Anda di halaman 1dari 22

EPPS (Edwards Personal Preference Schedule)

A. Pengertian EPPS
EPPS (Edwards Personal Preference Schedule) adalah inventaris tipe objektif
pilihan paksa biner yang konstruksinya didasarkan pada teknik pencocokan yang baru dan
cerdik dalam upaya untuk mengurangi penampilan "pemalsuan" responden.
Berdasarkan karya sebelumnya, Edward telah menyamakan item alternatifnya
berdasarkan kontinum keinginan sosial masih mempertahankan kekuatan diskriminatif
antara alternatif yang tersedia di salah satu item inventaris. Dengan cara ini, ia berharap
untuk menghilangkan pilihan-pilihan yang dibuat atas dasar keinginan sosial yang lebih
besar dari salah satu alternatif.
Tampaknya keinginan sosial adalah kriteria yang dapat digunakan responden ketika
ia mencoba "memalsukan" jawaban atas inventaris kepribadian. Telah diasumsikan bahwa
ketika keinginan sosial dari alternatif tidak dapat dibedakan, responden akan menemukan
kesulitan besar dalam salah mengartikan "ciri-ciri kepribadiannya".
Sehingga dapat disimpulkan bahwa EPPS merupakan tes kepribadian yang bersifat
verbal dan memakai metode forced choice yaitu memilih diantara dua pernyataan pada
setiap itemnya dengan upaya untuk mengurangi pemalsuan responden dalam kepribadian.

B. Sejarah EPPS
EPPS merupakan tes kepribadian yang bersifat verbal dan memakai metode forced
choice yaitu memilih diantara dua pernyataan pada setiap itemnya. Tes ini dikembangak
oleh Allen Edward (1954) yang mengacu pada teori kebutuhan Henry A. Murray (1938).
Tes inventori EPPS dipublikasikan pertama kali pada tahun 1959 oleh The
Psychological Corporation, yang sekarang dikenal sebagai Harcourt Assesment. Pada
tahun 2002, seluruh dunia mempublikasikan kebenaran penemuan Harcourt oleh Allen. L.
Edwards Living Trust. Terjemahan yang digunakanpada dunia internasional dari Dutch
yang dipublikasikan di Netherlands secara resmi pada tahun 2002 (oleh Harcourt Test
Publishers). Selain itu, diterjemahkan pula di Jepang pada tahun 1970 oleh Nihon Bunka
Kagakusha.
Alwisol (2007) menuliskan bahwa dalam pandangan Murray tentang manusia sangat
holistik. Manusia harus difahami sebagai kesatuan pribadi yang utuh. Setiap bagian dari
tingkahlaku manusia harus dipahami dalam hubungannya dengan fungsi lainnya, yaitu
lingkungan, pengalaman masa lalu, ketidaksadaran dan kesadaran, serta fungsi otaknya.
Kesemuanya harus ditangkap secara keseluruhan agar dapat dipahami makna proses
kepribadian seseorang.
Need atau kebutuhan menurut Murray adalah suatu konstruk mengenai kekuatan
dibagian otak yang mengorganisir berbagai proses seperti persepsi, berfikir dan berbuat
untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan.
Allen L. Edward mengembangkan salah satu alat diagnostik untuk mendeskripsikan
kepribadian seseorang. Dari 20 needs (kebutuhan) manusia yang dikemukakan Murray,
dipilihnya 15 needs sebagai kebutuhan mendasar manusia.

C. Aspek yang Diukur


a) Achievement (ach). Kebutuhan untuk berprestasi, dimana seseorang akan
menyelesaikan sesuatu dengan baik dan berhasil, diakui keahliannya, menyelesaikan
sesuatu yang memiliki arti atau makna yang snagat penting, melaksanakan pekerjaan
yang sulit, memecahkan masalah yang sukar, akan mampu melakukan sesuatu lebih
baik dari orang lain
 Positif : adanya kemauan dan kesanggupan (bukan kemampuan) untuk
menunjukkan prestasi, baik dalam bidang studi maupun pekerjaan, sukses
dalam kehidupan sosial dan status dan sebagainya.
 Negatif : keinginan yang berlebihan, sehingga merugikan bagi subjek. Dapat
dikatakan subjek ambisius, sehingga mengalami kekurangan dalam kehidupan
sosial atau bermasyarakat.
b) Deference (def). Kebutuhan untuk menaati perintah dan peraturan, dimana seseorang
dapat menerima saran-saran ari orang lain, mendapatkan keterangan tentang apa yang
dipikirkan orang lain, mengikuti petunjuk-petunjuk dan mengerjakan sesuai yang
diharapkan, memuji orang lain, memberitahukan orang lain agar dapat melakukan
suatu pekerjaan dengan baik, menerima kepemimpinan orang lain, membaca riwayat
idup orang orang terkenal, menyesuaikan diri dengan kebiasaan serta menghindari
sesuatu diluar peraturan dan kebiasaan, membiarkan orang lain menetapkan suatu
keputusan
 Positif : mengandung arti adanya kemauan untuk menyesuaikan diri,
mengikuti, menuruti, menghargai suatu tata cara/aturan, konvensional.
 Negatif : ada kecenderungan sugestibel, kurang bersikap kritis. Untuk ini perlu
diperhatikan taraf inteligensi, bila rendah artinya kemungkinan untuk
sugestibel dan kurang kritis. Tetapi bila inteligensi tinggi, maka subjek ini
mengikuti tata aturan yang berlaku namun tanpa disertai pemahaman dan
pengolahan pengertian atas itu
c) Order (ord). Kebutuhan untuk bisa bekerja secara teratur, dimana seseorang dapat
mencatat dan mengatur pekerjaan dengan rapi, membuat rencana sebelum memulai
suatu tugas yang sulit, dapat mengelola benda-benda, membuat rencana lebih dulu
apabila mengadakan suatu perjalanan, mengatur pekerjaan secara rinci dan sistematis,
menyimpan surat-surat dan berkas-berkas dengan cara dan aturan tertentu, dapat
mengatur makanan dan menetapkan jadwal makan, dapat menata benda-benda agar
dapat berjalan dengan lancar tanpa terjadi perubahan
 Positif : adanya kebutuhan akan keteraturan dan memiliki minat pada
hubungan manusia, dengan benda dan juga idea yang memberi suatu efek
yang baik terhadap pengertian, pertanggung-jawaban dalam menunaikan tugas
dan kewajibannya dengan cara dewasa.
 Negatif : mengurangi kelincahan, kreativitas dan kemampuan untuk
memimpin/mengatur, terlalu takut menyimpang, sehingga peraturan dipegang
teguh.
d) Exhibition (exh). Kebutuhan untuk menonjolkan diri, dimana seseorang mengatakan
sesuatu dengan lucu, logis, nalar, dapat pula menceritakan cerita-cerita dan lelucon-
lelucon yang lucu, berbicara tentang pengalaman dan petualangannya sendiri, dapat
memberitahukan dan mengulas penampilan seseorang, mengatakan dengan tepat
sesuatu yang dilihatnya yang kemudian dapat berpengaruh terhadap orang lain,
memperbincangkan tentang prestasi pribadi, menjadi pusat perhatian, menggunakan
istilah-istilah atau kata-kata yang artinya tidak diketahui oleh orang lain, menanyakan
pertanyaan pada orang lain yang tidak dapat dijawab
 Positif : mau menunjukkan diri secara euphoris, riang, extraversi, percaya diri,
optimis.
 Negatif : kebutuhan yang berlebihan untuk menunjukkan diri, sehingga sering
mengurangi pengendalian diri (self-control), kurang disiplin, memamerkan
dan menonjolkan diri, sok atau sombong.
e) Autonomy (aut). Kebutuhan untuk bisa berdiri sendiri, fimana seseorang dpaat datang
dan pergi dengan sendirinya sebagaimana yang diharapkan, dapat mengatakan apa
yangs edang dipikirkan oleh seseorang, tidak bergantung pada orang lain dalam
mengambil keputusan, merasa bebas untuk melakukan apa yang ingin dilakukan,
melakukan sesuatu yang ada diluar peraturan atau kebiasaan, menghindari situasi
dimana diharapkan dapat menyesuaikan diri, melakukan sesuatu tanpa menghargai
atau menghormati gagasan orang lain, mengecam orang-orang yang berkuasa,
menghindari kewajiban serta tanggung jawab
 Positif : keinginan untuk mandiri, sifat tidak tergantung dalam hal
pendapat/pendirian, menolak sugesti dalam kebutuhannya akan pendirian yang
bersifat inkonvensional, berkeinginan untuk progresif dan orisinil.
 Negatif : bila kebutuhan ini berlebihan, maka subjek kurang mampu
menyesuaikan diri secara kooperatif, fanatik, radikal (selalu menginginkan
perubahan), kepala batu.
f) Affiliation (aff). Kebutuhan untuk bersekutu dengan orang lain (aff). Kebutuhan untuk
bersekutu dengan orang lain, dimana dimana seseorang setia dan patuh terhadap
teman, berpartisipasi aktif dalam kelompok kekeluargaan, melakukan sesuatu bagi
teman-teman membentuk persahabatan baru, mencari teman sebanyak mungkin,
membagi dan melaksanakan sesuatu dengan teman-teman, menulis surat pada teman-
teman.
 Positif : kebutuhan untuk memperhatikan sesama manusia, untuk pergaulan
yang harmonis dengan manusia lain yang disertai dengan toleransi dan
kehangatan dalam pendekatan.
 Negatif : orang kurang tegas, kurang dapat mempertahankan pendiriannya,
kurang berani, menjadi budak orang lain.
g) Intraception (int). Kebutuhan untuk campur tangan terhadap urusan orang lain,
dimana seseorang menganalisis motif dan perasaan orang lain, mengamati orang lain,
memahami bagaiman amasalah yang dirasakan orang lain, menempatkan diri
seseorang pada tempat yang lain, menilai seseorang mengapa seseorang melakukan
sesuatu dibandingkan dengan apa yang orang tersebut lakukan, menganalisis perilaku
orang lain, menganalisis motif-motif orang lain, serta meramalkan bagaimana orang
lain akan bereaksi
 Positif : kebutuhan akan minat/pengarahan terhadap masalah manusia untuk
diketahui dan dianalisis, menempatkan diri pada kebutuhan orang lain, empati.
Ada kepekaan dan diferensiasi perasaan, serta ada keaktifan dalam diri baik
untuk mengembangkan diri maupun bagi kepentingan orang lain.
 Negatif : mudah hanyut dan terbawa oleh situasi/perasaan orang lain, kurang
dapat mempertahankan jarak. Untuk dapat mengambil jarak, subjek harus
bersikap kritis, mengendalikan diri dan rasional.
h) Succoran (suc). Kebuthna untuk mendapatkan bantuan orang lain, dimana seseorang
dapat memberikan bantuan pada orang lain dalam keadaan susah, mencari dukungan
dari orang lain, memiliki sikap berempati terhadap orang lain dan dapat memahami
masalah-masalah pribadinya, menerima kasih sayang yang besar dari orang lain,
membantu orang lain yang dalam keadaan sakit, dapat melerai percekcokan
 Suc lebih bersifat negatif, dan mempunyai arti kebutuhan akan pemanjaan diri,
pasif, kebutuhan akan kontak sosial yang diwarnai oleh meminta bantuan yang
bersifat egosentris dan kurang dewasa, dependent, juga mencari rasa aman.
Semua itu mencerminkan labilitas emosi dan kurang tegas dalam
menyesuaikan perasaan/emotional adjustment. Secara klinis biasanya terdapat
pada penderita histeria, meminta perhatian terlalu banyak bagi dirinya, namun
pasif.
i) Dominance (dom). Kebutuhan untuk bisa menguasai orang lain, dimana seseorang
memperdebatkan sudut pandnag orang lain, dapat menjadi seorang pemimpin dalam
kelompok, dapat dianggap orang lain sebagai seorang pemimpin, terpilih atau
ditetapkan sebagai ketua panitia, mengambil keputusan kelompok, menyelesaikan
perbedaan pendapat dan perselisihan di antara orang lain, membujuk dan
mempengaruhi orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan, mengawasi dan
mengatur tindakan orang lain, menyuruh orang lain bagaimana subyek seharusnya
melakukan pekerjaannya
 Positif : umumnya merupakan kebutuhan akan suatu keinginan/kemauan yang
masih dapat diterima (acceptable), yaitu keinginan untuk memimpin,
mempengaruhi, membimbing, mengawasi, membina, mengarahkan,
menghimpun, mengorganisasikan, memberi struktur, mengatur, adanya
kepercayaan pada diri sendiri dan juga merupakan seorang yang mampu
mengadakan hubungan sosial (Social Competence).
 Negatif : keinginan untuk menjelajah, mengharuskan, mewajibkan, yang
kesemuanya berbau otoriter, tidak mengakui hak-hak dan kewajiban manusia,
mempertentangkan antara dirinya dengan orang lain.
Ps : Dom mempunyai korelasi positif dengan Agg, Ach dan Exh. Korelasi negatif
dengan Aba, Def, Suc dan Nur. Dom biasanya disertai dengan agresi, tetapi tidak
semua orang demikian. Harus dilihat profil keseluruhan.
j) Abasement (aba). Kebuthan untuk bisa mengalah, dimana seseorang merasa bersalah,
menerima kesalahan apabila seseorang melakukan sesuatu hal yang tidak benar, lebih
baik mendapatkan kesengsaraan dan kesedihan daripada melakukan sebuah kejahatan,
dirasakan perlu satu hukuman untuk kesalahan yang telah dilakukan, merasa lebih
baik mengalah dan menghindar daripada bertengkar ketika menemukan sendiri di
jalan, merasa perlu mengakui suatu kesalahan dan ketidakmampuannya menanganu
suatu situasi, merasa malu dan takut dengan kehadiran atasan, meras arendah pada
orang yang lebih terhormat
 Positif : keinginan untuk merendahkan diri dengan maksud mendukung
keinginan untuk menyesuaikan diri, kompromi, terlihat ada toleransi.
Keberanian mengakui kesalahan, mengoreksi diri, rendah hati dalam arti tidak
sombong dan tahu tata krama.
 Negatif : tercermin kurang cukup adanya keinginan, kemauan, aspirasi,
hambatan atau labilitas emosi. Kurang adanya rasa percaya diri, yang pada
umumnya diiringi oleh rasa bersalah dan berdosa. Semua ini merupakan sifat-
sifat yang kompleks yang merugikan kompetensi dalam relasi sosial dan
pergaulan.
k) Nurturance (nur). Kebutuhan untuk bisa menyenangkan orang lain, dimana seseorang
membantu teman-teman subjek apabila sedang kesusahan, membantu orang yang
kurang beruntung, menghormati orang lain dengan simpati dan empati, memaafkan
orang lain, memberikan hadiah atau bingkisan kecil untuk orang lain, bermurah hati
pada orang lain, merasa bersimpati dengan orang lain yangs sedang sakit,
memberikan perhatian dan kasih sayang yang besar terhadap orang lain, percaya
dengan cerita orang lain dalam sjuatu permasalahan pribadi
 Positif : merupakan variabel kebutuhan yang mencerminkan adanya
kehangatan perasaan, dan dalam pergaulan disertai dengan pelayanan,
memberi, merawat terutama pada manusia (tapi bisa juga pada benda). Juga
mencerminkan rasa sosial terhadap sekelilingnya, bersedia atau siap memberi
pertolongan kepada siapa yang pantas dan layak menerimanya.
 Negatif : merupakan pencerminan emosi yang berlebihan, sehingga kurang
lugas, kurang rasional, baik dalam hubungan sosial maupun cara berpikir.
Melupakan diri sendiri sehingga dirinya terlantar dan bahkan menjadi korban.

Ps : Nur mempunyai korelasi positif dengan Aff, Aba, Suc dan korelasi negatif
dengan Aut, Agg, Ach dan Het.

l) Change (chg). Kebutuhan untuk mengadakan perubahan, dimana seseorang


melakukan sesuatu yang baru dan berbeda, mengadakan suatu perjalanan, menjumpai
orang-orang yang baru, mencari suatu pengalaman baru dan mengubahnya setiap hari,
mengadakan suatu eksperimen dan usaha-usaha yang baru, berpindah-pindah tempat
tinggal dari satu daerah ke daerah yang lain, mencoba pekerjaan baru yang berbeda-
beda, berpartisipasi dalam mode atau trend yang baru
 Positif : menunjukkan adanya human devotion (pelimpahan emosi yang
ditujukan ke luar/terhadap manusia), fleksibel, perasaan kemanusiaan terhadap
manusia lain sehingga ada kemampuan dalam hubungan sosial. Ingin
mengadakan eksperimen, ingin mencoba hal yang baru, menginginkan variasi
dalam rangka penyegaran dan pengembangan diri.
 Negatif : sering kurang mengadakan introspeksi, “hangat” di luar, misalnya
orang yang mementingkan urusan di luar rumah sehingga urusan dalam rumah
terlantar. Tidak tetap pada pendapat/pendirian atau tidak adanya kemantapan
dalam menyelenggarakan sesuatu, plin plan.

Ps : Chg mempunyai korelasi positif dengan Aut, Exh dan korelasi negatif dengan
Ord, Ach, End, Suc

m) Endurance (end). Kebutuhan agar tahan mengatasi rintangan, dimana seseorang


mengerjakan sesuatu pekerjaan hingga selesai, berusaha menyelesaikan beberapa
pekerjaan hingga tuntas, bekerja keras pada suatu tugas, menyelesaikan suatu teka-
teki atau masalah hingga terpecahkan, bekerja sendiri pada suatu pekerjaan sebelum
diambil alih oleh orang lain, tidur terlambat agar dapat menyelesaikan pekerjaan
hingga tuntas, menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan suatu pekerjaan,
tanpa gangguan, tetap berusaha memecahkan masalah meskipun nampaknya tidak
menghasilkan suatu kemajuan, menghindari terjadinya gangguan-gangguan pada
waktu bekerja
 Positif : adalah keuletan, kegigihan, ketekunan dalam menyelesaikan
pekerjaan dan ada antisipasi akan kebenaran dan manfaat hasil jerih payahnya.
Tersirat juga adanya rintangan-rintangan, antisipasi mampu menerobos,
mengatasi, menyelesaikan aral melintang, bertubi-tubi terbentur pada
rintangan tetapi tetap maju terus dengan stamina yang kuat.
 Negatif : asal tahan/asal betah, sifatnya kaku, rigid dan tidak didasari oleh
pertimbangan lain.
n) Heterosexuality (het). Kebutuhan akan hubungan dengan orang lain, dimana
seseorang bergaul dengan orang-orang dari jenis kelamin yang
berbedamengikutsertakan jenis kelamin yang berlainan didalam aktivitas sosial, saling
menyayangi antar sesama dari jenis kelamin yang berlainan, memperhatikan
seseorang dari jenis kelamin yang berbeda yang menarik secara fisik, terlibat secara
aktif dalam diskusi tentang pendidikan seks, mendengarkan lelucon tentang seks,
bergairah secara seksual
 Positif : kehidupan seksual sehari-hari dalam batas normal, pandangan yang
wajar akan pemahaman dan masalah seksual.
 Negatif : kehidupan seksual yang berlebihan/over acting, atau sebaliknya
ditekan (repressed atau supressed). Repressed artinya ada libido namun
ditekan sehingga tidak muncul.
o) Aggression (agg). Kebutuhan untuk menyerang orang lain, dimana seseorang dapat
menyerang sudut pandang yang bertentangan, menceritakan pada orang lain apa yang
dipikirkannya, menertawakan orang lain, mengkritik orang lain di depan umum,
menceritakan kesalahan orang lain apabila berselisih dengannya, membalas dendam
atas suatu penghinaan, menyalahkan orang lain ketika terjadi suatu kesalahan,
membaca surat kabar dengan berita-berita dan laporan tentang kekerasan dan
kekejaman.
 Positif : agresi yang dikendalikan dan diperhitungkan, berani, ada energi
mendobrak sesuatu dengan tujuan untuk hasil yang lebih baik (progresif).
 Negatif : nekad, mengadakan perbuatan destruktif dalam segala bentuk. Tidak
ada hasil yang progresif, asal saja dan merusak.
D. Jenis – jenis kebutuhan Menurut Murray

1. Need of Dominance (kebutuhan untuk memiliki kendali atas orang-orang di


sekitarnya)

2. Need of Deference (kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan aturan dan


kebiasaan)

3. Need of Autonomy (kebutuhan untuk bertindak bebas dan mandiri)

4. Need of Aggression (kebutuhan untukmelawan dengan kekerasan atau menghukum


orang lain)

5. Need of Abasement (kebutuhan untuk menerima kesalahan atau kekalahan)

6. Need of Achievement (kebutuhan untuk mengatasi rintangan-rintangan dan


mencapai standar yang tinggi)

7. Need of Sex (kebutuhan menjalin hubungan seksual dengan orang lain)

8. Need of Sentience (kebutuhan untuk mencari dan menikmati kesan-kesan yang


menyentuh perasaan)

9. Need of Exhibition (kebutuhan untuk diperhatikan dan didengar)

10. Need of Play(kebutuhan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan)

11. Need of Affiliation (kebutuhan untuk mendekatkan diri dan bekerja sama dengan
orang lain)

12. Need of Rejection (kebutuhan untuk menolak dan memutuskan hubungan dengan
orang lain/objek di sekitarnya)

13. Need of Succorance (kebutuhan untuk didukung dan dibantu orang lain)

14. Need of Nurturance (kebutuhan untuk memberikan dukungan dan bantuan pada
orang lain)

15. Need of Infavoidance(kebutuhan untuk menghindari situasi yang memalukan dan


mengamcam)
16. Need of Defendance (kebutuhan untuk mempertahankan diri dari serangan, dan
celaan.

17. Need of Countraction (kebutuhan untuk memperbaiki kegagalan)

18. Need of Harmavoidance (kebutuhan untuk menghindarkan diri dari situasi yang
berbahaya secara fisik)

19. Need of Order (kebutuhan untuk bekerja secara rapi dan teratur)

20. Understanding(kebutuhan untuk memahami teori-teori dan masalah-masalah


umum)

Allen L. Edwards kemudian menyusun ulang kebutuhan-kebutuhan yang


dikemukakan Murray dan memilih 15 kebutuhan untuk disusun dalam EPPS.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah:

1. Need of achievement (kebutuhan untuk berprestasi)

2. Need of deference (kebutuhan untuk mengikuti aturan dan kebiasaan)

3. Need of order (kebutuhan untuk melakukan sesuatu dengan teratur dan terperinci)

4. Need of exhibition (kebutuhan untuk dikagumi, diperhatikan dan didengar)

5. Need of autonomy (kebutuhan untuk bertindak secara bebas dan mandiri)

6. Need of affiliation (kebutuhan untuk berteman secara afektif)

7. Need of intraception (kebutuhan untuk memahami perilaku dan perasaan orang


lain)

8. Need of succorence (kebutuhan untuk didukung dan dibantu oleh orang lain)

9. Need of dominance (kebutuhan untuk memiliki kendali atas orang lain)

10. Need of abasement (kebutuhan untuk tunduk atas perintah dan dominansi orang
lain)

11. Need of nurturance (kebutuhan untuk memberikan dukungan dan bantuan pada
orang lain)
12. Need of change (kebutuhan untuk mencari pengalaman baru dan menghindari
rutinitas)

13. Need of endurance (kebutuhan untuk bertahan mengerjakan tugas hingga tuntas)

14. Need of heterosexuality (kebutuhan untuk membentuk hubungan dengan lawan


jenis)

15. Need of aggression (kebutuhan untuk menghadapi orang lain dengan kekerasan).
TEORI NEEDS MURRAY TEORI NEEDS ERWARD

1.Need of Dominance 1.Need of dominance

2. Need of Deference 2. Need of deference

3. Need of Autonomy 3. Need of autonomy

4. Need of Aggression 4. Need of aggresion

5. Need of Abasement 5.. Need of abasement

6. Need of Achievement 6. Need of achievement

7. Need of Sex 7. Need of heterosexuality

8. Need of Sentience

9. Need of Exhibition 8.. Need of exhibition

10. Need of Play

11. Need of Affiliation 9. Need of affiliation

12. Need of Rejection 10. Need of change

13. Need of Succorance 11. Need of succorence

14. Need of Nurturance 12. Need of nurturance

15. Need of Infavoidance

16. Need of Defendance

17. Need of Countraction 13. Need of endurance

18. Need of Harmavoidance

19. Need of Order 14. Need of order


20. Understanding 15. Need of intraception

Ada 5 needs teori Edward yang tidak terdapat dalam teori needs Murray, yaitu :

1. Need of Sentience

2. Need of Play

3. Need of Infavoidance

4. Need of Defendance

5. Need of Harmavoidance

E. Validitas dan Reliabilitas

Instrumen EPPS memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang di uji


berdasarkan penelitian terdahulu oleh para ahli, berikut hasil diperoleh berdasarkan
sejarah instrumen :

1. Teknik Split Half (Reliabilitas)

R = 0,74 – 0,8 (Edward, 1959)

R = 0,29 – 0,77 (Dalil,1980)

2. Internal Consistency (Reliabilitas)

R = 0,6 – 0,87 (Edward,1959)

R = 0,2 – 0,84 (Dalil,1980)

3. Tes Retest (Reliabilitas)

R = 0,74 – 0,88 (Gordon, 1967)

R = 0,40 – 0,70 (Soemodarsono, 1962)

R = 0,40 – 0,79 (N. Rahmad. 1962)


4. External Validity (Epps & Study Of Interpersonal Values)

R = 0,21 – 0,62 (Gordon, 1967)

R = 0,43 – 0,96 (Dalil, 1980)

Berdasarkan data diatas, bahwa EPPS memiliki tingkat validitas dan


reliabilitas yang dapat diterima karena hasil tertinggi diperoleh ≥ 0,50 sehingga
instrumen ini dapat digunakan untuk mengukur kepribadian berdasarkan
karakteristiknya.

F. IPSAPTIF

PENDEKATAN IPSATIF

Apabila dibandingkan dengan pendekatan tahapan dan diferensial dalam


psikologi perkembangan, pendekatan ipsatif lebih berorientasi idiografik. Tujuan
utama dari pendekatan ipsatif adalah untuk menemukan hukum perkembangan yang
sifatnya individual. Bagi pendekatan ipsatif, berbagai hukum yang hanya dapat
diterapkan dalam konteks kelompok tidak memberikan banyak arti. Pertanyaan utama
yang hendak dijawab adalah ada-tidaknya perubahan pada berbagai variabel dalam
diri

Perbedaan Individual menurut Pendekatan Ipsatif

Perbedaan individu merupakan esensi dari pendekatan ipsatif. Tujuan dari


pendekatan ini adalah untuk memastikan hukum idiografis, hukum yang diterapkan
pada perkembangan individual. Dengan demikian hasil yang didapat adalah
generalisasi yang sangat spesifik mengenai rangkaian perkembangan individu.
Analisis mulai dilakukan pada tingkat individu, sebab diyakini bahwa hukum yang
dsifatnya umum tidak dapat diterapkan pada semua individu dengan merata. Oleh
karena itu perlu untuk terlebih dahulu memahami bagaimana individu berkembang
sebelum dapat memahami bagaimana suatu kelompok berkembang.

Meskipun pendekatan ipsatif meyakini menekankan bahwa perkembangan


setiap individu bersifat unik, namun juga tidak menyangkal bahwa ada beberapa
kemiripan diantara beberapa individu. Dengan demikian, penekanan pendekatan
ipsatif bukanlah pada pendapat bahwa semua individu adalah benar-benar berbeda,
namun gagasan bahwa untuk dapat memahami semua fenomena perkembangan, maka
harus mengkaji hukum-hukum perkembangan intraindividual.

Perubahan yang Terjadi dalam Perkembangan menurut Pendekatan Ipsatif

Beberapa pertanyaan yang muncul terkait dengan perubahan yang terjadi


dalam perkembangan menurut pendekatan ipsatif antara lain: “Apakah perubahan
intra individual tersebut bersifat sitematis?”; “Apakah perubahan tersebut melalui
pola yang dapat diramalkan, ataukah bersifat unik untuk setiap individu?”; dengan
kalimat lain: “Apakah terdapat prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk
memahami sifat-dasar perubahan intraindividual yang terjadi dalam perkembangan?”

Berdasarkan penjelasan dari Emmerich (1968), jawaban untuk semua


pertanyaan tersebut adalah “ya”. Terdapat prinsip perkembangan yang bersifat umum
dan regulatif, yang dapat menggambarkan rangkaian perubahan perubahan kapanpun
perkembangan terjadi. prinsip tersebut dikenal dengan prinsip ortogenetik dari
Werner.

Menurut prinsip ortogenetik, kapanpun perkembangan terjadi, pasti akan


berproses dari keadaan globalitas dan tidak adanya deferensiasi ke arah diferensiasi,
integrasi, dan organisasi yang bersifat hirarkhis. Dengan demikian apapun atribut
yang dimiliki individu, pasti akan berkembang dan berubah mengikuti alur yang
sistematik dan spesifik. Semua perubahan yang intraindividual pasti akan selaras
dengan prisip ortogenetik.

Berdasarkan prinsip tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Dengan berkembangnya individu, maka berbagai atribut baru dan lebih


terdiferensiasi akan muncul. Oleh karena itu, dari sisi susunan atribut, diskontinuitas
menjadi ciri perkembangan. Atribut-atribut yang terdiferensiasi akan muncul dari
atribut yang bersifat global.

2. Saling keterkaitan atribut akan mengalami perubahan. Atribut yang sebelumnya


kurang begitu terintegrasi dan kurang begitu hirarkhis dalam organisasi, akan berubah
menjadi lebih terintegrasi dal lebih hirarkhis. Oleh karena itu, dari sisi keterkaitan
atribut, kontinuitas menjadi ciri perkembangan. Dalam perkembangan individu,
keterkaitan individu akan selalu menjadi lebih terorganisasi secara hirarkhis.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prinsip ortogenetik dapat


diterapkan pada perkembangan intraindividual, dan perkembangan ipsatif dapat
dipastikan akan melalui pola perubahan yang sistematis. Secara ontogenik dapat
dikatakan terjadi diskontinuitas perubahansebab susunan atribut akan berubah dari
global menjadi terdiferensiasi. Selain itu terjadi pula perubahan yang bersifat
diskontinyu dalam perkembangan, sebab keterkaitan antar atribut akan menjadi lebih
terorganisasi secara hirarkhis.

Keterkaitan Berbagai Konsep Perkembangan dalam Pendekatan Ipsatif

Telah kita bahas bahwa ketika pendekatan ipsatif dikaitkan dengan prinsip
ortogenetik, maka pendekatan ini memiliki sikap yang jelas terkait dengan isu
kontinuitas-diskontinuitas. Prinsip ortogenetik menyatakan terjadinya kontinuitas dan
diskontinuitas dalam perkembangan. Oleh karena itu apabila prinsip tersebut
diterapkan pada pendekatan ipsatif, maka terlihat bahwa pendekatan ipsatif
mencirikan perkembangan sebagai memiliki kedua komponen tersebut. Dengan
demikian, isu kontinuitas-diskontinuitas bukanlah menjadi isu empiris lagi melainkan
sebagai isu teoritis, bagi penganut pendekatan ipsatif.

Pendekatan ipsatif juga memiliki manfaat aplikatif dalam isu bawaan-asuhan.


Pendekatan ini menitikberatkan arti penting kontribusi individu dalam menentukan
perkembangannya sendiri. Hal ini senada dengan yang disampaikan Schneirla bahwa
interaksi antara pengalaman-kemasakan yang mejadi sumber dari perkembangan
semua individu berfungsi memberikan setelan karakteristik perilaku individual bagi
semua orang. Individualitas perilaku ini pada gilirannya menjadi “sumber ketiga” bagi
perkembangan individu melalui pembentukan fungsi sirkular dan stimulasi diri dalam
ontogoni.

Berbagai pendekatan teoritis terhadap perkembangan memberikan ide dan


disertai dengan fakta, yang penting bagi ilmu pengetahuan dalam usaha untuk
memahami kompleksitas perkembangan psikologis.
G. Administrasi

Tes EPPS merupakan tes kepribadian hanya berbentuk verbal yang terdiri dari
225 pasang pernyataan. Semua pasangan pernyataan tersebut merupakan
pengembangan dari beberapa aspek psikologis yang akan diukur, yang meliputi 15
macam need. Dalam setiap pasang pernyataan, responden diminta untuk memilih
salah satu pernyataan yang sesuai dengan ciri khas dirinya sendiri. Bagi individu
tertentu, pasangan pernyataan tersebut mungkin saja sama-sama menggambarkan atau
bahkan tidak menggambarkan ciri khas yang terdapat dalam dirinya. Dalam kondisi
seperti ini, responden tetap “dipaksa” untuk menentukan pernyataan mana yang lebih
cenderung mendekati ciri khas dirinya sendiri.

H. Skoring

Langkah-langkah dalam menskoring tes ini adalah :

1. Buatlah contoh garis lurus dengan warna merah dari nomor-nomor :

a. No. 1 sampai 25, melalui no. 7, 13, 19


b. No. 101 sampai 125, melalui no. 107, 113, 119
c. No. 201 sampai 225, melaui no. 207, 213, 219

Nomor-nomor ini tidak akan dihitung dalam memperoleh score, untuk score
kepribadian.

2. Buatlah pula garis lurus dengan warna biru dari nomor-nomor:

a. No. 26 sampai 50, melalui no. 32, 38, 44


b. No. 51 sampai 75, melalui no. 57, 63, 69
c. No. 151 sampai 175, melalui no. 157, 163, 169

Nomor-nomor ini meskipun diberi garis, akan diperhitungkan dalam menjumlah


untuk mendapat score kepribadian.

3. Dihitung jumlah A yang dilingari pada baris pertama dan seterusnya dari kiri ke
kanan. Jumlah yang diperoleh tersebut ditulis dalam kolom “r”.

4. Dihitung jumlah B yang dilingkari pada kolom pertama dan seterusnya dari atas ke
bawah. Jumlah yang diperoleh tersebut dituliskan di bawah kolom “c”.
5. Setelah dihitung semuannya, akan diperoleh jumlah score pada kolom “r” dan
kolom “c”. Angka-angka pada kolom r dan c yang berdampingan kemudian
dijumlahkan dan hasilnya ditulis pada kolom “e”. Angka tertinggi pada kolom s
adalah 28 dan jumlah ini adalah score keseluruhan dari personality variable. Untuk
mengetahui apakah jumlah itu benar, dapat dilihat ari jumlah keseluruhan kolom s
yang harus dicapai tepat 210. Kalau ternyata jumlahnya lebih atau kurang, maka hal
itu mungkin ada kesalahan penghitungan score A dan B. Oleh karena itu harus
dilakukan pengitungan ulang hingga jumahnya persis 210.

6. Untuk melihat konsistensi (con) jawaban subyek, dibandingkan jawaban –jawaban


yang dilingkari pada nomor-nomor :

· 1 vs 351, 26 vs 101, 51 vs 201.

· 7 vs 157, 32 vs 107, 57 vs 207.

· 13 vs 163, 36 vs 113, 63 vs 213.

· 19 vs 169, 44 vs 119, 69 vs 219.

· 25 vs 175, 50 vs 150, 75 vs 225.

Nomor-nomor tersebut adalah adalah yang dilalui oleh garis warna merah dan
biru. Bila ada kesalahan pada kedua jawaban (berbeda), berilah tanda pada kotak yang
tersedia dibaian paling bawah kertas jawaban. Seluruh tanda dijumlahkan dan dan
hasilnya ditulis pada tempat “con”. Jumlah tertinggi adalah 15, sedangkan konsistensi
dibawah 10 adalah meragukan.

7. Untuk menentukan percentile dari raw score sesuai dengan tabel percentile yang
telah disusun sebelumnya (Norma Standar), raw score yang tertera di tuliskan pada
kolm “ss”.

Interpretasi dari tes ini adalah kekonsistensi seseorang dalam pengerjaan tes ini
dapat diinterpretsikan bila jumlahnya adalah di atas 10 sampai 15. Sedangkan bila
konsistesinya berada di bawah angka 10, maka subyek akan susah atau tidak mudah
diinterpretasi berdasarkan hasil tes. Profil variable yang tergambar merupakan
kesimpulan tentang diri subyek, terutama kecenderungan-kecenderungan yang
dimilikinya itu berada pada atau di atas Mean (+) dan berada dibawah Mean (-). Bila
berada diantara atau tepat Mean, kecenderungan-kecenderunga tersebut mnunjukan
hal yang wajar.

Skoring 1

• Skala validitas adalah 15 pasang pertanyaan yang memiliki bunyi yang sama.

• Periksa apakah peserta memberikan jawaban yang sama pada setiap pasangnya.

• Bila pernyataan yang dijawab konsisten berjumlah KURANG DARI 10, maka
lembar sebaiknya tidak diinterpretasi karena ada kemungkinan peserta asal
mengerjakan.

Skoring 2

• PERTAMA, hitung jawaban secara horisontal. Untuk langkah pertama, hitung


berapa banyak jawaban A yang disilang. Tuliskan jumlahnya di bawah kolom “r”
(row).

• KEDUA, hitung jawaban secara vertikal. Hitung berapa banyak jawaban B yang
disilang. Tulis jumlahnya di bawah kolom “c” (column).

• Kolom tersusun secara urut. Kolom paling kiri adalah untuk ACH, sebelah kanannya
adalah DEF, hingga yang paling kanan adalah AGG.

Jadi langkah-langkah mengakali tes EPPS adalah:

1. Pahami jabatan yang anda lamar, tentukan kira-kira kriteria sifat apa yang
dibutuhkan untuk jabatan tersebut. Ambil 3 sifat saja.

2. Langsung isi jawaban A di baris yang sesuai dengan nomor sifat tsb, dan jawaban
B di kolom yang sesuai nomor sifat tsb. tidak usah baca soalnya. Untuk nomor soal
yang berpotongan antara baris dan kolom, pilih salah satu saja jawabannya antara A
dan B. Sekali lagi tidak usah buka buka soal karena menghabiskan waktu.
3. Kriteria sifat apa yang tidak dibutuhkan dan tidak dikehendaki untuk jabatan tsb
langsung isi B pada baris dan A pada kolom sesuai nomor sifat tsb

4. Baca soal nomor 1 dan jawab, lalu lihat garis diagonal dibawahnya yang melalui
151, 157, 163, dst. samakan jawaban nomor 151 dengan nomor 1. Tidak perlu baca
soal nomor 151. Lanjut baca soal nomor 7, 13, 19 dst sesuai garis diagonalnya, dan
jawab. Lalu tidak perlu baca soal nomor 157, 163, 169 dst cukup samakan dengan
jawaban di soal nomor 7, 13, 19 dst.

5. Kalau kebetulan ketemu nomor soal yang sudah terjawab dilangkah nomor 2 tadi,
lewati saja.

6. Setelah semua soal pada 6 garis diagonal terjawab, baru mulai isi nomor nomor
soal sisanya yang belum terjawab. rileks aja, waktunya panjang karena anda sudah
menghemat waktu banyak saat "menjawab puluhan soal tanpa membaca soal" di
langkah langkah sebelumnya

7. Terkadang Anda mungkin akan dipaksa memilih antara 2 hal yang buruk yang
tidak pernah Anda lakukan, namun Anda harus menjawabnya.

Misalnya: a) Saya suka menonton video porno dan b) Saya suka mengelakkan
tanggung jawab dan kewajiban. Disini Anda harus menjawab ‘a’, karena memilih
menyukai menonton video porno adalah masalah Anda dengan Tuhan, sedangkan
mengelak dari tanggung jawab dan kewajiban akan berdampak pada produktifitas
kerja perusahaan.

I. Interpretasi

Dalam test ini penulis mendapatkan skor tertinggi pada succorance dengan skor
93, makan dapat interprestasikan ahwa penulis cenderung ergantung pada orang lain
dan kurang independen dalan setiap pengamilan keputusannya.

Yang tertinggi kedua adalah intraception dengan skor 90, dapat dikatakan ahwa
penulis adalah orang mudah mengintropeksi serta mengevaluasi dirinya sendiri.
melakukan sesuatu hal yang bertentangan, kemudian saya akan menilai apakh hal itu
baik atau salah dan kemudian saya akan mengevaluasi hal tersebut untuk dijadikan
pembelajaran.
Yang ketiga adalah change dengan skor 90. Penulis dapat dikatan menyukai
tantangan dan hal baru dalam setiap aktivitasnya serta mudah merasa bosan dengan
rutinitasnya.

Untuk skor terendah pertama adalah heterosexsual dengan skor 1. Dapat


interprestasikan ahwa penulis tidak mudah tertarik dengan lanwan jenis dipengaruhi.

Yang kemudian adalah endurance dengan skor 4. Yaitu penulis akan mudah
menyerah dan jenuh jika terdapan tekanan yang cukup esar menurutnya.

Terakhir adalah deference Tidak tertarik pada kesuksesan orang lain, fokus pada
diri sendiri, sulit patuh pada orang lain, dan cenderung melaukan dengan caranya
sendiri.

Dalam hidup, penulis adalah orang yang lumayan konsisten. Kekonsistenan


penulis bisa penulis longarkan sedikit, bila ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dan sangat mengganggu diri dan perasaan penulis dengan skor con 13

Cara melakukan interpretasi dari alat yaitu dengan melihat raw score yang sesuai
dengan tabel percentile. Setelah itu kita dapat menyimpulkan tentang diri subjek,
terutama kecenderungan-kecenderungan yang dimilikinya itu diatas mean (+) dan
berada dibawah mean (-).

• Interpretasi dilakukan jika jumlah nilai konsistennya adalah sama dengan 10, jika
jumlahnya kurang dari 10 maka tidak perlu diinterpretasi

• Cara interpretasi hasil Tes EPPS ini adalah dengan melihat hasil dari percentile.
Skor percentile menggambarkan profil subjek atau kesimpulan tentang diri subjek .

J. Daftar Pustaka

Afifah, Dian Ratnaningtyas. 2014. Profil Kecenderungan Kepribadian Mahasiswa


Bimbingan dan Konseling Ditinjau Melalui EPPS (Edward Personal Preference
Schedule) Studi pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012
IKIP PGRI MADIUN. Seminar Nasional
Borislow, Bernard. 1958. The Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) and
Fakability. Journal of Applied Psychology Vol. 42, No. 1,

Dicken, Charles F. 1959. Simulated Patterns on The Edwards Personal Preference


Schedule. Journal of Applied Psychology Vol. 43, No. 6.

Anda mungkin juga menyukai