Calvinisme adalah sistem teologi yang dirumuskan oleh Johannes Calvin dalam
karyanya yang utama yaitu institutio dan diterima dengan banyak perubahan oleh
gereja-gereja non-Lutheran.
Alkitab dipandang sebagai aturan bagi iman. Ia cukup berisi segala yang perlu
mengenai Allah dan tugas-tugas orang percaya terhadap Allah dan sesama manusia.
Kewibawaan Alkitab terjamin oleh pekerjaan Roh Kudus.
Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, ia dapat mencapai kebajikan melalui kuasa-
kuasa alamiah, namun kejatuhan manusia ke dalam dosa telah mengubah hakekat
manusia sehingga sekarang semua manusia berada di bawah kuasa dosa. Manusia
tidak lagi bebas, sehingga ia memerlukan rahmat Allah. Semua perbuatan manusia
pada hakekatnya dosa dan manusia hanya dibenarkan karena rahmat Allah saja.
Perbuatan baik tidak mempunyai andil apa pun dalam tindakan pembenaran Allah
terhadap manusia berdosa. Pembenaran Allah hanya dapat disambut oleh manusia
dengan iman.
AJARAN POKOK
Teologi Calvinis kadang-kadang diidentifikasi dengan lima poin Calvinisme, atau disebut juga doktrin
rahmat, yang merupakan sebuah respon poin demi poin terhadap lima poin dari Remonstrans Arminian
dan yang berfungsi sebagai sebuah ringkasan dari keputusan yang dihasilkan oleh Sinode Dort tahun
1619. Calvin sendiri tidak pernah digunakan seperti model dan tidak pernah diperangi secara langsung
oleh Arminianisme.
Kelima poin itu berfungsi sebagai ringkasan perbedaan antara Calvinisme dan Arminianisme, tetapi
bukan sebagai ringkasan lengkap dari tulisan Calvin atau teologi gereja-gereja Reformed pada umumnya.
Dalam bahasa Inggris, kadang-kadang dikenal dengan singkatan TULIP:
* Total depravity (Kerusakan total)
* Unconditional election (Pemilihan tanpa syarat)
* Limited atonement (Penebusan terbatas)
* Irresistible grace (Anugerah tidak dapat ditolak)
* Perseverance of the saints (Ketekunan orang-orang kudus)
Meskipun ini urutannya berbeda daripada Kanon dari Dort. Inti dari penegasan kanon ini adalah bahwa
Allah mampu menyelamatkan setiap orang yang kepadanya telah diberikan rahmat dan bahwa apa yang
dilakukan-Nya tidak dapat digagalkan oleh kefasikan atau ketidakmampuan manusia.
BENTUK KEBAKTIANNYA.
Menurut Calvin, di dalam gereja ada empat jabatan yaitu gembala atau pendeta (pastor), pengajar
(doctor), penatua (presbyter) dan syamas (diacon). Pendeta bersama para penatua merupakan konsistori
yaitu majelis gereja yang memimpin jemaat dan yang menjalankan disiplin gereja.
Pendeta, memiliki tugas;
a. Memberitakan Firman dan melayankan sakramen
b. Bersama para penatua mengawasi kehidupan jemaat
c. Menegur warga gereja yang menyimpang dari ajaran dan peraturan gereja
Pengajar adalah semua orang yang terlibat dalam tugas pengajaran, yaitu guru (agama) di sekolah, guru
katekisasi, para dosen teologi. Tugas pengajar adalah mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan
iman Kristen.
Penatua (bersama-sama pendeta) bertugas mengawasi kehidupan gereja. Kewajiban utama penatua
adalah melayankan Firman. Dalam pemerintahan gereja, Calvin memberi tempat dan wewenang terbesar
kepada pendeta daripada kepada penatua.
Diaken (syamas) bertugas mengurus orang sakit, miskin dan menderita. Pada saat itu syamas tidak
termasuk anggota sidang majelis. Ada dua jenis syamas:
a. Syamas yang memegang keuangan gereja.
b. Syamas yang ditugasi merawat orang-orang sakit dan orang-orang miskin misalnya di rumah sakit dan
penampungan orang-orang lanjut usia.
Diaken (syamas) tidak hanya membagikan uang kepada orang-orang miskin tetapi juga memelihara
beberapa lembaga yang melayankan kasih.
Tradisi Calvinis menekankan perlunya pejabat atau jabatan gerejawi. Salah satu warisan tradisi Calvinis
adalah sistem pemerintahan presbiterial yang terdiri dari presbiterial sinodal. Kata Presbiterial
menunjukkan adanya otonomi gereja setempat yang dipimpin oleh Majelis Jemaat. Majelis Jemaat
menjadi pimpinan yang mengatur dan mengambil keputusan atas pelbagai hal kehidupan jemaat lokal.
Kata Sinodal menjelaskan bahwa gereja-gereja yang telah menggabungkan diri pada sinode harus tunduk
pada Sinode perihal yang umum dan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh gereja setempat. Secara
ringkas, dalam sistem pemerintahan presbiterial-sinodal, semua keputusan jemaat diambil pada tingkat
majelis (presbyterium), sedangkan perkara-perkara yang menyangkut kepentingan seluruh gereja
diputuskan pada tingkat sinode yang diikuti oleh wakil-wakil presbyterium dari setiap jemaat.
Disiplin (siasat Gereja) – Yang dimaksud disiplin (siasat gereja) adalah suatu tindakan gereja untuk
menegakkan ketertiban dan pengawasan ajaran gereja serta perilaku warga gereja. Majelis diberi
kepercayaan penuh untuk menegakkan disiplin sehingga keputusan tidak diambil oleh satu orang
melainkan oleh majelis sebagai satu kesatuan. Jika pendeta menerima pengakuan dosa seseorang, hal itu
dipandang sebagai tindakan penggembalaan. Apabila pengakuan dosa seseorang sangat serius, pendeta
harus membicarakannya dengan seluruh anggota majelis. Calvin menetapkan tiga jenis atau tingkatan
tindakan disiplin sesuai dengan jenis dan tingkat dosa atau kesalahan:
a. Teguran oleh majelis jemaat
b. Larangan mengikuti perjamuan kudus
c. Pengucilan dari jemaat, yang dilakukan atau diumumkan di depan jemaat pada kebaktian umum.
* Gereja mengungkapkan imannya melalui ibadah, Ada hubungan yang erat antara keyakinan atau ajaran
dengan ibadah. Oleh karena itu ibadah dan tata ibadah merupakan satu kesatuan, dengan pokok-pokok
ajaran mendasar. Calvin memberikan perhatian yang seimbang terhadap penataan ibadah, tata gereja
dan jabatan gerejawi.
* Dalam gereja-gereja Calvinis, ibadah gereja berpusat pada pemberitaan Firman atau khotbah dan
perjamuan kudus (tidak berpusat pada sakramen seperti dalam gereja Katolik Roma)
* Gereja terpisah dari negara. Masing-masing memiliki otoritasnya. Gereja bisa berbicara dalam segala
bidang kehidupan, termasuk politik dan pemerintahan, namun negara tidak boleh berbicara tentang hal-
hal yang berkaitan dengan urusan keagamaan.
PENGORGANISASIAN GEREJA.
INTERNASIONAL
NASIONAL
Sebagian besar di antara gereja anggota PGI, sekurang-kurangnya separuh dari mereka mengaku sebagai
Calvinis. Beberapa di antaranya yang dapat dicatat di sini ialah:
Gereja Protestan di Indonesia – GPI dengan dua belas Gereja Bagian Mandiri (GBM) dalam lingkup GPI:
Gereja Masehi Injili di Minahasa – GMIM
Gereja Protestan di Maluku – GPM
Gereja Masehi Injili di Timor
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat – GPIB
Gereja Protestan Indonesia di Donggala – GPID
Gereja Protestan Indonesia di Buol Toli-Toli – GPIBT
Gereja Protestan Indonesia di Gorontalo – GPIG
Gereja Kristen Luwuk Banggai – GKLB
Gereja Protestan Indonesia di Papua – GPI Papua
Gereja Protestan Indonesia Banggai Kepulauan GPIBK
Indonesian Ecumenical Christian Church – IECC
Gereja Masehi Injili di Talaud – GERMITA
Gereja Batak Karo Protestan – GBKP
Gereja Kristen Indonesia – GKI
Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara – GKI SUMUT
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan – GKSBS
Gereja Kristen Pasundan – GKP
Gereja-gereja Kristen Jawa – GKJ
Gereja Kristen Jawa Tengah Utara – GKJTU
Gereja Kristen Jawi Wetan – GKJW
Gereja Kristen Sulawesi Tengah – GKST
Gereja Kristen Sulawesi Barat – GKSB
Gereja Kristen Sulawesi Selatan – GKSS
Gereja Protestan Sulawesi Tenggara – Gepsultra
Gereja Protestan Indonesia di Luwu – GPIL
Gereja Kristen Sumba – GKS
Gereja Kristen Injili di Tanah Papua – GKI di Tanah Papua
Gereja Kristus
Gereja Kristus Yesus – GKY
Gereja Reformed Injili Indonesia – GRII
PERKEMBANGAN DI INDONESIA.
Dari segi kwantitas, aliran Calvinis ini memiliki penganut terbesar di antara gereja-gereja di Indonesia.
Paling tidak hal ini dapat dilihat dari jumlah gereja anggota PGI.
JALAN MASUK KE INDONESIA.
Sama seperti aliran Lutheran, aliran Calvinis ini masuk ke Indonesia pertama kali bersamaan dengan
datangnya orang-orang Belanda/VOC ke Indonesia pada permulaan abad ke-17. Sebagian besar pegawai
VOC adalah orang-orang Kristen Protestan-Calvinis, dan mereka inilah yang pertama kali mendirikan
Gereja yang beraliran Calvinis di Indonesia.
Di kemudian hari (mulai abad ke-18), aliran gereja ini masuk dengan lebih deras lagi ke Indonesia
berbarengan dengan datangnya zending-zending Protestan dari Negeri Belanda. Hasil dari pekerjaan
zending-zending ini adalah berdirinya sejumlah besar gereja di Indonesia (khususnya di Indonesia bagian
Timur) yang menyatakan diri beraliran Calvinis.