PENDAHULUAN
Salah satu makanan khas dari Indonesia yang dapat dikatakan telah
menjadi makanan pokok masyarakat adalah tempe. Tempe merupakan makanan
tradisional yang sangat popular dan digemari di masyarakat. Tidak hanya di
Indonesia tempe sudah terkenal bahkan ke Eropa. Hal ini tidak lain karena rasanya
yang nikmat, harga yang murah dan tentunya mengandung gizi yang baik. Bahan
pokok pembuatan tempe biasanya menggunakan kacang-kacangan, seperti kacang
tanah kedelai dan dapat pula menggunakan biji lamtoro. Akan tetapi yang paling
sering digunakan adalah kacang kedelai.
Jika ditinjau dari proses pembuatan, dapat diketahui bahwa tempe
merupakan salah satu produk bioteknologi berbasis konvensional. Hal ini karena
melibatkan mikrobia eukariotik yaitu kapang yang biasanya diperoleh dari ragi
artinya di dalam ragi tersebut mengandung empat jenis kapang dari kelompok
Rhizopus, yaitu Rhyzopus ologosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus,
dan Rhizopus oryzae. Hifa dari kapang iniliha yang terlihat berwarna putih pada
tempe.
Menurut Sukardi, Tempe merupakan salah satu hasil fermentasi kedelai
yang sudah cukup dikenal sebagai makanan yang bermanfaat bagi kesehatan.
Tempe mengandung vitamin B12 yang biasanya terdapat dalam daging dan juga
merupakan sumber protein nabati selain sebagai sumber kalori, vitamin dan mineral
(Sukardi, 2008).
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak
lama sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat
menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba.
Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar merupakan proses produksi barang
dan jasa dengan menerapkan teknologi fermentasi atau yang menggunakan
1
mikroorganisme untuk memproduksi makanan dan minuman seperti: keju, yoghurt,
minuman beralkohol, cuka, sirkol, acar, sosis, kecap, dll (Nurcahyo, 2011).
Kata “tempe” diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada masyarakat
Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut
tumpi . Makanan bernama tumpi tersebut terlihat memiliki kesamaan dengan tempe
segar yang juga berwarna putih. Boleh jadi, ini menjadi asal muasal dari mana kata
“tempe” berasal (PUSIDO Badan Standardisasi Nasional, 2012).
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas ada beberapa tujuan yang perlu
dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui proses pembuatan tempe kedelai
2. Untuk mengetahui proses pembuatan tempe lamtoro
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kenal sekarang ini, yaitu Glycine max (L.) Merril. Jenis kedelai yang
dibudidayakan terdiri atas dua spesies, yaitu Glycine max dan Glycine
soja.1 Jenis Glycine max disebut dengan kedelai putih yang bijinya
3
Sub-divisi : Dicotyledonae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosae atau Papilionaceae
Sub-famili : Papilionoideae
Genus : Glycine max (L.) merril sinonim dengan G.
soya l sieb dan zucc atau soya max atau S.
hispida
b. Daun
Jarak daun kedelai selang-seling, memiliki 3 buah daun
(triofoliate), jarang memiliki 5 lembar daun, petiola berbentuk panjang
menyempit dan slinder stipulanya terbentuk panjang menyempit dan
slinder, stipulanya terbentuk lanseotlat kecil, dan stipel kecil lembaran
daun berbentuk oval menyirip, biasanya palea bewarna hijau dan
pangkal berbentuk bulat. Ujung daun biasanya tajam atau tumpul,
lembaran daun samping sering agak miring, dan sebagian besar kultivar
menjatuhkan daunnya ketika buah polong mulai matang
c. Bunga
4
bendera, 2 helai sayap, dan 2 helai tunas. Benang sarinya ada 10 buah,
9 buah diantaranya bersatu pada bagian pangkal membentuk seludang
yang mengelilingi putik. Benang sari kesepuluh terpisah pada bagian
pangkalnya, seolah-olah penutup seludang. Bunga tumbuh diketiak
daun membentuk rangkaian bunga terdiri atas 3 sampai 15 buah bunga
pada tiap tangkainya
d. Buah
e. Akar
f. Biji
5
Gambar 2.1 Biji Kacang Kedelai Putih (Glycine max (L.) merril)
(Sumber:www.Olvista.com)
6
1 Energi 442 kal
2 Air 7,5 g
3 Protein 34,9 g
4 Lemak 38,1 g
5 Karbohidrat 34,8 g
6 Mineral 4,7 g
7 Kalsium 227 mg
8 Fosfor 585 mg
9 Zat besi 8 mg
10 Vitamin A 33 mcg
11 Vitamin B 1,07 mg
Sumber: Suprapti (2003)
Lamtoro atau yang sering disebut petai cina, atau petai selong
7
Tengah, di mana tanaman ini tumbuh menyebar luas. Penjajah
XVI dan dari tempat ini mulailah lamtoro menyebar luas ke berbagai
8
30 buah polong, sedangkan dalam satu polongnya dapat mencapai 15-
30 biji. Batang tandan berbentuk besar dan agak pendek. Bijinya
berbentuk lonjong dan pipih, jika sudah tua biji tersebut berwarna coklat
kehitaman (Riefqi, 2014).
Lamtoro menyukai iklim tropis yang hangat (suhu harian 25-30°C),
ketinggian di atas 1000 m dpl dapat menghambat pertumbuhan.
Tanaman ini tumbuh baik di wilayah dengan kisaran curah hujan 650-
3.000 mm pertahun.
Sedangkan, kandungan gisi dari biji lamtoro dalam setiap 100 gram
adalah memiliki kandungan mencapai 85 kkl, karbohidrat 15,4 gram,
kandungan protein 5,7 gram, kandungan lemak 0,3 gram, kandungan zat
besi, 3.0 gram, kandungan fosfor 53 miligram, kandungan kalsium, 180
9
miligram, kandungan vitamin A 423 UI, kandungan vitamin B1 0,08
miligram dan vitamin C 15 miligram.
2.3 Tempe
Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan
10
dasar kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi. Tempe
menjadi lebih mudah dicerna. Kapang yang tumbuh pada tempe mampu
dan asam amino bebas (Astawan, 2008). Enzim lipase menguraikan lemak
menjadi lipid dan asam lemak, serta enzim amilase menguraikan karbohidrat
lemak jenuh rendah, kadar vitamin B12 tinggi, mengandung antibiotik, dan
tempe sangat istimewa. Vitamin B12 umumnya terdapat terdapat pada produk
- produk hewani, tetapi tidak dijumpai pada makanan nabati ( sayuran, buah-
anemia pernisiosa. Gejala yang ditimbulkan gangguan ini adalah pucat, sakit
perut dan berat badan menurun. Kekurangan vitamin B12 ini dapat
11
Berikut ini daftar komposisi kimia tempe yang disajikan pada Tabel
2.2
Komposisi Jumlah
Air (wb) 61,2 %
Protein kasar (db) 41,5 %
Minyak kasar (db) 22,2 %
Karbohidrat (db) 29,6 %
Abu (db) 4,3 %
Serat kasar (db) 3,4 %
Nitrogen (db) 7,5 %
Sumber: Cahyadi (2006).
12
didinginkan, dibiarkan dingin sampai permukaan kedelai kering dan airnya
menetes habis. Proses selanjutnya pencampuran kedelai dengan penambahan
ragi sebanyak 2%. Campuran kedelai yang sudah rata dimasukan ke dalam
plastik atau di cetak pada daun dan difermentasi selama 24 jam, yang
sebelumnya plastik dilubangi dengan jarak 1-2 cm, untuk memberikan udara
supaya kapang yang tumbuh berwarna putih. Sesudah difermentasi 24 jam
campuran kedelai telah menjadi tempe yang siap untuk dijual.
13
BAB III
METODE PEMBUATAN
2) Bahan
Bahan yang digunakan dalam percoobaan ini antara lain:
1. Kacang kedelai
2. Lamtoro
14
3. Ragi tempe
4. Rebus kembali biji kedalai dan lamtoro yang sudah dibilas dengan air
tadi
6. Masukkan ragi tempe ke biji kedelai dan lamtoro secara merata aduk
rata.
7. Masukkan biji kedalai dan lamtoro yang sudah diberi ragi pada daun
pisang atau plastik yang sudah dilubangi
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
SEBELUM DI SESUDAH DI
FERMENTASI FERMENTASI
4.2 Pembahasan
Tempe merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia yang relatif murah
dan mudah di dapat. Tempe berasal dari fermentasi kacang kedelai atau kacang-
kacangan lainnya menggunakan ragi tempe. Karena memiliki kandungan protein
yang tinggi dan mudah didapat, maka kedelai dapat dijadikan bahan utama dalam
pembuatan tempe. Tempe mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan tubuh
seperti protein, lemak, karbohidrat dan mineral. Dalam beberapa tahun belakangan
ini produksi kedelai terus merosot. produksi kedelai Indonesia mencapai 0,8 juta
ton. Jumlah produksi itu hanya mencukupi kebutuhan nasionalLamtoro (Leucaena
leucocephala) atau disebut juga petai cina adalah sejenis perdu dari suku polong-
polongan (Leguminosae). Lamtoro merupakan kelompok kacang polong yang biasa
dikonsumsi saat biji muda ataupun yang biji yang sudah kering. Lamtoro yang
masih muda bisa digunakan sebagai lalapan, sedangkan lamtoro yang sudah tua dan
kering bisa digunakan sebagai bahan utama pembuatan tempe.
Waktu optimum fermentasi tempe lamtoro adalah 2 hari. Biji dari buah petai
cina (Leucaena leucocephala) yang sudah tua setiap 100 gram mempunyai nilai
kandungan kimia berupa zat kalori sebesar 148 kalori, protein 10,6 gram, lemak 0,5
16
gram, hidrat arang 26,2 gram, kalsium 155 miligram, fosfor 59 miligram, besi 2,2
miligram, vitamin A 416 SI, vitamin B1 0,23 miligram dan vitamin C 20 miligram
(Thomas, 2007).sebesar 20% saja. justru kebutuhan sebanyak 80% atau sebanyak
3,2 juta ton masih diimpor dari luar negeri, terutama Amerika Serikat yang
mengakibatkan harga kedelai terus naik. Oleh karena itu, untuk mengurangi
konsumsi terhadap kedelai perlu adanya modifikasi bahan baku dalam pembuatan
tempe. Salah satu alternatif bahan baku pembuatan tempe adalah dari biji lamtoro.
Pembuatan tempe dilakukan melalui fermentasi dengan menggunakan ragi.
Menurut fermentasi adalah proses metabolisme yang menghasilkan energi dengan
cara menguraikan protein, karbohidrat dan lemak, tanpa kehadiran O2 bebas. Cara
ini telah digunakan manusia sejak jaman purba untuk menghasilkan makanan dan
minuman. Indonesia cukup kaya dengan teknologi pembuatan makanan fermentasi
dengan cara tradisional yang salah satunya adalah tempe. Proses fermentasi pada
tempe biasanya menggunakan kapang rhizopus (ragi tempe). Melalui proses
fermentasi, kualitas gizi makanan dapat ditingkatkan dan kandungan anti nutrisi,
toksin dan kontaminasinya dapat diturunkan. Waktu yang digunakan dalam proses
fermentasi berpengaruh terhadap kualitas tempe.
Terdapat berbagai metode pembuatan tempe. Namun, teknik pembuatan
tempe di Indonesia secara umum terdiri dari tahapan perebusan, pengupasan,
perendaman dan pengasaman, pencucian, inokulasi dengan ragi, pembungkusan,
dan fermentasi.
Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap perebusan
ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air sebanyak
mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai supaya
nantinya dapat menyerap asam pada tahap perendaman. Kulit biji kedelai dikupas
pada tahap pengupasan agar miselium fungi dapat menembus biji kedelai selama
proses fermentasi. Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, diinjak-injak
dengan kaki, atau dengan alat pengupas kulit biji. Setelah dikupas, biji kedelai
direndam. Tujuan tahap perendaman ialah untuk hidrasi biji kedelai dan
membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh
keasaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat
terjadi dicirikan oleh munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat
17
pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Bila pertumbuhan bakteri asam laktat tidak
optimum (misalnya di negara-negara subtropis, asam perlu ditambahkan pada air
rendaman. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini ternyata juga bermanfaat
meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-bakteri beracun. Proses
pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin dibentuk
oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan
kotorannya dapat menghambat pertumbuhan fungi. Inokulasi dilakukan dengan
penambahan inokulum, yaitu ragi tempe atau laru. Inokulum dapat berupa kapang
yang tumbuh dan dikeringkan pada daun waru atau daun jati (disebut usar;
digunakan secara tradisional), spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu,
beras, atau tapioka; banyak dijual di pasaran), ataupun kultur R. oligosporus murni
(umum digunakan oleh pembuat tempe di luar Indonesia). Inokulasi dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) penebaran inokulum pada permukaan kacang
kedelai yang sudah dingin dan dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum
pembungkusan; atau (2) inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat
perendaman, dibiarkan beberapa lama, lalu dikeringkan. Setelah diinokulasi, biji-
biji kedelai dibungkus atau ditempatkan dalam wadah untuk fermentasi. Berbagai
bahan pembungkus atau wadah dapat digunakan (misalnya daun pisang, daun waru,
daun jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan masuknya udara
karena kapang tempe membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus
dari daun atau plastik biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk.
Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses
fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-
biji kedelai, menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu
20 °C–37 °C selama 18–36 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya
untuk tempe yang menggunakan banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi,
sementara proses tradisional menggunakan laru dari daun biasanya membutuhkan
waktu fermentasi sampai 36 jam.
Setelah dilakukan praktikum pembuatan tempe kedelai dan tempe lamtoro
tidak terjadi perubahan sebelum dan sesudah di fementasi, hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain karena pada saat pengisian biji kedelai atau lamtoro
kurang padat, terkotaminasi, kurangnya ragi, biji kedelai dan lamtoro tidak dikupas
18
100% akibatnya jamur Rhizopus orizae tidak dapat memakan biji kedelai atau
lamtoro.
19
makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam
perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
20
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, maka diketahui bahwa proses pembuatan te
mpe yang dilakukan tidak berjalan dengan baik disebabkan proses pengolahan yan
g kurang baik.
5.2 SARAN
Sebaiknya lebih teliti dalam mengolah tempe dikarenakan kesalahan kecil d
alam proses dapat membuat tempe yang sedang di proses menjadi gagal.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
SEBELUM DI SESUDAH DI
FERMENTASI FERMENTASI
23