INSTALASI GIZI
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI
I. STATUS UMUM TEMPAT KERJA (FACTORY VISIT)
A. IDENTITAS:
2
b. Pengorganisasian
- Mengkoordinasi semua
kegiatan pelayanan
- Merotasi dan
mengorganisasi jadwal
kerja staf yang berada
dibawahnnya
- Penyelenggaraan rapat
ruangan setiap bulan
c. Pelaksanaan
- Menyusun kebijakan dan
prosedur
- Mengawasi semua
pelaksanaan kegiatan
pelayanan di Instalasi Gizi
(Pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pengolahan,
penyajian dan
pendistribusian bahan
makanan gizi,)
- Mengawasi dan
memastikan kualitas
penyimpanan dan
pengolahan makanan serta
memastikan penggunaan
efektif barang dan
peralatan kerja
- Mengawasi kegiatan
asuhan gizi meliputi
konsultasi gizi baik rawat
inap maupun rawat jalan.
3
- Melaksanakan program
keselamatan kerja
- Berperan aktif dalam
pengembagan diri dengan
mengiuti pelatihan
d. Monitoring
- Monitoring pengadaan,
penerimaan,
penyimpanan, pengolahan,
penyajian dan
pendistribusian makanan
gizi
- Monitoring penggunaan
barang dan inventarisasi
peralatan dalam proses
produksi
- Monitoring pelayanan
konsultasi gizi baik rawat
inap maupun rawat jalan
e. Evaluasi
- Evaluasi pengadaan,
penerimaan,
penyimpanan, pengolahan,
penyajian, dan
pendistribusian makanan
- Evaluasi pelayanan
konsultasi gizi baik rawat
inap maupun rawat jalan
- Evaluasi kegiatan bulanan
dan semesteran
- Evaluasi kinerja staf
Instalasi Gizi
4
- Melakukan pelaporan
masalah dan hasil rapat
dengan menejemen dan
rapat internal unit
2. Melaksanakan tugas-tugas
fungsional
a. KIE (Komunikasi,
Informasi, dan
Edukasi)
b. Konseling Gizi
2. Ahli Gizi Buku diet 1. Melakukan asuhan gizi
Asuhan gizi kepada pasien rawat inap
Gizi Buku dan rawat jalan
Pasien antopometri 2. Melakukan penyuluhan
Rawat Alat tulis gizi
Inap dan Daftar Diet 3. Menerima dan
Rawat (Liflet gizi) melaporkan kepada atasan
Jalan tentang complain asuhan
gizi
4. Bertanggung jawab dalam
meningkatkan mutu pola
asuhan gizi
5. Menjaga kebersihan di
unit gizi
6. Melakukan upaya
keselamatan kerja di unit
gizi
Penyelen Buku menu 1. Melakukan perencanaan
ggaraan Alat tulis menu
makanan 2. Melakukan perencanaan
pasien kebutuhan bahan makanan
5
3. Melakukan perencanaan
anggaran belanja
4. Melakukan pengadaan
bahan makanan, dengan
menentukan spesifikasi
bahan makanan dan
melakukan survei pasar
5. Melakukan pemesanan
dan pembelian bahan
makanan
6. Melakukan penerimaan
bahan makanan
7. Melakukan penyimpanan
dan penyaluran bahan
makanan
8. Persiapan bahan makanan
dan pemasakan
9. Distribusi makanan
10. Memastikan keamanan
makanan, higienitas dan
sanitasi
11. Melakukan keselamatan
kerja
3 Staf Makan Peralatan 1. Bertanggung jawab atas 1. Sabun cuci
Distribusi an yang makan dan pelaksanaan distribusi piring
dan telah minum makanan ke pasien sesuai 2. Handsaniti
pencucian jadi Lemari jadwal dan jenis diet zer
peralatan Handsa etalase pasien
makanan nitizer sebagai 2. Bertanggung jawab pada
dan Sabun tempatuntuk pengambilan peralatan
minuman cuci meniriskan dan minum pasien
piring peralatan
6
pasien makan 3. Bertanggung jawab atas
Pasien minum pencucian peralatan
pasien makanan dan minuman
Rak pasien
terbukauntuk 4. Bertanggung jawab dalam
meniriskan pensterilan makan dan
peralatan minum pasien
dapur 5. Bertanggung jawab dalam
Tempat pemorsian makan minum
sabun cuci pasien
alat-alat 6. Bertanggung jawab atas
dapur BHP (Bahan Habis Pakai)
Tempat 7. Membuat laporan ke
sabun cuci atasan tentang waste,
alat-alat ketepatan waktu distribusi
untuk pasien dan kesalahan pemberian
infeksius (2 diet
buah) dan 8. Menjaga kebersihan unit
non infeksius gizi
(2 buah) 9. Memberikan informasi
sampah atasan
untuk gizi
sampah
kering dan 1
buah untuk
sampah
basah sisa
makanan)
Water heater
7
Bak untuk
merendam
alat makan 2
buah
Rak terbuka
tempat
penyimpanan
alat makanan
cadangan
Troli untuk
pendistribuas
ian makanan
5 buah
4 Staf Bahan Meja kerja/ 1. Menghitung kebutuhan -Minyak
Produksi makan persiapan 1 bahan makanan yang goreng
an buah akan diolah - Bahan bakar
basah Kursi 5 buah 2. Mengecek kebersihan kompor
seperti Bak cuci seragam dan kelengkapan (LPG)
daging, persegi 2 APD (Alat Pelindung - Pisau
sayur, buah untuk Diri)
dll mencuci 3. Menyiapkan peralatan
Bahan buah sebelah yang akan digunakan
dalam utara dan untuk mengolah
kemasa mencuci 4. Mengolah bahan
n sayur sebelah makanan mentah menjadi
seperti, selatan makanan siap saji
air Pisau dan 5. Mengecek makanan siap
mineral talenan saji sebelum diserahkan
, susu, masing- ke bagian distribusi
gula, masing 6 makanan
biskuit, buah (1 6. Membersihkan area kerja
agar- untuk daging dan peralatan yang akan
8
agar, matang, 1 digunakan untuk
madu, untuk daging mengolah makanan
dll. mentah, 1 7. Distribusi catering
Bahan untuk lauk 8. Menyetok peralatan
bakar nabati, produksi
untuk 1untuk sayur, 9. Mengusulkan
kompo 1 untuk ketersediaan peralatan
r (LPG) bumbu, 1 produksi ke atasan
Bumbu untuk buah) 10. Memberikan informasi
dasar 5 Mixer 1 buah yang akurat kepada
macam Blender, atasan
Minya tempat teh 11. Melakukan upaya
k dan saringan keselamatan kerja di unit
goreng teh gizi
Tempat gula
pasir 1 buah,
tempat
garam 1
buah, tempat
merica dan
ketumbar 1
buah
Tempat
bumbu dasar
tertutup 5
buah
Kompor 4
buah
Cerobong
asap 4 buah
Kulkas 1
buah
9
Troli tempat
menaruh
makanan
panas 1 buah
Tempat
sampah
tertutup 2
buah
Alat pres
gelas plastik
1 buah
5 Staf - Timbangan 1. Menghitung dan Tidak
Pengadaa kapasitas 150 merencanakan kebutuhan didapatkan alat
n, kg bahan makanan basah dan dan bahan
Penyimpa Meja tempat kering, berbahaya
nan dan penerimaan
2. Melakukan pemesanan
Penyalura bahan
dan penerimaan bahan
n Bahan makanan
makanan sesuai spesifikasi
Makanan ukuran 2 x 1
bahan makanan yang telah
(Logistik) m2
ditetapkan.
Timbangan
bahan 3. Menyimpan dan
Lemari 4. Memelihara/menjaga
pendingin/ku kualitas dan kuantitas
lkas 1 pintu 1 bahan makanan selama
buah dalam penyimpanan serta
10
Lemari meja bertanggung jawab atas
penyimpanan keamanan bahan makanan
buah 1 buah terhadap vector dan rodent
Termometer
5. Melakukan stok bahan
suhu kulkas 3
makanan dalam gudang
buah
dan membuat laporan stok
Lemari
bahan makanan setiap
tempat
bulan serta memberikan
menyimpan
informasi akurat kepada
buah dan
atasan
rempah-
rempah 6. Mengikuti program
11
2. Lingkungan Kerja:
12
2. Staf Tata ruang yang Bakteri - Cairan - Proses penyajian
Distribu tersusun rapi. Virus pencuci dilakukan
si, Terdapat kipas piring dengan posisi
pencucia angin, dan - Cairan berdiri.
n pengukur suhu pembersi Troli tberukuran
peralata ruangan, h tangan tidak terlalu
n sehingga suhu (handsan besar sehingga
makana udara terpantau. itizer) menyulitkan
n dan Terdapat tempat petugas saat
minuma untuk pengambilan dan
n Diet menyiapkan penyimpanan
Pasien makanan makanan dalam
sebelum diantar troli dan dapat
ke pasien dan menyebabkan
untuk menutupi kesulitan dalam
makanan pasien mengantar.
dengan plastik Posisi saat
Terdapat 1 celah mencuci dan
gorden plastik memotong bahan
antara dalam makanan sudah
dapur dan luar ergonimis karena
dapur untuk tidak
menyalurkan membungkuk
makanan, sesuai posisi
sehingga makan tubuh.
yang didistribusi Penyucian
tidak keseluruhan
terkontaminasi. dengan air
Makanan yang hangat
akan
didistribusikan
disimpan dalam
13
box makanan
dan/ plastik
wrapping dan
terdapat
identitas pasien.
Untuk tempat
pencuucian
terdapat
wastafel panas
untuk seluruh
alat cuci
Lantai terbuat
dari keramik
yang tidak licin.
3. Staf Tata ruang yang Bakteri - minyak - Proses
Produksi tersusun rapi. Virus panas pencampuran
Terdapat kipas - air panas adonan
pembuang udara -Proses ini dilakukan
ke luar, tidak dengan posisi
pengukur suhu, mengguna berdiri tetapi
kipas angin dan kan bahan tidak
ventilasi yang pewarna membungkuk.
cukup memadai buatan Bentuk wajan
sehingga suhu ataupun serta bahan
udara terpantau. pengawet masakan dalam
Terdapat ukuran yang
cerobong besar karena
pembuang asap memasak untuk
dan uap orang banyak.
sehingga Memerlukan
ruangan bebas energi tambahan
untuk
14
dari asap dan mengangkat,
uap panas. memindahkan
Letak tempat serta
pengolahan, memasukkan
wastafel untuk alat-alat masak
mencuci bahan dengan ukuran
mentah serta lebih besar dari
kompor untuk biasanya.
memasak sudah Ada kursi untuk
berdekatan dan mencuci dan
cukup efisien memotong bahan
untuk pekerjaan baku namun
jarang digunakan
oleh karyawan
karena lebih
cepat jika dengan
berdiri.
Petugas produksi
ada 2-3 orang
dalam 1x shift,
namun untuk
APD hanya
terdapat untuk 2
orang
15
Bahan penyimpanan ataupun bahan baku
Makana bahan makanan pengawet sehingga dapat
n yaitu terjadi low back
(Logisti penyimpanan pain pada
k) bahan makanan karyawan di
segar (ruang bagian ini.
pendingin) dan Proses persiapan
penyimpanan bahan baku
bahan makanan mentah dimulai
kering. dari mengambil
Ruangan ini bahan- bahan
dilengkapi dalam bentuk
dengan alat box kemudian
pengukur suhu dibersihkan dan
ruangan untuk di potong-potong
penyimpanan sesuai
bahan kering kebutuhan.
sedangkan Pengambilan
untuk bahan kadang
penyimpanan dilakukan
bahan basah tiap dengan
lemari membungkuk
pendingin atau mengambil
dilengkapi dengan sedikit
dengan menjijit untuk
termometer barang yang
kulkas tinggi.
16
3. Karyawan:
Jumlah Rata-Rata
No Status Resiko Penanganan
Unit kerja Populasi Lama
. Kesehatan Kesehatan Resiko
L P Kerja
1 Kepala - 1 7 jam Normal CTS Ada asuransi
instalasi karena jika terjadi
gizi sering kecelakaan kerja
mengetik
dan
menulis
2 Ahli gizi - 2 7 jam Normal CTS Ada asuransi
karena jika terjadi
sering kecelakaan kerja
mengetik
dan
menulis
3 Pelaksana: Low Back Ada asuransi
a. - 9 7 jam Normal Pain jika terjadi
Distribusi karena kecelakaan kerja
sering
mengangk
at rak
piring ke
pasien
b. 1 3 7 jam Normal Dermatiti
Produksi s kontak
iritan
akibat
pencucian
bahan
makanan
mengguna
kan
detergen
tertentu
Dermatiti
s kontak
alergi
akibat
pengolaha
17
n bahan
makanan
tertentu
yang
mengandu
ng
allergen
bagi
beberapa
individu
Luka
bakar
derajat I
hingga II
akibat
karena
panas dari
penggoren
gan,
kompor,
atau oven
atau
terkena
tumpahan
air panas
ketika
sedang
bekerja
18
4. Sistem Manajemen
Problem K3
No. Komponen Kebijakan Manajemen
Internal Eksternal
1 Proses Proses produksi - Sebaiknya disediakan
Industri/ berhubungan dengan troli untuk mobilitas
Kerja bahan baku yang bahan baku mentah ke
banyak. ruang produksi
Proses persiapan Sebaiknya
yaitu pengolahan memberikan AC pada
bahan baku mentah ruang penyiapan
mengharuskan untuk makanan agar sesuai
mengangkat bahan dengan suhu yang
baku yang berat, ditetapkan
membersihkan dan
memotong bahan
baku mentah.
Proses pengolahan
bahan baku mentah
menggunakan
kompor dengan
bahan bakar gas
elpiji
Proses penyajian
dilakukan pekerja
dengan melakukan
gerakan pada tangan
yang berulang yang
19
beresiko terhadap
kesehatan pekerja
Proses kebersihan
dilakukan pekerja
dengan gerakan pada
tangan yang berulang
dan berdiri serta
membungkuk yang
beresiko terhadap
kesehatan pekerja.
2 Lingkungan Tata ruang dapur - Sebaiknya ruangan
Kerja bersih dan rapi, tiap penerimaan dan
bidang memiliki persiapan bahan
ruangan masing- makanan diperluas.
masing. Jalan menuju ke
Ukuran ruangan tempat penyimpanan
penyimpanan bahan bahan basah dan
baku basah kurang kering jika dari luar
sesuai cukup sempit jadi ada
Posisi kerja ada yang masalah jika
kurang ergonomis membawa bahan baku
dalam jumlah yang
besar
20
Banyak karyawan yang alat dalam proses industri
merangkap tugas di serta alat pelindung diri.
bidang lainnya. Preventif
Melakukan
pemeriksaan
kesehatan secara
berkala.
Keharusan
penggunaan alat
pelindung diri
(penggunaan sarung
tangan tebal saat
bekerja dengan bahan
atau alat yang panas).
Kuratif
- Memberi pengobatan
secara menyeluruh
sesuai hasil
pemeriksaan
kesehatan pekerja.
- Menyediakan kursi
dan meja yang
ergonomis
- Menambah karyawan
di bidang ahli gizi dan
bagian tata boga agar
tidak terjadi rangkap
kerja.
Rehabilitasi
- Rehabilitasi dini
secara tepat untuk
21
memperbaiki kualitas
hidup pekerja.
5. Regulasi/Undang-Undang
B. Nasional:
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam
Menteri Kesehatan Nomor 983 Tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit
22
Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit, meliputi:
3. Penyelenggaraan Makanan
23
Gambar 2. Mekanisme Pelayanan Konseling Gizi Rawat Jalan
(Sumber: Peraturan Menkes RI, 2013)
24
Proses terapi gizi terdiri dari skrinning gizi, kajian, diagnosis medik dan
rawat jalan dilaksanakan oleh SMF GK yang dibantu oleh dietisien. Pada
pasien rawat inap, setelah pemeriksaan klinis, diagnosis, dan terapi termasuk
gizi yang dilanjutkan monitoring serta evaluasi terapi gizi. Bila tujuan terapi
selanjutnya diteruskan oleh DPJP. Dan bila tujuan belum tercapai dilakukan
Kajian gizi dilakukan pada pasien yang masuk dalam kategori malnutrisi
Kajian ini merupakan dasar formulasi terapi gizi. Formulasi rencana terapi
25
penetapan kebutuhan energi. Perhitungan bergantung pada berat badan, umur,
jenis kelamin dan aktivitas fisik. Spesific dynamic action dan perubahan
beberapa aspek yaitu pemberian makanan sesuai dengan rancangan diet serta
terhadap status gizi, toleransi saluran cerna serta status hemodinamik serta
seperti kondisi nafsu makan, jumlah makanan yang tidak dimakan, makanan
dari luar rumah sakit yang dimakan, reaksi saluran cerna terhadap makanan
dan mampu merubah perilaku diet sesuai dengan yang dianjurkan. Konseling
sakit, lama hari rawat dan biaya perawatan. Manajemen rumah sakit wajib
biaya perawatan, sehingga biaya terapi gizi merupakan bagian dari biaya
26
makan pasien. Keberadaan Tim Terapi Gizi seyogyanya merupakan salah
satu kriteria standar pelayanan rumah sakit dan dijadikan kriteria penilaian
27
II. OCCUPATIONAL DIAGNOSIS (DIAGNOSIS KESEHATAN
KERJA)
Penyakit berhubungan
No Nama Penyakit akibat kerja
dengan kerja
1. Ny.Dw - -
2. Ny. Ar - -
3. Ny. Er - -
4. Ny.Nv - -
5. Ny.Ln - -
6. Ny.An - -
7. Tn. Dm - -
8. Ny. Cc - -
9. Ny. Is - -
10. Ny. Ak - -
11. Ny. El - -
12. Ny. Rt - -
13. Ny. Ry - -
14. Ny. Di - -
15. Ny. Ty - -
16. Ny. Ar - -
III. PEMBAHASAN
Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang
spesifik atau asosisasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari
satu agen penyebab yang sudah diakui (Buhori,2007). PAK adalah penyakit yang
yang akan berakibat cacat sebagian maupun cacat total). Dalam melakukan
atau penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, penyakit
akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan,
kebutuhan gizi di rumah sakit ini. Proses mengolah makanan yang dikerjakan disini
28
masih dikerjakan secara tradisional dan sederhana, namun tidak menutup
masalah kesehatan bagi para pekerjanya. Resiko kecelakaan kerja pada pekerja di
bidang pengolahan bahan mentah adalah resiko tersentuh alat dapur yang panas,
peradangan kulit dari pengolahan bahan baku seperti cabai, bawang putih, dan lain-
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko kecelakaan kerja adalah
tidak melebihi 30-40 kali per menit di atas denyut nadi sebelum bekerja. Di
Indonesia beban fisik untuk mengangkat dan mengangkut yang dilakukan seorang
pekerja dianjurkan agar tidak melebihi dari 40 kg setiap kali mengangkat atau
mengangkut.
29
Sikap pekerjaan harus selalu diupayakan agar merupakan sikap ergonomik.
Sikap yang tidak alamiah harus dihindari dan jika hal ini tidak mungkin
membantu tercapainya sikap tubuh yang ergonomik sering diperlukan pula tempat
duduk dan meja kerja yang kriterianya disesuaikan dengan ukuran antropometri
1. Berdiri
b. Tinggi bahu
c. Tinggi siku
d. Tinggi pinggul
e. Depan
f. Panjang lengan
serta distribusi. Untuk bagian produksi, selain berdiri, petugas juga sering
bahan makanan. Untuk bagian penyajian dan distribusi, lebih sering berdiri
2. Duduk
a. Tinggi duduk
30
e. Jarak lekuk lutut sampai dengan telapak
Pada instalasi Gizi RSU Aminah Blitar, petugas yang sering duduk
ringan, sehari bisa kurang lebih duduk selama 3 jam menggunakan kursi
kering, petugas lebih serng duduk di lantai menggunakan tikar kecil selama
makanan yang kurang lebih berbobot sekitar 20 kg. Jarak antara ruang
31
Di bagian produksi, petugas sering memberikan hasil produksi
tempat makan (10 tingkat), sehingga satu troli dapat menampung 40 tempat
kenyamanan dan efisiensi kerja. Perencanaan sistem ini dimulai sejak tahap
pekerjaannya.
6. Kebutuhan kalori
diperlukan. Selain itu pekerjaan pria juga membutuhkan kalori yang berbeda
dari pekerja wanita. Dalam hal ini perlu diperhatikan juga saat dan frekuensi
32
- Pekerja Pria
- Pekerja Wanita
7. Pengorganisasian kerja
istirahat, pengaturan waktu kerja gilir (shift) dari periode saat bekerja yang
disesuaikan dengan irama faal tubuh manusia. Waktu kerja dalam 1 hari
antara 6-8 jam. Dengan waktu istirahat ½ jam sesudah 4 jam bekerja. Perlu
Setiap hari, seluruh petugas memiliki 7 jam kerja dan istirahat ketika
8. Lingkungan kerja
33
suhu ruangan yang ada di ruangan. Setiap hari, petugas merasa kepanasan
karyawan.
b) Hijau ; menyegarkan
11. Kelelahan
kurang.
34
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
cedera yang terkait dengan pekerjaan (Buchari, 2014). Kesehatan adalah merujuk
pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
faktor pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya
Penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada pegawai di unit gizi antara lain:
Low Back Pain adalah nyeri punggung bawah yang berasal dari tulang
belakang, otot, saraf atau struktur lain pada daerah tersebut. Dengan demikian Low
Back Pain adalah gangguan muskuloskeletal yang pada daerah punggung bawah
35
yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik.
(Dede,2013). Low Back Pain adalah merupakan akibat dari berbagai sebab dimana
gangguan ini paling banyak ditemukan di tempat kerja, terutama pada mereka yang
beraktivitas dengan posisi tubuh yang salah. Menurut data, dalam satu bulan rata-
rata 23% pekerja tidak bekerja dengan benar dan absen kerja selama delapan hari
akibat sakit leher dan pinggang, produktivitas kerja dapat menurun sehingga hanya
tinggal 60. Menurut penelitian, pekerjaan manual handling dan lifting merupakan
penyebab utama terjadinya cedera tulang belakang (back pain) (Anderson, 1999).
Di samping itu sekitar 25% kecelakaan kerja juga terjadi akibat pekerjaan material
material (Pratiwi, 2009; Tarwaka 2004). Suatu gerakan yang sama yang dilakukan
terus menerus mengakibatkan otot kaku. Adanya spasme otot ini dapat
menimbulkan rasa nyeri pada otot atau disebut myalgia. Apabila berdiri secara
Setiap orang di unit gizi ini melakukan pekerjaan sesuai dengan unit kerja
masing-masing namun dapat merangkap ke unit kerja yang lain. Pada proses
menggunakan alat pengaduk yang terbuat dari kayu, dalam posisi berdiri kadang
membungkuk. Pada saat mengangkat hasil kerupuk yang telah dicetak, pekerja
bekerja dengan posisi membungkuk. Pekerja bekerja dalam posisi berdiri (saat
36
memasukkan adonan ke dalam mesin uap), dan kadang jongkok (saat memanaskan
kayu bakar). Bekerja dalam posisi jongkok membungkuk dan berdiri yang terus
menerus, maka beresiko untuk terjadinya LBP. Risiko LBP pada pegawai unit ini
2010).
2. Dermatitis
Penyakit lain yang timbul saat proses produksi adalah dermatitis. Saat
pengolahan bahan seperti cabe atau bahan yang lain mengandung zat yang dapat
menjadi alergen ataupun iritan bagi pekerja. Dermatitis Adalah penyakit tertinggi
kedua akibat penyakit kerja. Dermatitis dibagi menjadi dua yaitu, Dermatitis kontak
alergi adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang timbul setelah kontak
timbul setelah kontak dengan bahan alergen melalui proses sensitisasi. Penyebab
dari Dermatitis Kontak alergi adalah bahan kimia sederhana yang memiliki berat
molekul rendah (< 500 dalton) yang disebut Hapten, bersifat lipofilik dan sangat
2014). Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya dermatitis kontak alergi
ini adalah potensi sensitisasi, luas daerah yang terkena paparan, lama paparan, suhu,
penderita mengeluh gatal (Adisesh, 2013). Lesi yang akut berupa lesi yang polimorf
yaitu tampak makula yang eritematus, batas tidak jelas dan terdapat papul, vesikel,
37
bula dan bila pecah menjadi lesi yang eksudatif. Pada lesi yang kronis gambarannya
(Sharp, 2013).
lisosome atau beberapa jenis sitokin yang dihasilkan dari keratinosit yang rusak
oleh agen penyebab (bahan iritan). Dermatitis kontak iritan bisa terjadi pada kontak
pertama dengan bahan tersebut dan hal ini dapat dialami oleh semua orang
(Djuanda, 2012). Pekerja terpapar iritan secara kronis di area tersebut akan
mengalami radang, dan mulai mengkerut, membesar dan terjadilah hipo atau
Pekerja yang terpapar dengan bahan-bahan seperti cabai, bawang, sabun cuci
piring dll yang tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) berisiko terkena
dermatitis. Unit Gizi RSU Aminah telah menerapkan penggunaan APD untuk
menggunakan sarung tangan pada pegawai produksi dan pegawai pencucian alat.
3. Luka Bakar
Combutio atau luka bakar merupakan suatu trauma yang disebabkan oleh
panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam. Luka bakar dapat disebabkan oleh kobaran api (flame), jilatan
api ( flare), terkena air panas (scald), kontak dengan benda panas, akibat sengatan
listrik, akibat bahan kimia, dan sengatan matahari (sun burn). Perubahan yang dapat
Penyebab luka bakar antara lain suhhu tinggi, bahan kimia, sengatan listrik,
dan radiasi. Pada unit ini bisa terjadi luka bakar akibat dari pegangan pemanggang
38
yang panas dan pekerja ini tidak menggunakan sarung tangan. Selain itu kompor
gas lpg juga dapat meledak sehingga dapat menyebabkan luka bakar bagi pekerja
dan menyebabkan nyeri. CTS bisa disebabkan oleh suatu trauma atau tindakan yg
dilakukan berulang-ulang dan pada tangan yang lebih dominan (Zyluk, 2013).
Biasanya gejala yang sering dikeluhkan adalah nyeri pada pergelangan tangan,
tidak kuat mengangkat beban yang berat, geringgingan, nyeri biasanya menjalar
ketangan, bahu dan leher. Tanda yang terlihat adalah bengkak pada jari-jari tangan.
Faktor resiko pada pekerja computer, pemain games di computer, penjual rujak,
IV. INTERVENSI
perilaku five moment cuci tangan baik menggunakan air dan sabun maupun
dapat terjadi di rumah sakit. Selain itu, diwajibkan untuk menggunakan alat
pelindung diri, seperti masker, sarung tangan serta apron saat melakukan tindakan
39
Pekerja juga harus memperhatikan standar operasional pelaksanaan yang
berlaku disana, seperti standart suhu yang digunakan dalam memasak. Hal ini
Pekerjaan harus didesain sehingga bisa dilakukan dengan duduk atau berdiri.
Sehingga kursi harus tersedia untuk tugas tugas yang dilakukan dengan duduk dan
cukup waktu harus diberikan diantara siklus tugas agar pekerja punya waktu untuk
duduk. Baik pekerjaan yang dilakukan dengan duduk (mengupas dan memotong
sayur dan buah), maupun pekerjaan harus berdiri (misalnya memasak dan
getaran, suhu), aspek kimia (semua bahan yang digunakan dalam unit gizi), aspek
biologi (bakteri, virus, mikrobiologi lainnya), aspek faal ergonomi, dan aspek
Dari aspek ergonomis lingkungan kerja di RSU Aminah Blitar sudah cukup
baik, namun ruangan unit gizi disini tidak terlalu luas sehingga loading penempatan
bahan mentah makanan harus belanja tiga hari sekali karena tidak di terdapat tempat
risiko untuk terjadi luka iris pada saat melakukan pemotongan bahan makanan jika
bahan maupun menggoreng atau memasak sehingga dapat terhindar atau paling
40
tidak meminimalisir kemungkinan terjadinya luka iris saat memotong bahan
menimbulkan tertumpahnya minyak atau kuah panas saat bekerja dapat terhindar.
Untuk luka bakar karena kuah panas juga bisa diantisipasi dengan tidak terburu-
Saat melakukan mengepel dan lantai masih licin bisa dipasang papan
tekanan pada pergelangan tangan dan mengurangi risiko terjadinya Carpal Tunnel
Syndrome.
Masalah pada lingkungan kerja pada aspek fisika seperti kebisingan dan suhu
Masalah pada aspek kimia disini untuk para pekerja sudah baik karena dalam
Penggunaan APD lain yaitu sandal, penutup kepala bagi laki-laki dan
perempuan, sarung tangan kain yang tebal dapat menghindari risiko kejadian lain
dan menjaga higienitas makanan. Namun pemakaian APD sandal dengan penutup
Aspek biologi di Unit Gizi disini sudah cukup baik dengan pemasangan insect
killer untuk menjaga ruangan agar tidak terkontaminasi dengan lalat dan binatang
41
lainnya. Selain insect killer setiap ruangan juga diberi pembatas plastic tebal agar
bisa dianalisis apakah benar keracunan makanan tersebut bersumber dari makanan
Kondisi karyawan dengan durasi kerja 7 jam/ hari dengan kursi yang belum
memenuhi persaratan yang baik atau tidak ergonomis. Hal ini akan menyebabkan
adanya gangguan seperti low back pain karena berdiri dan membungkuk yang
terlalu lama dengan posisi tidak ergonomis. Banyaknya pekerjaan memotong sayur
dan buah juga membuat pekerja terkenaka CTS (Carpal Tunnel Syndrom) yang
V. Kebijakan Manajemen
kepada karyawan yang berprestasi, dan memberikan sangsi kepada karyawan yang
sekali dan satu tahun sekali untuk pemeriksaan lanjutan sangat membantu karyawan
42
dengan tujuan untuk keselamatan kerja karyawan. Hal ini mengacu pada UU no.14
tahun 1969, tentang ketentuan pokok tenaga kerja, UU no. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan dan keselamatan kerja, UU no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
integrative agar tidak memunculkan masalah baru bagi perusahaan yang berkaitan
43
DAFTAR PUSTAKA
A. Adisesh. 2013. U.K. standards of care for occupational contact dermatitis and
occupational contact urticaria. British Journal of Dermatology.
Anderson and Meade. Potential Health Effects Associated with Dermal Exposure
to Occupational Chemicals. Environmental Health Insights 2014:8(S1) 51–62 doi:
10.4137/EHI.S15258.
Buchari, 2014. Manajemen Kesehatan Kerja Dan Alat Pelindung Diri. Medan,
USU Respiratory.
Dede, Ahmad, 2013. Perbedaan sikap kerja duduk ergonomis dan tidak ergonomis
terhadap keluhan nyeri otot pinggang pada pekerja tenun kerajinan tikar mendong
desa kamulyan manonjaya tasikmalaya. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Siliwangi.
Djuanda Adhi, 2012. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi kelima. Cetakan
kedua, Jakarta, Balai penerbit FK UI, Hal 133-138.
Helfenstein, M.. 2012. Occupational Low Back Pain. Study conducted at the
Rheumatology Department, Escola Paulista de Medicina, São Paulo, SP, Brazil
Mary Harney, 2012. Food and Nutrional Care in Hospitals. Department of Health
and Children.
44
Natassia, 2009, Gambaran Penerapan Ergonomi. FKM UI.
Perdani, Putri, 2010. Pengaruh Postur dan Posisi Tubuh Terhadap Timbulnya
Nyeri Punggung Bawah. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas
Kedokteran Uiversitas Diponegoro
World health organization, 2014. Management Of Burn, Who surgical care at the
district hospital 2003.
45
Lampiran
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55