Oleh
Yuli yanti
Dari fungsinya, matematika tidak lepas dari berbagai elemen masyarakat. Bahkan
untuk tingkat paling rendahpun pasti membutuhkan ilmu matematika untuk
diimplementasikan. Misalnya saja bagaimana seorang pengusaha memperkirakan
laba atau kerugian perusahaan tanpa matematika? Bagaimana seorang arsitek bisa
memperkirakan tinggi atau luas bangunan tanpa matematika? Atau bagaimana
seorang ibu rumah tangga mengelola uangnya tanpa matematika? Bahkan
bagaimana komputer bisa dioperasikan tanpa matematika? Matematika
merupakan bahasa universal yang memiliki arti yang sama meskipun kita berada
di belahan dunia yang berbeda. Pemanfaatan yang juga universal dan dibutuhkan
dalam pengaplikasian sehari-hari membuat matematika begitu penting untuk
dipelajari.
Banyak hal yang mendasari hal ini. Pertama, mindset siswa yang menganggap
matematika sulit untuk dipelajari dan membosankan. Mindset ini bisa terbentuk
karena didasari beberapa hal. salah satunya siswa belum bisa menemukan titik
kenyamanan dalam belajar matematika. Kedua, siswa minder karena dihadapkan
dengan berbagai rumus hitungan. Sehingga hal ini menyebabkan keterlambatan
dalam belajar. Padahal faktanya, matematika begitu menarik karena memiliki
bahasa yang universal dalam segi hitungan dan pemanfaatannya serta matematika
menjadi ilmu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, di dalam pembelajaran matematika, kita akan dilatih untuk berpikir kritis.
Mengapa demikian? Karena dalam konteks pembelajarannya diperlukan
kemampuan memahami dan merumuskan masalah, mengumpulkan dan
menganalisis informasi yang diperlukan dan dapat dipercaya, mengambil
kesimpulan secara hati-hati, melakukan evaluasi dan memutuskan. Nah, kaitannya
di era 4.0 ini kita memerlukan kemampuan ini karena sulit tergantikan oleh
perkembangan teknologi. Kemampuan ini juga yang akan mendorong munculnya
kreativitas yang diungkap oleh seorang Executive Vice President Human Capital
Management Division PT. Bank BCA, Tbk., Hendra Tanumihardja dalam Studium
Generale “Building Organization Capability for the next Generation”.
Berikutnya, dalam matematika, kita akan belajar strategi pemecahan soal dengan
cara yang lebih efektif dan efisien. Misalnya saja, saya pernah menggunakan
konsep program linear dalam bisnis sederhana di sekolah dengan menghitung nilai
optimum suatu permasalahan pada program linear. Saya merasa terbantu
memperkirakan keuntungan yang saya inginkan, berapa target yang harus terjual
dan berapa modal yang harus saya keluarkan. Ini hanya bagian dari konsep
sederhana yang saya lakukan. Nah, konsep dalam matematika akan sangat
diperlukan dalam strategi bisnis dan pemasaran di era 4.0 yang persaingannya
semakin ketat.
Pada intinya, saya merasa matematika bukanlah hal yang membosankan seperti
kebanyakan paradigma. Kita dapat menikmati pelajaran ketika kita menemukan
titik kenyamanan dalam belajar. Lagipula, matematika membantu kita membentuk
pola pikir yang akan selalu dibutuhkan terutama di era 4.0 ini. Sehingga pilihan
kita hanya ada dua. Belajar keras untuk bertahan di setiap zaman atau berdiam di
tempat dan ikut tergerus zaman.
REFERENSI