Anda di halaman 1dari 5

KARAKTER MATEMATIKA DAN MATEMATIKA KARAKTER DI ERA 4.

Oleh

Yuli yanti

SMA Peradaban Serang

Dari fungsinya, matematika tidak lepas dari berbagai elemen masyarakat. Bahkan
untuk tingkat paling rendahpun pasti membutuhkan ilmu matematika untuk
diimplementasikan. Misalnya saja bagaimana seorang pengusaha memperkirakan
laba atau kerugian perusahaan tanpa matematika? Bagaimana seorang arsitek bisa
memperkirakan tinggi atau luas bangunan tanpa matematika? Atau bagaimana
seorang ibu rumah tangga mengelola uangnya tanpa matematika? Bahkan
bagaimana komputer bisa dioperasikan tanpa matematika? Matematika
merupakan bahasa universal yang memiliki arti yang sama meskipun kita berada
di belahan dunia yang berbeda. Pemanfaatan yang juga universal dan dibutuhkan
dalam pengaplikasian sehari-hari membuat matematika begitu penting untuk
dipelajari.

Nah, sebenarnya, apa yang dimaksud dengan matematika sehingga matematika


dianggap penting dalam pengimplementasiannya di kehidupan sehari-hari? Susilo,
seorang ahli matematika berpendapat bahwa ilmu matematika bukanlah sekadar
hanya kumpulan angka, simbol, serta berbagai rumus yang tidak ada hubungannya
dengan kehidupan dunia nyata. Namun sebaliknya, bahwa ilmu matematika
tumbuh serta berakar dari kehidupan di dunia nyata. Dari pengertian inilah kita
dapat menginterpretasikan bahwa matematika erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Ilmu yang dipelajari dalam matematika begitu berpengaruh dalam
pemahaman ilmu lain nantinya, terutama di era 4.0 ini, banyak objek atau temuan
baru yang lahir dan tentunya berawal dari konsep matematika. Apakah penting
matematika di era 4.0 ini? Era yang menurut beberapa ahli menyatakan sebagai
era yang fokus pada pengembangan digital dalam pengembangan bidang lain.
Matematika menjadi begitu penting di era ini. Bagaimana tidak, matematika telah
mendarah daging dalam implementasi kehidupan sehari-hari terlebih di era 4.0 ini,
matematika berperan sebagai konsep pembuatan dan pengoperasian alat digital.
Semua elemen masyarakat tentunya memanafaatkan matematika dalam menjalani
aktivitasnya.

Untuk menyejajarkan Indonesia dalam berkontribusi di era 4.0, tentunya


diperlukan sistem pembelajaran matematika yang mumpuni sebagai komponen
penting. Namun, Pada kenyataannya sistem pembelajaran matematika sendiri di
Indonesia bisa dikatakan tertinggal. Siswa masih terfokus pada hapalan dan
mengerjakan soal benar salah. Padahal yang paling dibutuhkan bukan sekadar bisa
menghitung satu ditambah satu dan sebagainya melainkan cara seseorang
mengimplementasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Praktisi
pendidikan Indra Charismiadji dikutip di laman okezone.com berpendapat, hasil
penelitian menunjukkan bahwa pertanyaan 1/3 dikurangi 1/6 anak usia 8 tahun
yang mampu menjawab hanya 2,9%, anak usia 18 tahun hanya 8,9%, dan yang
berusia 28 tahun yang bisa menjawab pertanyaan itu hanya 6,8%. Hal ini
menunjukkan kurangnya penguasaan materi dasar yang menghambat jalannya
penguasaan materi yang lebih dalam. Selain itu, ketakutan banyak pelajar di tanah
air kepada mata pelajaran itu terlihat dari hasil survei Programme for
International Student Assessment (PISA) terhadap anak usia 15 tahun pada 2015,
menempatkan kemampuan matematika pelajar Indonesia ada di peringkat ke-63
dari 72 negara.

Banyak hal yang mendasari hal ini. Pertama, mindset siswa yang menganggap
matematika sulit untuk dipelajari dan membosankan. Mindset ini bisa terbentuk
karena didasari beberapa hal. salah satunya siswa belum bisa menemukan titik
kenyamanan dalam belajar matematika. Kedua, siswa minder karena dihadapkan
dengan berbagai rumus hitungan. Sehingga hal ini menyebabkan keterlambatan
dalam belajar. Padahal faktanya, matematika begitu menarik karena memiliki
bahasa yang universal dalam segi hitungan dan pemanfaatannya serta matematika
menjadi ilmu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konsep pengajarannya, matematika sebenarnya memiliki berbagai karakter


yang sangat membantu seseorang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari
terutama di era digital 4.0 ini. Keterkaitan antara karakteristik matematika dengan
era 4.0 adalah matematika membantu seseorang membentuk karakter dan pola
pikir yang nantinya sangat dibutuhkan di era 4.0 dan era mendatang.

Pertama, matematika memiliki karakter yang sistematis dan runtut dalam


pengajarannya. Hal ini membuat saya sebagai seorang pelajar merasa terbantu
membentuk karakter untuk berpikir sistematis yang dalam pengaplikasiannya
diperlukan dalam permasalahan sosial dan pengambilan keputusan. Misalnya,
saya memiliki 6 kartu dari angka 1 sampai 6. Berapa cara mengambil 3 kartu
dengan jumlah 12? Mudah saja, dalam menyelesaikan persoalan ini, kita perlu
berpikir sistematis agar masalah tersebut dapat terurai. Ini hanya bagian dari
contoh sederhana.

Kedua, di dalam pembelajaran matematika, kita akan dilatih untuk berpikir kritis.
Mengapa demikian? Karena dalam konteks pembelajarannya diperlukan
kemampuan memahami dan merumuskan masalah, mengumpulkan dan
menganalisis informasi yang diperlukan dan dapat dipercaya, mengambil
kesimpulan secara hati-hati, melakukan evaluasi dan memutuskan. Nah, kaitannya
di era 4.0 ini kita memerlukan kemampuan ini karena sulit tergantikan oleh
perkembangan teknologi. Kemampuan ini juga yang akan mendorong munculnya
kreativitas yang diungkap oleh seorang Executive Vice President Human Capital
Management Division PT. Bank BCA, Tbk., Hendra Tanumihardja dalam Studium
Generale “Building Organization Capability for the next Generation”.

Selanjutnya, siapapun tahu bukan materi peluang dalam matematika? Materi


peluang ini melatih seseorang memperkirakan berbagai peluang. Terutama di era
4.0 yang persaingan bisnis semakin kuat perlu mencari berbagai peluang yang
paling memungkinkan bagi sebuah perusahaan. Misalnya, sebuah perusahaan
memperkirakan produk apa yang harus dijual untuk memenuhi kebutuhan
konsumen dan paling banyak diminati di masyarakat dan dipertimbangkan dengan
berbagai kendala. Kemampuan ini akan membuat seseorang pengusaha melihat
dan memanfaatkan peluang yang ada agar perusahaannya tetap berjalan.

Berikutnya, dalam matematika, kita akan belajar strategi pemecahan soal dengan
cara yang lebih efektif dan efisien. Misalnya saja, saya pernah menggunakan
konsep program linear dalam bisnis sederhana di sekolah dengan menghitung nilai
optimum suatu permasalahan pada program linear. Saya merasa terbantu
memperkirakan keuntungan yang saya inginkan, berapa target yang harus terjual
dan berapa modal yang harus saya keluarkan. Ini hanya bagian dari konsep
sederhana yang saya lakukan. Nah, konsep dalam matematika akan sangat
diperlukan dalam strategi bisnis dan pemasaran di era 4.0 yang persaingannya
semakin ketat.

Dalam pembelajaran matematika, saya juga merasa dibebaskan dalam memilih


strategi menjawab soal namun masih tetap dalam konsep yang sama. Matematika
adalah tentang kreatifitas. Saya merasa diberi pilihan untuk mencari jalan keluar
pemecahan soal dengan cara yang saya mampu. Karakter inilah yang dibutuhkan
di era 4.0, karena kreatif artinya mampu melihat peluang dan memanfaatkannya
dengan cara yang berbeda dari biasanya.

Pada intinya, saya merasa matematika bukanlah hal yang membosankan seperti
kebanyakan paradigma. Kita dapat menikmati pelajaran ketika kita menemukan
titik kenyamanan dalam belajar. Lagipula, matematika membantu kita membentuk
pola pikir yang akan selalu dibutuhkan terutama di era 4.0 ini. Sehingga pilihan
kita hanya ada dua. Belajar keras untuk bertahan di setiap zaman atau berdiam di
tempat dan ikut tergerus zaman.
REFERENSI

Kurniawan, Aris.2019. Pengertian Matematika – Bidang, Logika, Karakteristik,


Manfaat, Para Ahli Diakses dari
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-matematika/ pada tanggal 15
Oktober 2019.

Novita, Fransisca. 2018. PISA dan Literasi Indonesia. Diakses dari


https://www.kompasiana.com/frncscnvt/5c1542ec677ffb3b533d6105/pisa-
dan-literasi-indonesia?page=all pada tanggal 15 Oktober 2019.

OKEZONE. 2018. Indonesia Gawat Darurat Matematika. Diakses dari


https://news.okezone.com/read/2018/11/12/65/1976537/indonesia-gawat-
darurat-matematika pada tanggal 15 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai