bila X = 0
b = koefisien regresi yaitu perubahan pada Y jika X berubah satu satuan
X = variable independen yaitu dana mudharabah
Alasan menggunakan regresi linier sederhana adalah untuk mendapatkan tingkat
akurasi dan dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variable
independen (dana mudharabah) terhadap variable dependen (pendapatan bagi hasil).
DAFTAR PUSTAKA
Andri A. 2017. Pengaruh Nominal Bagi Hasil dan Simpan Mudharabah Terhadap
Pembiayaan Musyarakah di Koperasi Syariah Podo Joyo Srengat Blitar. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Institut Agama Islam Negeri: Tulungagung.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Buchori, Imam dan Aji Prasetyo. (2104). Pengaruh Tingkat Pembiayaan Mudharabah terhadap
Tingkat Rasio Profitabilitas pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Manfaat
Surabaya. Journal of Islamic Economic and Business Vol. 04, No. 01. Hal 713-716
Iftahiyah. 2012. Aplikasi Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah pada Koperasi
Pondok Pesantren Manba’ul ‘Ulum Loloan Timur Negara Bali. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Negeri: Malang.
Jusmaliani. 2006. Aktivitas Ekonomi Berbasis Bagi Hasil dalam Sektor Sekunder. Jakarta:
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Cetakan 1, Edisi 3.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mahmudah, Siti dan Sri Trisnaningsih. (2013). Implementasi Dana Mudharabah pada Koperasi
Jasa Keuangan Syariah (Studi Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Surabaya). SiNAU 2
UPN “VETERAN” Jakarta. Hal.75-77
Muhammad. 2001. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press.
Permata, Russely Inti Dwi, Fransisca Yaningwati, dan Zahro Z.A. (2014). Analisis Pengaruh
Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap Tingkat Profitabilitas (Return On
Equity) (Study pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2009-
2012). Jurnal Administrasi Bisnia, Vol. 12, No. 1. Hal 5-7
Ridwan, Ahmad Hasan. 2013. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Salman, Kautsar Riza. 2010. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Akademia Permata.
Sari, Dewi Wulan dan Mohamad Yusak Anshori. (2017). Pengaruh Pembiayaan Murabahah,
Istishna, Mudharabah, dan Musyarakah terhadap Profitabilitas (Studi pada Bank Syariah di
Indonesia Periode Maret 2015- Agustus 2016). Accounting and Management Journal, Vol.
1, No. 1. Hal 5-6
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, Danang. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan 1. Yogyakarta: CAPS (Center of
Academic Publising Service).