Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH DANA MUDHARABAH TERHADAP PENDAPATAN

BAGI HASIL KOPERASI SYARIAH MUAMALAH BERKAH


SEJAHTERA SURABAYA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

1. Sukma Halimatus Sa’diyah (17013010007)


2. Qurrotul Aini (17013010033)
3. Febiani Tevia P. (17013010038)

Kelas :A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini seiring dengan perkembangan dizaman era globalisasi manusia selalu
berusaha untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Dalam usaha pemenuhan
kebutuhan hidup tersebut, manusia akan selalu berhubungan dan membutuhkan orang lain.
Dari hubungan tersebut maka timbul interaksi serta pembagian tugas dan peran dalam
kehidupan bermasyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masing-masing sehingga dalam
jangka panjang di harapkan dapat terjadi pemerataan kesejahteraan lingkungan maupun
masyarakat. Untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, di mungkinkan terjadi kerjasama
saling menguntungkan dimana satu pihak berperan sebagai penyedia dana (pemodal) dan
pihak lain sebagai pelaku usaha (pengusaha).
Seiring dengan perkembangan masyarakat yang dilatar belakangi oleh keinginan untuk
menghindari dampak negatif bunga dalam kegiatan ekonomi. Kehadiran koperasi syariah
di harapkan menjadi sarana bagi pengelola kopsyah untuk tetap memperjuangkan aturan-
aturan syariah dalam menjalankan bisnis dan bagi masyarakat agar dapat menjalankan
bisnis sesuai dengan petunjuk syariah dengan menggunakan produk-produk syariah.
Saat ini telah bermunculan berbagai macam lembaga keuangan berbasis syariah di luar
perbankan. Contohnya: asuransi syariah, perusahaan pembiayaan syariah, lembaga
penjaminan syariah, pegadaian syariah, dan perusahaan modal ventura syariah. Tentunya
dalam menjalankan aktivitas ekonominya, lembaga keuangan yang berbasis syariah ini
tidak lepas dengan menggunakan mekanisme bagi hasil sebagai instrument pengganti
bunga. Terjadinya bagi hasil disebabkan karena adanya dua pihak atau lebih yang ingin
melakukan kegiatan usaha namun terhambat oleh kendalanya masing-masing. Kendala
pada pihak pengusaha adalah karena tidak memiliki kemampuan untuk membiayai
usahanya dengan mandiri. Dipihak lain pemodal mempunyai kendala tidak memiliki
kemampuan untuk mengelola usaha (Jusmaliani, 2006: 2).
Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional
bank Islam secara keseluruhan. Secara syari’ah, prinsip berdasarkan kaidah al-
mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank atau koperasi Islam akan berfungsi sebagai
mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan
bank atau koperasi akan bertindak sebagai mudharib “pengelola‟, sedangkan penabung
bertindak sebagai shahibul maal “penyandang dana‟. Antara keduanya diadakan akad
mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. Di mana
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian
itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut (Muhammad, 2001: 95).
Operasionalisasi koperasi syariah sebagai investor/penyalur dana harus memastikan
sebuah sIstem yang adil, Khususnya pada sistem profit loss sharing (bagi hasil) seperti
yang ada, yaitu menghilangkan praktek riba dan menggantinya dengan sistem bagi hasil.
Bagi hasil ini lah yang membedakan antara lembaga keuangan syariah dan non syariah.
Dalam praktek mekanisme penghitungan bagi hasil dapat di dasarkan pada dua cara profit
sharing (bagi laba) dan revenue sharing (bagi pendapatan). Di dalam mekanisme bagi hasil
yang diterapkan di koperasi syariah ataupun lembaga keuangan syariah saat ini besarnya
rasio jumlah bagi hasil ditetapkan pada jumlah keuntungan usaha yang dijalankan, jika
suatu usaha tersebut merugi maka kerugian akan di tanggung bersama pada kedua belah
pihak. Adapun pada sistem bunga tidak ada perhitungan apakah proyek tersebut untung
ataukah merugi. Oleh karena itu lembaga keuangan mikro syariah pada khususnya adalah
lembaga keuangan yang beroperasi secara Islami dan menjauhkan dari perbuatan yang
dosa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis bermaksud
menguji lebih lanjut tentang “Pengaruh Dana Mudharabah Terhadap Pendapatan
Bagi Hasl Koperasi Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya”.
1.2 Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna dan mendalam, maka
penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya.
Oleh sebab itu, penulis membatasi masalah yaitu tentang besarnya dana mudharabah
dengan pengaruhnya terhadap pendapatan bagi hasil Koperasi Syariah Muamalah Berkah
Sejahtera Surabaya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah yang akan
diteliti yaitu:
1. Bagaimana pengaruh dana mudharabah terhadap pendapatan bagi hasil Koperasi
Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya?
2. Strategi apa yang dilakukan Koperasi Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya
dalam meningkatkan pendapatannya?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun ujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dana mudharabah terhadap pendapatan
Koperasi Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.
2. Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan Koperasi Syariah Muamalah Berkah
Sejahtera Surabaya dalam meningkatkan pendapatannya.
1.5 Manfaat/Kegunaan Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan sumbangan pemikiran yang cukup
signifikan sebagai masukan pengetahuan yang dapat dijadikan bahan kajian bagi para
insan akademik yang sedang mempelajari pembiayaan mudharabah pada koperasi jasa
keuangan syariah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan menjadi sarana bagi penulis untuk menambah
wawasan keilmuan terhadap masalah yang diteliti mengenai segala aspek yang
berhubungan dengan dana mudharabah dan hasil pendapatan. Selain itu, penelitian
ini berguna dalam mengembangkan teori yang telah dipelajari di bangku
perkuliahan.
b. Bagi Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Memberikan informasi dan masukan bagi pihak pengelola koperasi jasa
keuangan syariah dalam usaha meningkatkan kualitas pada dana mudharabah dalam
meningkatkan pendapatan bagi hasil koperasi syariah.
c. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau
pertimbangan lebih lanjut untuk mengambil keputusan tentang pelaksanaan sistem
bagi hasil menggunakan pembiayaan mudharabah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian
sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang
dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul
yang sama persis seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat penelitian
terdahulu sebagai referensi dalam memperkaya bahan. Berikut merupakan penelitian
terdahulu berupa beberapa skripsi terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Nama Tahun Judul Hasil
Anita Mega 2011 Pengaruh Pembiayaan Metode Kuantitatif.
Utami Mudharabah Terhadap Regesi Y= 2888000 + 0,058X,
Pendapatan BMT Bina artinya (a) = konstanta sebesar
Umat Sejahtera 2888000 yaitu apabila X = 0 atau
Pondok Gede tidak ada pembiayaan mudharabah,
maka pendapatan BMT (Y) sebesar
2888000; (b) = koefisien regresi
sebesar 0,058 menyatakan jika X
atau pembiayaan mudharabah naik
satu satuan, maka pendapatan BMT
atau variable Y akan naik sebesar
0,058.
Strategi dalam meningkatkan
pendapatan BMT Bina Umat
Sejahtera Pondok Gede yaitu pada
kuantitas nilai pembiayaan, strategi
focus pembiayaan dan strategi
selanjutnya yaitu BMT harus
berusahaa untuk meminimalisir
Non Performing Loan atau
pembiayaan bermasalah karena
akan berpengaruh pada pendapatan
Russely Inti 2014 Analisis Pengaruh Metode Kuantitatif.
Dwi
Pembiayaan Regresi Berganda, persamaan
Permata,
Fransisca Mudharabah dan regresi yang dihasilkan adalah
Yaningwati,
Musyarakah terhadap sebagai berikut:
dan Zahroh
Z.A Tingkat Profitabilitas Ln Y = b1.Ln X1 + b2.Ln X2
(Return On Equity) Ln Y = -1,694 Ln X1 + 1,672 Ln X2
(Study pada Bank Variabel Ln Y merupakan tingkat
Umum Syariah yang ROE, sedangkan variabel Ln X1
Terdaftar di Bank adalah pembiayaan mudharabah
Indonesia Periode dan Ln X2 adalah pembiayaan
2009-2012) musyarakah.
Persamaan regresi menunjukkan
bahwa adanya pengaruh antara
pembiayaan mudharabah dan
musyarakah terhadap tingkat ROE.
Hal ini dapat dilihat dari nilai
koefisien b1 sebesar -1,694, berarti
setiap kenaikan satu satuan
pembiayaan mudharabah maka
tingkat ROE akan menurun sebesar
1,694 satuan dengan menganggap
variabel independen lain bernilai
konstan. Nilai tersebut
membuktikan bahwa pembiayaan
mudharabahmemiliki pengaruh
negative terhadap tingkat ROE.
Jika dilihat dari nilai koefisien b2
yang sebesar 1,672, berarti setiap
kenaikan satu satuan pembiayaan
musyarakah maka tingkat ROE
akan meningkat sebesar 1,672
satuan. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa pembiayaan musyarakah
memberikan pengaruh positif
terhadap tingkat ROE.

Dewi 2017 Pengaruh Pembiayaan Metode kuantitatif.


Wulan Sari Murabahah, Istishna, Regresi Linier Berganda, sebagai
dan Mudharabah, dan berikut:
Mohamad Musyarakah terhadap Y=2,748-0,0000002281X1-
Yusak Profitabilitas (Studi 0,00002204X2+0,000003541X3 +
Anshori pada Bank Syariah di 0,00000004583X4 + ε
Indonesia Periode Persamaan di atas memiliki makna
Maret 2015- Agustus sebagai berikut.
2016) a. Konstan = 2,748
Nilai konstan sama dengan 2,748
artinya jika nila x (pembiayaan
bank syariah yang menjadi variabel
independen) sama dengan 0, maka
ROE sebesar 2,748.
b. Murabahah (X1) = –
0,0000002281
merupakan nilai koefisien regresi
variable murabahah (X1), terhadap
ROE. Koefisien bernilai negatif
artinya variabel independen
memiliki hubungan terbalik dengan
variable dependen. Jika pembiayaan
murabahah mengalami kenaikan
senilai 1, maka ROE mengalami
penurunan sebesar 0,0000002281.
c. Istishna (X2) = -0,00002204
merupakan nilai koefisien regresi
variable istishna (X2), terhadap
ROE. Koefisien bernilai negatif
artinya variabel independen
memiliki hubungan berbalik dengan
variabel
dependen. Jika pembiayaan istishna
mengalami kenaikan senilai 1,
maka ROE mengalami penurunan
sebesar 0,00002204.
d. Mudharabah (X3) =
0,000003541
merupakan nilai koefisien regresi
variable mudharabah (X3),
terhadap ROE. Koefisien bernilai
positif artinya variabel independen
memiliki hubungan searah dengan
variable dependen. Jika pembiayaan
mudharabah mengalami kenaikan
senilai 1, maka ROE juga naik
sebesar 0,000003541.
e. Musyarakah (X4) =
0,00000004583
merupakan nilai koefisien regresi
variable musyarakah (X4), terhadap
ROE. Koefisien bernilai positif
artinya variabel independen
memiliki hubungan searah dengan
variable dependen. Jika pembiayaan
musyarakah mengalami kenaikan
senilai 1, maka ROE mengalami
kenaikan sebesar 0,00000004583.

2.2 Deskripsi Teori


2.2.1 Sejarah Koperasi Indonesia
Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya
merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan dilakukan oleh orang-orang yang
sangat kaya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam
lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalis semakin
memuncak.
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R. Aria Wirya Atmaja di
Purwokerto mendirikan sebuah bank untuk para pegawai negeri (priyayi). Ia
terdorong oleh keinganannya untuk menolong para pegawai yang makin menderita
karena terjerat lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga tinggi. Patih
tersebut mendirikan Koperasi Kredit modal seperti di Jerman dengan dibantu oleh
Asisten Residen Belanda De Wolffvan Westerrode, yang pada waktu cuti
berkunjung ke Jerman dan menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan
Tabungan menjadi Bank Pertolongan Tabungan dan Pertanian, mengingat bukan
hanya pegawai negeri saja yang menderita melainkan petani pun terjerat tekanan
para pengijon.
Perkembangan koperasi juga dipengaruhi adanya perkumpulan orang-orang yang
berkongsi secara bersama-sama dalam menjalankan aktivitas usaha, seperti Syarikat
Dagang Islam (SDI) pada tahun 1905 yang didirikan oleh Haji Samanhudi di
Surakarta. Organisasi Syarikat Dagang Islam pada awalnya merupakan perkumpulan
pedagang-pedagang Islam, tujuan awal organisasi ini untuk menghimpun para
pedagang pribumi Muslim agar dapat bersaing dengan pedagang Tionghoa.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Soetomo memberika
peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Undang-
undang Koperasi yang pertama lahir pada tahun 1915 dikenal dengan nama
Verordening Op De Cooperative Vereeningen (Koninkklijk Besluit 7 April 1915 stbl
no.431) yakni Undang-undang tentang perkumpulan Koperasi yang berlaku untuk
segala bangsa dan bukan khusus bumi putra saja.
Pada tahun 1920 diadakan Cooperative Commissie (komisi atau panitia koperasi)
yang diketuai oleh Prof. DR. J.H Boeke. Tugas panitia ini adalah mengadakan
penelitian apakah koperasi ini bermanfaat untuk Indonesia (d/h nederlandsch indie).
Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan Koperasi
Indonesia mengadakan Konggres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari itu
kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Sekaligus membentuk
Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) yang berkedudukan di
Tasikmalaya.
2.2.2 Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Koperasi berbasis Islam di Indonesia sudah ada sejak awal di dirikannya SDI
(Serikat Dagang Islam) di Solo, jawa tengah. Serikat dagang islam selanjutnya
menjadi serikat islam yang cenderung bernuansa politik. Setelah SDI
mengkonsentrasikan perjuangannya di bidang politik, koperasi syariah tidak
terdengar lagi di Indonesia, baru sekitar tahun 1990 koperasi syariah mulai muncul
lagi di Indonesia (Danang Sunyoto, 2005:473).

Kelahiran Koperasi syariah di indonesia dilandasi oleh ketentuan keputusan


menteri (kepmen) koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Dengan adanya
sistem ini, membantu koperasi serba usaha di Indonesia memiliki Unit Jasa
Keuangan Syariah. Berdasarkan surat keputusan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004,
berbagai pengertian berkaitan koperasi syariah, antara lain:

a. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargakan.
b. Koperasi jasa keuangan syariah selanjutnya disebut KJKS, yaitu koperasi yang
kegiatan usahannya bergerak di bidang pembiayaan,investasi, dan simpanan
sesuai pola bagi hasil (syariah).
c. Unit Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut UJKS, yaitu unit koperasi yang
bergeraK dibidang usaha pembiayaan, Investasi dan simanan dengan pola bagi
hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.

Koperasi syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi


maraknya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwill di Indonesia. Baitul Maal
Wattamwill yang dikenal dengan sebutan BMT dimotori pertama kalinya oleh BMT
Bina Insan Kamil pada tahun 1992 di Jakarta ternyata mampu memberi warna bagi
perekonomian kalangan akar rumput yakni para pengusaha mikro.

Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal Wa Tamwil (BMT) adalah usaha
balai mandiri terpadu yang kegiatannya mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil, bawah dan
menengah dengan mendorng kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegitan ekonominya (Ahmad Hasan Ridwan, 2013:12).

Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT sesungguhnya merupakan lembaga yang


bersifat sosial keagamaan sekaligus komersial. Koperasi Jasa Keuangan Syariah
BMT menjalankan tugas sosialnya dengan cara menghimpun dan membagikan dana
masyarakat dalam bentuk zakat, infaq, dan sedekah tanpa mengambil keuntungan.
Disisi lain untuk mencari dan memperoleh keuntungan melalui kegiatan kemitraan
dengan nasabah baik dalam bentuk penghimpunan, pembiayaan, maupun layanan-
layanan pelengkapnya sebagai suatu Lembaga Keuangan Islam.

Koperasi Jasa Keuangan Syariah bertujuan untuk memberdayakan masyarakat


yang ekonominya lemah, tidak menerapkan sistem bunga tetapi sistem syariah dan
mensosialisasikan kepada masyarakat yang selama ini telah terbiasa dengan lembaga
keuangan sistem bunga serta meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya dan turut membangun tatanan perekonomian yang
berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Dalam pelaksanaannya, Koperasi
Jasa Keuangan Syariah sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat dan memiliki
prospek yang cerah karena mayoritas penduduk Muslim, sehingga bisa dikatakan
lembaga keuangan syariah mengalami kemajuan yang pesat dari tahun ke tahun.

Kehendak untuk mensukseskan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) harus


dimulai dari pemahaman kita secara dalam tentang kemudharatan sistem bunga,
falsafah lembaga keuangan syariah, kemudian tentang prinsip dasar operasional
KJKS, dan dampaknya secara luas terhadap kehidupan masyarakat dalam
relevansinya dengan pembangunan. Menurut M. Syafi’i Antonio (2001:83), prinsip
operasional KJKS meliputi:

1. Prinsip titipan atau simpanan (Depositonya/Al-Wadiah)

2. Bagi Hasil (Profit Sharing)

3. Jual Beli (Sale and Purchase)

4. Sewa (Operating Lease and Financing Lease)

5. Jasa (fee-based services).


2.2.3 Mudharabah

Menurut Karim (2004:79), bahwa mudharabah merupakan sebagai bentuk


kontrak antara dua pihak dimana pihak pertama berperan sebagai pemilik modal
(shahib al-maal) dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak
kedua (mudharib) yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan mendapatkan
keuntungan. Atau singkatnya mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta
darimsalah satu pihak dengan kerja dari pihak lain.

Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahib al-maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lain menjadi pengelola (Antonio, 2001:95).

Secara umum Antonio (2001:97), membagi pembiayaan mudharabah menjadi


dua jenis, yaitu sebagai beikut:

a. Mudharabah Muthlaqah. Yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah adalah


bentuk kerjasama antara shahibul maal (Bank) dan mudharib (Nasabah) yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan
daerah bisnis. Dalam if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke
mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.
b. Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah
muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat
usaha. Adanya pembatasan ini sering kali mencerminkan kecenderungan umum
si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.

Dalam praktik perbankan syariah modern, kini dikenal dua bentuk mudharabah
muqayyadah antara lain sebagai berikut (Karim, 2004:213):

a. Mudharabah Muqayyadah on balance-sheet, merupakan alairan dana yang terjadi


dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana usaha dalam beberapa sektor
terbatas, misalnya pertanian, manufaktur, dan jasa.
b. Mudharabah muqayyadah off balance sheet, merupakan alairan dana yang berasal
dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan (yang dalam bank
konvensional disebut debitur). Dalam mekanismenya bank hanya memperoleh
arrage fee yang disepakati antara nasabah investor dan nasabah pembiayaan.
Mudharabah pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam salah satu bentuk
musyarakah (perkongsian). Namun para cendikiawan fikih Islam meletakkan
mudharabah dalam posisi yang khusus dan memberikan landasan hukum tersendiri.

1) Al-Qur’an
a) QS. Al-Baqarah ayat 283:

Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu‟amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
persaksian. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian karena barang
siapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Baqarah ayat: 283).
b) QS. Al-Maidah ayat 1:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqadaqad itu.


Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.
(yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut
yang dikehendaki-Nya” (Al Maidah ayat: 1).
Aqad (perjanjian) dalam ayat di atas mencakup: janji prasetia seorang
hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam
pergaulan sehari-hari dengan sesamanya.
2) Al Hadits
a) Hadits Nabi riwayat Thabrani:

“Abbas bin „Abdul-Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah,


ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengurangi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu
dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan
yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membernarkannya”
(HR. Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas).
b) Hadits riwayat Ibnu Majah:

Dari Shalih bin Shuhaib r.a.bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah, bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah n0. 2280, kitab at-Tijarah).
3) Ijma’ Selain ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist di atas, kebolehan mudharabah juga
didasarkan pada ijma’. Diriwayatkan, bahwa sejumlah sahabat menyerahkan
(kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak ada
seorang pun mengingkari mereka karena hal itu dipandang sebagai ijma‟.
Sebagian ulama juga mendasarkan mudharabah ini dengan diqiyaskan pada
transaksi musaqah.

Dalam syariat Islam, akad mudharabah atau qiradh menjadi sah, maka harus
memenuhi rukun dan syarat mudharabah. Menurut mahzab Hanafi, apabila rukun
sudah terpenuhi tetapi syarat tidak dipenuhi maka rukun menjadi tidak lengkap
sehingga akad tersebut menjadi fasid (rusak). (Naf’an, 2014:117)
Sedangkan rukun dalam mudharabah berdasarkan Jumhur Ulama ada 3, yaitu:
dua orang yang melakukan akad (al-aqidani), modal (ma‟qudalaih), dah sighat (ijab
dan qabul). Ulama Syafi‟iyah lebih merinci lagi menjadi enam rukun antara lain:

1. Pemilik modal (shahibul maal)


2. Pelaksana usaha (mudharib/pengusaha)
3. Akad dari kedua belah pihak (ijab dan qabul)
4. Objek mudharabah (pokok atau modal)
5. Usaha (pekerjaan pengelolaan modal)
6. Nisbah keuntungan

Sedangkan menurut ulama Hanafiyah berpendapat bahwa yang menjadi rukun


akad mudharabah adalah ijab dan qabul saja, sedangkan sisa rukun-rukun yang
disebutkan Jumhur Ulama itu, sebagai syarat akad mudharabah.

Kontrak mudharabah adalah suatu kontrak yang dilakukan oleh minimal dua
pihak.Tujuan utama kontrak ini adalah memperoleh nilai hasil investasi. Besar
kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak faktor.Faktor pengaruh tersebut ada
yang berdampak langsung dan ada yang berdampak tidak langsung. Faktor
Langsung (Antonio, 2001:104):

a. Di antara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan


bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil
(profit sharing ratio).
b. Investment merupakan persentasi aktual dana yang diinvestasikan dari total dana.
Jika KJKS menentukan investment rate 80%, hal ini berarti 20% dari total dana
dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
c. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari
berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat
dihitung menggunakan salah satu metode :
1) Rata-rata saldo minimum bulanan
2) Rata-rata total saldo harian
d. Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan
akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.
e. Nisbah (profit ratio)
f. Salah satu ciri al-mud}arabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui
pada awal perjanjian.
g. Nisbah antara satu KJKS dengan KJKS yang lainnya dapat berbeda.
h. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam data bank, misalnya
deposito 1 bulan, 3 bulan, dan 12 bulan.
i. Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account yang lainnya
sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.

Faktor Tidak Langsung:

a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mud}arabah


b. KJKS dan anggota melakukan share dalam pendapatan dan biaya. Pendapatan
yang dibagikan hasilnya merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-
biaya.
c. Jika semua biaya ditanggung KJKS, maka hal ini disebut revenue sharing.
d. Kebijakan akuntansi syariah (prinsip metode akuntansi syariah)
e. Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang
diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

Adapun syarat-syarat mudharabah berhubungan dengan pelaku mudharabah (al-


aqidani), modal dan akad. Bagi pemilik modal dan pengusaha harus cakap bertindak
hukum dan cakap untuk menjadi wakil. Syarat dalam hal modal adalah harus
berbentuk uang, dan jelas jumlahnya. Juga disyaratkan harus ada, tunai, bukan dalam
bentuk utang, dan harus diberikan kepada mudharib. Oleh karena itu jika modal itu
berbentuk barang, menurut Ulama Fiqih tidak dibolehkan, karena sulit untuk
menentukan keuntungannya. Adapun syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan
rukun yang dikemukakan jumhur ulama di atas adalah:

1. Yang terkait dengan orang yang melakukan akad, harus orang yang mengerti
hukum dan cakap diangkat sebagai wakil, karena pada satu sisi posisi orang yang
akan mengelola modal adalah wakil dari pemilik modal. Itulah sebabnya, syarat-
syarat seorang wakil juga berlaku bagi pengelola modal dalam melakukan akad
mudharabah.
2. Yang terkait dengan modal, disyaratkan antara lain berbentuk uang, jelas
jumlahnya, tunai, diserahkan sepenuhnya kepada pedagang/pengelola modal.
Oleh karena itu, jika modal itu berbentuk barang, menurut ulama fiqh tidak
dibolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya.
3. Yang terkait dengan keuntungan, disyaratkan bahwa pembagian keuntungan
harus jelas dan bagian masing-maisng diambilkan dari keuntungan dagang itu,
seperti setengah, sepertiga, atau seperempat. Apabila pembagian keuntungan
tidak jelas, menurut ulama Hanafiyah, akad itu fasid (rusak).

Perjanjian Bagi Hasil


Modal: Dana Modal: -Dana

-Keahlian

Shahibul Mall Mudharib

Usaha
Nisbah X% Nisbah Y%

Pembagian
Keuntungan

Modal

Gambar 2.2.3 Skema Transaksi Mudharabah

2.2.4 Bunga dan Bagi Hasil


Islam mendorong praktek bagi hasil serta mengharamkan riba. Keduanya sama-
sama memberi keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai
perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan itu dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini
(Antonio, 2001:61):
Bunga Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada Penentuan besarnya rasio/nisbah
waktu akad dengan asumsi harus bagi hasil dibuat pada waktu akad
selalu untung. dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi
Besarnya persentase berdasarkan Besarnya rasio bagi hasil
pada jumlah uang (modal) yang berdasarkan pada jumlah
dipinjamkan. keuntungan yang diperoleh.
Pembayaran bunga tetap seperti Bagi hasil tergantung pada
yang dijanjikan tanpa keuntungan proyek yang
pertimbangan apakah proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi,
dijalankan oleh pihak nasabah kerugian akan ditanggung bersama
untung atau rugi oleh kedua belah pihak.
Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba meningkat
meningkat sekalipun jumlah sesuai dengan peningkatan jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan pendapatan.
ekonomi sedang “booming”
Eksistensi bunga diragukan (kalau Tidak ada yang meragukan
tidak dikecam) oleh semua agama keabsahan bagi hasil.
termasuk islam.
Tabel 2.1.4 Perbedaan Bunga dengan Bagi Hasil
2.3 Kerangka Berfikir
Untuk mengetahui masalah yang akan dibahas, perlu adanya kerangka pemikiran yang
merupakan landasan dalam meneliti masalah yang bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut:
Dana Mudharabah Pendapatan Bagi
(X) Hasil (Y)

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran


Pada variabel X menjelaskan bahwa dana mudharabah atau disebut pembiayaan
mudharabah merupakan transaksi penamaan dana dari pemilik dana (shahibul maal)
kepada pengelola dana (mudharab) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai
syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
telah disepakati. Sedangkan pada variable Y, menjelaskan tentang pendapatan bagi hasil
mudharabah yaitu pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima. Hasil pengelolaan pembiayaan mudharabah tersebut, akan mendapatkan
keuntungan yang telah disepakati oleh nasabah. Keuntungan yang diperoleh akan
mepengaruhi besarnya pendapatan yang diperoleh Koperasi Syariah Muamalah Berkah
Sejahtera Surabaya.
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang diturunkan
dari kerangka pemikiran yang telah dibuat. Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian
terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H0: Dana mudharabah tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan
bagi hasil mudharabah Koperasi Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.
H1: Dana mudharabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bagi
hasil mudharabah Koperasi Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.
BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono, metode
penelitian kuantitatif disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada
filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional,
dan sistematis. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2010: 12).
3.1.2 Sifat Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang memiliki sifat deskriptif merupakan
penelitian yang mengatahui nilai masing-masing variabel baik satu variable atau
lebih sifat independen tanpa membuat hubungan maupun paradigm dengan
variabel yang lain.
3.1.3 Sumber Data
Penelitian dilakukan untuk menggali dan mengumpulkan data yang diperoleh
dari berbagai sumber. Adapun sumber data yang digali dari obyek, peneliti
mendapat dua sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari subyek penelitian dengan
menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan langsung pada subyek
sebagai sumber informasi yang dicari. Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah memperoleh informasi langsung melalui wawancara terstruktur dari para
narasumber atau staf atau stakeholder di Koperasi Syariah Muamalah Berkah
Sejahtera Surabaya.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini adalah data yang diperoleh dari laporan-laporan atau data-data
berupa data kuantitatif seperti laporan keuangan, laporan penyaluran
pembiayaan dana mudharabah, dan brosur mengenai produk yang dikelola
Koperasi Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan unit sampling yang memiliki kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Karena yang menjadi objek peneliatian adalah Koperasi Syariah Muamalah Berkah
Sejahtera Surabaya, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan Koperasi Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya.
Sampel adalah bagian dari populasi atau kumpulan unit-unit sampling yang terpilih oleh
sampling. Dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dana
mudharabah dan laporan pendapatan Koperasi Syariah Muamalah Berkah Sejahtera
Surabaya.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data penelitian. Ada beberapa instrument penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
1) Panduan wawancara.
Panduan wawancara di susun sebelum peneliti turun lapangan dan bertemu
langsung dengan narasumber. Isi dari panduan wawancara yaitu beberapa pertanyaan
yang akan diajukan kepada narasumber untuk memperoleh data atau informasi.
2) Kuesioner
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden
3) Alat Rekam
Alat rekam yang terdiri dari kamera, video, handphone, atau perekam suara
mempermudah peneliti mendapatkan narasi detail melalui transkrip apabila wawancara
direkam. Foto dan video merupakan bentuk lain hasil rekaman, dan dapat dijadikan
sebagai bukti.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, ada beberapa teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan
memperoleh data yang diperlukan penulis, yaitu:
a. Wawancara
Wawancara yang dimaksud adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang
akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai
dengan data. Data yang diperoleh dengan teknis ini adalah dengan cara tanya jawab
secara lisan dan bertatap muka langsung antara seorang dengan beberapa orang yang
diwawancarai. Interview digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dari para
narasumber di Koperasi Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya. Wawancara
dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur
adalah wawancara yang dilakukan melalui pengumpulan informasi yang telah
disiapkan oleh pewawancara berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
b. Survey
Survey merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan kuesioner
dan wawancara untuk mendapatkan tanggapan dari responden yang disampel.
Kuesioner yang digunakan merupaka kuesioner terbuka dimana tidak terdapat pilihan
jawaban sehingga responden harus memformulasikan jawabannya sendiri.
c. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Muhammad Idrus adalah “teknik simak, rekam dan catat.
Teknik simak disebut juga teknik penyimakan, karena cara yang digunakan untuk
memperoleh data dengan melakukan penyimakan penjelasan dari informan”. Hal ini
dilakukan penulis untuk menyelaraskan kejelasan data tentang dana mudharabah yang
penulis peroleh melalui teknik yang lainnya agar memperoleh jawaban analisa
pengaruh terhadap pendapatan bagi hasil di Koperasi Syariah Muamalah Berkah
Sejahtera Surabaya.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknis analisis data penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif statistik yaitu metode analisis regresi dengan menggunakan data-data yang
sudah ada. Metode analisis sata yang digunakan adalah regresi linier sederhana yaitu suatu
metode analisis yang dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variable
independen terhadap variable dependen. Dengan persamaan umum regresi linier sederhana
sebagai berikut:

Y = a + bX

Keterangan:
Y = variable dependen yaitu pendapatan bagi hasil
a = konstanta yaitu nilai Y bila X = 0
b = koefisien regresi yaitu perubahan pada Y jika X berubah satu satuan
X = variable independen yaitu dana mudharabah
Alasan menggunakan regresi linier sederhana adalah untuk mendapatkan tingkat
akurasi dan dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variable
independen (dana mudharabah) terhadap variable dependen (pendapatan bagi hasil).
DAFTAR PUSTAKA

Andri A. 2017. Pengaruh Nominal Bagi Hasil dan Simpan Mudharabah Terhadap
Pembiayaan Musyarakah di Koperasi Syariah Podo Joyo Srengat Blitar. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Institut Agama Islam Negeri: Tulungagung.

Anita M. U. 2011. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan BMT Bina


Umat Sejahtera Pondok Gede. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Syariah dan Hukum.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.

Buchori, Imam dan Aji Prasetyo. (2104). Pengaruh Tingkat Pembiayaan Mudharabah terhadap
Tingkat Rasio Profitabilitas pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Manfaat
Surabaya. Journal of Islamic Economic and Business Vol. 04, No. 01. Hal 713-716

Iftahiyah. 2012. Aplikasi Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah pada Koperasi
Pondok Pesantren Manba’ul ‘Ulum Loloan Timur Negara Bali. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Negeri: Malang.

Jusmaliani. 2006. Aktivitas Ekonomi Berbasis Bagi Hasil dalam Sektor Sekunder. Jakarta:
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Cetakan 1, Edisi 3.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Koperasi. Htttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Koperasi. Diakses pada 21 September 2019 pukul


21.25 WIB.

Mahmudah, Siti dan Sri Trisnaningsih. (2013). Implementasi Dana Mudharabah pada Koperasi
Jasa Keuangan Syariah (Studi Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Surabaya). SiNAU 2
UPN “VETERAN” Jakarta. Hal.75-77

Muhammad. 2001. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press.

Naf’an. 2014. Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Permata, Russely Inti Dwi, Fransisca Yaningwati, dan Zahro Z.A. (2014). Analisis Pengaruh
Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap Tingkat Profitabilitas (Return On
Equity) (Study pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2009-
2012). Jurnal Administrasi Bisnia, Vol. 12, No. 1. Hal 5-7
Ridwan, Ahmad Hasan. 2013. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil. Bandung: CV Pustaka
Setia.

Salman, Kautsar Riza. 2010. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Akademia Permata.

Sari, Dewi Wulan dan Mohamad Yusak Anshori. (2017). Pengaruh Pembiayaan Murabahah,
Istishna, Mudharabah, dan Musyarakah terhadap Profitabilitas (Studi pada Bank Syariah di
Indonesia Periode Maret 2015- Agustus 2016). Accounting and Management Journal, Vol.
1, No. 1. Hal 5-6

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, Danang. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan 1. Yogyakarta: CAPS (Center of
Academic Publising Service).

Anda mungkin juga menyukai