Lapsus Gastritis
Lapsus Gastritis
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
A.IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Kaili
Pendidikan : SMA
Asuransi kesehatan : BPJS
Alamat : Watusampu
Tanggal Pemeriksaan : Selasa 6 Maret 2018
B.ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri ulu hati
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Dialami sejak 3 hari yang lalu, tidak terus menerus, nyeri di rasakan
memberat jika terlambat makan, perut terasa kembung dan sering merasa
mual. Pasien sering makan tidak teratur.Demam (-),nyeri kepala (-), mual
(+), muntah (+) 2x tadi pagi, nyeri ulu hati (+),BAB kuning biasa, BAK
kuning lancar.
2
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :
Pasien makan 2 kali sehari dengan lauk seadanya, namun terkadang pasien
makan tidak teratur dan menjadi malas makan terutama saat sakit.
Pasien tinggal bersama kedua anak dan suaminya di rumah yang berada di
dekat jalan trans palu-donggala. Rumah pasien berukuran luas ± 9x9 m2.
Rumah terdiri dari ruang tamu, 2 kamart idur, ruang tengah, dapur, ruang
makan, dan kamar mandi. Lantai rumah terbuat dari tehel dan semen, dinding
rumah dari dinding beton dan papan, dan atap rumah terbuat dari seng tanpa
plafon. Ruang tamu, kamar dan dapur memiliki jendela dan pencahayaan yang
sedikit kurang.
Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah dari PDAM. Sedangkan
untuk minum, pasien menggunakan air galon.
Sumber listrik dari PLN, sampah dibuang pada tempat sampah di halaman
belakang rumah.
3
Ruang keluarga
Kamar Tidur
4
Ruang makan
5
Dapur
6
Anamnesis makanan:
Pasien makan 2 kali sehari. Terkadang juga makan buah-buahan. Porsi
sekali makan pasien, yaitu sepiring nasi berisi 1-2 sendok nasi, lauk yang
dikonsumsi berupa ikan, tahu atau tempe yang digoreng. Sayuran yang
biasanya dikonsumsi oleh pasien, yaitu kangkung atau daun singkong. Buah
yang biasanya dikonsumsi oleh pasien, yaitu pisang.
Pemeriksaan Fisis
a. Keadaan umum
b. Kepala
Ekspresi : Biasa
Simetris muka : Simetris kiri dan kanan
Rambut : Hitam, sukar dicabut
c. Mata
7
Konjungtiva : Anemi (-)
Kornea : Jernih
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokor 2,5 mm
d. Telinga
Tophi : (-)
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus: (-)
e. Hidung
Perdarahan: (-)
Sekret : (-)
f. Mulut
g. Leher
h. Dada
8
i. Thorax
Palpasi
o Fremitus raba : Kiri sama dengan kanan
o Nyeri tekan : (-)
Perkusi
o Paru kiri : Sonor
o Paru kanan : Sonor
o Batas paru hepar : ICS VI Dextra Anterior
o Batas paru belakang kanan:ICS V Th IX Dextra Posterior
o Batas paru belakang kiri : ICS V Th X Sinistra Posterior
Auskultasi
o Bunyi pernapasan : Vesikuler
o Bunyi tambahan : Rh -/- Wh -/-
j. Cor
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular
Bunyi tambahan : Bising (-)
k. Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (+) region epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
9
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Kerja
Gastritis
Penatalaksanaan
a. Non medikamentosa
1. Tidak menunda makan, mengatur pola makan dengan makan secara
teratur dan sebaiknya mengkonsumsi makanan berserat tinggi, bergizi,
serta perbanyak minum air putih.
2. Kurangi mengkonsumsi makanan pedas, kecut, banyak mengandung
gas yang dapat menimbulkan gas di lambung (kubis, kol, kentang,
semangka, melon) dan berlemak tinggi yang menghambat
pengosongan isi lambung.
3. Menghindari konsumsi obat –obat yang dapat mengiritasi lambung
seperti obat anti inflamasi, misalnya yang mengandung ibuprofen,
aspirin dan ketoprofen. Sebaiknya di ganti dengan Acetaminophen
karena tidak mengakibatkan iritasi pada lambung.
4. Menghindari stress.
b. Medikamentosa
1. Omeprazole 1-0-0
2. Ranitidin 0-1-1
10
BAB III
PEMBAHASAN
Aspek Klinis
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status gizi pasien tergolong berat badan
kurang yang diperoleh dari pemeriksaan antropometri yaitu indeks masa tubuh
17,11 kg/m2 yang berarti pasien tergolong berat badan kurang., Pada pemeriksaan
fisik khususnya pada abdomen didapatkan nyeri tekan yaitu daerah epigastrium.
Pada pemeriksaan fisik lain didapatkan semuanya dalam batas normal.
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,
kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak
pada epigastrium, mual dan muntah. Gastritis didefinisikan juga sebagai suatu
keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronis, difus, atau lokal yang disebabkan oleh infeksi Helicobacter Pylori
Gastritis pada dasarnya dapat disebabkan karena:
- Pola makan yang salah, misalnya: makan terlalu banyak, terlalu cepat,
makan makanan yang terlalu banyak bumbu, atau makanan yang terinfeksi
- Alkohol
- Aspirin
- Refluks empedu
- Terapi radiasi
- Gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat atau alkali,
yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi
11
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan
muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan
metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap
iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel
desquamosa yang lebih kuat
12
2. Perilaku
Perilaku dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Pengetahuan penderita tentang penyakit dyspepsia yang kurang tentang
pengertian, faktor resiko dan bahaya dyspepsia akan berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku sebagai orang sakit Adanya kebiasaan pola makan yang
tidak teratur dapat memperburuk terjadinya penyakit ini. Pada kasus ini faktor
perilaku yang berperan penting adalah kebiasaan pola makan yang tidak
teratur dimana pasien sering terlambat makan, dan sering mengonsumsi kopi
dan makanan pedas yang dapat memperburuk keadaan pasien.
3. Pelayanan Kesehatan
Dari segi pelayanan kesehatan terkait kinerja puskesmas untuk
menanggulangi penyakit gastritis mulai dari pelayanan UKP berbasis
pelayanan poli umum melakukan pengukuran TB, BB, polik umum juga
melakukan anamnesis, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan
diagnosa, selanjutnya dokter pemeriksa memberikan terapi sesuai dengan
diagnosa dan penanganan yang benar, apotek sebagai penyedia obat yang
sesuai dengan resep dokter. Dari pelayanan UKM yang dilakukan puskesmas
untuk menanggulangi gastritis dengan program PTM, alur pelaksanaanya
sesuai jadwal posbindu, dimana kita memberitahu kepada kader di setiap desa
yang akan kita lakukan kegiatan, nantinya kader atau bidan desa akan
memberitahukan kepada warga bahwa akan ada kegiatan P2 PTM, biasanya
akan dikabarkan melalui masjid atau secara langsung ke rumah kepala desa
atau kerumah-rumah warga, melakukan pendaftaran di meja pertama,
melakukan pengukuran TB dan BB, melakukan pengukuran tekanan darah,
dan dilakukan anamnesis kepada pasien, memberikan edukasi sesuai dengan
keluhan dan penyakit,.
Faktor pelayanan kesehatan yang dapat diambil dari kasus ini adalah
masih kurangnya promosi kesehatan terkait gastritis pada masyarakat
khususnya pada lansia.
4. Keturunan/Genetik
13
interaksi antara polimorfisme gen-gen terkait respon imun dengan interaksi
infeksi Helicobacter Pylori pada pasien gastritis
14
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Telah ditegakkan diagnosis gastritis pada Ny. N 62 tahun atas dasar
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang serta telah
ditatalaksana dengan pemberian terapi medikamentosa, edukasi, dan
motivasi untuk melakukuan terapi non farmakologis.
2. Pasiaen dan keluarganya telah mengetahui penyakit yang dialami oleh
pasien serta mengetahui bahwa resiko komplikasi dan kematian akibat
penyakit gastritis dapat diturunkan dengan melakukan pengelolaan yang
baik terhadap penyakit gastritis itu sendiri.
3. Pasien telah mencoba menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari seperti makan tepat waktu, dan menghindari makanan yang
dapat mengiritasi lambung
4. Keluarga pasien telah ikut berpartisipasi aktif dan mendukung pasien
dalam upaya pengelolaan penyakit gastritis
B.Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Buku Kesehatan Ibu
dan Anak, Depkes RI, Jakarta.
2. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2016, Modul Tatalaksana
Standar Pneumonia,
3. UPTD Puskesmas Wani, 2016. Profil Kesehatan Puskesmas Wani.
4. Erlien, 2008, Penyakit Saluran Pernapasan, Sunda Kelapa Pustaka,
Jakarta.Depkes RI, Palu.
5. Behrman ER,dkk, 2000, Ilmu kesehatan anak vol.2, 15th edn, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
6. Bennett, N, J, et al, 2016, Pediatric Pneumonia, dalam Medscape, diakses
26 desember 2017, dari http://emedicine.medscape.com/article/967822-
overview#a3
7. Rahajoe, NN, Supriyatoni B, Setyanto DB, 2008, Buku Ajar Respirologi,
Badan Penerbit IDAI, Jakarta
8. Alsagaff, Hood, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian
Penyakit Paru dan Saluran Nafas FK UNAIR. Surabaya
9. Shah, S, S, 2009, Pediatric Practice: Infectious Disease, McGraw Hill,
Philadelphia.
10. Bradley, J, S, et al, 2011, The Management of Community-Acquired
Pneumonia in Infants and Children Older Than 3 Months of Age: Clinical
Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the
Infectious Diseases Society of America, dalam Oxford Journals: Clinical
Infectious Diseases, diakses 26 desember 2017, dari
<cid.oxforjournals.org/content/early/2011/08/30/cid.cir531.full>
16
17
18