Anda di halaman 1dari 21

Laporan Pratikum

Dasar Dasar Ekologi

SUKSESI

Nama : Bambang Herman Bagus Saputra

Nim : G011191150

Kelas : Dasar Dasar Ekologi I

Kelompok : 17

Asisten : 1. Zulkifli

2. Andy

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Suksesi adalah proses perubahan dalam komunitas (ekosistem) yang
berlangsung secara lambat dan teratur dalam waktu yang lama, menuju ke satu
arah, dan menyebabkan pergantian suatu komunitas (ekosistem) oleh
komunitas (ekosistem) yang lain. Suksesi merupakan proses yang menyeluruh
dan kompleks dengan adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya
mencapai kestabilan pada fase klimaks. Kli-maks merupakan fase kematangan
yang final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu
perkembangan vegetasi dalam suatu iklim.
Proses suksesi sangat terkait dengan faktor linkungan, seperti letak lintang,
iklim, dan tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan struktur
komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah
beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap
komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basah, maka
proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta jika
berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama
akan terhenti pada hutan hujan tropic. Proses suksesi sangat beragam,
tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah hangat, lembab, dan
subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Dengan memahami gejala alam
kita akan mengetahui penyebab dan dampak dari suksesi dalam suatu
ekosistem.
Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang
disebut dengan klimaks. Dalam kondisi ini sering dikatakan bahwa sebuah
ekosistem dalam kondisi meostasis, sebuah kondisi dimana ekosistem dapat
mempertahankan kestabilan internalnya sebagai respon yang koordinasi dari
komponen penyusun sub-sub sistem terhadap tiap rangsangan yang cenderung
mengganggu kondisi normal komunitas.
1.2 Tujuan Dan Kegunaan
Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui tahap tahap dan proses proses
suksesi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suksesi


Suksesi merupakan sistem yang dina-mik, sebentar menunjukkan
pergantian yang kompleks kemudian Nampak tenang, dan bila dilihat
hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah
mencapai keseimbangan. Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di
alam menghasilkan konsep suksesi (Sowasono, 1987)
Suksesi adalah suatu proses perubahan dimana berlangsung satu arah dengan
cara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu
hingga terbentuk komunitas semula sehingga dapat dikatakan bahwa suksesi
sebagai suatu perkembangan ekosistem yang tidak seimbang menuju ekosistem
seimbang. Suksesi juga dapat terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik
dalam komunitas atau ekosistem (Anshory, 1984).
Suksesi juga merupakan prose salami dengan terjadinya pergantian koloni
dari koloni yang sederhana menjadi koloni yang lebih kompleks sehingga
menyebabkan perubahan terhadap lingkungan fisik sehingga terbentuknya
habitat yang cocok untuk sebuah komunitas hingga mencapai sebuah
keseimbangan antara komponen biotic dan abiotik (Odum, 1992).
2.2 Konsep Dasar Suksesi
Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Menurut konsep mutakhir suksesi merupakan
pergantian jenis-jenis pioneer oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat
sesuai dengan lingkungannya.
Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas
klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak
berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas
klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu
komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat
bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
2.3 Jenis-jenis Suksesi
Suksesi ada dua jenis yaitu, siksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaan
dua tipe suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses terjadinya suksesi
dalm ilmu dasar ekologi (Hadioetomo, 1993).
Suksesi sekunder merupakan serangkaian perubahan komunitas yang
terjadi pada areal yang sebelumnya bervegetasi tetapi mengalami gangguan atau
kerusakan, misalnya setelah penebangan dan kebakaran. Suksesi sekunder
memang prosesnya relative lebih cepat daripada suksesi primer, karena masih
memiliki sumber reintroduksi dan komunitas satwa yang dapat membantu proses
penyebaran biji disekitarnya (Kamajaya.1996.)
Suksesi sekunder adalah distribusi kronologis organism pada suatu area,
sebagai akibat aktivitas agricultural, atau aktivitas manusia lainnya, atau karena
terjadinya kerusakan komunitas sebelumnya Sementara menurut suksesi sekunder
adalah invasi tumbuhan pada lahan yang sebelumnya telah terdapat vegetasi,
dimana vegetasi yang ada sebelumnya mengalami kerusakan karena factor alam
atau oleh manusia (Amir, 1981)
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Suksesi
1. Iklim
Tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam
waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat
rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat
yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan
mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju atau air dan kilat seringkali
membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada vegetasi (Gunawan, 2015).
2. Topografi
Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain:
a. Erosi
Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah
menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan
akhirnya proses suksesi dimulai.
b. Pengendapan (denudasi)
Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan
sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi
menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut (Mukhtar, 2012).
3. Biotik
Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan
pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang
penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh
kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi (Ria, 2017).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu danTempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Jum’at, 27 september 2019 di Eaching


Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Lahan yang ternaungi dan yang langsung terkena cahaya matahari.


2. Meteran
3. Patok dan tali raffia
4. Cangkul dan golok
5. Tally sheet dan alat tulis

3.3 ProsedurKerja

1. Pada tempat ternaungi lahannya dibagi menjadi dua bagian dengan


menggunakan plot 1m x 1m.
2. Lakukan analisis vegetasi pada petak tersebut, sehingga diperoleh data :
nama jenis, jumlah jenis, dan jumlah individu.
3. Pada plot pertama, bersihkan dari semua vegetasi yang terdapat
didalamnya dengan menggunakan cangkul dan golok sampai ke akar-
akarnya. Plot kedua lahannya dibakar dengan menggunakan minyak tanah
atau spritus.
4. Lakukan hal yang sama seperti diatas untuk tempat yang terbuka.
5. Amati perkembangan jenis tumbuhan yang muncul setiap minggu, catat
nama jenis tumbuhan dan jumlahnya setiap sub petak contoh, paling sedikit
selama 6 pekan
6. Pada pecan terakhir pengamatan, lakukan analisis vegetasi seperti sebelum
diberi perlakuan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Pekan ke 1 – ke 5 Setelah Diberikan Perlakuan


Jumlah vegetasi Nilai
teridentifikasi Nilai Nilai Frekuensi(%)
Pekan Dominasi kepadatan
Plot Total
ke Daun Daun Relatif Relatif
x y
Lebar(x) Sempit(y) (%) (%)
1 0 0 0 0% 0% 0% 0%
2 0 0 0 0% 0% 0% 0%
c 3 12 3 15 12,60% 12,60% 50% 50%
4 42 7 49 19,75% 19,75% 50% 50%
5 81 21 102 23,88% 23,88% 50% 50%
Total 127 31 158 56,23% 56,23% 150% 150%
1 0 0 0 0% 0% 0% 0%
2 0 0 0 0% 0% 0% 0%
b 3 12 3 15 12,60% 12,60% 50% 50%
4 21 8 29 11,69% 11,69% 50% 50%
5 42 32 74 17,33% 17,33% 50% 50%
Total 75 43 118 41,62% 41,62% 150% 150%
1 0 0 0 0 0 0% 0%
2 0 0 0 0 0 0% 0%
c’ 3 54 7 61 51,26% 51,26% 50% 50%
4 92 12 104 41,93% 41,93% 50% 50%
5 112 24 136 31,61% 31,61% 50% 50%
Total 258 43 301 124,8% 124,8% 150% 150%
1 0 0 0 0 0 0% 0%
2 0 0 0 0 0 0% 0%
b’ 3 23 7 30 25,21% 25,21% 50% 50%
4 54 12 66 25,21% 25,21% 50% 50%
5 93 23 116 27,16% 27,16% 50% 50%
Total 170 42 212 78,98% 78,98% 150% 150%

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, didapatkan hasil mengenai tumbuhan yang
tumbuh pada plot suksesi. Tumbuhan tersebut memiliki luas penutupan, tinggi da
jumlah yang berbeda. Pada minggu ke 0 sampai minggu ke 2 tidak ditemukan
tumbuhan pada suksesi pada minngu ke 3 sampai minngu ke 5 ditemukan
vegetasi. Pada plot suksesi C (tidak ternaungi) vegetasi berdaun lebar dari minggu
1-5 adalah 127 dan vegetasi berdaun sempit adalah 31 jadi total 158. Pada plot
suksesi B (tidak ternaungi) vegetasi berdaun lebar dari minggu 1-5 adalah 75 dan
vegetasi berdaun sempit adalah 43 jadi total 118. Pada plot suksesi C’( ternaungi)
vegetasi berdaun lebar dari minggu 1-5 adalah 258 dan vegetasi berdaun sempit
adalah 43 jadi total 301. Pada plot suksesi B’( ternaungi) vegetasi berdaun lebar
dari minggu 1-5 adalah 170 dan vegetasi berdaun sempit 42 adalah jadi total 212.
Adanya tumbuhan yang tumbuh pada suksesi ini membuktikan bahwa
adanya pembaharuan dari tumbuhan yang tumb uh pada suksesi tersebut. Apabila
dibiarkan secara terus menerus maka pertumbuhan tumbuhan ini akan membentuk
suatu komunitas tumbuhan yang baru. Hal ini didukung dengan pernyataan
Mukhtar (2012) yang menyatakan bahwa prinsip dasar dalam suksesi adalah
adanya serangkaian perubahan komunitas tumbuhan bersamaan dengan perubahan
tempat tumbuh. Perubahan ini terjadi secara berangsur-angsur dan melaui
beberapa tahap dari komunitas tumbuhan sederhana sampai klimaks. Selanjutnya
dinyatakan bahwa umumnya suksesi hutan akan bertambah keanekaragamannya
seiring dengan waktu.
Proses terbentuknya suksesi dimulai dengan munculnya berbagai spesies
yang timbul menggantikan spesies lain, sehingga spesies yang muncul di awal
proses perubahan akan berkurang peranannya pada tahap – tahap berikutnya.
Keanekaragaman spesies terus meningkat, sehingga pada titik klimaks akan
tercipta lebih banyak relung untuk dimanfaatkan (Frick, 2007). Menurut Arief
(2001) suksesi dapat berjalan klimaks karena adanya dukungan lingkungan yang
optimal, sedangkan kejadian suksesi sangat sulit dicari informasi menyeluruh
terhadap faktor- faktor yang tepat, seperti lingkungan pndukung dan jenis
tanaman.
Berdasarkan penjelasan teori tersebut, dapat diketahui bahwa proses
terbentuknya suksesi dimulai dengan menghilangkan komunitas awal pada suatu
wilayah. Kemudian akan dimulai dengan munculnya berbagai spesies tumbuhan
perintis (pionir). Tumbuhan pionir yaitu jenis – jenis yang menginvasi daerah
yang terbuka seperti permukaan tanah atau batuan – batuan kosong, kemudian
berkembang emmbentuk komunitas tumbuhan. Keanekaragaman spesies akan
semakin meningkat hingga mencapai pada titik tertentu yang disebut klimaks.
Proses suksesi akan berakhir apabila lingkungan tersebut telah mencapai keadaan
yang stabil atau telah mencapai klimaks. Ekosistem yang klimaks dapat dikatakan
telah memiliki homeostatis, sehingga mampu mempertahankan kestabilan
internalnya. Akibat kerusakan vegetasi tersebut maka akan menyebabkan suksesi
berulang kembali pada tempat tersebut. Yang terakhir yaitu faktor biotik, faktor
biotik ini meliputi pengaruh jasad kehidupan baik hewan maupun tumbuhan.
Pengaruh ini dapat langsung ataupun tidak langsung dan dapat merugikan atau
menguntungkan tumbuhan tersebut. Di dalam hutan banyak terdapat tumbuhan,
komunitas tersebut berinteraksi satu sama lain dan menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungannya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Umumnya komunitas tumbuhan terbentuk mulai dari tingkat pioner yang
kemudian digeser oleh seri tumbuhan yang lebih dewasa sampai pada
komunitas yang relatif stabil dan berada dalam keseimbangan dengan
lingkungan setempat. Perubahan dalam suksesi bersifat kontinu, proses
suksesi yang berakhir dengan suatu komunitas atau ekosistem klimaks, dapat
diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan
internalnya sebagai akibat dari respon (tanggapan) yang terkoordinasi dari
komponennya terhadap setiap rangsangan yang cenderungmengganggu
kondisi atau fungsi normal komunitas. Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pergeseran vegetasi pada daerah suksesi dan perubahan jumlah vegetasi
serta jenis vegetasi setiap minggunya yang menunjukkan laju penutupan jenis
vegetasi yang setiap minggunya mengalami perubahan jumlah vegetasi
menjadi lebih banyak.
2. Dengan adanya percobaan ini dapat diketahui aspek=aspek suksesi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi suksesi baik yang langsung maupun tidak
langsung seperti perlakuan yang berbeda pada setiap plot.
5.2 Saran
Sebaiknya pengamatan suksesi harus lebih awal untuk datang lahan
pratikum agar waktu pengamatan lebih maksimal dan juga perlu teliti dalam
mengamati dan menghitung jenis vegetasi dan jumlah setiap vegetasi yang
tumbuh pada plot yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Arifin. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta : Kanisius


Amir, A. 1981. Biologi umum. Gramedia. Jakarta.
Anshory, I. 1984. Biologi umum. Genesa Exact. Bandung.
Frick, Heinz. 2007. Dasar- Dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta : Kanisius.
Gunawan, H. 2015. Suksesi Sekunder Hutan Terganggu Bekas Perambahan di
Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat. Jurnal Pros SEM NAS
MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 7, Oktober 2015.
Hadioetomo, 1993. Pemanfaatan Gulma. PT. Gramedia: Jakarta.
Kamajaya.1996. Sains Biologi. Ganeca Exact. Bandung.
Mukhtar, A.S., Heriyanto, N.M. 2012. Keadaan Suksesi Tumbuhan Pada
Kawasan Bekas Tambang Batubara Di Kalimanya Timur. Jurnal Biologi
Ilmiah Vol. 02 No.02.
Odum, Aminatun,T.1992.Konservasi Musuh Alami Sebagai Pengendali Hayati
Hama dengan Pengelolalaan Ekosistem Sawah.Jurnal Penelitian Saintek.
Ria. 1998. Program Kreatifitas Mahasiswa: Pengaruh Intensitas Cahaya
Matahari Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine Max)
Bidang Kegiatan Pkm Artikel Ilmiah (Pkm-Ai).Institut Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan PGRI. Madiun
Sowasono, Haddy. 1987. Biologi Pertanian. Rajawali Press, Jakarta.
LAMPIRAN

1. Tabel identifikasi pengamatan suksesi jumlah daun lebar dan daun sempit
Seluruh Vegetasi Teridentifikasi Berdasarkan
Plot Pekan ke Tally Sheet
Jumlah Daun Lebar Jumlah Daun Sempit
1 0 0
2 0 0
c 3 12 3
4 42 7
5 81 21
1 0 0
2 0 0
b 3 12 3
4 21 8
5 42 32
1 0 0
2 0 0
c’ 3 54 7
4 92 12
5 112 24
1 0 0
2 0 0
b’ 3 23 7
4 54 12
5 93 23

2. Perhitungan rumus dari hasil pengamatan

A. Perhitungan Pada Data Minggu Pertama

1. Dominasi Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P1= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = =0
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P2= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = =0
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P3= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = =0
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P4= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = =0
1

2. Dominasi Relatif
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0
P1 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 0 × 100% = 0%

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


P2 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% = 0 %
0

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


P3 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% = 0 %
0

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


P4 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% = 0%
0

3. Kepadatan Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P1 = =4=0
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P2 = =4=0
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P3 = =4=0
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P4 = =4=0
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡

4. Kepadatan Relatif
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0
P1 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 0 × 100% = 0 %

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


P2 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = 0 × 100% = 0 %

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


P3 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = 0 × 100% = 0 %

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


P4 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = 0 × 100% = 0 %

5. Frekuensi Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Frekuensi Jenis = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0


Daun Sempit = =4=0
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0


Daun Lebar = =4=0
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

Frekuensi semua jenis = 0 + 0 = 0


6. Frekuensi Relatif

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠


Frekuensi Relatif = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100%

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


Daun sempit = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 0 × 100% = 0 %

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


Daun lebar = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 0 × 100% = 0 %

B. Perhitungan Pada Data Minggu Kedua

1. Dominasi Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P1= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = =0
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P2= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = =0
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P3= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = =0
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P4= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = =0
1

2. Dominasi Relatif
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0
P1 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% = 0%
0

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


P2 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 0 × 100% = 0%

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


P3 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% = 0%
0

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 14


P4 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% = 0%
0

3. Kepadatan Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P1 = =4=0
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P2 = =4=0
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P3 = =4=0
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0
P4 = =4=0
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡

4. Kepadatan Relatif
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0
P1 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 0 × 100% = 0 %

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


P2 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = 0 × 100% = 0 %

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


P3 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = 0 × 100% = 0 %

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


P4 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = 0 × 100% = 0 %

5. Frekuensi Jenis

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢


Frekuensi Jenis = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0


Daun Sempit= =4=0
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 0


Daun Lebar= =4=0
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

Frekuensi semua jenis = 0 + 0 = 0

6. Frekuensi Relatif

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠


Frekuensi Relatif = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100%

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


Daun sempit = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 0 × 100% = 0 %

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 0


Daun lebar = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 0 × 100% = 0 %

C. Perhitungan Pada Data Minggu Ketiga

1. Dominasi Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 15
P1= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = = 15
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 15
P2= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = = 15
1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 61
P3= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = = 61
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 30
P4= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = = 30
1

2. Dominasi Relatif
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 15
P1 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% = 12,60%
119

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 15


P2 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% =12,60%
119

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 61


P3 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% = 51,26%
119

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 30


P4 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 119 × 100% = 25,21%

3. Kepadatan Jenis

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 15
P1 = = = 3,75
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 15
P2 = = = 3,75
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 61
P3 = = = 15,25
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 30
P4 = = = 7,5
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

4. Kepadatan Relatif
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 3,75
P1 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 30,25 × 100% = 12,60%

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 3,75


P2 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = 30,25 × 100% = 12,60%

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 15,25


P3 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = 30,25 × 100% = 51,26%

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 7,5


P4 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = 30,25 × 100% = 25,21%

5. Frekuensi Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Frekuensi Jenis = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun Sempit= =4=1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4


Daun Lebar= =4=1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

Frekuensi semua jenis = 1 + 1 = 2

6. Frekuensi Relatif

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠


Frekuensi Relatif = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100%

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 1


Daun sempit = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 2 × 100% = 50 %

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 1


Daun lebar = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 2 × 100% = 50 %

D. Perhitungan Pada Data Minggu Keempat

1. Dominasi Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 49
P1= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = = 49
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 29
P2= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = = 29
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 104


P3= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = = 104
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 66
P4= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = = 66
1

2. Dominasi Relatif
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 49
P1 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 248 × 100% = 19,75%

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 29


P2 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 248 × 100% =11,69 %

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 104


P3 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% = 41,93%
248

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 66


P4 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 248 × 100% = 26,61%

3. Kepadatan Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 49
P1 = = = 12,25
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 29
P2 = = = 7,25
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 104


P3 = = = 26
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 66
P4 = = = 16,5
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

4. Kepadatan Relatif
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 12,25
P1 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% = 19,75%
62

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 7,25


P2 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = × 100% = 11,69 %
62

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 26


P3 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = 62 × 100% = 41,93 %

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 16,5


P4 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = × 100% = 26,61%
62

5. Frekuensi Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Frekuensi Jenis = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4


Daun Sempit= =4=1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4


Daun Lebar= =4=1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

Frekuensisemuajenis = 1 + 1 = 2

6. Frekuensi Relatif

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠


FrekuensiRelatif = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100%

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 1


Daun sempit = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 2 × 100% = 50 %

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 1


Daun lebar = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 2 × 100% = 50 %

E. Perhitungan Pada Data Minggu Kelima


1. Dominasi Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 102
P1= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = = 102
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 74
P2= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = = 74
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 135


P3= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = = 135
1

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 116


P4= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 = = 116
1

2. Dominasi Relatif
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 102
P1 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 427 × 100% = 23,88%

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 74


P2 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 427 × 100% =17,33%

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 135


P3 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% = 31,61%
427

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 116


P4 = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 427 × 100% = 27,16%

3. Kepadatan Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 102
P1 = = = 25,5
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 74
P2 = = = 18,5
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 136


P3 = = = 34
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 116


P4 = = = 29
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

4. Kepadatan Relatif
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 25,5
P1 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = × 100% = 23,88%
107

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 18,5


P2 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = × 100% = 17,33%
107

𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 34


P3 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = 107 × 100% = 31,61%
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 29
P4 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100 = 107 × 100% = 27,16%

5. Frekuensi Jenis
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Frekuensi Jenis = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4


Daun Sempit= =4=1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4


Daun Lebar= =4=1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡

Frekuensi semua jenis = 1 + 1 = 2

6. Frekuensi Relatif

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠


FrekuensiRelatif = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100%

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 1


Daun sempit = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 2 × 100% = 50 %

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 1


Daun lebar = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100% = 2 × 100% = 50 %

E. Menghitung Indeks of Similarity

1. Indeks of Similarity Minggu Pertama

2W
IS = (𝑎+𝑏) × 100 %

2×0
IS = (0 +0) × 100 % = 0 %

2. Indeks of Similarity Minggu Kedua

2W
IS = (𝑎+𝑏) × 100 %

2×0
IS = (0 +0) × 100 % = 0 %

3. Indeks of Similarity Minggu Ketiga

2W
IS = (𝑎+𝑏) × 100 %
2×0
IS = (0+ 119) × 100 % = 0 %

4. Indeks of Similarity Minggu Keempat

2W
IS = (𝑎+𝑏) × 100 %

2 × 119
IS = (119 + 248) × 100 % = 64,85 %

5. Indeks of Similarity Minggu Kelima

2W
IS = (𝑎+𝑏) × 100 %

2 × 248
IS = (248 + 427) × 100 % = 73,48 %

3. Lampiran Gambar

Gambar 1. Plot yang tidak ternaungi Gambar 2. Plot yang ternaungi

Gambar 3. Plot yang dibakar Gambar 3. Plot yang dicangkul

Anda mungkin juga menyukai