Klasifikasi Penyakit Endo Perio Autosaved
Klasifikasi Penyakit Endo Perio Autosaved
Jaringan pulpa dan ligamen periodontal mempunyai hubungan yang erat, baik secara anatomis maupun fungsional.
Masuknya iritan dari pulpa yang mengalami kelainan ke dalam jaringan periradikuler mengakibatkan berbagai
derajat perubahan di dalam jaringan periodontium. Perubahan periradikuler mungkin hanya sebatas periodontium
apikal atau dapat menjalar ke arah koronal dan hubungan dengan rongga mulut, biasanya melalui ligamen
periodontal meluas ke sulkus gingiva (Grossman, 1998)
Dalam menentukan diagnosis, prognosis dan rencana perawatan untuk gigi dengan penyakit endodontik-periodontik,
sangat penting memastikan bahwa lesi awalberasal dari jaringan pulpa atau jaringan periodontium. Kegagalan
perawatan periodontik atau terapi endodontik dapat disebabkan oleh diagnosis yang kurang tepat dari masalah yang
mengenai jaringan periodontium atau jaringan pulpa (Walton &Torabinejad, 1996).
Klasifikasi lesi endodontik-periodontik ada bermacam-macam, yaitu menurut Walton & Torabinejad (1996),
menurut Oliet & Pollock (Grossman, 1988) dan menurut Cohen & Burn (1994) dan Simon dkk (Harty, 1990)
Klasifikasi menurut Cohen & Burn dan Simon (berdasarkan sumber utamanya)
- Diagnosa klinis :
Kegoyangan gigi
Tes pulpa positif
Pembentukan poket
Akumulasi plak dan kalkulus
- Perawatan : perawatan periodontal
o Lesi Periodontal Primer dan Lesi Endodontik Sekunder
Masih diperdebatkan apakah periodontitis progresif mempunyai efek
terhadap vitalitas pulpa. Jaringan pulpa mempunyai pertahanan yang
baik, selama suplai darah melalui apikal masih utuh. Dari segi klinis,
penyakit periodontium yang berhubungan dengan plak jarang
menimbulkan perubahan patologis pada jaringan pulpa. Kerusakan
jaringan pulpa dapat terjadi bila poket periodontal sudah mencapai
foramen apical atau pulpa terekspos akibat kanal lateral atau tubulus
dentin. Prognosis bergantung pada perawatan periodontal yang diikuti
oleh perawatan endodontic
o Lesi Kombinasi
Penyakit pulpa dan periodontal mungkin teradi secara
independen atau terjadi secara beriringan pada gigi yang sama.
Lesi ini juga bisa terjadi bila lesi endodontik berkembang ke
koronal, serta berhubungan dengan poket yang terinfeksi, yang
meluas ke apical. Prognosis lesi ini tergantung perluasan
kerusakan yang disebabkan oleh penyakit periodontal.
Berdasarkan gambaran klinis dan radiografis gigi 46 Ibu Yuli terlihat adanya pembengkakan pada gusi dan
keluarnya nanah. Selain itu secara radiografis terlihat adanya tambalan yang mengemper dan keterlibatan furkasi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut gigi 46 Ibu Yuli didiagnosa mengalami lesi endodontic primer dan lesi
periodontal sekunder. Karena gambaran klinis dan radiografis lesi ini mirip dengan gambaran klinis yang ditemukan
pada hasil pemeriksaan Ibu Yuli. Yaitu mulai adanya keterlibatan furkasi, dan pembengkakan gingiva.
Rencana perawatan yang akan dilakukan yaitu pertama-tama kita harus menghilangkan keluhan awal pasien yaitu
menghilangkan pembengkakan pada gusinya.
Penatalaksanaan kasus-kasus dengan pembengkakan paling baik ditangani dengan drainase, saluran akar harus
dibersihkan dengan baik. Penatalaksanaan pertama yang paling penting adalah debridemen yaitu pembuangan iritan,
pembersihan dan pembentukan saluran akar. Foramen apikalis dilebarkan sampai ukuran file no. 25 agar dapat
meningkatkan aliran aksudat. Saluran akar harus dibiarkan terbuka dan lakukan debridemen, kemudian beri pasta
kalsium hidroksida dan tutup tambalan sementara. Sebelum dilakukan perawatan saluran akar, pasien harus
dianestesi terlebih dahulu. Oleh karena pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus, maka harus dilakukan
pertimbangan dalam memilih obat anestesi.
Jika drainase melalui saluran akar tidak mencukupi, maka dilakukan insisi pada jaringan yang lunak dan
berfluktuasi. Mukosa di atas daerah yang terkena dikeringkan terlebih dahulu, kemudian jaringan disemprot dengan
anestetik lokal, misalnya khlor etil. Insisi intraoral dibuat melalui pembengkakan lunak yang mengalami fluktuasi ke
plat tulang kortikal. Suatu isolator karet atau kain kasa yang digunakan untuk drainase dimasukkan selama beberapa
hari. Pasien disarankan berkumur dengan larutan salin hangat selama 3 sampai 5 menit setiap jam. Pada bengkak
yang difus dan cepat berkembang, harus diberikan antibiotik dan analgetik. Antibiotik pilihan pertamanya adalah
penisilin mengingat mikroorganisme penyebab biasanya streptokokus. Jika pasien alergi terhadap penisilin, gunakan
eritromisin atau klindamisin (Grossman, 1988; Bence, 1009, Walton and Torabinejad, 2002).
Setelah perawatan saluran akar selesai, dilakukan perawatan periodontal berupa scalling, root planning atau bahkan
kuretase jika diperlukan.
Definisi:
Scalling : Mengaqngkat kalkulus dari permukaan gigi, utamanya permukaan gigi yang nampak dalam
rongga mulut
Root planning : Menghaluskan permukaan akar gigi dengan cara mengeluarkan bagian gigi yang nekrotik
dan tidak sehat.
Kuretase : Mengeruk dinding gingiva dari kantung gusi untuk membuang jaringan lunak yang tidak sehat.
Mengeluarkan jaringan lunak yang meradang dan merupakan dinding lateral dari poket.
Setelah itu baru dilakukan restorasi dengan onlay
Sedangkan untuk gigi 36, berdasarkan gambaran klinis yaitu terjadi pembengkakan dan terbentuk fistula serta
ekstrui 2mm, Ibu Yuli didiagnosis mengalami lesi endodontic primer dengan luksasi ekstrusi. Oleh karena itu
rencana perawatan yang dibutuhkan adalah perawatan saluran akar dengan drainase serta reposisi dari ekstrusi gigi
tersebut.
Pertama-tama yang harus kita lakukan adalah melakukan anestesi local terhadap Ibu Yuli dengan
memepertimbangkan riwayat penyakitnya, lalu dilakukan drainase fistula dengan insisi dan instrumentasi pada
saluran akar. Setelah itu baru dilakukan perawatan saluran akar. Terakhir baru dilakukan restorasi dengan
menggunakan onlay. Setelah selesai baru dilakukan perawatan ekstrusi gigi. Prinsip perawatan ekstrusi adalah
reposisi dan fiksasi. Adapaun langkah-langkahnya sebagai berikut.:
1. Lakukan anestesi local
2. Reposisi gigi dengan menggunakan jari perlahan-lahan dengan tekanan ringan sampai batas insisal sana
dengan gigi kontralateral
3. Periksa posisi dengan membuat foto rontgen
4. Lakukan stabilisasi dengan menggunakan splint
5. Pertahankan splint selama 2-3 minggu