Kompetisi Intra Dan Interspesifik
Kompetisi Intra Dan Interspesifik
Persaingan tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak antar
tumbuhan. di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara tumbuhan
yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal sangat jarang di
temukan di alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini mempengaruhi
pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan.
Kompetisi antara tanaman tersebut terjadi karena faktor tumbuh yang terbatas.
Faktor yang dikompetisikan antara lain hara, cahaya, CO2, cahaya dan ruang tumbuh.
Besarnya daya kompetisi tumbuhan kompetitor tergantung pada beberapa faktor antara
lain jumlah individu dan berat tanaman kompetitor, siklus hidup tanaman kompetitor,
periode tanaman, dan jenis tanaman. Oleh karena itu dalam praktikum ini kita akan
mengetahui faktor penentu apa saja yang berpengaruh terhadap tanaman jagung dan
kacang hijau yang di amati serta interaksi yang terjadi diantara keduanya.
1.2 Tujuan
Tidak Apabila
No Tipe interaksi berinteraksi berinteraksi Hasil interaksi
A B A B
Tidak ada yang
1 Netralisme 0 0 0 0
terpengaruh
Yang paling terpengaruh
2 Kompetisi 0 0 - -
punah
Obligatori bagi kedua
3 Mutualisme - - + +
populasi
Menguntungkan
4 Protokooperasi 0 0 + + keduabelah pihak namun
tidak obligatori
Obligatori bagi A, B tidak
5 Komensalisme - 0 + 0
terpengaruh
A tuan rumah, B tak
6 Amensalisme 0 0 - 0
terpengaruh
Obligatori bagi A, B tuan
7 Parasitisme - 0 + -
rumah
Obligatori bagi A, B tuan
8 Predasi - 0 + -
rumah
Keterangan : + Populasi tumbuh
- Populasi menurun
0 Pertumbuhan populasi tidak terpengaruh
1. Netralisme
Netralisme merupakan tipe interaksi interspesifik yang di kenali sehari-hari dimana
populasi yang bekerja sama seolah-olah tidak saling terpengaruh, walau sesungguhnya
semacam kerja sama tersenglenggara sangat halus.
2. Kompetisi
Kompetisi merupakan tipe interaksi interspesifik antara dua individu atau spesies
yang berebut sumber daya yang terbatas seperti pakan, air, ruang untuk sarang dan lain-
lain. Pihak yang lebih efisien memanfaatkan sumber dayanya untuk bertahan, dan yang
lainya tersingkir. fenomena ini di sebut prinsip pemikiran kompetitif (competitive)
Kesimpulanya, kompetisi untuk memperebutkan sumber-sumber daya ekosistem
merupakan faktor utama dalam pengendalian populasi. Tidak ada populasi yang mampu
bertahan dengan kerapatan tinggi, individu yang tidak mampu memanfaatkan sumber-
sumber daya lingkungan akan tersingkir.
3. Mutualisme dan Protokooperasi
Mutualisme di sebut juga simbiosa yang merupakan interaksi obligatori (wajib)
yang di perlukan oleh kedua belah pihak yang berinteraksi karena keduanya saling
memerlukan.
Sedangkan protokooperasi memiliki pengaruh yang sama terhadap populasi yaitu
saling memerlukan namun kadar interaksi protokooperasi kurang atau tidak bersifat
obligatori bagi kedua pihak.
4. Komensalisme
Interaksi antara individu yang memberikn keuntungan kepada salah satu individu
jenis populasi, sementara yang lain tidak memperoleh keuntungan apa-apa namun tidak
dirugikan (Setiyadi,1889).
5. Anemsalisme.
Anemsalisme merupakan kebalikan dari komensalisme. Ini menunjukan adanya
hubungan antara individu-individu populasi ke satu merasa di rugikan (tetapi sesat) dan
organisme populasi lain tidak di rugikan (netral). amensalisme merupakan persaingan
dalam bentuk yang lemah. Contohnya adalah proses Allelopathy dimana pada jenis
tumbuhan tertentu ada yang dapat mengahsilkan senyawa kimia tertentu dan dapat
berpengaruh/ menghalangi pertumbuhan jenis tumbuhannya.
6. Parasitisme
Parasitisme merupakan proses interaksi antara dua jenis populasi dimana satu jenis
mendapat ke untungan, dalam hal ini di sebut parasit sedangkan yang kedua menderita
kerugian (sebagai inang)
7. Pemangsaan atau Predator
Pada tipe interaksi ini salah satu spesies menjadi pakan lawan spesies interaksinya.
Proses ini fundamental terhadap rantai pakan di atas jenjang autotropik.akibat proses
mangsa-memangsa jumlah populasi mangsa berkurang, tetapi mekanisme putaran umpan
balik komunitas dapat mengendalikan jumlah populasi pemangsa.s
2.2 Jagung
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang
terlalu ketat, jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah
yang agak kering.
Tanaman jagung merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam ordo
Tripsaceae, famili Poaceae, subfamili Panicoidae dan genus Zea. Tanaman jagung
memiliki akar serabut dengan tiga tipe akar, yaitu akar seminal yang rumbuh dari radikula
dan embrio, akar adventif yang tumbuh dari buku terbawah, dan akar udara (brace root)
(Sudjana et. al., 1991). Batang jagung berbentuk silindris dan terdir dari sejumlah ruas dan
buk, dengan panjang yang berbeda-beda tergantung varietas dan lingkungan tempat
tumbuh (Goldsworthy dan Fischer, 1992). Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung
berkisar antara 20-26 C dengan curah hujan 500-1500 mm per tahun. Pada proses
perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 o C. Jagung dapat
tumbuh di semua jenis tanah, tanah berpasir maupun tanah liat berat. Namun tanaman ini
akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH tanah
5,5-7,0 (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman
jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil
biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Saat panen jagung yang jatuh
pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap
waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan
aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Pengamatan
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium biologi, Pusat Laboratorium Terpadu
(PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tempat praktikum yang digunakan sebagai tempat
pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan di lobi lantai 4 gedung PLT dekat jendela.
Tempat pengukuran biomassa tumbuhan dilakukan di dalam laboratorium ekologi.
Pengamatan ini dilakukan selama 28 hari dari tanggal 19 maret 2010 hingga
j j
j k k j k
j
k k j k
j k
3.3.3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman secara berkala
yaitu 3 hari sekali. Data yang didapat dicatat dan disusun berdasarkan hari atau tanggal
pengamatannya hingga waktu panen tiba yaitu setelah sekitar satu bulan. Pada saat panen
dilakukan pengukuran faktor fisik akhir seperti yang dilakukan di awal.
Tanaman yang dipanen dipisahkan setiap plot dan setiap jenisnya kemudian
ditimbang berat basahnya dengan menggunakan timbangan, dicatat data yang diperoleh.
k n T 2
JKT yij 2
i 1 j 1 N
k 2
Ti T 2
JKA i 1
n N
- Derajat kebebasan
a. v perlakuan b v galat c. total
v k 1 v k n 1 v nk 1
- Rataan Kuadrat
JKA JKG
S12 S2
k 1 k n 1
.
- f hitung
S12
f 2
S
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor- faktor lingkungan yang mungkin diperebutkan oleh tumbuhan tumbuhan
dalam kompetisi atau persaingan diantaranya adalah cahaya, air, tanah, oksigen, unsur hara
dan karbon dioksida. Selain faktor yang diperebutkan terdapat pula faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari tanaman tersebut. Adapun faktor eksternal
tersebut diantaranya adalah keberadaan hewan penyerbuk, agen dispersal biji, kondisi
tanah, kelembaban tanah dan udara serta angin. Adanya gangguan dari spesies-spesies
tertentu di suatu habitat juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tumbuhan.
Pada percobaan ini diamati pertumbuhan pada biji kacang hijau dan biji jagung
yang di tanam pada polybag dengan jumlah, jarak dan kepadatan yang berbeda pada setiap
polybag. Semua polybag diberi perlakuan yang sama dimulai dari jumlah intensitas
cahaya dan suplai air setip harinya. Perlakuan ini bertujuan untuk melihat perbandingan
pertumbuhan suatu tanaman dengan ruang lingkup yang sama. Pengamatan dilakukan
selama kurang lebih 4 minggu dengan pengukuran pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan
dalam jangka waktu 3 hari 1 kali sampai tanaman dipanen. Pengukuran ini dilakukan untuk
melihat apakah trjadi persaingan jenis atau tidak karena pada umumnya tumbuhan yang
berasal dari biji untuk awal kehidupannya mendapat suplai makanan dari kotiledonnya
(cadangan makanan). Dan setelah beberapa hari secara perlahan kotiledon akan gugur dan
dengan sendirinya suatu tumbuhan harus mendapatkan suplai makanannya sendiri dan
harus bersaing dengan yang lainnya untuk mempertahankan hidupnya.
Selain itu, penanaman biji dengan jumlah dan jarak yang berbeda di setiap plotnya
bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu tumbuhan untuk tumbuh dan melihat
perbedaan pertumbuhan di masing-masing plot. Pada umumnya kecepatan perkecambahan
dan pertumbuhan suatu biji tumbuhan merupakan faktor penentu untuk menghadapi dan
menanggulangi persaingan. Biji yang tumbuh terlebih dahulu akan menyebabkan
tumbuhan tersebut mencapai tinggi yang lebih besar, mendapatkan intensitas cahaya
matahari, air dan unsur hara tanah lebih besar tumbuhnya (Indriyanti, 2006)
Biji suatu tanaman dapat mengakhiri masa dormansinya apabila terdapat faktor-
faktor yang mengukung hal tersebut terjadi. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap
pemutusan dormansi biji adalah struktur biji itu sendiri, sedangkan faktor lingkungan yang
berpengaruh adalah kadar air, kelembaban tanah, suhu tanah, intensitas cahaya dan faktor
fisik lainnya.
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan rata-rata biomassa pada tanaman jagung dari
perlakuan pola penanaman.
Tabel 2b Analisis Sidik Ragam (RAL) tanaman Kacang hijau
Sumber Jumlah Derajat Rataan f Hitung f tabel
Variasi Kuadrat Kebebasan Kuadrat
Perlakuan 0,09 3 0,03 2 4.07
Galat 0,12 8 0,015
Total 0,21 11
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan rata-rata biomassa pada tanaman kacang hijau dari
perlakuan pola penanaman
Berdasarkan kedua tabel analisis di atas maka diketahui bahwa tidak terdapat
perbedaan rata-rata dari biomassa pada tanaman jagung yang di tanam dengan 4 perlakuan
dan kacang hijau dengan 4 perlakuan juga. Dalam pengujian ini data yang digunakan
adalah data kelas. Hal ini dapat dilihat dari nilai f hitung yang lebih kecil daripada f tabel
sehingga hipotesis H 0 diterima dimana 1 2 ....... k .
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat berbedaan biomassa pada tanaman
jagung yang ditanam oleh kelompok 1. J1 pada grafik tersebut bernilai 0 hal ini karena
pada plot J1 biji jagung tidak tumbuh, ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkan
hal tersebut terjadi yaitu: terjadi kesalahan pada saat pemilihan benih sehingga benih yang
di tanam bukan benih yang baik, terjadinya pembusukan pada biji sebelum biji tersebut
tumbuh. Pembusukan pada biji ini mungkin karena terlalu banyak air yang diberikan pada
tanaman 1 biji jagung ini (setiap plot pada semua perlakuan dilakukan penyiraman
sebanyak 30 ml). Selain itu juga karena jenis tanahnya yang mampu menyiompan air
cukup banyak dilihat dari tingkat kelembaban tanahnya. Sedangkan pada J2 dan J4 rataan
biomassa yang didapat hanya sedikit perbedaannya. Namun jika dibandingkan dengan J8
terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan ini dapat terjadi karena jumlah
tanaman pada plot J8 banyak sehingga kompetisi intraspesifik yang terjadi besar. Terjadi
perebutan air, zat hara dll, sehingga biomassa pada plot J8 lebih kecil.
Pada grafik 2 diatas dapat terlihat jumlah rata-rata biomassa semakin kecil nilainya
dari K1 hingga K8. dalam hal ini jelas telah terjadi persaingan intraspesifik atau terjadi
perebutan sumberdaya yang sama. Kerapatan suatu tanaman berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan biomassa tanaman.
Pada grafik 3 dapat terlihat bahwa pada plot JK1 biji jagung tidak tumbuh, hal ini
dapat terjadi karena proses perkecambahan biji jagung lebih lama dibandingkan dengan
proses perkecambahan biji kacang hijau sehingga dapat dikatakan jagung kalah
berkompetisi hal ini pula didukung dengan terjadinya kebusukan pada biji jagung tersebut.
Kecepatan perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan (seedling)
merupakan suatu faktor yang menentukan kemampuan spesies tumbuhan tertentu untuk
menghadapi dan menaggulangi persaingan yang terjadi. Apabila suatu tanaman
berkecambah terlebih dahulu di banding suatu tanaman yang lain maka tanaman yang
tumbuh lebih dahulu dapat menyebar lebih luas sehingga mampu memperoleh cahaya
matahari, air, dan unsur hara tanah lebih banyak di bandingkan dengan yang lain(setiadi,
1989).
Namun pada JK 2 dan JK 4 tanaman jagung justru memiliki biomassa yang lebih
besar. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya kompetisi dalam memperebutkan sumberdaya
terutama air. Dalam hal ini tanaman jagung jauh lebih tahan terhadap kekeringan dan tidak
untuk kacang hijau. Terjadi persaingan interspesifik.
Pada grafik pertumbuhan biji jagung dapat dilihat bahwa tanaman J2 memiliki rata-
tara pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih besar di banding J4 dan J8. Hal ini disebabkan
pada J4 dan J8 jumlah tanamannya terlalu banyak dengan ukuran polybag yang sama
dengan plot J2 sehingga jarak tanaman terlalu rapat. Terlalu rapatnya jarak tanaman inilah
yang menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat sehingga tanaman sulit untuk tumbuh.
Semakin rapat jarak tumbuh tanamannya maka pertumbuhan menjadi terhambat.
Jika dilihat dari grafik diatas maka pada hasil akhir atau pada saat panen tanaman
pada plot K1 lah yang memiliki nilai rata-rata tinggi yang paling besar. Hal ini sama seperti
yang terjadi pada jagung, yaitu adanya pengaruh dari kerapatan tanaman.
Grafik 6
Pertumbuhan
Biji Jagung dan Kacang Hijau
40
35
30
Tinggi 25
tanaman 20
(cm) 15
10
5
0
3 6 9 12 18 21 24 27
Pengukuran hari ke