Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

ZOOLOGI VERTEBRATA
(ABKC-2305)

AMPHIBI

Disusun oleh :
Kelompok XI A
Tiara Ayuningtas (1810119120006)
Riska Yulia Putri (1810119120017)
Baitur Rahmi (1810119220027)
Saidah Lara Asih (1810119320007)

Asisten dosen :
Maulana Reza Irfandy
Muhammad Mirza Fahlevi
Noorsalamiah
Novia Andira

Asisten Lapangan :
Abdul Majid Rabiatul
Dieny Aulia Rahmi Murdiyanti
Finda Vericha Ngenda Rama Fara Nadha
Halimudair, S.Pd Riswanda Imawan
Herry Fajeriadi, S.Pd.,M.Pd. Sonia Audra
Muhammad Agus Sarpani Siti Muthia Rahmah
Muhammad Arsyad, S.Pd. Tsaqila Amalia
M. Guntur Al Ghani Vika Wulansari Pohan
Nada Salsabila Wahyu Dita Zulkhafifah
Naufal Hafidh Mahdi Sujarwo Putra Zaini Akbar
Nurfatma

Dosen Pengasuh :
Dr. Dharmono, M.Si.
Drs. H. Mulyadi, M.Si.
Mahrudin, S.Pd.,M.Pd.
Maulana Khalid Riefani, S,Si., M.Sc., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
OKTOBER 2019
PRAKTIKUM LAPANGAN
Topik : Amphibi
Tujuan : Untuk mengenal bentuk luar (morfologi) dan karakteristik
Amphibi
Hari/Tanggal : Sabtu / 14 September 2019
Tempat : Hutan Desa Tabanio Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah
Laut, Kalimantan Selatan

I. ALAT DAN BAHAN.


A. Alat :
1. Lembar kerja (tabel pengamatan)
2. Kamera
3. Alat-alat tulis
4. Jarum pentul
5. Plastik sampel
6. Kertas label
7. Milimeter blok
8. Spidol permanen

B. Bahan
1. Kodok buduk (Bufo melanostictus)

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menetapkan lokasi pengamatan.
3. Melakukan pengamatan morfologi dan mengidentifikasi hewan
Amphibi yang ditemukan di daerah tersebut.
4. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan yang tersedia.
5. Membuat dokumentasi pengamtan sebagai lampiran kegiatan.
III. TEORI DASAR
Vertebrata adalah istilah untuk menyebut hewan yang bertulang
belakang. Salah satunya amphibi. Amphibi berasal dari bahasa Yunani
yaitu “amphi” yang berarti dua dan “bios” yang berarti hidup. Amphibi
merupakan hewan yang hidup dengan dua habitat, termasuk hewan
poikiloterm atau berdarah dingin. Pembagian tubuh terdiri atas kepala,
badan dan ekor. Kulit lembab berlendir, terdiri dari dermis dan epidermis
(Radiopoetro, 1986).
Menurut Jasin (1984) Ampibia merupakan salah satu kelas dari sub-
fitum vertebrata. Ampibia berasal dari bahasa yunani, yaitu amphi yang
berarti rangkap dan bios yang berarti hidup. Amphibia merupakan
kelompok hewan yang mempunyai fase kehidupan di air dan di darat.
Amphibia terdiri dari empat ordo yaitu ordo uredela, ordo apoda, ordo
anura, dan ordo proanura. Tapi sekarang ini ordo proanura sudah
dinyatakan punah.
Pada amphibi, memiliki dua alat pernapasan yaitu dengan
menggunakan paru-paru pada saat berada di daratan dan dengan
menggunakan kulitnya pada keadaan basah (pada saat berada dalam air).
Kulit katak bersifat permiabel terhadap air dan gas, serta kaya akan
persediaan pembuluh darah. Adanya dua alat pernapasan ini disebabkan
karena factor lingkungan hidupnya.
Organ terbentuk dari beberapa jaringan yang paling bekerja sama
melaksanakan fungsi tertentu. Contoh organ adalah usus halus yang
disusun oleh jaringan epitel, otot, ikat dan saraf. Organ dibedakan atas dua
yaitu organ dalam dan organ luar.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
1. Kodok (Bufo melanostictus)
Ciri-ciri Hasil Pustaka
Pengatamatan
1. Kepala
a. Panjang kepala 3,2 cm 0,5 – 5 cm [***]
b. Lebar kepala 2, 5 cm 1 cm [***]
c. Lebar pupil 0,5 cm 0,3 – 1 cm [**]
d. Cabang lidah Tidak teramati Tidak memiliki [***]
2. Badan
e. Panjang lengan 2,7 cm 1,4 cm [**]
f. Panjang tangan 7,1 cm 4 – 8 cm [*]
g. Selaput renang Ada Ada (pendek) [*]
h. Panjang kaki 7,3 cm 9 cm [*]
i. Panjang jari 1 – 1,5 cm 1 – 3 cm [**]
kaki
j. Ujung jari Ujungnya Membulat [**]
berwarna hitam
k. Warna Kuning Coklat berbintik [*]
punggung kecoklatan
dengan bintil
hitam
l. Warna dada Keabu-abuan Keabu-abuan [*]
m. Panjang badan 7,6 cm 4 – 9,6 cm [***]
n. Lebar badan 3,7 cm 3 – 3,5 cm [**]
o. Tekstur kulit Kasar berbintil Kasar tertutup tonjolan [**]
hitam
3. Reproduksi Tidak teramati Seksual [*]
4. Habitat Pada tempat Di tempat lembab seperti rawa-
lembab seperti di rawa [**]
bawah daun
kering
5. Klasifikasi
Filum Chordata [**]
Kelas Amphibia [**]
Bangsa Anura [**]
Suku Bufonidae [**]
Marga Bufo [**]
Jenis Bufo melanostictus [**]
Sumber (Lilis, 2006)
6. Gambar

Sumber : Sumber : Arefa, 2011 [****]


Dok.Pribadi,
2019
[*] Sari, 2017
[**] Lilis, 2006
[***] Yudha, 2013
[****] Arefa, 2011

V. ANALISIS DATA
1. Kodok buduk (Bufo melanostictus)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bufonidae
Genus : Bufo
Spesies : Bufo melanostictus
Sumber : (Lilis, 2006)
Berdasarkanj hasil pengamatan yang telah kami lakukan pada
kodok yang kami temukan pada saat praktikum lapangan ini
mempunyai nama ilmiah Bufo melanostictus. Kodok ini memiliki
panjang kepala 3,2 cm dengan lebar kepala 2,5 cm dan lebar pupil 0,5
cm. Kodok ini mempunyai panjang lengan 2,7 cm, panjang tangan 7,1
cm, dan mempunyai selaput renang. Panjang kakinya mencapai 7,3 cm
dan jari kakinya sepanjang 1 – 1,5 cm yang pada bagian ujungnya
berwarna hitam. Panjang badan kodok ini 7,6 cm dengan lebar badan
3,7 cm. Punggung badannya berwarna kuning kecoklatan dengan bintil
yang berwarna hitam, sedangkan pada bagian dadanya berwarna keabu-
abuan. Tekstur kulitnya kasar berbintil. Kodok jenis ini dapat
ditemukan pada tempat yang lembab dan dibawah dedaunan kering.
Menurut Iskandar (1998), Bufo melanostictus memiliki postur
tubuh gembung, ukuran tubuh sedang, corak warna gelap. Pada jantan
terdapat corak kemerahan di kulit leher, kulit kasar berbintil, kepalanya
berbentuk segitiga, moncong pendek, mata besar menonjol, memiliki
pematang di kepala mulai dari preorbital, supreorbital, postorbital,
hingga supratympanum, memiliki kelenjar paratoid lonjong, tungkai
relative pendek yang berfungsi untuk pergerakkan hopping, memiliki
nuptial pad dan disus, serta terdapat web di tungkai belakang setengah
bagia. Kebanyakan spesies ini ditemukan di dearth pemukiman warga.
Menurut Lilis (2006), kodok buduk mempunyai lebar pupil yang
berkisar antara 0,3 – 1 cm, panjang lengannya mencapai 1 – 4 cm dan
panjang jari kakinya berkisar dari 1 – 3 cm dengan ujung jari yang
membulat. Kodok ini kebanyakan berhabitat di tempat lembab seperti
rawa-rawa. Bufo melanostictus ini memiliki ukuran panjang tangan
yang berkisar dari 4 - 8 cm dengan selaput renang yang pendek.
Biasanya kodok ini berwarna coklat berbintik di bagian punggungya
dan keabu-abuan di bagian dadanya. Reproduksinya secara seksual
(Sari, 2017).
Menurut Yudha (2013), Bufo melanostictus atau kodok buduk
biasanya memiliki panjang kepala yang mencapai 0,5 – 5 cm dengan
lebar 1 cm, tidak ditemukan adanya rahang atas (maxilla) dan rahang
bawah (mandibula). Panjang badan dari kodok ini berkisar antara 4 –
9,6 cm dan lebarnya dapat mencapai 3 – 5,5 cm.
VI. KESIMPULAN
1. Vertebrata adalah istilah untuk menyebut hewan yang bertulang
belakang. Salah satunya amphibi.
2. Amphibi merupakan hewan yang hidup dengan dua habitat, termasuk
hewan poikiloterm atau berdarah dingin. Pembagian tubuh terdiri atas
kepala, badan dan ekor. Kulit lembab berlendir, terdiri dari dermis dan
epidermis.
3. Pada amphibi, memiliki dua alat pernapasan yaitu dengan
menggunakan paru-paru pada saat berada di daratan dan dengan
menggunakan kulitnya pada keadaan basah (pada saat berada dalam
air).
4. Kodok buduk (Bufo melanostictus) memiliki panjang kepala 3,2 cm
dengan lebar kepala 2,5 cm dan lebar pupil 0,5 cm. Kodok ini
mempunyai panjang lengan 2,7 cm, panjang tangan 7,1 cm, dan
mempunyai selaput renang. Panjang kakinya mencapai 7,3 cm dan jari
kakinya sepanjang 1 – 1,5 cm yang pada bagian ujungnya berwarna
hitam. Panjang badan kodok ini 7,6 cm dengan lebar badan 3,7 cm.
5. Punggung badan dari Bufo melanostictus berwarna kuning kecoklatan
dengan bintil yang berwarna hitam, sedangkan pada bagian dadanya
berwarna keabu-abuan. Tekstur kulitnya kasar berbintil. Kodok jenis ini
dapat ditemukan pada tempat yang lembab dan dibawah dedaunan
kering.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Arefa. 2011. Kodok buduk (Bufo melanostictus). Diakses melalui
http://yanuarefa.blogspot.com.

Iskandar, DT. 1998. Amfibi Jawa dan Bali Seri Panduan Lapangan.
Cetakan Pertama, Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor. Hal : 1-7.

Jasin. 1984. Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Gramedia Pustaka


Utama.
Lilis, Astri. 2006. Palabilitas Bufo Terhadap Beberapa Macam Makanan
Alami dan Potensinya dalam Mengendalikan Populasi Serangga.
Universitas Negeri Malang. Diakses melalui http://ljb.unnes.ac.id.

Radiopoetro. 1986. Zoology. Cetakan 3. Jakarta: Erlangga.

Sari, Asri. 2017. Kelas Amfibi. Diakses melalui https://www.academia.edu.

Yudha. 2013. Keanekaragaman Kodok dan Katak di Sepanjang Sungai.


Code Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. XII (1). 1-32. Berkala
Ilmiah Biologi.

Anda mungkin juga menyukai