Anda di halaman 1dari 26

A.

SADIKIN
SYAMINA

PERANG KHAIBAR

SEJARAH PENGKHIANATAN YAHUDI TERHADAP RASULULLAH

A. Sadikin

Laporan
Edisi 15 / Oktober 2017

ABOUT US
Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah
lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala
bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh
semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak
media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk
menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas
dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada
metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini
merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.

Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami,


kirimkan e-mail ke:
lk.syamina@gmail.com
Seluruh laporan kami bisa didownload di website:
www.syamina.org
SYAMINA Edisi 15 / Oktober 2017

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI — 3
EXECUTIVE SUMMARY — 4
PERANG KHAIBAR; Sejarah Pengkhianatan Yahudi Terhadap Rasulullah — 6
Lokasi Khaibar — 6
Perjanjian Rasulullah dengan yahudi madinah — 7
Pengkhianatan-pengkhianatan Bangsa Yahudi Sebelum Perang Khaibar — 10
Sebab Perang Khaibar — 16
Kekuatan Pasukan Islam Saat Perang Khaibar — 16
Rute Menuju Khaibar — 18
Penyerangan Khaibar — 19
Kekuatan dan Kondisi Khaibar — 20
Penaklukan Benteng-benteng Khaibar — 20
Yahudi Khaibar Menyerah — 24
Ghanimah Perang Khaibar — 24
Penutup — 25

3
Edisi 15 / Oktober 2017 SYAMINA

EXECUTIVE SUMMARY

P
engkhianatan dan pembelotan selalu dianggap tercela dalam narasi banyak
budaya. Dalam sejarah Islam, pengkhianatan dan pembelotan yang paling
sering dilakukan dan berbahaya adalah apa yang dilakukan oleh orang-orang
Yahudi terhadap Rasulullah SAW. Dan perang Khaibar merupakan babak akhir dari
pengkhianatan mereka yang panjang semasa hidup Rasulullah. Perang ini terjadi
pada tahun 7 H atau 628 M.
Pengkhianatan pertama orang-orang Yahudi adalah apa yang dilakukan oleh
Bani Qainuqa. Bani Qainuqa termasuk bangsa Yahudi yang perkampungannya paling
dekat dengan tempat tinggal bangsa Arab Yatsrib (Madinah). Bahkan pasar mereka
merupakan di antara pasar yang banyak dikunjungi oleh bangsa Arab Madinah.
Pengkhianatan mereka berawal dari beberapa di antara mereka yang
mengganggu seorang perempuan Muslimah yang berakibat terjadi perkelahian
antara seorang Muslim dan beberapa orang dari Bani Qainuqa. Dalam perkelahian
itu, seorang Muslim terbunuh dan seorang Yahudi yang mengganggu Muslimah tadi
juga terbunuh. Karena Bani Qainuqa tidak beriktikad baik bahkan memusuhi Islam
Rasulullah pun lalu menyerang mereka dan berhasil mengalahkannya. Bani Qainuqa
akhirnya terusir dari Madinah.
Tidak lama berselang, Bani Nadhir mengikuti jejak Bani Qainuqa dalam
mengkhianati Rasulullah. Mereka bahkan hendak membunuh Rasulullah dengan
4
menjatuhkan batu besar ke kepala beliau. Namun usaha itu gagal. Oleh itu, Rasulullah
SYAMINA Edisi 15 / Oktober 2017

menyerang mereka dan berhasil mengalahkan mereka. Beliau akhirnya memutuskan


untuk mengusir mereka juga.
Pengkhianatan terakhir Yahudi sebelum perang Khaibar dilakukan oleh Yahudi
Bani Quraizhah. Mereka mengkhianati Rasulullah dengan menyerang pasukan
Islam dari belakang saat pasukan Islam tengah sibuk menghadapi pasukan Ahzab
di hadapan mereka. Beliau langsung menggempur Bani Quraizhah langsung
setelah berakhirnya perang Ahzab, dan berhasil mengalahkan mereka. Kepada Bani
Quraizhah diputuskan hukuman bahwa laki-laki dewasa dibunuh, para wanita dan
anak-anak dijadikan tawanan, serta harga mereka dijadikan ghanimah.
Khaibar merupakan lahan subur pertanian yang terletak di utara Madinah.
Jaraknya dengan Madinah yaitu delapan barid (sekitar 96 mil/ 154 km). Perkampungan
itu dikelilingi benteng-benteng pertahanan yang berlapis-lapis.
Penyebab perang Khaibar adalah karena Yahudi Bani Nadhir—yang setelah
terusir dari Madinah lalu menetap di Khaibar—menimbulkan permusuhan melawan
umat Islam. Mereka berusaha memprovokasi bangsa Arab untuk melawan Rasulullah.
Rasulullah lalu mengirimkan 1400 pasukannya untuk menyerang Khaibar dan
menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai salah seorang panglimanya. Meski berjalan alot
yang dipenuhi pengepungan, akhirnya benteng-benteng Khaibar dapat ditaklukkan
oleh tentara Islam. Penduduk Khaibar menyerah. Mereka menginginkan agar bisa
meninggalkan Khaibar meskit tidak membawa apa pun kecuali pakaian yang mereka
kenakan. Akhirnya beliau pun menyetujuinya dan memerintahkan pasukannya untuk
tetap melindungi warga Yahudi dan seluruh kekayaannya. Perlindungan itu sengaja
diberikan oleh Rasulullah untuk menunjukkan beda perlakuan kalangan Islam dan
Kristen terhadap pihak yang dikalahkan. Biasanya, pasukan Kristen dari kekaisaran
Romawi akan menghancurludeskan kelompok Yahudi yang dikalahkannya.
Tetapi sebagian penduduk Khaibar meminta dispensasi kepada Rasulullah untuk
tetap menetap di Khaibar guna menggarap lahannya yang subur, dengan bagi hasil
sesuai dengan keinginan beliau.
Dengan penaklukan Khaibar, Islam berubah kekuatan utama di Jazirah Arab.
Dan karena kemenangan umat Islam dalam pertempuran ini, kata “Khaibar” sering
disebutkan dalam slogan, lagu, atau senjata-senjata buatan orang-orang Islam.
Khaibar, Khaibar, Kaibar ya Yahuud! Jaisyu Muhammad Saufa Ya’uud. Ingatlah
Khaibar, Khaibar, dan Khaibar Wahai Yahudi! Pasukan Muhammad akan kembali.

5
Edisi 15 / Oktober 2017 SYAMINA

PERANG KHAIBAR
SEJARAH PENGKHIANATAN YAHUDI TERHADAP RASULULLAH

P
engkhianatan dan pembelotan adalah motif umum dalam narasi banyak
budaya. Dalam pandangan Islam, Perang Khaibar (7 H/629 M) adalah sebuah
kisah pengkhianatan dan konsekuensi mengerikan akibat merencanakan
suatu perlawanan terhadap Allah dan Nabi-Nya.1 Meski bisa jadi tidak semua Yahudi
Khaibar memusuhi Islam, namun dengan dominannya tokoh-tokoh dan orang-orang
yang mendukung permusuhan kepada Islam, maka peran pengkhianat diasumsikan
oleh keseluruhan kelompok Khaibar, dan bukan pada satu atau beberapa individu
saja.
Dengan demikian, pengutukan terhadap suatu kelompok sebagai pengkhianat
bukan berarti menafikan sama sekali adanya orang-orang baik dari mereka. Namun
karena kelompok tersebut didominasi oleh para pengkhianat, sehingga semuanya
dihukumi berdasarkan kelompok yang dominan. Kecuali mereka yang secara terang-
terangan memisahkan diri dari kelompok tersebut.

LOKASI KHAIBAR
Perang Khaibar adalah pertempuran yang terjadi antara umat Islam yang
dipimpin Rasulullah Muhammad saw dengan orang-orang Yahudi yang hidup di
oasis Khaibar, yang terletak sekitar delapan barid (sekitar 96 mil/ 154 km) sebelah
utara Madinah, Arab Saudi.2 Jarak tersebut pada umumnya ditempuh selama tiga
hari perjalanan dari Madinah. Saat itu, Khaibar terkenal dengan kesuburan lahan
pertanian dan hasil kurmanya. Selain sebagai perkampungan tempat tinggal, Khaibar

1 Jeffry R. Halverson dkk, Master Narratives of Islamist Extremism, Palgrave Macmillan, USA, 2011, hal. 76.
6 2 Lihat Ibnu Saad, Ath-Thabaqah Al-Kubra, vol. II, hal. 81, dan Russ Rodgers, The Generalship of Muhammad,
hal. 196.
SYAMINA Edisi 15 / Oktober 2017

juga didesain sebagai benteng pertahanan. Untuk itu, di Khaibar banyak didirikan
benteng-benteng untuk menahan laju serangan lawan. Tercatat, sejak didirikan
tampaknya belum ada kekuatan manapun yang berhasil menaklukkannya. Hingga
akhirnya berhasil dijinakkan oleh pasukan Islam yang dipimpin oleh Rasulullah SAW.

(Gambar 1: Salah satu peninggalan benteng Khaibar dan perkebunan kurma di


sekitarnya)

PERJANJIAN RASULULLAH DENGAN YAHUDI MADINAH


Setelah Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah, dan beliau yakin dengan struktur
masyarakat baru Islam di sana yaitu dengan berdiri di atas kesatuan akidah, politik
dan sistem Islam, maka beliau lalu mengalihkan pandangannya untuk menjalin
suatu kesepakatan dan ikatan bersama dengan golongan “non-Islam”, yaitu bangsa
Arab yang masih belum memeluk Islam, dan terutama orang-orang Yahudi. Hal ini
Rasulullah lakukan demi mewujudkan keamanan, kesejahteraan, kemuliaan dan
kebaikan kepada manusia seluruhnya.
Di samping itu, tujuan lainnya adalah untuk menyusun kembali struktur
masyarakat Madinah dalam satu keharmonisan hidup, yang sebelumnya sempat
tercerai-berai akibat perang saudara. Untuk mewujudkannya, Rasulullah pun
menggariskan peraturan-peraturan yang bersifat saling menghargai dan toleransi
yang belum pernah dinikmati oleh dunia, yang penuh dengan sikap kefanatikan dan
individualisme.
Paling tidak, ada dua perjanjian utama yang Rasulullah adakan, yaitu penjanjian
sesama internal umat Islam yang terdiri dari kalangan Muhajirin dan Anshar, dan
perjanjian eksternal antara orang-orang Muslim dan non-Muslim dari kalangan
musyrik Madinah dan bangsa Yahudi.3

3 Para ahli sejarah berbeda pendapat terkait validitas piagam perjanjian tersebut. Menurut Akram Al-Umari,
keberadaan piagam tersebut benar adanya, dengan beberapa alasan, di antaranya: meski tidak memiliki sanad
shahih namun inti piagam tersebut banyak didukung oleh potongan hadits-hadits yang shahih; penggunaan 7
kata dan diksi dalam piagam tersebut sangat dikenal dan kental di zaman Rasulullah; dan dalam piagam
Edisi 15 / Oktober 2017 SYAMINA

Untuk perjanjian internal umat Islam, Ibnu Hisyam mencatat bahwa isi-isi
perjanjian yang dibuat Rasulullah lalu disepakati oleh umat Islam, yaitu:

1. Mereka adalah umat yang satu diluar golongan yang lain.

2. Muhajirin dari Quraisy dengan adat kebiasaan yang berlaku di antara mereka
harus saling kerja sama dalam menerima atau membayar suatu tebusan. Sesama
Mukmin harus saling menebus orang yang ditawan dengan cara yang makruf dan
adil. Setiap kabilah dari Anshar dengan adat kebiasaan yang berlaku di kalangan
mereka harus menebus tawanan mereka sendiri, dan setiap golongan di antara
orang-orang Mukmin harus menebus tawanan dengan cara makruf dan adil.

3. Orang-orang Mukmin tidak boleh membiarkan seseorang yang menanggung


beban hidup di antara sesama mereka. Hendaknya mereka memberinya dengan
cara yang makruf dalam membayar tebusan atau membebaskan tawanan.

4. Orang-orang Mukmin yang bertakwa harus melawan orang yang berbuat zalim,
berbuat jahat dan kerusakan di antara mereka sendiri.

5. Secara bersama-sama mereka harus melawan orang-orang seperti itu, sekalipun


ia adalah anak seseorang di antara mereka sendiri.

6. Seorang Mukmin tidak boleh membunuh Mukmin lainnya karena membela


orang kafir.

7. Seorang Mukmin tidak boleh membela orang kafir dengan mengabaikan Mukmin
lainnya.

8. Jaminan Allah adalah satu. Orang yang lemah di antara mereka pun berhak
mendapat perlindungan.

9. Jika ada di antara Yahudi yang mengikuti kita, maka mereka berhak mendapat
pertolongan dan persamaan hak, tidak boleh dizalimi dan ditelantarkan.

10. Perdamaian yang dibuat oleh orang-orang Mukmin harus satu. Seorang Mukmin
tidak boleh mengadakan perdamaian sendiri dengan selain Mukmin dalam suatu
peperangan di jalan Allah. Mereka harus sama dan adil.

11. Sebagian Mukmin (yang mampu) harus menampung mukmin lainnya, sehingga
darah mereka terlindungi di jalan Allah.

12. Orang-orang musyrik tidak boleh melindungi harta orang Quraisy dan tidak
boleh merintangi orang Mukmin.

13. Siapa pun yang membunuh seorang Mukmin yang tidak bersalah, maka ia
harus mendapat hukuman yang setimpal (diqisas), kecuali jika wali korban yang
dibunuh merelakannya.

14. Semua orang Mukmin harus bangkit untuk membela (agama dan negeri mereka)
dan tidak boleh diam saja.
8 tersebut tidak ada pujian atau celaan terhadap individu atau kelompok tertentu sehingga dugaan bahwa itu
adalah dusta bisa diabaikan. Lihat As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, vol. I, hal. 275-278.
SYAMINA Edisi 15 / Oktober 2017

15. Orang Mukmin tidak boleh membantu dan menampung orang jahat. Siapa yang
melakukannya maka berhak mendapat laknat Allah dan kemurkaan-Nya pada
Hari Kiamat dan tidak ada tebusan yang bisa diterima.

16. Perkara apa pun yang diperselisihkan di antara mereka, harus dikembalikan
kepada Allah dan Muhammad saw.4
Tidak lama setelah mengukuhkan perjanjian di kalangan internal umat Islam,
Rasulullah SAW pun kemudian melakukan perjanjian dengan bangsa Yahudi.
Adapun di antara isi perjanjian tersebut yaitu,

1. Bangsa Yahudi dari Bani Auf adalah satu umat (bangsa) bersama orang-orang
mukmin. Mereka bebas dengan agama mereka sendiri, dan orang-orang Islam
juga bebas dengan agama mereka. Begitu juga orang-orang yang bersekutu
dengan mereka, termasuk diri mereka sendiri. Perkara ini juga berlaku kepada
selain Yahudi Bani Auf.

2. Bangsa Yahudi hendaklah berkewajiban membiayai negara sebagaimana


kewajiban atas orang-orang Islam.

3. Mereka hendaknya saling tolong menolong melawan sesiapa pun yang


memerangi orang-orang yang menandatangi piagam ini.

4. Mereka hendaknya saling nasihat menasihati, saling melakukan kebajikan dan


bukan dosa.

5. Siapa pun tidak boleh dianggap bersalah kerana kesalahan yang dilakukan oleh
sekutunya.

6. Pertolongan hendaklah diberi kepada orang yang terzalimi.

7. Bangsa Yahudi hendaklah bersepakat dengan orang-orang Mukmin selama


mereka tidak berada dalam kondisi perang.

8. Kota Yatsrib harus terpelihara sepenuhnya; tidak boleh dicerobohi oleh pihak
mana pun yang menandatangani piagam ini.

9. Perselisihan atau persengketaan apa pun di antara sesama peserta piagam ini
yang dikhawatirkan akan membawa kepada bencana maka hendaklah dirujuk
kepada hukum Allah dan kepada penyelesaian oleh Muhammad Rasulullah SAW.

10. Tidak boleh di beri perlindungan kepada Quraisy (musuh) begitu juga tidak boleh
di beri perlindungan kepada orang-orang yang membantunya.

11. Hendaknya ada perjanjian untuk saling bantu-membantu mempertahankan


kota Yatsrib dari pihak mana pun yang menyerangnya. Setiap pihak
berkewajipan mengambil bagian masing-masing dalam suatu perdamaian.

4 Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyyah, vol. I, hal. 501-502. Lihat juga Shafiyyurman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq 9
Al-Makhtum, hal. 168-169.
Edisi 15 / Oktober 2017 SYAMINA

12. Piagam ini tidak boleh di pakai untuk melindungi orang-orang zalim dan
yang bersalah.5
Dari perjanjian tersebut jelaslah bahwa antara umat Islam yang dipimpin
oleh Rasulullah SAW dan bangsa Yahudi terjalin sebuah kesepakatan untuk saling
berdamai, saling berusaha mempertahankan kota Madinah, serta tidak melakukan
pengkhianatan dengan menyerang salah satu pihak.

PENGKHIANATAN- PENGKHIANATAN BANGSA YAHUDI SEBELUM PERANG KHAIBAR

Pengkhianatan Bani Qainuqa


Setelah perjanjian tersebut disepakati, Rasulullah SAW benar-benar
melaksanakan isi perjanjian itu dan tidak ada satu poin pun dari perjanjian tersebut
yang dilanggar oleh orang-orang Muslim. Tapi justru yang pertama kali melanggar
dan mengkhianati perjanjian tersebut justru dari bangsa Yahudi, yaitu Bani Qainuqa’.
Bani Qainuqa merupakan bangsa Yahudi yang tinggal di dalam Madinah.
Pada umumnya mereka bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, pembuat
berbagai perkakas dan berjana. Karena pejerjaan tersebut, mereka memiliki sekian
banyak orang yang pandai membuat perangkat-perangkat perang. Pelanggaran dan
pengkhianatan tersebut ternyata memang tidak jauh dari tabiat dan karakter bangsa
Yahudi sebelumnya.6
Konflik dengan Yahudi dari Bani Qainuqa berawal dari perbuatan mereka yang
mulai menampakkan ketidaksenangan terhadap orang-orang Muslim dengan cara
mengolok-olok mereka, mengejek dan mengganggu orang-orang Muslim yang
datang untuk berbelanja di pasar mereka. Tidak hanya itu, mereka bahkan berani
mengganggu perempuan-perempuan Muslimah.
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa ada seorang perempuan Muslimah yang
datang ke pasar Bani Qainuqa dengan mengenakan jilbab dan penutup wajahnya.
Perempuan tersebut duduk di dekat seorang pengrajin perhiasan yang merupakan
seorang berkebangsaan Yahudi. Beberapa dari Bani Qainuqa lantas berusaha
menyingkap penutup wajah yang dikenakan perempuan Muslimah tadi.
Muslimah tadi pun lantas berontak melakukan perlawanan. Tanpa
sepengatahuan perempuan Muslimah tadi, pengrajin perhiasan tersebut dengan
diam-diam mengikat ujung baju Muslimah tersebut. Tatkala perempuan Muslimah
tersebut bangkit maka otomatis auratnya pun tersingkap. Menyaksikan itu, mereka
pun tertawa terbahak-bahak. Lantaran merasa malu, perempuan Muslimah tadi pun
lantas berteriak meminta tolong.
Mendengar teriak tersebut, seorang Muslim yang berada di dekatnya pun
lantas bangkit menghampiri pengarajin perhiasan tersebut lalu membunuhnya.
Orang-orang Yahudi Qainuqa kemudian menangkap dan mengikat laki-laki Muslim

5 Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyyah, vol. I, hal. 503-505


6 Tentang sifat mereka ini tersurat dalam QS. Al-Anfal: 56. Allah swt berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang
10 terikat perjanjian dengan kamu, kemudian setiap kali berjanji mereka mengkhianati janjinya, sedang mereka
tidak takut (kepada Allah).”
SYAMINA Edisi 15 / Oktober 2017

tersebut kemudian juga membunuhnya. Menurut Ibnu Hisyam, peristiwa inilah


yang menyebabkan Rasulullah saw memerangi Yahudi Bani Qainuqa.7
Mendapat kabar tidak baik tersebut, Rasulullah SAW pun segera mendatangi
mereka untuk menasihati mereka dan mengingatkan mereka akan bahaya perbuatan
mereka tersebut. Pada suatu kesempatan saat berada di pasar Bani Qainuqa, Rasullah
SAW berkata kepada mereka, “Wahai sekalian orang-orang Yahudi! Masuk Islamlah
kalian. Mumpung kalian belum mengalami seperti yang dirasakan orang-orang
Quraisy.”
Mendengar peringatan dari Rasulullah tersebut, Bani Qainuqa justru menimpali,
“Wahai Muhammad! Janganlah Engkau terperdaya oleh dirimu sendiri, hanya karena
Engkau telah berhasil membunuh orang-orang Quraisy. Mereka adalah orang-orang
bodoh yang tidak mengerti berperang. Seandainya Engkau berperang menghadapi
kami, niscaya Engkau akan mengerti bahwa kamilah ahlinya. Engkau tentu belum
pernah bertemu dengan orang-orang yang seperti kami.”8
Perkataan Yahudi Bani Qainuqa tersebut merupakan ajakan perang secara tidak
langsung kepada Rasulullah SAW.
Setelah mengetahui sikap Bani Qainuqa yang jelas menampakan sikap tidak
kooperatif dan memperlihatkan permusuhan, Rasulullah SAW pun memutuskan
untuk menggempur mereka. Pada pertengahan Syawal tahun 2 H, Rasulullah pun
mempersiapkan pasukannya untuk menyerang perkampungan sekaligus benteng
Bani Qainuqa dan mulai melakukan pengepungan.
Pengepungan tersebut berjalan selama sekitar setengah bulanan, sehingga
pada bulan berikutnya yaitu Dzulqa’dah, Bani Qainuqa pun menyatakan menyerah.
Mereka pasrah terhadap apa pun keputusan Rasulullah terhadap diri, harta, dan
keluarga mereka.
Pada awalnya Rasulullah SAW memerintahkan untuk menghabisi mereka.
Itulah balasan bagi mereka yang melanggar perjanjian dalam tradisi bangsa Arab.
Akan tetapi, Abdullah bin UbaI bin Salul, seorang tokoh orang-orang Munafik
yang terhitung masih pemuka suku Khazraj, justru memintakan keringanan pada
mereka, dan mengusulkan untuk memaafkan mereka. Suku Khazraj dahulu memang
merupakan sekutu Bani Qainuqa. Ia berkata kepada Rasulullah, “Wahai Muhammad!
Berbuat baiklah kepada teman-temanku.”
Mendengar itu, Rasulullah SAW hanya terdiam. Namun Abdullah bin UbaI
terus mendesak beliau untuk memaafkan mereka, sementara beliau tetap pada
keputusannya. Hingga pada akhirnya Abdullah bin UbaI berkata kepada Rasululllah,
“Tidak! Demi Allah! Saya tidak akan melepaskanmu hingga Engkau mau berbuat baik
kepada teman-temanku (Bani Qainuqa).

7 Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyyah, vol. I, hal. 503-504


8 HR. Abu Daud, no hadits. 3001. Berkaitan dengan perkataan mereka tersebut, turunlah QS. Ali Imran: 12-13
yang berbunyi, “Katakanlah kepada orang-orang kafir, ‘Kalian pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dam digiring
ke dalam neraka Jahannam. Dan, itulah tempat seburuk-buruknya. Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalin
pada dua golongan yang telah bertemu (berperang). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan)
yang kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslim dua kali jumlah mereka.
Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu 11
terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.”
Edisi 15 / Oktober 2017 SYAMINA

Dengan mengerahkan 400 orang tanpa baju besi dan 300 orang dengan baju
besi, mereka pernah menghalangi untuk berperang dengan berbagai kabilah. Tetapi
apakah Engkau justru akan membunuh mereka hanya dalam sekejap? Demi Allah!
Saya khawatir akan timbul bencana di kemudian hari.”
Akhirnya, Rasulullah SAW pun bermurah hati kepada mereka. Beliau
memerintahkan Yahudi Bani Qainuqa pergi sejauh-jauhnya dari Madinah dengan
meninggalkan harta benda mereka.9

Pengkhianatan Bani Nadhir


Pada Rabi’ul Awwal tahun 4 H, bangsa Yahudi lainnya kembali melanggar dan
mengkhianati perjanjian dengan Rasulullah SAW. Bangsa Yahudi tersebut yaitu Bani
Nadhir. 10
Rasulullah SAW melakukan peperangan terhadap Bani Nadhir disebabkan
mereka telah membuat konspirasi untuk membunuh beliau saat berkunjungnya ke
perkampungan mereka.
Sebagaimana yang disebutkan Ibnu Hisyam, Rasulullah SAW berangkat menuju
Bani Nadhir untuk meminta bantuan diyat bagi dua korban dari Bani Amir yang
dibunuh oleh Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri. Sebagaimana yang tertuang dalam
perjanjian antara Rasulullah dan bangsa Yahudi pada awal-awal kedatangan beliau
ke Madinah bahwa untuk membayar suatu tebusan maka dibebankan kepada
seluruh penduduk yang tinggal di Madinah.
Ketika itu Rasulullah ditemani Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Ali bin Abu
Thalib.
Dulu, Bani Nadhir dan Bani Amir merupakan sekutu. Kala Rasulullah sampai
di tempat Bani Nadhir, mereka berkata, “Wahai Abu Al-Qasim kami akan berusaha
membantumu.” Mereka lalu mempersilakan Rasulullah duduk. Beliau pun duduk di
dekat tembok salah satu milik Bani Nadhir.
Lalu orang-orang Bani Nadhir berkumpul. Tiba-tiba Amr bin Jahasy naik ke
atas rumah untuk menjatuhkan batu ke atas kepala Rasulullah SAW. Saat itulah
Rasulullah menerima wahyu dari langit tentang apa yang akan dilakukan orang-
orang Bani Nadhir. Oleh karenanya, Rasulullah segera beranjak dan pulang ke
Madinah. Rasulullah menjelaskan kepada para sahabat rencana makar orang-orang
Yahudi untuk membunuh dirinya pada mereka. Rasulullah lalu memerintahkan
para sahabat untuk bersiap-siap memerangi orang-orang Yahudi Bani Nadhir.11
Rasulullah SAW kemudian mengutus Muhammad bin Maslamah untuk
menemui pemimpin Bani Nadhir dan menyampaikan pesan beliau kepada mereka,
“Tinggalkanlah Madinah dan jangan hidup bertetangga denganku. Kuberi kalian
tempo sepuluh hari. Siapa yang masih kutemui setelah itu maka akan aku penggal
lehernya.”

9 Shafiyyurman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, hal. 216-217.


12 10 Ath-Thabari, Tarikh Ar-Rusul wa Al-Muluk, vol. II, hal. 551.
11 Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyyah, vol. II, hal. 190.
SYAMINA Edisi 15 / Oktober 2017

Tidak ada pilihan lain bagi Bani Nadhir kecuali hengkang meninggalkan Madinah.
Mereka pun sudah menyiapkan segala-galanya untuk keluar dari Madinah. Namun
Abdullah bin Ubai bin Salul, pemimpin orang-orang munafik, mengirim utusan
kepada mereka untuk mengatakan, “Kuatkanlah hati kalian. Bertahanlah dan jangan
tinggalkan rumah kalian. Aku memiliki 2000 orang yang siap bergabung bersama
kalian di benteng kalian. Mereka siap mati demi membela kalian. Jika kalian diusir,
kami juga akan pergi bersama kalian. Sekali-kali kami tidak akan patuh kepada
seorang pun12 yang akan menyusahkan kalian. Jika kalian diperangi, kami akan
membantu kalian. Yahudi Bani Quraizhah dan sekutu kalian dari Ghathafan tentu
juga akan mengulurkan bantuan kepada kalian.”13
Mendengar itu, kepercayaan diri Yahudi Bani Nadhir pun bangkit kembali.
Mereka sepakat untuk melakukan perlawanan. Pemimpin mereka Huyai bin Akhtab
sangat bersemangat saat merespon utusan Abdullah bin Ubai bin Salul. Dia pun
lantas mengirim utusan kepada Rasulullah untuk menyatakan, “Kami tidak akan
keluar dari tempat tinggal kami. Berbuatlah menurut kehendakmu.”
Setelah Rasulullah SAW mengetahui reaksi Huyai bin Akhtab, maka beliau
bertakbir bersama para sahabat. Beliau lalu bangkit untuk menyerang orang-orang
Yahudi Bani Nadhir dan mengepung mereka.
Penduduk Bani Nadhir lalu semuanya masuk ke dalam benteng mereka. Dari sana
mereka melancarkan serangan dengan panah dan batu kepada pasukan Rasulullah.
Kebun kurma dan ladang yang berada dalam benteng cukup membantu pertahanan
mereka. Untuk itulah Rasulullah memerintahkan untuk memotong pohon-pohon
kurma tersebut dan membakarnya.
Pengepungan itu berlangsung tidak terlalu lama, yaitu hanya enam hari. Bani
Nadhir akhirnya menyatakan menyerah, setelah bantuan yang dijanjikan oleh orang-
orang munafik tidak kunjung terwujud. Mereka mengirim utusan kepada Rasulullah
yang mengatakan, “Kami siap keluar dari Madinah.”
Rasulullah SAW pun memberi kesempatan buat mereka untuk meninggalkan
Madinah dengan membawa seluruh keluarga, juga harta benda mereka sebanyak
yang bisa dibawa seekor onta. Sedangkan untuk persenjataan mereka tidak boleh
dibawa. Dendam akibat pengusiran inilah yang nantinya menyebabkan terjadinya
perang Khaibar. Bahkan Al-Quran menyinggung perang Bani Nadhir dalam satu
surat utuh.14

12 Yang dimaksud olehnya yaitu Rasulullah saw.


13 Perkataan Abdullah bin Ubai bin Salul ini kemudian disinggung dalam al-Quran, “Tidakkah engkau
memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudaranya yang kafir di antara Ahli
Kitab, ‘Sungguh jika kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu, dan kami selamanya tidak
akan patuh kepada siapa pun demi kamu, dan jika kamu diperangi pasti akan membantumu.’ Dan Allah
menyaksikan, bahwa mereka benar-benar pendusta. Sungguh jika mereka diusir, orang-orang munafik
tidak akan keluar bersama mereka, dan jika mereka diperangi; mereka (juga) tidak akan menolongnya; dan
kalaupun mereka menolongnya pastilah mereka akan berpaling lari ke belakang, kemudian mereka tidak
akan mendapat pertolongan.” [QS. Al-Hasyr: 11-12]
14 Allah swt menurunkan surat Al-Hasyr yang secara khusus mengisahkan peristiwa Bani Nadhir ini. Di dalamnya
digambarkan tentang: pengusiran orang-orang Yahudi, pelecehan sikap orang-orang munafik, penjelasan
hukum-hukum rampasan perang, sanjungan kepada kaum Muhajirin dan Anshar; legitimasi akan bolehnya
menebang dan membakar pohon di wilayah musuh demi pertimbangan strategi perang. Di dalamnya juga
ada nasihat kepada orang-orang Mukmin untuk bertakwa dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari 13
akhirat, di akhiri dengan pujian kepada Allah serta penyebutan beberapa asma dan sifat-Nya.
Edisi 15 / Oktober 2017 SYAMINA

Pengkhianatan Yahudi Bani Quraizhah


Tidak lama setelah terusir dari Madinah, sekitar dua puluh pemuka Yahudi
Bani Nadhir mendatangi para tokoh Quraisy Mekah. Mereka mendorong Quraisy
untuk kembali menyerang Madinah. Para tokoh Quraisy pun mengapresiasi hal itu
dan menyetujuinya. Pemuka Bani Nadhir juga mendatangi Bani Ghatafhan, sekutu
mereka dahulu, untuk melakukan hal yang sama.
Bani Ghathafan juga menanggapi dengan baik usul mereka sebagaimana yang
dilakukan para pemuka Quraisy. Sehingga dengan demikian terkumpullah pasukan
yang besar dari Quraisy dan Ghathafan yang menyebabkan terjadinya perang Ahzab.
Saat pasukan Ahzab yang dipimpin Quraisy mulai mengepung Madinah, Huyai
bin Akhtab, seorang tokoh Bani Nadhir yang mengungsi di Khaibar mendatangi
Kaab bin Asad al-Qurazhi, pemimpin Yahudi Bani Quraizhah. Kaab bin Asad masih
termasuk sekutu dan teman Huyai bin Akhtab.
Waktu itu, Yahudi Quraizhah adalah satu-satunya kabilah besar Yahudi yang
masih tinggal di sekitar Madinah. Tujuan kedatangan Huyai bin Akhtab adalah
untuk membujuk Bani Quraizhah agar melanggar dan mengkhianati perjanjian
mereka dengan Rasulullah. Yaitu dengan menyerang dari belakang pasukan Islam
saat mereka sedang sibuk menghadapi pasukan Ahzab yang berjumlah begitu besar.
Pada awalnya, Kaab bin Asad menolak mentah-mentah ajakan Huyai bin Akhtab.
Namun akhirnya Kaab bin Asad luluh manakala Huyai bin Akhtab menjamin dengan
bersumpah bahwa ia dan orang-orangnya akan bergabung dengan Bani Quraizhah
manakala orang Qurais tidak berhasil mengalahkan pasukan Rasulullah. Sejak itu,
Bani Quraizhah pun mulai melakukan serangan dari belakang pasukan Islam.
Kabar tentang pengkhianatan Bani Quraizhah akhirnya sampai di telinga
Rasulullah SAW. Beliau lalu mengutus beberapa sahabatnya untuk menyelidiki
kebenaran berita tersebut. tidak lama kemudian utusan itupun kembali dan
melaporkan kebenaran berita tersebut.
Dalam situasi mencekam dalam menghadapi musuh dari luar dan dalam tersebut,
Rasulullah SAW kemudian pun sigap dengan menjalankan stategi jitu. Yaitu strategi
untuk memecah-belah kekuatan musuh. Beliau mengutus beberapa utusan kepada
Bani Ghathafan, Bani Quraizhah, dan Quraisy dengan misi untuk menghentikan niat
mereka memerangi Rasulullah.
Kepada Bani Ghathafan Rasulullah menjanjikan sepertiga hasil panen kurma
Madinah buat mereka jika menarik diri dari pasukan Ahzab. Sementara kepada Bani
Quraizhah utusan beliau berhasil membuat ragu mereka dan mengulur niat mereka
untuk menyerang Rasulullah dari belakang dengan mengusulkan sebaiknya mereka
tidak berperang bersama pasukan Ahzab sebelum mereka mendapat jaminan dari
mereka.
Sedang kepada Quraisy utusan Rasulullah memberitahu bahwa Bani Quraizhah
menyesali bergabung dengan mereka. Buktinya mereka nanti akan meminta jaminan
yang nantinya akan diserahkan kepada Rasulullah. Sehingga jika mereka meminta
14 jaminan, maka sebaiknya ditolak saja. Dengan strategi tersebut, Rasulullah SAW
SYAMINA Edisi 15 / Oktober 2017

pun berhasil meredam keinginan pihak musuh, baik yang berasal dari luar Madinah
maupun dari dalam Madinah. Pasukan Ahzab akhirnya gagal ingin menguaisai
Madinah setelah diserang oleh angin yang dahsyat pada malam harinya.15
Setelah berakhirnya perang Ahzab yang menyebabkan porak-porandanya
pasukan Ahzab, pada salah satu Sabtu di bulan Syawal 5 H, Rasulullah SAW kemudian
kembali ke Madinah pada pagi harinya. Kemudian pada siang hari setelah shalat
Zhuhur, beliau kembali menginstruksikan kepada pasukan Islam yang baru saja
pulang perang dan belum sempat beristirahat penuh untuk segera bergerak menju
perkampungan Bani Quraizhah.
Instruksi itu sangat jelas, “Barang siapa yang taat dan tunduk (pada Allah dan
Rasul-Nya) maka janganlah sekali-kali kalian menunaikan shalat Ashar kecuali di
Bani Quraizhah.” Setelah tiba di sana, pasukan Islam pun melakukan pengepungan
dengan ketat terhadap Bani Quraizhah.16
Setelah mengetahui tekad bulat pasukan Islam untuk melakukan pengepungan
terhadap Bani Quraizhah, Kaab bin Asad lalu menawarkan tiga opsi untuk
menyelesaikan persoalan tersebut. Tiga opsi itu yaitu:

1. Memeluk Islam. Dengan begitu mereka mendapat jaminan keamanan atas


darah, harta, anak-anak, dan wanita-wanita mereka.

2. Membunuh anak-anak dan wanita-wanita mereka, lalu berperang habis-habisan


melawan pasukan Muhammad sampai mereka meraih kemenangan atau mereka
terbunuh semuanya.

3. Langsung menyerang Muhammad dan melanggar larangan untuk berperang


pada hari Sabtu.
Ternyata tidak ada satu pun opsi yang mereka setujui. Mereka menolak seluruh
opsi tersebut. Mereka lebih memilih menyerah kepada pasukan Islam serta pasrah
terhadap apa pun keputusan Rasulullah SAW atas diri mereka.17
Sebelum Rasulullah SAW membuat keputusannnya, orang-orang Aus mendatangi
beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah! Engkau telah membuat keputusan
terhadap Yahudi Bani Qainuqa (dengan mengusir mereka dari Madinah) seperti
yang telah Engkau ketahui. Mereka dulunya adalah sekutu dari saudara kami dari
Khazraj. Sementara Bani Quraizhah dulunya adalah sekutu kami. Berbuat baiklah
kepada mereka.”
Rasulullah SAW menanggapi usul mereka dengan menyerahkan sepenuhnya
keputusan terhadap Bani Quraizhah kepada pemimpin Aus yaitu Saad bin Muadz.
Saat itu, Saad bin Muadz dalam kondisi sakit parah akibat luka yang dialaminya pada
perang Bani Qainuqa. Di luar dugaan kaumnya, justru keputusan Saad bin Muadz
sangat keras.
Ia memutuskan bahwa Yahudi Bani Quraizhah yang sudah dewasa untuk
dibunuh, anak-anak dan para wanita dijadikan tawanan, serta harta benda mereka
15 Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, hal. 282-286.
16 Lihat Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa Al-Nihayah, vol. IV, hal. 116. 15
17 Ath-Thabari, Tarikh Ar-Rasul wa Al-Muluk, vol. II, hal. 583-584.
Edisi 15 / Oktober 2017 SYAMINA

dijadikan ghanimah. Mendengar keputusan itu, Rasulullah pun mengapresiasinya


dengan berkata, “Engkau telah membuat keputusan berdasarkan keputusan Allah
dari langit ke tujuh.”18

SEBAB PERANG KHAIBAR


Sebagaimana disinggung sebelumnya, penyebab perang Khaibar adalah karena
Yahudi Bani Nadhir menimbulkan permusuhan melawan umat Islam. Sebagaimana
disebutkan terdahulu, setelah terusir dari Madinah, Bani Nadhir kemudian menetap
di Khaibar.
Mereka kembali menghimpun kekuatan berupa pasukan gabungan dengan
maksud memerangi Rasulullah SAW dan memprovokasi kabilah Ghathafan untuk
melawan beliau. Dulu, mereka bahkan pernah merencanakan untuk menyerang
umat Islam.
Yahudi tak mempunyai cukup kekuatan untuk menggempur kaum Muslimin.
Namun mereka cerdik. Mereka mampu menyatukan musuh-musuh Rasulullah
SAW dari berbagai kabilah yang sangat kuat. Hal itu terbukti pada Perang Khandaq.
Bagi warga Muslim di Madinah, Yahudi lebih berbahaya dibanding musuh-musuh
lainnya.
Bagaimanapun, setelah perjanjian Hudaibiyah yang menyebabkan Rasulullah
SAW bisa menyingkirkan musuh utamanya untuk sementara waktu yaitu Quraisy,
beliau pun mulai mengatur strategi untuk menghadapi dua sayap musuh yang
masih kuat, yaitu: Bangsa Yahudi dan Qabilah-qabilah di Najd. Hal ini agar tercapai
keamanan dan stabilitas secara mutlak di Madinah.
Seterusnya orang-orang Islam bisa beristirahat sebentar dari peperangan
berdarah yang terus-menerus terjadi itu dan mengalihkan langkah kepada usaha-
usaha dakwah dan menyampaikan risalah Allah sepenuhnya.
Oleh kerana Khaibar merupakan sarang makar dan konspirasi, bahkan
merupakan markas gerakan militer yang menimbulkan kekacauan dan menyebabkan
peperangan, maka sudah selayaknya kaum muslimim fokus padanya. Jika dicermati
bahwa terkumpulnya pasukan Ahzab yang sangat besar tersebut bersumber dari
Khaibar.
Demikian juga yang menyebabkan Yahudi Bani Quraizhah berani melakukan
pengkhianatan tidak lain karena bujukan salah seorang tokoh Yahudi yang menetap
di Khaibar. Bagaimana pun, jika terus-menerus dibiarkan, Khaibar akan tetap
menyebarkan ancaman terhadap stabilitas dan keamanan Madinah.

KEKUATAN PASUKAN ISLAM SAAT PERANG KHAIBAR


Jumlah pasukan yang dikerahkan Rasulullah SAW untuk menyerbu dan
mengepung Khaibar berjumlah 1400 orang. Jumlah tersebut persis sebagaimana
jumlah pasukan Islam yang ikut serta bersama Rasulullah dalam perjanjian
Hudaibiyah. Kerana Allah SWT menurunkan perintah untuk Rasulullah bahwa
16
18 Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyyah, vol. II, hal. 239-240.
SYAMINA Edisi 15 / Oktober 2017

mereka yang boleh ikut serta berjihad dalam perang Khaibar adalah hanya mereka
yang ikut perjanjian Hudaibiyah.19 Pada saat itu, Rasulullah menunjuk Saba’ bin
Urthufah sebagai pengganti beliau di Madinah, kerena beliau sendiri yang akan
memimpin langsung perang tersebut.20
Sementara itu, di dalam kota Madinah, orang-orang munafik pun mulai
membocorkan rencana penyerangan Khaibar. Abdullah bin Ubai, pemimpin orang-
orang munafik lalu mengirim utusan kepada Yahudi Khaibar untuk menyampaikan
pesan akan kedatangan pasukan Rasulullah kepada mereka.
Ia meminta Yahudi Khaibar untuk siap siaga dan menghibur mereka untuk tidak
takut menghadapi hal itu karena jumlah pasukan Islam lebih sedikit dari jumlah
kekuatan mereka. Selain juga persenjataan mereka yang lebih minim dibanding
persenjantaan yang dimiliki Yahudi Khaibar.
Meski telah memiliki pasukan sekitar 10. 000 personil, tetapi setelah menerima
kabar dari orang-orang munafik tersebut, Yahudi Khaibar juga mengutus utusan21
kepada Bani Ghathafan untuk meminta bantuan mereka dalam menghadapi pasukan
Rasulullah. Bani Ghathafan merupakan sekutu orang-orang Yahudi dan pernah
bersepakat bersama mereka untuk memerangi Rasulullah. Bani Ghathafan pun
menyanggupinya dengan meminta imbalan berupa setengah hasil kurma Khaibar
jika mereka berhasil mengalahkan pasukan Islam. Jumlah pasukan yang dimiliki
Ghathafan saat itu yaitu sekitar 4.000 personil.
Untuk itu, mereka pun melakukan berbagai persiapan dan segera menuju
Khaibar untuk membantu orang-orang Yahudi. Tak beberapa jauh setelah melakukan
perjalanan, mereka mendengar suara gaduh dan hiruk pikuk dari arah belakang
mereka.
Mereka pun menduga bahwa suara tersebut berasal dari perkampungan mereka,
yaitu suara pertempuran antara kabilah mereka dengan pasukan Islam. Akhirnya
mereka pun memutuskan untuk pulang dan membatalkan janji mereka untuk
membantu orang-orang Yahudi Khaibar.22

19 Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, hal. 334.


20 Ath-Thabari, Tarikh Ar-Rasul wa Al-Muluk, vol. III, hal. 9.
21 Utusan tersebut yaitu Kinanah bin Abul Huqaiq dan Haudzah bin Qais. 17
22 Ath-Thabari, Tarikh Ar-Rasul wa Al-Muluk, vol. III, hal. 9.
Edisi 15 / Oktober 2017 SYAMINA

RUTE MENUJU KHAIBAR


Untuk menuju Khaibar, Rasulullah SAW mengambil rute dengan melewati
perbukitan Ashr lalu selanjutnya menuju Shahba`. Seletah melewati Shabha` beliau
kemudian menuju Raji’ dan di sanalah beliau memutuskan untuk bermalam.

(Gambar. Peta rute perjalanan Rasulullah saw menuju Khaibar)


Dari Raji’ menuju Khaibar, agar lebih efektif dan efisien serta bernilai strategis,
Rasulullah SAW lantas menunjuk seorang penunjuk jalan.23 Penunjuk jalan tersebut
menyarankan bahwa untuk menuju Khaibar sebaiknya dengan menempuh rute
menuju Syam. Hal ini agar pasukan Islam dapat menghadang kemungkinan
melarikan dirinya Yahudi Khaibar, baik melarikan diri menuju Syam, maupun
menuju Bani Ghathafan.
Saat tiba di suatu persimpangan yang semuanya bisa digunakan untuk menuju
Khaibar, petunjuk jalan itu lantas meminta pendapat Rasulullah SAW. Beliau pun
lantas memutuskan untuk melalui jalan yang bernama Marhab, yang berarti selamat
datang.24

23 Penunjuk jalan tersebut bernama Husail.


24 Disebutkan bahwa sebelum Rasulullah SAW memutuskan untuk melalui jalan Marhab, beliau meminta
18 kepada petunjuk jalan tersebut untuk menyebutkan nama masing-masing jalan persimpangan tersebut. Lalu
penunjuk jalan itupun menyebutkan satu persatu nama-namanya. Nama-nama jalan tersebut yaitu Huzn,
SYAMINA Edisi 15 / Oktober 2017

PENYERANGAN KHAIBAR
Rasulullah SAW bersama pasukannya akhirnya tiba di suatu tempat yang tidak
jauh dari Khaibar pada waktu malam, lalu mendirikan kemah di sana. Saat itu
kedatangan Rasulullah dan pasukannya tidak ketahui oleh penduduk Khaibar. Pada
paginya, penduduk Khaibar pun beraktifitas seperti hari-hari biasa dengan pergi ke
kebun-kebun mereka yang berada di luar benteng Khaibar.
Oleh itu, tatkala mereka menemukan pasukan Islam beserta tenda-tenda
yang berjumlah banyak yang berada di luar benteng, mereka pun segera pulang
berhamburan untuk menuju benteng kembali seraya berteriak, “Itu adalah
Muhammad. Demi Allah itu adalah Muhammad dan pasukannya.”
Hubab bin Mundzir, salah seorang sahabat yang ahli strategi, datang menemui
Rasulullah SAW untuk menanyai apakah posisi pasukan saat itu merupakan
keputusan yang bersadarkan wahyu, atau hanya sekedar strategi perang. Rasulullah
pun menjawab bahwa itu hanya strategi perang.
Lalu Hubab pun menjelaskan bahwa posisi saat itu tidak menguntungkan di lihat
dari pandangan strategi militer. Perkemahan pasukan Islam terlalu dekat dengan
salah benteng Khaibar, sehingga musuh bisa memantau pergerakan pasukan Islam
sementara pasukan Islam tidak bisa memantau pergerakan musuh. Selain itu, akibat
posisi yang dekat dengan musuh, anak panah musuh pun akan dengan mudah
mengenai pasukan Islam akibat posisi mereka yang lebih tinggi.
Sebaliknya, anak panah yang diluncurkan pasukan Islam tidak akan mengenai
mereka yang berlindung di balik benteng mereka. Daerah tempat berkemah saat itu
banyak terdapat pohon kurma yang tanahnya rendah dan kurang baik sebagai maskas
serangan. Akhirnya Hubab bun Mundzir pun mengusulkan untuk memindahkan
lokasi kemah sekaligus pusat komando perang di tempat yang lebih strategis dari
sebelumnya.
Rasulullah SAW setuju atas usul tersebut. Beliau pun menginstruksikan
pasukannya untuk bergeser menjauhi benteng musuh untuk mencari lokasi yang
lebih strategis. Setelah sampai di suatu daerah yang tidak begitu jauh dari tempat
semula, tiba-tiba beliau memerintahkan untuk berhenti.
Rasulullah lalu memerintahkan untuk mendirikan tenda di sana. Di tempat
inilah kemudian beliau berdoa, “Ya Allah! Rabb tujuh langit beserta apa yang berada
di bawah naungannya. Rabb tujuh bumi beserta apa yang dikandungnya. Dan Rabb
setan-setan serta apa yang disesatkannya. Sungguh kami memohon kepada-Mu
kebaikan desa ini, kebaikan penduduknya, dan kebaikan apa yang ada di dalamnya.
Kami juga berlindung kepada-Mu dari keburukan desa ini, keburukan penduduknya,
dan keburukan apa yang ada di dalamnya.”25
Rasulullah SAW tiba di lokasi baru markasnya saat hari masih siang dan beliau
menghabiskan malamnya juga di sana. Pada malam itulah beliau bersabda kepada
para pasukannya bahwa besok Shubuh beliau akan menunjuk panglima perang serta
Syasy, Hathib, dan Marhab. Rasulullah tidak memilih jalan selain Marhab karena memiliki makna yang buruk,
seperti Huzn yang berarti sedih, Syasy yang berarti kacau, dan Hathib yang berarti sial. 19
25 Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, hal. 336.
Edisi 15 / Oktober 2017 SYAMINA

menyerahkannya bendera perang kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya
dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.
Pagi harinya setelah menunaikan shalat Shubuh, Rasulullah SAW pun menunjuk
Ali bin Abi Thalib sebagai panglima perang. Tetapi saat itu Ali bin Abi Thalib tidak
menghadiri shalat berjamaah lantaran sedang menderita sakit mata.
Beliau pun memerintahkan beberapa sahabat untuk menjemputnya. Setelah
Ali bin Abi Thalib menghadap, Rasulullah meludahi mata Ali bin Abi Thalib dan
berdoa untuknya. Atas kehendak Allah, saat itu juga mata Ali bin Abi Thalib sembuh.
Kemudian Rasulullah pun menyerahkan bendera pasukan kepadanya.
Setelah itu, Rasulullah SAW berpesan kepada Ali bin Abi Thalib, “Jangan terburu-
buru. Berhentilah di dekat halaman benteng mereka, kemudian ajaklah mereka untuk
memeluk Islam. (Jika mereka menerimanya) maka beritahukanlah kepada mereka
apa yang harus mereka melakukan terhadap hak-hak Allah. Demi Allah! Jika Allah
memberi hidayah kepada salah satu dari mereka melalui perantaraanmu, maka hal
itu lebih baik bagimu dibanding engkau memiliki unta merah (yang mahal).”

KEKUATAN DAN KONDISI KHAIBAR


Khaibar merupakan perkampungan Yahudi yang terdiri dari lapisan benteng-
benteng. Di dalam benteng tersebut dihuni sekitar sepuluh ribu orang dewasa
ditambah pada wanita dan anak-anak. Secara umum, benteng Khaibar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu: benteng-benteng pertahanan bagian luar, dan benteng-benteng
pertahanan bagian dalam.
Benteng-benteng pertahanan bagian luar terdiri dari benteng: benteng Naim,
benterng Sha’ab bin Muadz, benteng Qal’ah Zubair, benteng Ubai, dan benteng
Nizar. Tiga benteng pertama berada di wilayah Nathat, sementara sisianya berada di
wilayah Syiq.
Sedangkan benteng-benteng pertahanan bagian dalam terdiri dari tiga benteng
utama, yaitu benteng Qamush, benteng Wathih, dan benteng Salalim. Benteng-
benteng pertahanan bagian dalam ini dinamakan Katibah. Benteng Qamush
merupakan milik keluarga Abul Huqaiq yang merupakan salah satu bagian dari
Yahudi Bani Nadhir yang terusir dari Madinah.26

PENAKLUKAN BENTENG-BENTENG KHAIBAR


Untuk menyerbu ke jantung pertahanan Khaibar merupakan suatu pekerjaan
yang tak mudah dilakukan. Bahkan pasukan Romawi yang lebih kuat pun tak mampu
menaklukkan benteng Khaibar yang memiliki sistem pertahanan berlapis-lapis yang
sangat baik. Akan tetapi, fakta berkata lain.
Suatu tekad membaja yang dilandasi keimanan kepada Allah ternyata mampu
membobol benteng pertahanan apa pun yang berusaha menghalangi dan menentang
kekuasaan Allah.

20
26 Ibid, hal. 337-338.
SYAMINA Edisi 15 / Oktober 2017

Benteng Naim
Benteng Naim merupakan benteng pertahanan pertama dari benteng-benteng
pertahanan bagian luar Khaibar. Selain itu, benteng Naim juga terletak pada posisi
yang strategis. Oleh itu, benteng ini ditempati oleh para tokoh terkemuda Yahudi dan
para pasukan pemberani mereka. Jumlah pasukan yang mempertahankan benteng
Naim sekitar seribu orang.
Sebagaimana yang diwasiatkan oleh Rasulullah, Ali bin Abi Thalib pun
memulainya dengan memberi penawaran kepada mereka untuk memeluk Islam
terlebih dahulu. Tetapi mereka menolak mentah-mentah seruan tersebut. Bahkan
salah satu tokoh pemberani mereka, Marhab bahkan dengan lantang menantang
adu tanding satu-persatu.
Marhab merupakan Yahudi yang bertubuh kekar dan tinggi, sehingga dari
melihat penampilan fisiknya saja terkadang sudah cukup untuk menciutkan nyali
lawannya.
Tak menghiraukan bentuk fisik tersebut, seruan itu dijawab oleh salah seorang
tentara Islam yang bernama Amir. Namun dalam adu tanding tersebut Amir gugur
sebagai syahid di tangan Marhab. Dengan harapan semakin menghancurkan mental
pasukan Islam, Marhab pun kembali menantang adu tanding. Tidak ingin mental
pasukannya kembali menurun, Ali bin Abi Thalib, sang panglima perang pun turun
menghadapi langsung tantangan Marhab.
Pada adu tanding kali ini, Ali bin Abi Thalib pun dengan mudah bisa menewaskan
Marhab. Setelah Marhab tewas, saudaranya yang juga berpostur tubuh mirip Marhab,
Yasir, pun turun untuk kembali adu tanding. Perang tanding ini tetap dimenangkan
Ali bin Abi Thalib.
Setelah perang tanding, pasukan Islam pun menyerang benteng Naim sehingga
terjadilah perang yang sengit di dalamnya. Pasukan Islam menghadapi kenyataan
bahwa benteng tersebut memang cukup kuat. Meski demikian, mereka tetap sabar
untuk menaklukkannya dan akhirnya berhasil.
Oleh itu, untuk merebut benteng Naim, pasukan Islam memerlukan waktu
beberapa hari. Dalam benteng ini, banyak pasukan Yahudi yang terbunuh termasuk
para tokoh-tokoh mereka. Mereka yang berhasil kabur akhirnya mundur ke benteng
berikutnya, benteng Sha’ab bin Muadz.27

Benteng Sha’ab bin Muadz


Tidak jauh berbeda dengan Naim, benteng Sha’ab bin Muadz juga termasuk pagar
pertahanan yang kuat milik Yahudi. Apalagi sisa-sisa dari Naim juga ikut berusaha
mempertahankannya. Panglima yang memimpin menaklukkan benteng ini adalah
Hubab bin Mundzir. Lantaran kokohnya pertahanan, hanya terjadi peperangan jarak
jauh. Pasukan Islam terpaksa hanya bisa melakukan pengepungan. Selama tiga hari,
usaha maksimal pasukan Islam adalah pengapungan. Akibat lamanya pengepungan
itu, pasokan logistik pasukan Islam pun mulai menipis bahkan hampir minus.
21
27 Ibid, hal. 338-339.
Edisi 15 / Oktober 2017 SYAMINA

Pada hari ketiga itulah, Rasulullah lantas berdoa, “Ya Allah! Engkau lebih
mengetahui keadaan mereka (pasukan Islam), yang tidak memiliki kekuatan.
Sementara di tanganku tidak ada sesuatu pun yang dapat kuberikan kepada mereka.
Untuk itu, karuniakankah kemenangan buat mereka dengan menaklukkan benteng
mereka yang paling banyak hartanya, dan paling banyak makanan dan paling gemuk
ternak-ternaknya.”
Setelah Rasulullah SAW memanjatkan doa tersebut, beliau pun menginstruksikan
pasukan Islam untuk menyerang. Maka terjadilah pertempuran sengit di benteng
Sha’ab. Akhirnya, pada hari itu juga, sebelum matahari tenggelam, pasukan Islam
sudah berhasil menaklukkan benteng. Di benteng inilah, ditemukan manjaniq dan
dabbabah. Kedua merupakan alat pelontar batu untuk menjebol benteng pertahanan
musuh.

Benteng Zubair
Setelah Naim dan Sha’ab berhasil ditaklukkan, benteng yang tersisa di daerah
Nathat tinggal benteng Zubair. Penduduk benteng Naim dan Sha’ab pun pindah
dan bertahan di benteng Zubair. Benteng Zubair juga terletak di daerah strategis. Ia
berada di puncak bukit yang tidak bisa dijangkau oleh kuda bahkan oleh pajalan kaki
karena medan untuk menuju sana yang cukup sulit. Di samping memang benteng
itu sendiri yang memang kokoh. Hal lain yang menyebabkan kokohnya benteng
tersebut adalah adanya sumber mata air bersih yang sangat memadai buat mereka.
Oleh itu, pasukan Islam terpaksa kembali melakukan pengepungan sambil
berikhtiar mencari strategi paling tepat untuk segera menaklukkannya. Mereka
yakin, sekokoh apa pun sebuah pertahanan pasti memiliki celah kelemahan. Dan
celah kelemahan benteng itu ternyata terletak pada salah satu kelebihannya, yaitu
sumber mata air.
Kelemahan benteng ini diketahui tatkala salah seorang Yahudi menemui
Rasulullah. Ia memberi tahu beliau bahwa sekalipun dikepung selama sebulan,
mereka tidak akan merasa khawatir sebab mereka mempunyai sumber mata air. Oleh
itu, ia pun menyarankan bahwa cara tersepat untuk menaklukkan benteng tersebut
adalah dengan memutus sumber air buat mereka.
Akhirnya, Rasulullah pun memerintahkan untuk memutus mata air tersebut.
Benar. Orang Yahudi pun keluar dari benteng mereka untuk mempertahankan mati-
matian mata air itu. Dari pertempuran tersebut, benteng terakhir di wilayah Nathat
itu pun akhirnya kembali berhasil ditaklukkan.28

Benteng Ubai
Benteng berikutnya yang menjadi terget pasukan Islam adalah benteng Ubai.
Pada benteng ini beberapa pasukan Yahudi yang pemberani kembali menantang duel
satu lawan satu pasukan Islam. Dalam perang perang tanding itu, semua perwakilan
Yahudi takluk di tangan perwakilan pasukan Islam. Setelah berhasil memasuki
22
28 Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, vol. IV, hal. 198.
SYAMINA Edisi 15 / Oktober 2017

benteng, terjadilah pertempuran yang sengit antara pasukan Islam dan Yahudi. Dan
kembali benteng Ubai akhirnya berhasil ditaklukkan oleh pasukan Islam.29

Benteng Nizar
Sisa-sisa pasukan Yahudi dari benteng-benteng sebelumnya terus berpindah
dan bertahan di benteng berikutnya dan benteng terakhir dari benteng-benteng
pertahanan bagian luar sekaligus paling kokoh, yaitu bentang Nizar. Benteng
Nizar juga berada di atas bukit sehingga tidak ada jalan yang bisa digunakan untuk
membuka benteng kecuali menggunakan jalan utama. Orang-orang Yahudi sangat
yakin bahwa benteng Nizar ini tidak akan bisa ditembus oleh pasukan Islam, meski
dengan menggunakan strategi dan cara apa pun.
Dengan posisi yang lebih menguntungkan, orang-orang Yahudi terus menerus
menghujani pasukan Islam dengan anak panah dan lontaran batu besar. Sementara
serangan pasukan Islam selalu bisa digagalkan oleh mereka. Melihat kondisi yang
tidak menguntungkan itu, Rasulullah SAW akhirnya menginstruksikan untuk
menggunakan manjaniq.
Dengan menggunakan manjaniq, akhirnya tembok-tembok benteng Nizar
berhasil dijebol yang mengakibatkan pasukan Islam dapat leluasa merengsek
masuk ke dalamnya. Sehingga terjadilah peperangan jarak dekat yang sengit antara
keduanya. Dalam perang ini, pasukan Islam kembali meraih kemenangan. Bahkan
berhasil mengalahkan musuk dengan telak.

(Gambar: Sisa-sisa reruntuhan salah satu benteng Khaibar)

23
29 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, hal. 340.
Edisi 15 / Oktober 2017 SYAMINA

Dengan ditaklukkannya benteng Nizar ini, maka berakhirlah penaklukkan


benteng-benteng pertahanan bagian luar Khaibar. Hal ini semakin memompa
semangat pasukan Islam untuk menaklukkan benteng-benteng pertahanan bagian
dalam. Sementara bagi pihak Yahudi, hal itu semakin memperciut nyali dan
keberanian mereka.30

Benteng-Benteng Pertahanan Bagian Dalam


Sisa-sisa pasukan Yahudi yang berhasil melarikan diri terpaksa bergabung di
benteng-benteng berikutnya yang dinamakan Katibah. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya, ada tiga benteng utama pada pertahanan bagian dalam ini yaitu,
benteng Qamush, benteng Wathih, dan benteng Salalim.
Pada benteng-benteng tersebut, Rasulullah juga menginstruksikan pasukan Islam
untuk mengepung secara ketat. Tidak sebagaimana benteng-benteng sebelumnya,
proses penaklukan benteng-benteng ini tidak didahului peperangan yang sengit,
meski dengan melalui pengepungan yang cukup panjang.31

YAHUDI KHAIBAR MENYERAH


Setelah mengetahui tekad pasukan Islam untuk menaklukkan seluruh Khaibar
dan menurunnya semangat mereka, akhirnya Yahudi Khaibar pun menyatakan
menyerah dan siap melakukan perundingan. Perwakilan mereka yang melakukan
perundingan adalah Ibnu Abul Huqaiq. Ibnu Abul Huqaiq bernegoisasi dengan
Rasulullah agar sisa-sisa orang Yahudi yang berada di Khaibar tidak dijatuhi hukuman
mati, para wanita dan anak-anak tidak ditawan, serta mereka siap meninggalkan
Khaibar dengan seluruh keluarga mereka dengan meninggalkan semua harta dan
kekayaan mereka; kecuali pakaian yang mereka kenakan.
Rasulullan pun menyetujui hal itu disertai dengan keputusan bahwa siapa pun
yang melanggarnya akan dijatuhi hukuman yang berat.
Rasulullah kemudian memerintahkan pasukannya untuk tetap melindungi
warga Yahudi dan seluruh kekayaannya. Perlindungan itu sengaja diberikan oleh
Rasulullah untuk menunjukkan beda perlakuan kalangan Islam dan Kristen terhadap
pihak yang dikalahkan. Biasanya, pasukan Kristen dari kekaisaran Romawi akan
menghancurludeskan kelompok Yahudi yang dikalahkannya.
Sekarang kaum Yahudi Khaibar diberi kemerdekaan untuk mengatur dirinya
sendiri sepanjang mengikuti garis politik kepemimpinan Rasulullah. Meski demikian,
dua orang anak Abul Huqaiq tetap melanggar isi perdamaian tersebut tatkala
berbohong untuk menyembunyikan sejumlah harta berharga untuk mereka bawa.

GHANIMAH PERANG KHAIBAR


Sesuai dengan perjanjian tersebut, seluruh tanah dan kekayaan yang ada di
Khaibar menjadi ghanimah bagi pasukan Islam. Termasuk yang menjadi tahanan

24 30 Ibid, hal. 340-341.


31 Ibid, hal. 341.
SYAMINA Edisi 15 / Oktober 2017

dalam perang ini yaitu salah seorang puteri tokoh terkemuka Yahudi, yaitu Shafiyyah
binti Huyai bin Akhtab, yang nantinya dinikahi oleh Rasulullah.
Meski diputuskan meninggalkan Khaibar, tetapi orang-orang Yahudi memohon
kepada Rasulullah agar dizinkan tetap menetap di Khaibar untuk mengolah dan
menangani tanah Khaibar. Karena merekalah yang lebih ahli dan lebih berpengalaman
dalam mengolah dan menanganinya dibanding umat Islam. Selain itu, umat Islam
juga tidak memiliki cukup waktu untuk menggarapnya. Oleh itu, Rasulullah pun
menyerahkan tanah Khaibar untuk diolah oleh orang-orang Yahudi. Sementara
terkait persentase bagi hasilnya semuanya terserah pada keputusan Rasulullah.
Rasulullah SAW membagi tanah Khaibar menjadi 36 bagian. Setiap bagian
tersebut dibagi lagi menjadi seratus bagian. Sehingga, total bagian tersebut menjadi
3600. Rasulullah beserta pasukan Islam mendapat setengah dari bagian tersebut,
yaitu 1800 bagian. Rasulullah sendiri mendapat satu bagian seperti bagian satu orang
Islam lainnya. Sementara setengah lainnya yang berjumlah 1800 bagian dikhususkan
untuk wakil-wakil beliau yang mengurus urusan umat Islam.32
Termasuk yang mendapat dari bagian ini adalah orang-orang Islam yang
tidak ikut perang Khaibar namun ikut serta dalam perjanjian Hudaibiyah. Karena
ghanimah Khaibar merupakan anugerah yang Allah SWT berikan kepada mereka
yang terlibat dalam perjanjian Hudaibiyah.
Lantaran banyaknya ghanimah pada saat perang Khaibar, salah seorang sahabat
bahkan menuturkan, “Sebelumnya, kami tidak pernah merasa kenyang hingga kami
bisa menaklukkan Khaibar.” Karena ghaminah ini juga, orang-orang Muhajirin yang
sebelumnya pernah diberi oleh orang-orang Anshar beberapa pohon kurma beserta
buahnya akhirnya mengembalikan pohon kurma pada saudaranya orang-orang
Anshar. Sebab mereka telah memiliki pohon kurma sendiri di Khaibar.33

PENUTUP
Dengan penaklukan Khaibar tersebut, kekuatan Islam yang berpusat di Madinah
dapat dikatakan telah menjadi kekuatan utama di jazirah Arab. Ketenangan masyarakat
semakin terwujud. Dengan demikian, Rasulullah SAW dapat lebih berkonsentrasi
dalam dakwah membangun moralitas masyarakat. Setelah pertempuran ini, orang-
orang Yahudi masih tetap tinggal di Khaibar. Hingga akhirnya mereka diusir oleh
khalifah Umar bin Khattab.
Dan karena kemenangan umat Islam dalam pertempuran ini, kata “Khaibar”
sering disebutkan dalam slogan, lagu, atau senjata-senjata buatan orang-orang
Islam. Khaibar, Khaibar, Kaibar ya Yahuud! Jaisyu Muhaamad Saufa Ya’uud. Ingatlah
Khaibar, Khaibar, dan Khaibar Wahai Yahudi! Pasukan Muhammad akan kembali.
A. Sadikin.

32 Ibnu Saad, Ath-Thabaqat Al-Kubra, vol. II, hal. 87. 25


33 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, hal. 343.
Edisi 15 / Oktober 2017 SYAMINA

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahannya.
Al-Mubarakfuri, Shafiyyurman. tt. Ar-Rahiq Al-Makhtum. Beirut: Darul Fikr.
Al-Umari, Akram Dhiya. 1994. As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah. Madinah:
Maktabah Al-Ulum wal Hikam.
Ath-Thabaru. 1387 H. Tarikh Ar-Rusul wa Al-Muluk. Beirut: Darut Turats.
Ibnu Hisyam. 1375 M/1955 H. As-Sirah An-Nabawiyyah. Mesir: Mushthafa Al-Halabi.
Ibnu Katsir. 1986. Al-Bidayah wa Al-Nihayah. Beirut: Darul Fikr.
Ibnu Saad. 1990. Ath-Thabaqah Al-Kubra. Beirut: Darul Kutub Ilmiyyah.
Jeffry R. Halverson, H. L. Goodall, Jr, dan Steven R. Corman. 2011. Master Narratives
of Islamist Extremism. USA: Palgrave Macmillan.
Rodgers, Russ. 2012. The Generalship of Muhammad. Florida: Universiy Press of
Florida.

26

Anda mungkin juga menyukai