Anda di halaman 1dari 64

STKIP MELAWI

METODE PEMBELAJARAN
MEMBACA DAN
MENDENGARKAN
Bahan Ajar Program Studi PG-PAUD (Reguler C)
Tahun Akademik Genap 2016/2017
Oleh: Mastiah, S.S., M.Pd. dan Yumi Sarassanti, M.Pd.
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan bahan ajar “Metode Pembelajaran
Membaca dan Mendengarkan”. Bahan ajar ini ditulis guna memenuhi kebutuhan
mahasiswa STKIP Melawi dalam perkuliahan Metode Pembelajaran Membaca dan
Mendengarkan.

Semoga bahan ajar ini bermanfaat bagi mahasiswa khususnya serta para pembaca pada
umumnya. Akhir kata, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
perbaikan buku ini sangat penulis harapkan.

Nanga Pinoh, April 2017

Penulis

ii Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


DAFTAR ISI

PRAKATA .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB 1 KONSEP MEMBACA DAN PEMBELAJARAN
MEMBACA .............................................................................................. 1
A. Konsep Membaca ................................................................................. 1
B. Konsep Pembelajaran Membaca ............................................................ 12
BAB 2 MEMBACA PADA ANAK USIA DINI ..................................... 16
A. Proses Belajar Bahasa ........................................................................... 16
B. Proses Membaca .................................................................................... 18
C. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini ................................ 19
D. Tahap Perkembangan Membaca ............................................................ 20
E. Kemampuan Kesiapan Membaca ........................................................... 24
F. Tanda-Tanda Kesiapan Membaca ........................................................... 26
G. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca Anak............ 27
F. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Membaca pada Taman Kanak-Kanak ....... 28
BAB 3 STRATEGI DAN METODE PENGEMBANGAN
MEMBACA ANAK USIA DINI .............................................................. 30
A. Pendekatan Pengalaman Bahasa ........................................................... 30
B. Fonik ..................................................................................................... 31
C. Lihat dan Katakan .................................................................................. 32
D. Metode Pendukung Konteks .................................................................. 32
E. Flash Card.............................................................................................. 32
BAB 4 METODE MEMBACA PERMULAAN ..................................... 36
A. Metode Abjad (Alphabet)....................................................................... 36
B. Metode Suku Kata (Syllabic Method) ..................................................... 36
C. Metode Kata (Whole Word Method)....................................................... 37
D. Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method) ............................................ 37
E. Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)........................................... 37
BAB 5 PEMBELAJARAN MENDENGARKAN ................................... 39
A. Konsep Mendengarkan ......................................................................... 39
B. Konsep Pembelajaran Mendengarkan..................................................... 41

iii Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


BAB 6 MENDENGARKAN PADA ANAK USIA DINI ........................ 48
A. Perkembangan Mendengarkan .............................................................. 48
B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Mendengarkan Anak .... 49
C. Tahapan Perkembangan Mendengarkan Anak Usia Dini ........................ 50
BAB 7 METODE PEMBELAJARAN MENDENGARKAN
PADA ANAK USIA DINI ........................................................................ 54
A. Metode Bercerita .................................................................................. 54
B. Metode Permainan Bisik Berantai .......................................................... 58
C. Metode Gerak dan Lagu ......................................................................... 59
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................... 60

iv Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


BAB I
KONSEP MEMBACA DAN PEMBELAJARAN MEMBACA

A. Konsep Membaca
1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan
keterampilan berbahasa yang lain. Membaca merupakan suatu proses aktif yang
bertujuan dan memerlukan strategi. Hal ini didukung oleh beberapa definisi berikut ini.
Hodgson (dalam Tarigan, 1985:7) mengemukakan bahwa membaca ialah suatu proses
yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Dalam hal ini, membaca selain sebagai
suatu proses, juga bertujuan.
Depdikbud (1985:11) menuliskan bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan
secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang
bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi,
dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca pada tingkat lanjut, yakni
membaca kritis dan membaca kreatif.
Selanjutnya, Anderson dalam Tarigan (1985:7) berpendapat bahwa membaca
adalah suatu proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambanglambang
bahasa tulis. Hal ini sesuai dengan membaca pada level rendah. Finochiaro dan Bonono
(1973:119) menyatakan bahwa membaca adalah proses memetik serta memahami
arti/makna yang terkandung dalam bahasa tulis. Batasan ini tepat dikenakan pada
membaca literal. Di pihak lain, Thorndike (1967:127) berpendapat bahwa membaca
merupakan proses berpikir atau bernalar.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah
proses pengucapan tulisan untuk mendapatkan isinya. Pengucapan tidak selalu dapat
didengar, misalnya membaca dalam hati. Selanjutnya, membaca merupakan aktivitas
yang tidak bisa dilepaskan dari menyimak, berbicara, dan menulis. Sewaktu membaca,
pembaca yang baik akan memahami bahan yang dibacanya. Selain itu, dia bisa
mengkomunikasikan hasil membacanya secara lisan atau tertulis. Dengan demikian,
membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan keterampilan
berbahasa lainnya. Jadi, membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, proses

1 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


aktif, bertujuan, serta memerlukan strategi tertentu sesuai dengan tujuan dan jenis
membaca.
Syafi’ie (1999:6–7) menyebutkan, hakikat membaca adalah: (1) Pengembangan
keterampilan, mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-
paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan evaluatif
keseluruhan isi bacaan. (2) Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam
mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata,
melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan.
(3) Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan memberikan makna
terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah
dipunyai. (4) Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan
memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan. (5) Proses mengolah
informasi oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan
serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi
tersebut. (6) Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan sistem
tulisan yang digunakan. (7) Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris
dalam tulisan. Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan
merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang membawa
makna.
Dari beberapa butir hakikat membaca tersebut, dapat dikemukakan bahwa
membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses
yang berupa fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dan merupakan
proses mekanis dalam membaca. Proses mekanis tersebut berlanjut dengan proses
psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Proses psikologis
itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan ke pusat
kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui proses decoding gambar-gambar bunyi dan
kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna. Proses decoding
berlangsung dengan melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa
kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalamanyang tersimpan dalam gudang
ingatan.
2. Tujuan Membaca
Berdasarkan jenis informasi, ada tiga tujuan membaca, yaitu tujuan membaca

2 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


referensial, tujuan membaca intelektual, dan tujuan membaca untuk kesenangan.
(1) Tujuan membaca referensial berkenaan dengan tujuan memperoleh informasi
yang berupa fakta yang ada di lingkungan untuk menambah wawasan atau
pengetahuan yang bersifat faktual.
(2) Tujuan membaca intelektual berkenanaan dengan tujuan memperoleh informasi
yang dapat meningkatkan daya intelektual.
(3) Tujuan membaca untuk kesenangan berkenaan dengan tujuan memperoleh
informasi yang dapat menyenangkan diri pembaca.
3. Jenis-jenis Membaca
Menurut Tarigan (1985:11–13) jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu: 1)
membaca nyaring, dan 2) membaca dalam hati. Membaca dalam hati terdiri atas: (a)
membaca ekstensif, yang dibagi lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan
membaca dangkal, dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari: membaca telaah isi dan
membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari: membaca teliti, pemahaman,
kritis, dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasa terdiri dari: membaca bahasa dan
membaca sastra.
Jenis membaca menurut Nurhadi (1987:143) ada tiga macam, yakni membaca
literal, membaca kritis, dan membaca kreatif. Pada materi ini jenis membaca yang akan
dibahas adalah membaca nyaring, membaca ekstensif, dan membaca intensif. Berikut
ini akan dibahas satu persatu jenis-jenis membaca tersebut.
a. Membaca Nyaring
Membaca nyaring (membaca bersuara) adalah suatu kegiatan membaca yang
merupakan alat bagi pembaca bersama orang lain untuk menangkap isi yang berupa
informasi bagi pengarang (Kamidjan, 1969:9). Tarigan (1985:22) berpendapat bahwa
membaca nyaring adalah suatu kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun
pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta
memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Jadi, membaca
nyaring pada hakikatnya adalah proses melisankan sebuah tulisan dengan
memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat, yang diikuti oleh pemahaman
makna bacaan oleh pembaca.
Menurut Kamidjan (1969:9-10) ada lima aspek dalam membaca nyaring yaitu: (1)
membaca dengan pikiran dan perasaan pengarang; (2) memerlukan keterampilan

3 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


menafsirkan lambang-lambang grafis; (3) memerlukan kecepatan pandangan mata; (4)
memerlukan keterampilan membaca, terutama mengelompokkan kata secara tepat; dan
(5) memerlukan pemahaman makna secara tepat.
Dalam membaca nyaring, pembaca memerlukan beberapa keterampilan. antara lain:
(1) penggunaan ucapan yang tepat; (2) pemenggalan frasa yang tepat; (3) penggunaan
intonasi, nada, dan tekanan yang tepat; (4) penguasaan tanda bacaa dengan baik; (5)
penggunaan suara yang jelas; (6) penggunaan ekspresi yang tepat; (7) pengaturan
kecepatan membaca; (8) pengaturan ketepatan pernafasan; (9) pemahaman bacaan; dan
(10) pemilikan rasa percaya diri.
b. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas, bahan
bacaan yang digunakan bermacam-macam dan waktu yang digunakan cepat dan
singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari
bahan bacaan dengan waktu yang singkat dan cepat.
Broughton (dalam Tarigan, 1985:31) menyebutkan bahwa yang termasuk membaca
ekstensif adalah; 1) membaca survey, 2) membaca sekilas, dan 3) membaca dangkal.
Berikut ini yang termasuk membaca ekstensif akan diuraikan satu persatu.
1) Membaca survey merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran umum isi dan ruang lingkup bahan bacaan. Kegiatan membaca survey ini
misalnya melihat judul, pengarang, daftar isi, dan lainlain.
2) Membaca sekilas atau skimming adalah membaca dengan cepat untuk mencari dan
mendapatkan informasi secara cepat. Dalam hal ini pembaca melakukan kegiatan
membaca secara cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagian-bagiannya.
Membaca sekilas merupakan salah satu teknik dalam membaca cepat. Soedarso
(2001:88-89) menyatakan bahwa skimming adalah suatu keterampilan membaca yang
diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien dengan tujuan untuk
mengetahui: (1) topik bacaan, (2) pendapat orang, (3) bagian penting tanpa membca
seluruhnya, (4) organisasi tulisan, dan (5) menyegarkan apa yang pernah dibaca.
3) Selanjutnya, membaca dangkal merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh
pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan ringan yang kita baca. Tujuan membaca
dangkal adalah untuk mencari kesenangan.

4 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


c. Membaca Intensif
Membaca intensif merupakan kegiatan membaca bacaan secara teliti dan
seksama dengan tujuan memahaminya secara rinci. Membaca intensif merupakan salah
satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.
Tarigan (1990:35) mengutip pendapat Brook menyatakan bahwa, membaca intensif
merupakan studi seksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan.
Yang termasuk membaca intensif ini adalah membaca pemahaman. Berikut ini akan
diuraikan tentang membaca pemahaman.
Membaca Pemahaman
Menurut Tarigan (1990: 37) ada tiga jenis keterampilan membaca pemahaman,
yaitu: 1) membaca literal, 2) membaca kritis, dan 3) membaca kreatif. Masing-masing
jenis keterampilan membaca tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri. Oleh karena itu,
dalam hubungannya dengan pengajaran membaca, tiga keterampilan membaca
pemahaman ini perlu diajarkan secara terus-menerus. Setiap pertanyaan bacaan dalam
buku teks harus selalu mencerminkan keterampilan membaca tersebut.
1) Kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca untuk mengenal dan
menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya, pembaca hanya
menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan.
Informasi tersebut ada dalam baris-baris bacaan (Reading The Lines). Pembaca tidak
menangkap makna yang lebih dalam lagi, yaitu makna di balik baris-baris. Yang
termasuk dalam keterampilan membaca literal antara lain keterampilan: 1) mengenal
kata, kalimat, dan paragraf; 2) Mengenal unsur detail, unsur perbandingan, dan
unsur utama; 3) mengenal unsur hubungan sebab akibat; 4) menjawab pertanyaan (apa,
siapa, kapan, dan di mana); dan 5) menyatakan kembali unsur perbandingan, unsur
urutan, dan unsur sebab akibat.
2) Kemampuan membaca kritis merupakan kemampuan pembaca untuk mengolah
bahan bacaan secara kritis dan menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik
makna tersurat, maupun makna tersirat. Mengolah bahan bacaan secara kritis artinya,
dalam proses membaca seorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat
(makna baris-baris bacaan, (Reading The Lines), tetapi juga menemukan makna
antarbaris (Reading Between The Lines), dan makna di balik baris (Reading Beyond The
Lines). Yang perlu diajarkan dalam membaca kritis antara lain keterampilan: 1)

5 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


menemukan informasi faktual (detail bacaan); 2) menemukan ide pokok yang tersirat;
3) menemukan unsur urutan, perbandingan, sebab akibat yang tersirat; 4) menemukan
suasana (mood); 5) membuat kesimpulan; 6) menemukan tujuan pengarang; 7)
memprediksi (menduga) dampak; 8) membedakan opini dan fakta; 9) membedakan
realitas dan fantasi; 10) mengikuti petunjuk; 11) menemukan unsur propaganda; 12)
menilai keutuhan dan keruntutan gagasan; 13) menilai kelengkapan dan kesesuaian
antargagasan; 14) menilai kesesuaian antara judul dan isi bacaan; 15) membuat
kerangka bahan bacaan; dan 16) menemukan tema karya sastra.
3) Kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan
membaca seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat
(Reading The Lines), makna antarbaris (Reading Between The Lines), dan makna di
balik baris (Reading Beyond The Lines), tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan
hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Beberapa keterampilan membaca
kreatif yang perlu dilatihkan antara lain keterampilan: 1) mengikuti petunjuk dalam
bacaan kemudian menerapkannya; 2) membuat resensi buku; 3) memecahkan masalah
sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku; 4) mengubah buku cerita (cerpen
atau novel) menjadi bentuk naskah drama dan sandiwara radio; 5) mengubah puisi
menjadi prosa; 6) mementaskan naskah drama yang telah dibaca; dan 7) membuat kritik
balikan dalam bentuk esai atau artikel populer.
Selain ketiga kemampuan membaca pemahaman tersebut di atas, yang termasuk
membaca pemahaman antara lain juga membaca cepat. Jenis membaca ini bertujuan
agar pembaca dalam waktu yang singkat dapat memahami isi bacaan secara tepat dan
cermat. Jenis membaca ini dilaksanakan tanpa suara (membaca dalam hati). Bahan
bacaan yang diberikan untuk kegiatan ini harus baru (belum pernah diberikan kepada
siswa) dan tidak boleh terdapat banyak kata-kata sukar, ungkapan-ungkapan yang baru,
atau kalimat yang kompleks. Kalau ternyata ada, guru harus memberikan penjelasan
terlebih dahulu, agar siswa terbebas dari kesulitan memahami isi bacaan karena
terganggu oleh masalah kebahasaan.
4. Teknik Membaca
Keterampilan membaca yang perlu dilatihkan kepada siswa antara lain: latihan
membaca dengan kecepatan tertentu, latihan mengukur kecepatan membaca, latihan

6 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


menempatkan secara tepat titik pandang mata, latihan memperluas jangkauan pandang
mata. Berikut ini beberapa teknik membaca dan penjelasannya.
a. SQ3R
SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson (seorang guru besar psikologi dari
Ohio State University), tahun 1941. SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari
lima langkah: a. Survey,b. Question, c. Read,d. Recite (Recall),e. Review. Membaca
dengan metode SQ3R ini sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan
rasional. Berikut ini akan dibahas satu persatu tentang proses membaca dalam SQ3R
tersebut.
1) S (Survey)
Survey (menyelidiki) atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum
membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum
yang akan dibaca dengan maksud untuk: 1) mempercepat menangkap arti, 2) mendapat
abstrak, 3) mengetahui ide-ide yang penting, 4) melihat susunan (organisasi) bahan
bacaan tersebut, 5) mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan, dan 6)
memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
Dalam kegiatan survey (prabaca) ini dilakukan dalam beberapa menit tujuannya
untuk mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka buku
secara cepat dan menyeluruh yang langsung tampak oleh mata. Kegiatan survey tersebut
bertujuan untuk memperoleh kesan atau gagasan umum tentang isinya. Kegiatan survey
ini selain dilakukan terhadap sebuah buku yang akan dibaca, juga dapat dilakukan untuk
melihat suatu artikel di koran atau majalah. Ada beberapa macam survey, yaitu: survey
buku, survey bab, survey artikel, survey kliping.
Kegiatan pertama yang perlu dilakukan pada saat survey buku adalah
memperhatikan judul buku dan mengajukan pertanyaan tentang topik yang terkandung
di dalamnya. Lalu melihat nama penulis dan atributnya yang biasanya memberikan
petunjuk isi tulisan. Untuk melihat aktualisasinya, lihat tahun penerbitannya. Kalau ada
baca juga sampul buku bagian belakang yang memuat pesan penerbit mengenai hal
penting dari buku. Sesudah itu kegiatan yang perlu dilakukan adalah: 1) telusuri daftar
isi, 2) baca kata pengantar, 3) lihat tabel, grafik, dan lain-lain, 4) lihat apendiks, 5)
telusuri indeks.

7 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


Berbagai kegiatan prabaca (survey) perlu dilakukan secara sekilas, minimal untuk
mengenal seberapa tinggi tingkat keterpercayaan buku tersebut. Buku ilmiah yang baik
minimal mengandung bagian-bagian buku tersebut. Setelah itu kita dapat menentukan
sikap sejauh mana kita akan membaca buku tersebut. Apakah akan membaca bagian
tertentu saja ataukah akan membacanya secara lengkap. Untuk itu, kita perlu melakukan
kegiatan berikutnya, yaitu survey bab.
Survey bab dilakukan lebih teliti dibanding survey pada keseluruhan isi buku. Pada
kegiatan survey bab ini, kita bisa mengamati subjudul-subjudul dan kaitannya, juga
amati alat bantu visual yang ada di bab tersebut, misalnya: grafik, peta, dan lain-lain.
Setelah itu kegiatan yang perlu dilakukan pada survey bab ini adalah: 1) membaca
paragraf pertama dan terakhir, membaca ringkasan (bila ada), dan 3) membaca subjudul
yang biasanya memperjelas isi bab tersebut.
Survey artikel perlu kita lakukan sebelum kita membaca artikel tersebut secara
keseluruhan. Hal ini kita lakukan karena ada bermacam artikel. Ada artikel yang terus
saja ditelan, ada yang perlu diuji kembali, ada yang perlu diringkas, ditimbang-timbang,
atau mungkin langsung dibuang begitu saja. Survey artikel ini dapat dilakukan dengan
tahapan: 1) membaca judul, 2) membaca semua subjudul, 3) mengamati tabel, 4)
membaca kata pengantar, 5) membaca kalimat pertama subbab, dan 6) memilih bagian
yang perlu atau tidak perlu untuk dibaca.
Survey kliping dilakukan untuk memilih bahan (kliping) baik dari surat kabar
ataupun majalah yang benar-benar memenuhi kebutuhan atau keinginan kita. Kegiatan
suvey kliping dilakukan dengan tahapan: 1) baca judul, 2) baca penulisnya agar dapat
memperkirakan isinya dan dapat membuat keputusan untuk membaca atau tidak.
Selanjutnya lakukan kegiatan seperti pada survey artikel. Dengan kegiatan survey
tersebut kita dapat menentukan dengan cepat apakah kliping tersebut cocok dengan
kebutuhan kita, sehingga perlu atau tidak untuk dibaca.
2) Q (Question)
Bersamaan pada saat survey, ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan,
misalnya dengan mengubah judul dan subjudul menjadi sebuah pertanyaan. Kita dapat
menggunakan 5W+1H (What, Who, Where, When, Why, dan How). Pada waktu survey
buku, pertanyaan kita mungkin masih terlalu umum, tetapi pada waktu survey bab,
pertanyaan kita akan lebih khusus.

8 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


Tujuan pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah membuat (pembaca lebih aktif dan
lebih mudah menangkap gagasan yang ada. Selain itu, pertanyaanpertanyaan tersebut
akan membangkitkan keingintahuan kita, sehingga lebih meningkatkan pemahaman dan
mempercepat penguasaan seluruh isi bab.
3) R (Read)
Read (membaca) merupakan langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-
satunya langkah. Pada langkah ketiga ini membaca mencari jawaban berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan. Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok. Kita
dapat sedikit memperlambat cara membaca pada bagian-bagian yang kita anggap
penting dan mempercepatnya pada bagian yang kurang atau tidak penting.
Konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang
penting.
4) R (Recite atau Recall)
Pada kegiatan recite atau recall (mendaras) kita berusaha untuk memperkokoh
perolehan kita dari membaca. Pada kegiatan ini apa yang telah diperoleh dihubungkan
dengan informasi yang diperoleh sebelumnya dan kita bersiap diri untuk pembacaan
selanjutnya. Pada kesempatan ini kita juga dapat membuat catatan seperlunya. Jika
masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi. Sekalipun bahan itu
mudah dimengerti, tahap mengutarakan kembali hal-hal penting itu jangan dilewatkan
agar tidak mudah dilupakan. Pada tahap ini disediakan waktu setengah dari waktu untuk
membaca. Hal ini bukan berarti pemborosan waktu, melainkan memang penting untuk
tahap ini.
5) R (Review)
Review atau mengulangi merupakan kegiatan untuk melihat kembali keseluruhan isi
buku. Kegiatan ini bertujuan untuk menelusuri kembali judul dan subjudul-subjudul
atau bagian-bagian penting lainnya dengan menemukan pokok-pokok penting yang
perlu untuk diingat kembali. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas
pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang barangkali kita terlewati
sebelum ini. Pada langkah kelima ini berusahalah untuk memperoleh penguasaan bulat,
menyeluruh, dan kokoh atas bahan.

9 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


b. Skimming
Skimming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatu
hal. Oleh karena itu, skimming merupakan cara membaca hanya untuk mendapatkan ide
pokok, yang dalam hal ini tidak selalu di awal paragraf, karena kadang ada di tengah,
ataupun di akhir paragraf. Pada kegiatan skimming ini, kita dapat melompati bagian-
bagian, fakta-fakta, dan detail-detail yang tidak terlalu dibutuhkan, sehingga kita hanya
memusatkan perhatian dan cepat menguasai ide pokoknya. Kegiatan skimming ini
sering kita lakukan
meskipun tanpa kita sadari. Kegiatan itu untuk sekadar mengetahui apakah sebuah buku
yang akan dibaca itu sesuai dengan yang dibutuhkan. Skimming seperti itu juga lazim
disebut sebagai browsing buku. Skimming merupakan suatu keterampilan membaca
yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai
tujuan.
Tujuan skimming adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Selain
itu, skimming juga bertujuan untuk: 1) mengenali topik bacaan; 2) mengetahui pendapat
(opini) orang; 3) mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca
keseluruhan; 4) mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, kesatuan pikiran,
dan hubungan antarbagian dari bacaan tersebut; dan 5) penyegaran apa yang telah
dibaca. Gerakan mata saat membaca dengan cara skimming ini hampir seperti jika
membaca lengkap, kecuali jika kita akan melompati bagian-bagian tertentu. Cara yang
efektif adalah menelusuri awal paragraf yang memuat ide pokok. Lalu cepat bergerak
(melompat atau skipping) ke bagian lain paragraf itu dan berhenti (fixate) di sana-sini
jika menemukan detail memahami, kemudian bergerak cepat lagi dan berhenti lagi
untuk memungut detail atau gagasan yang penting. Detail penting dapat ditunjukkan
oleh tipografi atau tanda-tanda rincian yang biasanya dengan mudah kita kenali.
Skimming juga disebut sebagai review atau tinjauan balik.
c. Skanning
Skanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa
membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta khusus dan
informasi tertentu. Skanning sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
untuk mencari: nomor telepon, arti kata pada kamus, entri pada indeks, angka-angka
statistik, acara siaran TV, dan melihat daftar perjalanan.

10 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


Gerakan mata dalam skanning tidak jauh berbeda dengan skimming. Untuk
mengetahui tempat informasi tertentu, bantuan yang baik adalah judul-judul bab dan
subjudulnya. Jika yang dicari itu suatu angka, gerakan mata dengan cepat dan
berhentilah pada setiap angka yang kiranya mirip, jika kiranya bukan, jangan ditunda
lagi, teruskan bergerak ke bawah. Demikian juga untuk mencari suatu nama. Jadi,
kegiatan skanning adalah untuk mencari informasi khusus. Karena itu kita perlu terlebih
dahulu mengetahui apa yang akan kita cari.
Selain itu, skanning juga dapat dilakukan pada bacaan yang berupa prosa. Yang
dimaksud dengan skanning prosa adalah mencari informasi topik tertentu dalam suatu
bacaan, yaitu dengan mencari letak di bagian mana dari tulisan itu memuat informasi
yang dibutuhkan. Caranya adalah: 1) mengetahui kata-kata kunci yang menjadi
petunjuk, 2) mengenali organisasi tulisan dan sturuktur tulisan, untuk memperkirakan
letak jawaban, 3) gerakkan mata secara sistematik dan cepat seperti anak panah
meluncur ke bawah atau dengan pola “S” atau zigzag, dan 4) setelah menemukan
tempatnya, lambatkan kecepatan membaca untuk meyakinkan kebenaran yang kita cari.
Seorang penulis, jika ingin hasil tulisannya lebih baik tidak dan hanya mengacu
pada satu sumber saja, melainkan pada beberapa sumber. Untuk itu, diperlukan cara
cepat untuk memperoleh informasi topik tertentu pada beberapa sumber. Penulis tidak
perlu membaca keseluruhan tetapi cukup dengan skanning melalui daftar isi dan indeks,
serta alat-alat visual, seperti grafik. Dalam sebuah buku, mungkin topik yang dicari
tersebut menyebar di berbagai bab buku dan harus segera ditemukan dengan
mengantisipasi beberapa kemungkinan. Pencarian tersebut harus cepat agar segera dapat
beralih dari satu buku ke buku lainnya agar informasi tersebut dapat segera kita kuasai
atau dipahami.
Pada saat membaca mungkin kita menemukan beberapa kata sulit. Hal itu jangan
membuat kita memperlambat cara membaca kita. Arti kata sulit tersebut dapat kita
sesuaikan dengan konteks kalimat yang ada. Bila memang kata tersebut terlalu sulit dan
tidak kita pahami maknanya, barulah kita melakukan skanning kata di kamus. Dalam
melakukan kegiatan tersebut, kita perlu memperhatikan: 1) ejaan kata itu dengan
seksama; 2) cara pengucapan, panjang pendeknya, dan aksen (tekanannya); 3)
etimologinya; 4) pengertian yang sesuai dengan konteks kalimatnya; 5) contoh
kalimatnya; dan 6) petunjuk halaman yang ada di setiap halaman.

11 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


Untuk menemukan nomor telepon dengan cepat, kita juga perlu melakukan
skanning nomor telepon. Terlebih dahulu memperhatikan halaman pertama dari buku
telepon tersebut yang sangat membantu dalam mencari nomor yang kita butuhkan.
Selain itu, kita juga sering harus melakukan skanning terhadap acara televisi. Hal ini
dilakukan agar tidak duduk bengong di depan televisi, sementara banyak pekerjaan yang
harus dilakukan. Kita harus dapat secara cepat menemukan acara televisi mana yang
benar-benar ingin ditonton.
5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemahaman Bacaan
Faktor-faktor yang memengaruhi pemahaman bacaan dapat diklasifikasikan menjadi
dua kategori, yaitu faktor dalam dan faktor luar.
(1) Faktor dalam meliputi hal-hal seperti kompetensi bahasa, yaitu sesuatu yang
diketahui pembaca tentang bahasa yang dipakai penulis. Hal lain yang termasuk
faktor dalam adalah minat, yaitu keteracuhan pembaca terhadap berbagai topik
yang terdapat di dalam bacaan. Motivasi juga termasuk faktor dalam, yaitu
faktor-faktor yang mendorong untuk melakukan aktivitas baca.
(2) Faktor luar dapat diklasifikasikan atas dua subkategori, yaitu unsur-unsur dalam
bacaan dan sifat-sifat lingkungan baca. Unsur dalam bacaan meliputi faktor
keterbacaan, yaitu faktor yang berhubungan dengan tingkat kesukaran bacaan
dan faktor organisasi teks. Unsur sifat lingkungan baca meliputi faktor-faktor
kegiatan yang dilakukan guru pada waktu sebelum, ketika, dan sesudah
membaca untuk membantu pembaca (siswa) dalam memahami isi teks.
Jadi, faktor dalam (kompetensi bahasa, minat, motivasi) dan faktor luar (unsur
dalam bacaan dan sifat lingkungan baca) diri pembaca sangat berpengaruh terhadap
kemampuan seorang pembaca dalam memahami bacaan.
B. Konsep Pembelajaran Membaca
1. Konsep Pembelajaran Membaca
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca
adalah suatu keterampilan yang kompleks, rumit, yang mencakup atau melibatkan
serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan perkataan lain,
keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu: (a) pengenalan terhadap aksara
serta tanda-tanda baca; (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur

12 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


linguistik yang formal; (c) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau
meaning (Broghton (et al) 1978:90 dalam Tarigan 1979:11).
Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang
disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, gambar di atas suatu lembaran,
lengkungan-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam hubungan-hubungan berpola
yang teratur rapi.
Keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda tanda
hitam di atas kertas – yaitu gambar-gambar berpola tersebut-dengan bahasa. Adalah
tidak mungkin belajar membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh serta
memahami bahasa. Hubungan-hubungan itu jelas sekali terlihat terjadi antara unsur-
unsur dari pola-pola tersebut di atas kertas dan unsur-unsur bahasa yang formal.
Keterampilan ketiga atau C yang mencakup keseluruhan keterampilan membaca,
pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual; ini merupakan kemampuan atau
abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas melalui unsur-unsur
bahasa yang formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi, dengan makna yang dilambangkan
oleh kata-kata tersebut (Broghton (et al)1978:90 dalam Tarigan 1979:12).
Pembelajaran membaca merupakan kemampuan pemahaman yang diajarkan secara
seimbang dan terpadu. Seimbang dalam arti pembelajaran membaca disampaikan secara
seimbang dengan keterampilan berbahasa lain. Dalam kegiatan pembelajaran membaca,
KD membaca akan menjadi fokus pembelajaran, sedangkan aspek keterampilan
berbahasa lain menyertai dalam kegiatan pembelajaran. Hal itulah yang dimaksud
dengan adanya keseimbangan keempat aspek keterampilan berbahasa dalam kegiatan
pembelajaran. Terpadu maksudnya bahwa dalam kegiatan pembelajaran membaca dapat
dipadukan dengan keterampilan lainnya yaitu mendengarkan, berbicara, dan menulis.
Sedangkan kemampuan yang disampaikan adalah kemampuan berbahasa dan bersastra.
Oleh karena itu, wacana dalam pembelajaran membaca bisa berupa wacana sastra
maupun nonsastra.
2. Karakteristik Pembelajaran Membaca
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Konsep pembelajaran menurut Corey (1986:195) dalam Sagala (2003:61) adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia

13 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari
pendidikan.
Pembelajaran membaca mengandung arti karena setiap kegiatan membaca
dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan membaca dan
memperoleh nilai-nilai yang baru. Proses pembelajaran membaca pada awalnya
meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Hal
tersebut meliputi kemampuan dasar, motivasi, latar belakang akademis, latar belakang
sosial ekonomi, dan lain sebagainya.
Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran membaca
merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya
pelaksanaan pembelajaran. Jadi, belajar dan pembelajaran membaca diarahkan untuk
membangun kemampuan berpikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana
pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksi dalam diri individu siswa.
Pembelajaran membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang
melibatkan serangkaian keterampilan lebih kecil lainnya. Secara garis besar, terdapat
dua karakteristik yang penting dalam pembelajaran membaca. Karakteristik tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Keterampilan yang bersifat mekanis dapat dianggap berada pada urutan yang lebih
rendah. Hal ini mencakup: (a) pengenalan bentuk huruf; (b) pengenalan unsur-unsur
linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain); (c)
pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan
bahan tertulis); (d) kecepatan membaca ke taraf lambat.
b. Keterampilan bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan yang
lebih tinggi. Hal ini mencakup: (a) memahami pengertian sederhana (leksikal,
gramatikal, retorikal); (b) memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan
pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca); (c) evaluasi atau
penilaian (isi, bentuk); (d) kecepatan membaca yang fleksibel, mudah disesuaikan
dengan keadaan (Broghton (et al) 1978:211 dalam Tarigan 1978:12 – 13).
3. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Membaca
Untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam penyajian pembelajaran membaca,
guru sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut: (1) Pemeriksaan awal. (2) Persiapan

14 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


lingkungan. (3) Persiapan siswa. (4) Penyajian bahan pengajaran. Broghton (et.al)
1978:211 dalam Tarigan 1978:12 – 13 menyebutkan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menetapkan bahan pembelajaran membaca.
a. Sesuai dengan atau dapat menunujang tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa pada umumnya.
c. Terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan.
d. Mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.
Materi dan bahan pembelajaran membaca ditetapkan dengan mengacu pada tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Bahan pembelajaran yang diberikan bermakna bagi
para siswa, dan merupakan bahan yang betul-betul penting, baik dilihat dari tujuan yang
ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya.

15 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


BAB II
MEMBACA PADA ANAK USIA DINI

A. Proses Belajar Bahasa


Anak dapat berbahasa melalui beberapa tahap. Secara umum proses
perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam beberapa rentang usia, yang masing-masing
menunjukkan ciri-ciri tersendiri. Guntur (dalam Susanto 2011: 75) menyatakan bahwa
tahap perkembangan bahasa anak sebagai berikut:
a. Tahap I (pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri atas:
1) Tahap meraba-1 (pralinguistik pertama). Tahap ini dimulai dari anak lahir
sampai anak usia enam bulan, pada masa ini anak sudah mulai tertawa,
menangis, dan menjerit.
2) Tahap meraba-2 (pralinguistik kedua). Pada tahap ini anak mulai menggunakan
kata, tetapi masih kata yang belum ada maknanya dari bulan ke-6 hingga 1
tahun.
b. Tahap II; (linguistik). Tahap ini terdiri dari tahap I dan II, yaitu:
1) Tahap-1 holafrastik (1tahun), pada tahap ini anak mulai menyatakan makna
keseluruhan kalimat dalam satuan kata. Perbendaharaan kata yang dimiliki anak
kurang lebih 50 kosa kata.
2) Tahap-2; frase (1-2), pada tahap ini anak dapat mengucapkan dua kata,
perbendaharaan anak anak sampai dengan rentang 50-100 kosa kata.
c. Tahap III; (pengembangan tata bahasa, yaitu anak prasekolah dasar 3, 4, 5 tahun).
Pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat. Dilihat dari aspek perkembangan
tata bahasa seperti: S-P-O, anak dapat memperpanjang kata menjadi suatu kalimat.
d. Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun). Tahap ini kemampuan
anak sudah lebih sempurna, anak sudah dapat menggabungkan kelimat sederhana dan
kalimat kompleks.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996:6) mengungkapkan bahwa belajar bahasa
dibagi atas beberapa fase perkembangan.
1) Lahir – 2 tahun, pada usia ini fase fonologis mulai berkembang, anak bermain
dengan bunyi-bunyi bahasa mulai mengoceh sampai menyebutkan kata-kata
sederhana.

16 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


2) Usia 2-7 tahun, pada usia ini fase yang berkembang adalah sintaktik yaitu, anak
mulai menunjukkan kesadaran gramatis; berbicara menggunakan kalimat
3) Usia 7-11 tahun, pada usia ini fase yang berkembang adalah semantik, yaitu
anak sudah dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung
dalam kata.
Sejalan dengan pendapat di atas, Dewi (2005:15) mengungkapkan bahwa proses
belajar bahasa anak dibagi atas fase prelinguistik dan fase linguistik, sebagai berikut:
a) Fase prelinguistik adalah proses belajar bahasa anak usia 0-1 tahun yaitu sejak
tangisan pertama anak sampai anak selesai fase mengoceh. Anak mengeluarkan
suara-suara yang mirip erangan untuk menyatakan kesenangan atau kepuasan dan
jeritan untuk menunjukkan keinginannya. Pada periode ini anak juga sudah mulai
peka terhadap bahasa, anak mulai tahu bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu.
Masa ini merupakan saat menyenangkan dan tampak begitu komunikatif.
b) Fase linguistik yaitu sejak anak berusia 1 tahun sampai 5 tahun mulai dari
mengucap kata-kata pertama sampai anak dapat berbicara dengan lancar. Periode
ini dibagi pada tiga fase besar, yaitu:
(1) Fase satu kata atau holofrase
Pada masa ini anak menggunakan satu kata untuk menyatakan suatu pikiran
yang kompleks, baik berupa keinginan, perasaan, atau kemauannya tanpa
perbedaan yang jelas.
(2) Fase lebih dari satu kata
Pada fase ini anak dapat membuat kalimat yang terdiri atas dua kata. Ada pokok
kalimat dan ada predikat, kadang-kadang objek tetapi dengan tata bahasa yang
tidak selalu benar. Pada periode ini bahasa yang tidak selalu benar. Pada periode
ini bahasa yang digunakan tidak bersifat egosentris, yaitu dari dan untuk dirinya.
Komunikasi dengan orang lain mulai lancar, mulai tanya jawab yang sederhana,
anak mulai bercerita dengan kalimat sederhana.
(3) Fase diferensiasi
Pada anak usia 2,5–5 tahun keterampilan berbicara anak berkembang pesat.
Anak sudah mampu mengucap kata demi kata. Anak mampu mengkritik,
bertanya, menjawab, memerintah, memberitahu, dan bentuk lain untuk satu
pembicaraan gaya dewasa.

17 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan tentang proses belajar bahasa
anak yang pertama kali adalah dengan tangisan, tangisan merupakan cara komunikasi
yang dapat dilakukan anak pada bulan pertama sampai keenam. Pada poses belajar
bahasa yang selanjutnya anak mulai mengoceh, tertawa, mengucap kata tanpa makna,
pada usia 6 bulan sampai 2 tahun, selanjutnya pada usia 3 tahun proses belajar bahasa
anak sampai menggunakan kata untuk membentuk kalimat untuk berkomunikasi dengan
orang lain dan keterampilan anak dalam berbicara sudah berkembang pesat sampai
dengan usia 5 tahun.
B. Proses Membaca
Burns, dkk. (dalam Ramli 2007:12) mengungkapkan bahwa membaca
merupakan proses yang melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Proses
membaca terdiri dari sembilan aspek, yaitu sensori, perceptual, urutan pengalaman,
pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan.
Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui
pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indra penglihatannya. Aspek urutan dalam
proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara
linier. Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak yang
memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam
mengembangkan pemahaman
kosa-kata dalam membaca. Pengalaman konkret dan pengalaman tidak langsung akan
meningkatkan perkembangan konseptual anak. Aspek afektif merupakan proses
membaca yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian.
Dalam belajar membaca anak usia dini terdiri dari beberapa komponen. Menurut
Budihasti yang dikutip oleh Hawadi (2001:37) menyebutkan beberapa komponen
membaca, yaitu sebagai berikut:
a. Pengenalan kata-kata
Disini penekanannya pada pengenalan persamaan antara apa yang diucapkan
dan apa yang ditulis sebagai simbol.
b. Pengertian
Selain mengenali simbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca yang
terpenting adalah mengerti apa yang dibaca.

18 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


c. Reaksi
Diharapkan ada reaksi terhadap hal yang dibaca.
d. Penggabungan
Asimilasi ide-ide yang dihadapkan dari mereka dengan pengalaman membaca
dimasa lalu.
C. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini
Masri Sareb (2008:4) mengungkapkan bahwa membaca permulaan menekankan
pengkondisian siswa untuk masuk dan mengenal bahan bacaan. Belum sampai pada
pemahaman yang mendalam akan materi bacaan, apalagi dituntut untuk menguasai
materi secara menyeluruh, lalu menyampaikan hasil pemerolehan dari membacanya.
Pada masa prasekolah, anak distimulus untuk dapat membaca permulaan.
Menurut Steinberg (Ahmad Susanto, 2011: 83) membaca permulaan adalah membaca
yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah. Program ini merupakan
perharian pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak
dan bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai
perantaran pembelajaran.
Anderson (dalam Dhieni, dkk 2008:5.5) mengungkapkan bahwa membaca
permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terpadu, yang menitik beratkan pada
pengenalan hurur dan kata, menghubungkannya dengan bunyi. Sedangkan menurut
Zuchdi dan Budiasih (1996: 50) membaca permulaan diberikan secara bertahap, yakni
pramembaca dan membaca. Pada tahap pramembaca, kepada anak diajarkan: 1) sikap
duduk yang baik pada waktu membaca; 2) cara meletakkan buku di meja; 3) cara
memegang buku; 4) cara membuka dan membalik halaman buku; dan 5) melihat dan
memperhatikan tulisan. Pembelajaran membaca permulaan dititik beratkan pada aspek-
aspek yang bersifat teknis seperti ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi
yang wajar, kelancaran dan kejelasan suara.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan membaca permulaan adalah
membaca yang dilaksanakan di TK yang dilakukan secara terprogram kepada anak
prasekolah, dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf dan lambang-lambang tulisan
yang menitik beratkan pada aspek ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi
yang wajar, kelancaran dan kejelasan suara.

19 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


D. Tahap Perkembangan Membaca
Raines dan Canad (1990) berpendapat bahwa proses membaca bukanlah
kegiatan menerjemahkan kata demi kata untuk memahami arti yang terdapat dalam
membaca. Guru yang memahami konsep whole language akan memandang bahwa
kegiatan membaca merupakan suatu proses mengonstruksi arti dimana terdapat interaksi
antara tulisan yang dibaca anak dengan pengalaman yang pernah diperolehnya. Tahap
pertama dalam membaca adalah dengan melihat tulisan dan memprediksinya artinya.
Tahap kedua adalah memastikan arti tulisan yang dipredikasi sebelumnya sehingga
diperoleh keputusan untuk melanjutkan bacaan berikutnya meskipun terdapat
kemungkinan kesalahan dalam memprediksi. Tahap ketiga adalah mengintegrasikan
informasi baru dengan pengalaman sebelumnya. Dengan demikian, pemahaman tentang
bacaan dapat diperoleh setelah anak membaca seluruh teks. Tingkat pemahaman anak
dalam membaca sangat dipengaruhi oleh kualitas prediksi, contoh tulisan, dan
pengetahuan anak.
Kemampuan membaca pada anak berlangsung pada beberapa tahap. Efal
(dalam Dhieni, 2008: 5.12) menyatakan bahwa perkembangan kemampuan dasar
membaca anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap, yakni : (a) tahap fantasi,
(b) tahap pembentukan konsep diri, (c) tahap membaca gemar, (d) pengenalan bacaan,
(e) tahap membaca lancar.
Perkembangan kemampuan membaca anak dapat dikategorikan ke dalam
beberapa tahap. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2009: 8-9) berdasarkan penelitian yang
dilakukan dibarat, perkembangan membaca anak-anak dapat dikatagorikan ke dalam
lima tahap, yaitu sebagai beriku:
1) Tahap Magic
Pada tahap ini belajar tentang guna buku, mulai berpikir bahwa buku adalah
sesuatu yang penting. Anak melihatlihat buku, membawa-bawa buku, dan sering
memiliki buku favorit.
2) Tahap Konsep Diri
Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan “pura-
pura membaca”, mengambil makna dari gambar, membahasakan buku walaupun tidak
cocok dengan teks yang ada di dalamnya.

20 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


3) Tahap Membaca Antara
Anak-anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak (print). Mereka mungkin
memilih kata yang sudah dikenal, mencatat kata-kata yang berkaitan dengan dirinya,
dapat membaca ulang cerita yang telah ditulis, dapat membaca puisi. Anak-anak
mungkin mempercayai setiap silabel sebagai kata dan dapat menjadi frustasi ketika
mencoba mencocokkan bunyi dan tulisan. Pada tahap ini, anak mulai mengenali alfabet.
4) Tahap Lepas Landas
Pada tahap ini anak-anak mulai menggunakan tiga sistem tanda/ciri yakni
grafofonik, semantik, dan sintaksis. Mereka mulai bergairah membaca, mulai mengenal
huruf dari konteks, memperhatikan lingkungan huruf cetak dan membaca apa pun di
sekitarnya, seperti tulisan pada kemasan, tanda-tanda. Resiko bahasa dari tiap tahap ini
adalah jika anak diberikan terlalu banyak perhatian pada setiap huruf.
5) Tahap Independen
Anak dapat membaca buku yang tidak dikenal secara mandiri,
mengkonstruksikan makna dari huruf dan dari pengalaman sebelumnya dan isyarat
penulis. Anak-anak dapat membuat perkiraan tentang materi bacaan. Materi
berhubungan langsung dengan pengalaman yang paling mudah untuk dibaca, tetapi
anak-anak dapat memahami struktur dan genre yang dikenal, serta materi ekpositoris
yang umum.
Sabarti Akhadiah, dkk (1993:11) yang mengungkapkan bahwa pengajaran
membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar
membaca. Siswa dituntut untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat
yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan.
Kemampuan membaca anak berlangsung pada beberapa tahap perkembangan.
Menurut Steinberg (Ahmad Susanto 2011:90) bahwa, kemampuan membaca anak usia
dini dibagi menjadi empat tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut:
a) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan
Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku dan menyadari bahwa
buku ini penting, melihat-lihat buku dan membalik-balik buku kadang-kadang anak
membawa buku kemana-mana tempat kesenangannya.

21 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


b) Tahap membaca gambar
Anak usia TK sudah bisa memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai
melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna
gambar, membaca buku dengan menggunakan bahasa buku walaupun tidak cocok
dengan tulisannya. Anak TK sudah menyadari bahwa buku sebuah buku memiliki
karakteristik khusus, seperti judul, halaman, huruf, kata dan kalimat serta tanda baca
walaupun anak belum faham semuanya.
c) Tahap pengenalan bacaan
Pada tahap ini anak TK telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa, seperti
fonem (bunyi huruf), semantik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata atau kalimat) secara
bersama-sama. Anak yang sudah tertarik pada bahan bacaan mulai mengingat kembali
bentuk huruf dan konteksnya. Anak mulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-
benda di lingkungannya.
d) Tahap membaca lancar
Pada tahap ini, anak sudah dapat membaca secara lancar berbagai jenis buku
yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas tentang tahap membaca dari dua
pendapat diatas sebenarnya hampir sama sehingga dapat disimpulkan, bahwa ada
beberapa tahap membaca yang dapat distimulus agar anak dapat membaca yaitu tahap
magic, tahap konsep diri, tahap pembaca antara, tahap lepas landas, tahap independen.
Nurgiyantoro (2010:391) yang menyatakan bahwa kemampuan membaca anak
adalah sebagai berikut: kelancaran pengungkapan, ketepatan struktur kalimat, dan
kebermaknaan penuturan. Dalam penelitian ini peneliti mengacu pendapat Burhan
Nurgiyantoro yang digunakan sebagai pedoman pembuatan rubrik penilaian
kemampuan membaca permulaan anak.
Dalam mengajarkan membaca harus memperhatikan aspek-aspek perkembangan
anak. Menurut Ahmad Rofi’uddin (1998:50) pengajaran membaca diarahkan pada
aspek-aspek:
(1) Pengembangan aspek sosial anak, yaitu : kemampuan bekerja sama, percaya diri,
pengendalan diri, kestabilan emosi, dan rasa tanggung jawab.

22 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


(2) Pengembangan fisik, yaitu pengaturan gerak motorik, koordinasi gerak mata dan
tangan.
(3) Perkembangan kognitif, yaitu membedakan bunyi, huruf, menghubungkan kata dan
makna.
Rubin (Ahmad Rofi’uddin 1998:57-61) mengemukakan bahwa pengajaran
membaca yang paling baik adalah pengajaran yang didasarkan pada kebutuhan anak dan
mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak.
Kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca antara lain sebagai
berikut:
(a) Peningkatan Ucapan
Pada kegiatan ini difokuskan pada peningkatan kemampuan anak mengucapkan bunyi-
bunyi bahasa. Anak yang mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi-bunyi
tertentu anak menghadapi kesulitan dalam membaca. Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan
anak bunyi tersebut perlu dilatih secara terpisah.
(b) Kesadaran Fonemik ( Bunyi)
Pada kegiatan ini difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata dibentuk oleh fonem
atau bunyi yang membedakan makna.
(c) Hubungan antara Bunyi-huruf
Syarat utama untuk dapat membaca adalah mengetahui tentang hubungan bunyi-bunyi.
Anak yang mengalami kesulitan dalam hal hubungan bunyi huruf maka pengajaranya
secara terpisah.
(d) Membedakan Bunyi-bunyi
Membedakan bunyi-bunyi merupakan kemampuan yang penting dalam pemerolehan
bahasa, khususnya membaca.
(e) Kemampuan Mengingat
Kemampuan mengingat yang dimaksud lebih mengarah pada kemampuan untuk menilai
apakah dua bunyi atau lebih itu sama atau berbeda.
(f) Membedakan huruf
Membedakan huruf adalah kemampuan membedakan huruf-huruf (lambang bunyi). Jika
anak masih kesulitan membedakan huruf, maka anak belum siap membaca.
(g) Orientasi dari Kiri ke Kanan

23 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


Anak perlu disadarkan bahwa kegiatan membaca dalam bahasa indonesia menggunakan
sistem dari kiri kekanan. Kesadaran ini perlu ditanamkan pada anak “kidal”.
(h) Keterampilan Pemahaman
Anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan kognitifnya juga mengalami
kesulitan dalam membaca, sebab membaca pada dasarnya merupakan kegiatan berpikir.
Perlu disadari bahwa kegiatan pemahaman tidak harus menunggu sampai lancar
membaca.
(i) Penguasaan Kosa Kata
Pengenalan kata merupakan proses yang melibatkan kemampuan mengidentifikasi
simbol tulisan, mengucapkan dan menghubungkan dengan makna.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996:51) menyatakan bahwa materi yang
diajarkan dalam membaca permulaan adalah:
1) Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana.
2) Huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang
sudah dikenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan
14 huruf),
3) Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah
dikenal),misalnya: toko, ubi, boneka, mata, tamu.
4) Lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal dan kata baru (huruf
yangdiperkenalkan 10 sampai 20 huruf).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran membaca harus
didasarkan pada kebutuhan dan mempertimbangkan kemampuan anak agar
pembelajaran membaca dapat terlaksana dengan apa yang diharapkan.
E. Kemampuan Kesiapan Membaca
Sebelum mengajarkan membaca kepada anak, kemampuan kesiapan membaca
harus dikuasai terlebih dahulu oleh anak. Kesiapan anak ini harus dikuasi oleh anak agar
anak berhasil membaca maunpun menulis. Hal ini bertujuan agar diketahui kemampuan
kesiapan yang harus diajarkan atau dikuatkan kepada anak (Dhieni, 2009:13).
Kemampuan kesiapan membaca itu antara lain:
1. Kemampuan membedakan auditorial
Anak-anak harus belajar memahami suara-suara umum di lingkungan mereka
dan membedakan suara-suara tersebut. Mereka harus mampu memahami konsep

24 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


volume, lompatan, petunjuk, durasi, rangkaian, tekanan, tempo, pengulangan, kontras
suara, dan membedakan suara-suara huruf dalam alfabet.
2. Kemampuan diskriminasi visual
Anak-anak harus belajar untuk memahami objek dan pengalaman umum dengan
gambar-gambar pada foto, lukisan, dan pantonim. Mereka harus belajar
mengidentifikasi warna-warna dasar dan bentuk-bentuk geometris dan mampu
menggabungkan objek-objek berdasarkan warna, bentuk, atau ukuran. Mereka harus
mampu membedakan kiri dan kanan warna, bentuk maupun atas bawah, dan mengikuti
gerakan dari kiri ke kanan maupun dari atas ke bawah. Mereka harus mampu
mengatakan bentuk dari gambar latar belakang, mengemukakan detail pada gambar, dan
mengetahui pola-pola visual sederhana. Hingga pada akhirnya, mereka harus mampu
untuk memahami dan menamai huruf besar dan huruf kecil.
3. Kemampuan membuat hubungan suara dengan simbol
Anak harus mampu mengaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama
mereka dan dengan suara yang mereka representasikan. Anakharus tahu bahwa d
disebut de dan menetapkan suara pada awal kata daging. Sebagian besar anak-anak akan
membuat kemajuan awal yang bagus pada kemampuan ini. Dan sedikit diantaranya
akan menguasai semua kemampuan suara dengan simbol hingga masa selanjutnya.
4. Kemampuan perseptual motoris
Anak-anak harus mampu menggunakan otot halus tangan dan jari mereka untuk
melakukan koordinasi gerakan dengan apa yang mereka lihat. Mereka harus melatih
kemampuan ini, sehingga mereka mampu menyusun puzzlesederhana, gambar lukisan
tangan, membentuk tanah liat, merangkai manik-manik, menuangkan benda cair, dan
atau menggunakan gunting. Mereka juga harus mampu memegang krayon atau pensil
untuk mewarnai gambar-gambar sederhana dalam garis, menjiplak garis dan bentuk di
udara dan kertas, menyalin garis dan bentuk tanpa menjiplak. Hingga pada akhirnya,
mereka harus mampu menyalin huruf dan kata, menulis nama mereka, menulis huruf
yang memadukan suara.
5. Kemampuan bahasa lisan
Anak-anak yang memasuki usia pendidikan dini dengan kemampuan subtansial
untuk berbicara dan mendengarkan. Meskipun demikian, kemampuan ini harus tetap
terus dikembangkan dan diperbaiki. Ank-anak harus belajar mendengarkan, mengingat,

25 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


mengikuti petunjuk, mencatat detail, dan memahami ide utama. Mereka harus
menggunakan dan memperluas kosakata bahasa lisan mereka untuk menjelaskan ide-
ide, untuk mendiskripsikan objek dan peristiwa, untuk mengekspresikan perasaan
mereka sendiri, atau orang imajiner mereka. Hendaknya mereka menjadi senang dengan
berbagai pengalaman bahasa dan senang dalam belajar serta menggunakan kata-kata
baru.
6. Membangun sebuah latar belakang pengalaman
Membangun latar belakang pengalaman bagi anak dapat dilakukan dengan
bermacam-macam kegiatan, seperti: menceritakan kisah-kisah menarik di kelas, atau
menonton film bersama-sama.
F. Tanda-Tanda Kesiapan Membaca
Kesiapan anak untuk mengikuti kegiatan membaca atau belajar membaca dapat
diketahui dari tanda-tanda kesiapan yang ditunjukkan oleh anak. Dhieni, dkk (2009:17)
mengklasifikasikan tanda-tanda kesiapan itu antara lain:
1. Apakah anak-anak sudah dapat memahami bahasa lisan?
Kemampuan ini dapat diamati pada waktu bercakap-cakap dengan anak, atau
apabila disuruh untuk melakukan sesuatu, atau diberi pertanyaan tentang sesuatu.
Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman dasar, yaitu kalimat-kalimat sederhana
dalam konteks komunikasi, dan sesuai dengan perkembangan bahasa anak.
2. Apakah anak-anak sudah dapat mengajarkan kata-kata dengan jelas?
Hal ini pun dapat dilakukan ketika bercakap-cakap dengan anak, atau ketika
anak mengatakan atau menanyakan sesuatu. Dapat juga dengan menanyakan nama
beberapa objek.
3. Apakah anak-anak sudah mengingat kata?
Kegiatan ini dapat pula diketahui dengan menanyakan pada anak tentang objek-
objek tertentu sambil menunjuk objek aslinya. Dan mengulang pertanyaan yang sama
keesokan harinya. Jika anak menjawab dengan benar, maka anak tersebut dapat
mengingat dengan baik.
4. Apakah anak-anak sudah mampu mengujarkan bunyi?
Kemampuan ini dapat dikatakan sudah tercakup dalam pertanyaan-pertanyaan di
atas. Namun, baik juga diperhatikan secara khusus. Hal ini bisa dilakukan dengan
meminta anak untuk menirukan bunyi huruf-huruf yang diujarkan oleh guru.

26 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


5. Apakah anak sudah menunjukkan minat membaca?
Hal ini dapat diketahui dari kegiatan anak memegang buku,membuka-buka buku
bacaan lain dan meniru-niru membaca, serta mencoret-coret kertas. Ini berkaitan erat
dengan usaha-usaha yang telah dibicarakan terdahulu.
6. Apakah anak sudah dapat membedakan suara (bunyi) dengan objek secara baik?
Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan pendengaran dan penglihatan.
Perilaku ini dapat dilihat dari perilaku anak menanggapi kata-kata suruhan yang
berbeda-beda, membedakan berbagaisuara dan bunyi di sekitarnya. Sedang kemampuan
membedakan objek-objek dapat diuji melalui berbagai alat permainannya. Dalam
kemampuan membedakan hurufhueuf dapat diuji dengan menunjukkan dua huruf yang
berbeda dan menanyakan persamaan atau perbedaan huruf itu. Selain kemampuan di
atas, kemampuan yang dimaksud juga termasuk kemampuan membedakan arah
gerakan, misalnya tangan bergerak dari kiri ke kenan, atau dari atas ke bawah.
G. Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca Anak
Kemampuan membaca ini merupakan kegiatan yang kompleks, artinya banyak
faktor yang mempengaruhinya. Tampubolon (Dhieni, 2009:19) membagi faktor itu
menjadi dua, yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah faktor yang
berkembang baik secara biologis, maupun psikologis, dan linguistik yang timbul dari
diri anak. Sedang, faktor eksogen adalah faktor lingkungan. Kedua faktor ini saling
terkait dan mempengaruhi secara bersamaan. Dhieni (2009: 19) menguraikan faktor-
faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, antara lain:
1. Motivasi
Motivasi merupakan pendorong anak untuk semangat membaca. Motivasi
merupakan sebuah ketertarikan untuk membaca. Hal ini penting karena adanya motivasi
akan menghasilkan anak yang memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Motivasi
sendiri terbagi menjasdi dua berdasarkan sumbernya. Yang pertama adalah motivasi
intrinsik, yaitu faktor yang bersumber pada diri pembaca itu sendiri. Yang kedua adalah
faktor ekstrinsik, yang bersumbernya terletak di luar pembaca itu.
Cara agar anak termotivasi dan tertarik adalah dengan menyediakan bahan
bacaan yang berkualitas tinggi yang memiliki hubungan dengan kehidupan mereka.
Selain itu, dapat juga dengan memberi penjelasan kepada anak tentang pengetahuan
yang sudah mereka ketahui atau yang belum diketahui, sehingga anak mudah

27 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


menghubungkan dengan informasi baru. Dalam hal ini, guru sebagai katalisator
motivasi dan ketertarikan serta model bagi anak.
2. Lingkungan keluarga
Seperti yang telah diketahui bahwa anak sangat membutuhkan keteladanan
dalam membaca. Keteladanan itu harus sesering mungkin ditunjukkan kepada anak oleh
orang tua. Seperti diketahui bahwa anak-anak memiliki potensi untuk meniru secara
naluriah. Leichter (Dhieni, 2009:20) mengatakan bahwa perkembangan kemampuan
membaca dan menulis dipengarahui oleh keluarga dalam hal:
a. Interaksi interpersonal. Interaksi ini terdiri atas pengalaman-pengalaman baca tulis
bersama orang tua, saudara, dan anggota keluarga lain di rumah.
b. Lingkungan fisik. Lingkungan fisik mencakup bahan-bahan bacaan di rumah.
c. Suasana yan penuh perasaan (emosional) dan memberikan dorongan (motivasional)
yang cukup anta individu di rumah, terutama yang tercermin dalam sikap membaca.
d. Bahan bacaan
Minat baca serta kemampuan membaca seseorang dipengaruhi oleh bahan bacaan.
Bahan bacaan yang terlalu sulit bagi seseorang akan mematikan selera untuk
membaca. Sehubungan dengan bahan bacaan ini perlu diperhatikan yaitu topik atau
isi bacaan dan keterbacaan bahan. Anak harus dikenalkan dengan berbagai macam
topik bacaan atu isi bacaan, sehingga dapat menambah wawasan anak namun topik
yang di[ih harus menarik bagi anak baik secara segi isi maupun dari segi
penyajiannya. Faktor keterbacaan merupakan faktor yang sangat penting dalam
pemilihan bahan bacaan. Keterbacaan maupu kesulitan bacaan itu berbeda dengan
tingkatan-tingkatan kemampuan anak.
H. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Membaca pada Taman Kanak-Kanak
Prinsip pembelajaran membaca yang dimaksud adalah prinsip pembelajaran
untuk menimbulkan kebiasaan dan minat membaca pada anak usia dini. Prinsip ini perlu
untuk diketahui agar dapat mengajarkan kegiatan membaca sesuai dengan tahap
perkembangannya, terutama bagi tingkat dasar, yaitu agar anak dapat memperoleh
pengalaman belajar yang baik dan menyenangkan dalam membaca tingkat dasar.
Santrock (2002:364) yang menyatakan bahwa pembelajaran membaca
seharusnya paralel dengan pembelajaran bahasa alami anak. Materi yang diberikan
untuk pembelajaran membaca sebaiknya utuh dan bermakna.

28 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


Artinya, anak-anak sebaiknya diberikan materi dalam bentuk lengkap, seperti
cerita-cerita dan puisi-puisi, sehingga anak dapat belajar memahami fungsi komunikatif
bahasa. Pembelajaran membaca seharusnya diintegrasikan dengan subjek dan keahlian
lainnya seperti ilmu pengetahuan alam, studi-studi sosial, dan materi membaca
seharusnya terpusat pada pengetahuan sehari-hari.
Mallquist (Ahmad Susanto 2011:89) menyatakan bahwa pembelajaran membaca
di Taman Kanak-kanak harus benar-benar dilaksanakan dengan sistematis, artinya
sesuai dengan kebutuhan, minat, perkembangan dan karakteristik anak. Proses
pembelajaran, alat-alat permainan (media pembelajaran) yang digunakan, harus
diperhatikan, dan lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini sangat penting, sebab bila
anak mengalami kegagalan pada periode ini, akan berpengaruh terhadap kemampuan
berbahasa anak, baik keterampilan ekspresif maupun reseptif.
Dalam mengajarkan membaca harus memperhatikan prinsip pembelajaran anak
usia dini. Torrey (Ahmad Susanto 2011:89) menyatakan bahwa prinsip pembelajaran
membaca untuk anak usia dini yaitu, membuat anak agar anak tertarik dalam kegiatan
membaca, sehingga kegiatan ini menjadi kegiatan yang menyenangkan. Jika anak sudah
memiliki rasa senang membaca, akan lebih mudah untuk dibimbing dalam kegiatan
belajar membaca lebih tepatnya lagi jika anak sudah ditanamkan sejak dini, sehingga
kegiatan membaca bukan menjadi suatu beban, melainkan suatu kebutuhan.
Dari pendapat di atas prinsip pembelajaran belajar membaca yang dimaksud
adalah membiasakan anak membaca sejak dini, dengan materi yang bermakna serta
terpusat pada pengetahuan sehari-hari sehingga anak lebih mudah untuk memahaminya,
kegiatan membaca yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan minat yang sesuai
dengan karateristik anak, maka anak lebih mudah untuk dibimbing untuk kegiatan
membaca yang selanjutnya.

29 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


BAB III
STRATEGI DAN METODE
PENGEMBANGAN MEMBACA ANAK USIA DINI

Pendidikan anak usia dini merupakan sebagai tempat bermain, bersosialisasi dan
juga sebagai wahana untuk mengembangkan berbagai kemampuan prokolastik yang
lebih subtansial. Untuk itu, strategi yang digunakan harus menyediakan dengan tepat
sesuai dengan minat yang dibutuhkan anak, juga melibatkan anak dalam situasi yang
berbeda dan kelompok kecil, kelompok besar atau secara individual.
Strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan membaca
anak usia dini adalah dengan pendekatan pengalaman berbahasa. Pendekatan ini
diberikan dengan menerapkan konsep DAP (Developmentally Aproppriate Practice)
(Dhieni, 2009:22). Pendekatan ini dilakukan melalui bermain dengan menggunakan
metode mengajar yang tepat untuk mengembangkan kemampuan membaca serta
melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat memberi berbagai pengalaman bagi anak.
Selain itu, perlu juga memperhatikan motivasi dan minat anak, sehingga kedua faktor
itu mampu memberikan pengaruh yang besar dalam pengembangan kemampuan
membaca. Strategi ini dilaksanakan dengan memberikan beragam aktivitas yang
memperhatikan perkembangan kemampuaan membaca yang dimiliki anak.
Menciptakan suasana bermain pada anak-anak dapat pula dilakukan dengan
menggunakan media atau alat permainan, baik media gambar atau yang lain.
Pendekatan ini dapat pula dilakukan dengan menggunakan media bermain, seperti kartu,
gambar, puzzle, flashcard, dan lain sebagainya. Selain itu ada beberapa metode yang
bisa digunakan dalam pengembangan membaca anak. Metode pengembangan membaca
untuk anak usia dini diantaranya (Ceria, 2009):
A. Pendekatan Pengalaman Bahasa
Dalam pendekatan ini guru menggunakan kata-kata anak sendiri untuk
membantunya belajar membaca. Kata-kata itu dapat berupa penjelasan suatu gambar
atau suatu cerita pendek yang dimasukkan ke dalam suatu buku.
Mula-mula anak itu mengatakan kepada guru apa yang harus ditulis. Setelah
beberapa waktu anak-anak dapat menyalin tulisan guru dan akhirnya dapat menulis
kata-kata mereka sendiri. Banyak guru menggunakan metode ini sebagai suatu

30 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


pendekatan pertama untuk membaca. Membaca kata-kata mereka sendiri membantu
anak-anak memahami bahwa kata yang tertulis adalah untuk komunikasi makna. Jadi,
kekuatan dari pendekatan pengalaman bahasa yang utama adalah dapat membuat anak
menggunakan pengalaman mereka sendiri sebagai bahan utama pelajaran membaca.
Keunggulan lain dalam pendekatan ini anak menggunakan pola bahasa mereka sendiri,
mereka dapat membaca lebih efektif daripada membaca pola bahasa yang ada dalam
buku.
B. Fonik
Metode ini mengandalkan pada pelajaran alfabet yang diberikan terlebih dahulu
kepada anak-anak, mempelajari nama-nama huruf dan bunyinya. Setelah mempelajari
bunyi huruf mereka mulai merangkum beberapa huruf tertentu untuk membentuk kata-
kata.
Contoh : b-a-k r-a- k p-a- k t-a- k
Untuk memberikan latihan membaca kepada aanak-anak dalam keterampilan ini,
buku-buku cerita haruslah dipilih secara terencana, sehingga semua kata bersifat
regular, dapat dibunyikan. Luar biasa sukarnya untuk menulis buku dengan kata-kata
yang secara fonik bersifat reguler, yang menarik untuk dibaca anak-anak.
Mempelajari bunyi yang terpencil sangat abstrak bagi anak kecil. Ini tidak
berarti apa-apa biasanya mereka menganggapnya sebagai membosankan. Mereka juga
harus benar-benar memusatkan pikiran akan pembunyian kata-kata sehingga mereka
tidak mampu mengucapkan kata dengan benar tanpa mempunyai gambaran akan
artinya. Anak-anak yang diajar dengan metode ini akan belajar dan mengucapkan kata-
kata tak bermakna dengan sangat benar, sedangkan jika kata-kata itu dalam kalimat
mereka segera tahu bahwa kata-kata itu tidak berarti.
Karena alasan-alasan inilah metode fonik biasanya tidak diajarkan sampai anak-
anak dapat memahami dengan baik dasar-dasar membaca. Tetapi anak-anak yang besar
yang merasakan kesukaran membaca, sering merasa pendekatan fonik ini baik bagi
mereka.
Tidak ada bukti pasti bahwa salah satu metode itu lebih unggul daripada yang
lain. Kebanyakan guru cenderung menggabung sejumlah metode yang berlainan. Anak-
anak yang berlainan memperoleh manfaat dari metode yang berlainan pada tahap yang
berlainan.

31 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


C. Lihat dan Katakan
Dalam metode ini anak-anak belajar mengenali kata-kata atau kalimat-kalimat
keseluruhan, bukanya bunyi-bunyi individu. Mereka memandangi kata-kata, mereka
mendengar kata itu diucapkan dan kemudian mereka mengulangi ucpan itu.
Dua puluh tahun yang lalu orang lazim menggunakan kartu dengan dilihatkan
sekilas dalam mengajar dengan metode ini. Kartu-kartu itu dipegang untuk dikenali
anak-anak, tapi karena tidak ada petunjuk untuk membantu mereka, si anak menebak-
nebak.Sekarang umumnya diakui bahwa lebih baik menunjukkan seluruh kalimat lebih
dahulu, dan lebih baik diiringi gambar, kemudian seperangkat kartu kata-kata yang
sepadan ditaruh di bawah kalimat, dan akhirnya hanya kartu-kartu itu untuk membuat
sebuah kalimat. Dengan cara lain anak-anak dapat memperoleh makna dari dalam kata-
kata tercetak dari tahap paling awal belajar membaca.
D. Metode Pendukung Konteks
Bila anak-anak sedang belajar membaca, sangatlah penting bahwa mereka
menggunakan buku yang benar-benar menarik bagi mereka. Meskipun demikian mereka
tidak dapat menangani terlalu banyak kata baru, dan sukarlah untuk menulis cerita yang
menarik dengan kata-kata yang terbatas banyaknya. Untuk mengatasi masalah ini
diterbitkan beberapa buku yang memberikan dua versi dari suatu cerita. Bersi panjang
seringkali dicantumkan pada satu halaman dan pada halaman sebelahnya ada versi yang
lebih pendek.
Kadang-kadang versi panjang ditaruh pada bagian bawah halaman dan versi
pendek dalam gelembung-gelembung bicara. Anak itu mendengar versi panjang
sebelum membaca sendiri versi pendeknya. Perbendaharaan kata-kata yang lebih
terbatas dari versi pendek dihidupkan karena anak itu dapat mengaitkan dengan apa
yang telah ia dengar. Ini merupakan cara yang relatif baru dalam mengajar membaca
dini. Cara ini memang membantu untuk membuat kata yang tercetak lebih menarik dan
bermakna bagi seorang anak.
E. Flash Card
Flashcard sering dikenal dengan sebutan education card. Flashcard adalah kartu-
kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, yang diperkenalkan oleh Glenn Doman,
seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania (Domba, 2009).

32 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


Gambar-gambar pada flashcard dikelompok-kelompokkan antara lain: seri binatang,
buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dan sebagainya.
Flash Card adalah kartu belajar yang efektif untuk mengingat dan menghafal 3 x
lebih cepat (Elexmedia, 2009). Kartu ini mempunyai dua sisi, sisi depan dan sisi
belakang. Sisi depan tertulis judul bab, istilah, gambar, pertanyaan atau pernyataan yang
perlu diingat. Sementara sisi belakang tertera mind map, definisi, keterangan gambar,
jawaban, atau uraian. Namun, tidak semua kartu dalam flashcard seperti di atas, karena
flashcard pada dasarnya adalah kartu bergambar yang membantu anak belajar
mengingat dan menghafal. Karena tujuan dari metode ini adalah melatih kemampuan
otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dan
kemampuan membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan sejak usia dini.
Penggunaan Flash Card
Dalam menggunakan flashcard untuk belajar membaca anak, perlu diketahui
kunci keberhasilan menggunakan flashcard sebagai education card. Kunci keberhasilan
pengenalan melalui flashcard (Zakir, 2010) adalah :
1. Repetition. Mengucapkan dan mengulangi huruf atau kata pada flashcard dengan
lantang dan jelas, tidak terlalu lembut. Dan lebih baik lagi bila susunan kartu yang
guru kenalkan benar-benar diingat atau dibagian belakang kartu bisa diberi nomor
sehingga pengulangannya sempurna, tidak acak. Maksud repetition adalah,
misalnya hari ini mengenalkan “grapes – banana – peas – apple” maka next
session yang di ulang juga susunanannya diusahakan sama yaitu “grapes – banana
– peas – apple”dan seterusnya. Setelah lebih dari 3 hari, untuk anak yg sudah bisa
bicara ujung-ujung belakang kata, tanya ke mereka, ini apa ya? Dan setelah sudah
“khatam” baru boleh diacak.
2. Gunakan target. Jangan kenalkan macam flashcard secara bersamaan. Contoh: 1
minggu kenalkan dan tamatkan seri kartu A, minggu depan tamat kartu B dan
selanjutnya. Siapkan waktu 20-40 menit per sesi.
3. Menciptakan suasana bermain namun serius dan tetap harus menyenangkan.
4. mematikan televisi, silent hp, bila perlu tutup pintu kelas saat kegiatan ini
dilakukan, supaya anak fokus.

33 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


5. Melihat kesiapan anak untuk belajar. Apakah mereka siap untuk belajar atau tidak.
Bila anak rewel, mengantuk, lapar, maka sesi belajar akan sangat tidak
menyenangkan.
Tentunya semua sesuai kemampuan anak dan keyakinan guru bahwa anak mampu
menangkap dan menerima pelajaran dan pengenalan yang disampaikan.
Keuntungan Penggunaan Flash Card bagi Pengembangan Membaca Anak Usia Dini
Flash card adalah kartu permainan yang dilakukan dengan cara menunjukkan
gambar secara cepat untuk memicu otak anak agar dapat merima informasi yang ada di
hadapan mereka, dan sangat efektif untuk membantu anak belajar membaca, mengenal
angka, mengenal huruf di usia sedini mungkin. Adapun manfaat dari metode Flashcard
antara lain (Kaskus, 2010) adalah :
1. Anak akan dapat membaca pada usia sedini mungkin.
2. Mengembangkan daya ingat otak kanan.
3. Melatih kemampuan konsentrasi anak.
4. Memperbanyak perbendaharaan kata dari anak.
Dengan peningkatan fungsi otak kanan, maka mempunyai fungsi luar biasa seperti :
1. Photographic memory
2. Speed reading, listening
3. Automatic mental processing
4. Mass-memory
5. Multiple language acquisition
6. Computer-like math calculation
7. Creativity in movement, music and art
8. Intuitive insight
Begitu luar biasanya fungsi dari otak kanan, sementara hampir seluruh kehidupan
masyarakat, baik mulai dari sekolah sampai dengan kegiatan sosial sehari-hari hanya
menekankan pada kemampuan otak kiri. Sistem pendidikan dan masyarakat juga saat ini
hanya menfokuskan pada kemampuan otak kiri saja. Perkembangan otak kanan seakan-
akan ditinggalkan begitu saja sejak anak masuk ke Sekolah Dasar.
Dalam hal ini bukan berarti kegunaan otak kiri tidak penting, otak kiri sangatlah
penting, tetapi perkembangan otak kanan tidak bisa diabaikan, artinya diperlukan
keseimbangan kemampuan kedua belah otak, supaya kecerdasan anak berkembang

34 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


dengan maksimal, dan otak kanan dari anak juga ikut dikembangkan sebelum anak
terjun ke dunia otak kiri di sebagian besar hidupnya nanti.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan otak kanan, antara lain
dengan image training, visualisasi, termasuk juga dengan permainan Flash card ini.
Metode Flash card sudah sangat terkenal di negara-negara maju dan terbukti sangat
efektif untuk mengajarkan anak membaca di usia yang sedini mungkin. Maka, harus
segera memberikan stimulasi-stimulasi kepada anak, sehingga perkembangan otaknya,
baik kiri maupun kanan bisa tumbuh dengan seimbang.

35 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


BAB IV
METODE MEMBACA PERMULAAN

A. Metode Abjad (Alphabet)


Pembelajaran membaca permulaan dengan metode abjad dimulai dengan
mengenalkan huruf-huruf secara alphabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan
dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Untuk beberapa kasus, anak
susah membedakan huruf-huruf b, d, p, q atau n, u, m, w. untuk itu guru melatihkan
huruf-huruf tersebut berulang-ulang atau dengan cara member warna yang berbeda.
Setelah tahapan itu siswa diajak untuk mengenal suku kata dengan cara merangkaikan
beberapa huruf yan sudah dikenalnya.
Contoh : b dan a dibaca ba
C dan a dibaca ca
Sehingga dua suku kata tersebut dibaca menjadi “baca”.
B. Metode Suku Kata (Syllabic Method)
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba, bi bu, be, bo,
ca.ci,cu,ce,co, da,di,du,de,do, dan seterusnya. Kemudian suku – suku kata tersebut
dirangkaikan menjadi kata- kata yang bermakna, misalnya:
Ba – bi cu – ci da – da
Ba – bu ca – ci du – da
Bi – bi ca – ca da – du
Ba – ca cu – cu di – di
Kemudian dari sukun kata diatas dirangkaikan menjadi kalimat sederhana yang
dimaksud dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana.
Contoh:
Da – da ba – bi
Bi – bi ca – ca
Ba – bu di – di (dan seterusnya)
Kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk
tersebut menjadi satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata
dan kata kedalam suku – suku kata.
(kalimat → kata – kata → suku – suku kata)

36 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


C. Metode Kata (Whole Word Method)
Metode ini diawali dengan pengenalan kata yang bermakna, fungsional, dan
kontekstual. Sebaiknya dikenalkan dengan kata yang terdiri dari dua suku kata terlebih
dahulu. Kemudian mengenalkan suku kata tersebut dengan membaca kata secara
perlahan, dan memberikan jeda pada tiap suku kata. Hal ini dapat dikombinasikan
dengan gerakan tepukan tangan pada setiap suku kata. Tujuannya merangsang motorik
anak serta melatih anak mengenal penggalan suku kata.
D. Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)
Decroly.”Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global
adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada
pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan
menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan
kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata,
menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.
Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:
1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca
tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini Nani
2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /Nani/
3) Menguraikan kata-kata menjadisuku kata: i – ni - na – ni
4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i-n-i - n-a-n-i
E. Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
Metode SAS merupakan singkatan dari “Struktural Analitik Sintetik”.
Metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses
pembelajaran menulis membaca permulaan bagi siswa pemula.
Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah langkah
berlandaskan operasional dengan urutan :
Struktural menampilkan keseluruhan, guru menampilkan sebuah kalimat pada
anak
Analitik melakukan proses penguraian: anak daiajak untuk megenal konsep kata
dan mulai menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata dan suku kata
menjadi huruf.

37 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural
semula,setelah kalimat diuraikan dari huruf dirangkai menjadi suku kata, suku kata
menjadi kata dan kata menjadi kalimat semula.

38 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


BAB V
PEMBELAJARAN MENDENGARKAN

A. Konsep Mendengarkan
1. Pengertian Mendengarkan
Menurut Burhan (1971:81), mendengarkan adalah suatu proses menangkap,
memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu
yang dikatakan oleh orang lain kepadanya. Dalam konsep tersebut terdapat tiga tahapan
proses mendengarkan. Ketiga tahapan proses mendengarkan itu adalah sebagai berikut.
a. Tahap menangkap dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang
dikatakan oleh orang lain kepadanya.
b. Tahap memahami dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang
dikatakan oleh orang lain kepadanya.
c. Tahap mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang
dikatakan oleh orang lain kepadanya.
2. Tujuan Mendengarkan
Tujuan orang melakukan mendengarkan bermacam-macam. Tarigan, (1981:14)
menjelaskan tujuan mendengarkan adalah untuk:
a. memperoleh informasi yang ada hubungannya dengan profesi
b. meningkatkan keefektifan berkomunikasi
c. mengumpulkan data untuk membuat keputusan
d. memberikan respon yang tepat
Selain itu, Tarigan (1972: 42) menjelaskan tujuan lain dari mendengarkan yaitu untuk:
a. memperoleh pengetahuan secara langsung atau melalui radio/televisi
b. menikmati keindahan audio yang diperdengarkan atau dipagelarkan
c. mengevaluasi hasil dengaran
d. mengapresiasi bahan dengaran agar dapat menikmati serta menghargainya.
3. Jenis-Jenis Mendengarkan
Tarigan (1983: 22) membagi jenis mendengarkan atas dasar proses mendengar yang
diperoleh dari dua jenis yaitu (a) mendengarkan ekstensif, dan (b) mendengarkan
intensif.
a. Mendengarkan Ekstensif

39 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


Mendengarkan ekstensif adalah proses mendengarkan yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di
pasar, pengumuman, dan sebagainya. Ada empat jenis kegiatan mendengarkan
ekstensif, yaitu mendengarkan sekunder, sosial, estetika, dan pasif.
1) Mendengarkan sekunder
Mendengarkan sekunder adalah proses mendengarkan yang terjadi secara
kebetulan. Misalnya, seseorang sedang membaca suatu bacaan sambil mendengarkan
percakapan orang lain, siaran radio, suara televisi, atau yang lainnya.
2) Mendengarkan sosial
Mendengarkan sosial adalah proses mendengarkan yang dilakukan oleh
masyarakat dalam kehidupan sosial atau di tempat umum seperti di pasar, terminal,
stasiun, kantor pos, atau di tempat yang umum lainnya.
3) Mendengarkan estetika
Mendengarkan estetika atau mendengarkan apresiatif yaitu proses
mendengarkan untuk menikmati dan menghayati keindahan, misalnya mendengarkan
pembacaan puisi, rekaman drama, cerita dan lagu.
4) Mendengarkan pasif
Mendengarkan pasif adalah proses mendengarkan suatu yang dilakukan tanpa
sadar. Misalnya, kita tinggal di suatu daerah yang menggunakan bahasa daerah.
Sedangkan kita sendiri menggunakan bahasa nasional. Setelah beberapa lama tanpa
disadari kita dapat mampu menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemampuan
menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Tetapi,
kenyataannya orang tersebut mampu menggunakan bahasa daerah dengan baik.
b. Mendengarkan Intensif
Mendengarkan intensif adalah proses mendengarkan yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh dengan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap, memahami, dan
mengingat informasinya. Kamidjan dan Suyono, (2002: 12) menjelaskan ciri-cirinya
sebagai berikut. Mendengarkan intensif adalah mendengarkan pemahaman yaitu proses
mendengarkan dengan tujuan untuk memahami makna pembicaraan dengan baik.
Berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak
sosial, dan sebagainya. Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi yaitu
pemusatan pikiran terhadap makna pembicaraan.

40 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


B. Konsep Pembelajaran Mendengarkan
1. Konsep Pembelajaran Mendengarkan
Kompetensi dasar pembelajaran mendengarkan adalah kompetensi
berkomunikasi menerima informasi yang harus dikuasai oleh siswa. Proses penguasaan
dan pengembangan kompetensi dasar pembelajaran mendengarkan tersebut dilakukan
oleh siswa secara terus-menerus dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran
mendengarkan yang dilakukan oleh siswa harus merupakan proses pemahiran
mendengarkan yang dilatihkan dan dialami. Ini berarti bahwa konsep pembelajaran
mendengarkan yang dilakukan oleh siswa merupakan kegiatan mendengarkan
sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Berdasarkan penjelasan tersebut, bahwa konsep pembelajaran mendengarkan dapat
disusun sebagai berikut:
a. Konsep pembelajaran mendengarkan yang dilakukan oleh siswa merupakan kegiatan
mendengarkan sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di
masyarakat.
b. Konsep pembelajaran mendengarkan harus memberikan pengalaman nyata kehidupan
sehari-hari dan dunia kerja yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah, dan
prinsip ilmu yang dipelajari.
c. Konsep pembelajaran mendengarkan haruslah dilakukan secara berkelompok.
d. Konsep pembelajaran mendengarkan harus disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
2. Karakteristik Pembelajaran Mendengarkan
Kerakteristik pembelajaran mendengarkan adalah pembelajaran bahasa lisan
yang bersifat menerima informasi/pembelajaran berbahasa pasif. Pembelajaran
berbahasa pasif itu meliputi mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah,
bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah,
khutbah, pidato, pembicaraan narasumber, dialog atau percakapan, pengumuman, serta
perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi dan
berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita
anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton
drama anak.

41 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


3. Kriteria Pemilihan dan Penyusunan Bahan Pembelajaran Mendengarkan
Bahan pembelajaran mendengarkan harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Bahan pembelajaran mendengarkan merupakan informasi terbaru atau informasi
yang up to date yang berbeda dengan informasi-informasi yang telah dipelajarinya.
b. Bahan pembelajaran mendengarkan merupakan informasi yang berupa masalah yang
sedikit melebihi kemampuan siswa.
c. Bahan pembelajaran mendengarkan haruslah setaraf dengan tingkat perkembangan
kognitif siswa.
d. Bahan pembelajaran mendengarkan haruslah berupa informasi dunia nyata siswa
atau pengalaman nyata siswa.
e. Bahan pembelajaran mendengarkan haruslah disesuaikan dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
4. Metode Pembelajaran Mendengarkan
a. Simak- Tulis (Dikte)
Dalam teknik ini, guru membacakan atau memperdengarkan sebuah wacana singkat
(diperdengarkan cukup satu kali. Siswa mendengarkan atau menyimak dengan baik, lalu
menuliskan hasil simakannya.
b. Simak - Terka
Guru mendeskripsikan suatu benda atau guru menyuruh siswa mendeskripsikan suatu
benda yang diperdengarkan atau dibacakan oleh guru. Siswa mendengarkan dengan
tekun, lalu menebak benda yang dimaksud.
c. Memperluas Kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat, siswa menyebutkan kalimat tersebut. Kembali guru
mengulangi kalimat tadi. Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain.
Siswa melengkapi kalimat tadi dengan kelompok kata yang disebutkan terakhir oleh
guru. Hasilnya adalah kalimat yang sudah diperluas dengan menambahkan kata atau
kelompok kata yang telah diucapkan.
d. Simon Berkata
Seorang siswa berperan sebagai Simon dan maju ke depan kelas. Setiap Simon berkata
“Silakan duduk” siswa lain menurutinya. Tetapi apabila Simon mengatakan “Simon”
siswa lainnya tidak boleh mengikutinya. Kecermatan mendengarkan ucapan Simon

42 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


menentukan pemberian reaksi yang tepat atau salah. Siswa yang salah mendapat
hukuman.
e. Bisik Berantai
Bisik berantai ini dapat dilakukan secara berkelompok atau beberapa siswa. Apabila
dilakukan oleh beberapa siswa maka guru membisikkan pada siswa pertama, siswa
pertama membisikkan pada siswa kedua dan seterusnya, siswa terakhir harus
menuliskan di papan tulis atau menyebutkankalimat tadi dengan nyaring.
f. Menyelesaikan Cerita
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 3–4 orang.
Guru memanggil anggota kelompok pertama, misalnya kelompok 1, ke depan kelas.
Kelompok tersebut disuruh bercerita, judulnya bebas atau boleh juga ditentukan oleh
guru. Setelah bercerita, beberapa menit kemudian, guru mempersilakannya untuk
duduk. Cerita tersebut dilanjutkan oleh kelompok kedua, dan selanjutnya sampai selesai
(kelompok empat).
Model ini boleh juga dilakukan dengan cara perorangan dengan cara yang sama.
g. Identifikasi Kata Kunci
Dalam mendengarkan suatu kalimat, paragraf atau wacana, kita tidak perlu menangkap
semua kata-kata tetapi cukup diingat kata-kata kunci yang merupakan inti dari
pembicaraan karena melalui kata-kata kuncilah menjadi kalimat-kalimat yang utuh
sehingga sampai pada bahan simakan yang mempunyai makna yang lengkap.
h. Identifikasi Kalimat Topik
Dalam sebuah wacana terdiri dari beberapa paragraf. Setiap paragraf minimal
mengandung dua unsur yaitu kalimat topik dan kalimat pengembang. Kalimat topik bisa
terdapat di awal, tengah dan akhir paragraf.
i. Menyingkat/Merangkum
Mendengarkan bahan simakan yang agak panjang dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Salah satu caranya adalah melalui menyingkat atau merangkum. Menyingkat atau
merangkum berarti merangkum bahan yang panjang menjadi sesedikit mungkin.
Namun, kalimat yang singkat tersebut dapat mewakili kalimat yang panjang.
j. Parafrase
Suatu cara yang digunakan orang dalam memahami isi puisi adalah dengan cara
mengutarakan isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa. Puisi yang sudah

43 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


direkam atau dibacakan guru diperdengarkan kepada siswa. Setelah selesai, siswa
mengutarakan kembali dalam bentuk prosa.
k. Menjawab Pertanyaan
Cara lain untuk mengajarkan mendengarkan yang efektif ialah melalui latihan dengan
menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, mana, dan bilamana yang
diajukan sesuai dengan bahan simakan.
5. Penentuan Media Pembelajaran Mendengarkan
Media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan guru untuk
mempermudah proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan urutan kegiatan
yang harus dilakukan oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar. Oleh karena itu,
penentuan media pembelajaran selalu berkaitan dengan kompetensi dasar.
Karakteristik pembelajaran mendengarkan adalah pembelajaran berbahasa lisan yang
bersifat pasif atau menerima informasi. Media yang dapat digunakan untuk itu adalah
alat ucap guru atau siswa atau rekaman yang dibuat oleh guru untuk kepentingan
pembelajaran tersebut.
6. Kriteria Penilaian Pembelajaran Mendengarkan
Sesuai dengan namanya tes mendengarkan, bahan tes yang diujikan disampaikan secara
lisan dan diterima siswa melalui sarana pendengaran. Menurut Burhan Nurgiyantoro
(2001: 239) penilaian mendengarkan dapat dilakukan dengan berbagai cara.
a. Tingkat ingatan
Tes kemampuan mendengarkan pada tingkat ingatan untuk mengingat fakta atau
menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat dalam wacana yang diperdengarkan,
dapat berupa nama, peristiwa, angka, dan tahun. Tes bisa berbentuk tes objektif isian
singkat atau pilihan ganda.
b. Tingkat pemahaman
Tes pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk memahami wacana yang
diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang dimaksud mungkin terhadap isi wacana,
hubungan antaride, antarfaktor, antarkejadian, hubungan sebab akibat. Akan tetapi
kemampuan pemahaman pada tingkat pemahaman ini belum kompleks benar, belum
menuntut kerja kognitif tingkat tinggi. Jadi, kemampuan pemahaman dalam tingkat
yang sederhana. Dengan kata lain, butir-butir tes tingkat ini belum sulit.

44 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


c. Tingkat Penerapan
Butir-butir tes kemampuan mendengarkan yang dapat dikategorikan tes tingkat
penerapan adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan (diperdengarkan) dan gambar-
gambar sebagai alternatif jawaban yang terdapat di dalam lembar tugas.
d. Tingkat Analisis
Tes kemampuan mendengarkan pada tingkat analisis pada hakikatnya juga merupakan
tes untuk memahami informasi dalam wacana yang diteskan. Akan tetapi, untuk
memahami informasi atau lebih tepatnya memilih alternatif jawaban yang tepat itu,
siswa dituntut untuk melakukan kerja analisis. Tanpa melakukan analisis wacana,
jawaban yang tepat secara pasti belum dapat ditentukan. Dengan demikian, butir tes
tingkat analisis lebih kompleks dan sulit daripada butir tes pada tingkat pemahaman.
Analisis yang dilakukan berupa analisis detail-detail informasi, mempertimbangkan
bentuk dan aspek kebahasaan tertentu, menemukan hubungan kelogisan, sebab akibat,
hubungan situasional, dan lain-lain.
Menurut Power dalam Safari ( 1997: 61) ada tiga jenis pertanyaan pemahaman
dalam ujian mendengarkan yaitu: Siswa memilih satu pertanyaan yang sama maksudnya
dengan pernyataan yang didengar. Didengarkan percakapan singkat dari dua orang
kemudian ditanyakan tentang isi percakapan yang telah diperdengarkan (pernyataan
hanya diperdengarkan satu kali). Didengarkan pidato/percakapan/bacaan kemudian
ditanyakan beberapa pertanyaan dari cerita tersebut.
a) Aspek yang Dinilai
Aspek yang dinilai dalam mendengarkan didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat
kedalaman pembelajaran serta Kompetensi Dasar yang sudah ditetapkan di dalam
Kurikulum khususnya dalam indikator. Bagi siswa, dapat diketahui bahwa aspek yang
belum dikuasai dalam pengalaman belajar yang dikembangkan dari indikator.
Sedangkan bagi guru dapat diketahui aspek apa yang belum diajarkan pada siswa.
Selain itu penilaian pembelajaran mendengarkan ini tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah semua yang telah dialami siswa dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan
kompetensi dasar khususnya dalam indikator.
Secara umum aspek yang dinilai dalam pembelajaran mendengarkan adalah sebagai
berikut:
1) Aspek Kebahasaan:

45 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


a) Pemahaman isi
b) Kelogisan penafsiran
c) Ketepatan penangkapan isi
d) Ketahanan konsentrasi
e) Ketelitian menangkap dan kemampuan memahami
2) Aspek Nonkebahasaan:
a) Pelaksanaan dan Sikap
b) Menghormati
c) Menghargai
d) Konsentrasi /kesungguhan mendengarkan
e) Kritis
b) Bentuk-bentuk Pertanyaan Mendengarkan
Dalam penilaian mendengarkan, guru dapat memilih bentuk pertanyaan sebagai berikut.
a) Mengucapkan kembali (menirukan) hal yang didengar.
Contoh: Soal : Diperdengarkan kata “pasif”
(Siswa menirukan/menuliskan)
b) Melaksanakan petunjuk/perintah yang diperdengarkan
Contoh: Soal: Diperdengarkan sebuah petunjuk/perintah
“Pelajaran di kelas dimulai pukul 7.05”.
(Siswa menuliskan)
c) Menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana (berdasarkan
pertanyaan yang didengar)
Contoh: Apakah yang dikerjakan siswa?
d) Menerka nama benda, binatang atau tanaman dan lain-lain berdasarkan deskripsi
yang disampaikan.
Contoh: Seekor binatang yang merajai hutan, bertaring dan ganas dalam memangsa
hewan tangkapan.
e) Menerima dan menyampaikan pesan atau hal-hal penting yang diperoleh melalui
telepon.
Contoh: Sejak tanggal 21 sampai dengan 30 Oktober 2001, kami berlibur ke
Bandung.
f) Menanyakan berbagai hal berdasarkan tema atau topik yang didengar.

46 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


Contoh: Bagaimana sifat tokoh A dalam cerita yang kamu simak tadi?
g) Menentukan satu di antara empat gambar (A, B, C, D) berdasarkan karangan yang
didengar.
Contoh: Setelah diperdengarkan beberapa kata atau kalimat, siswa disuruh
menunjukkan nama atau kegiatan yang tepat berdasarkan gambar dari kata atau
kalimat yang diperdengarkan.
Misal: (1) Nani makan pisang.
(2) Darlis menulis surat.
(3) Kakak membaca koran.
(4) Ibu menanak nasi.

47 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


BAB VI
MENDENGARKAN PADA ANAK USIA DINI

A. Perkembangan Mendengarkan
Kemampuan mendengarkan atau mendengarkan sebagai salah satu kemampuan
berbahasa awal yang harus dikembangkan, memerlukan kemampuan bahasa reseptif dan
pengalaman. Yaitu anak sebagai penyimak secara aktif memproses dan memahami apa
yang didengar.
Perkembangan kemampuan mendengarkan pada anak berkaitan erat satu sama lain
dengan keterampilan berbahasa khususnya berbicara. Anak yang berkembang
keterampilan mendengarkannya akan berpengaruh terhadap perkembangan ketrampilan
berbicaranya. Kedua ketrampilan berbahasa tersebut merupakan kegiatan komunikasi
dua arah yang bersifat langsung dan dapat merupakan komunikasi yang bersifat tatap
muka (Brooks, dalam Tarigan, 1986).
Kemampuan mendengarkan melibatkan proses mengintegrasikan dan
menerjemahkan suara yang didengar sehingga memliki arti tertentu. Kemampuan ini
melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian dan konsentrasi dalam rangka
memahami arti informasi yang disampaikan. Sebagian besar anak dapat mendengarkan
informasi dengan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuannya dalam
membaca.
Kemampuan mendengarkan sebagai salah satu ketrampilan berbahasa reseptif
melibatkan beberapa faktor sebagai berikut:
1. Acuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga,
misalnya mendengar suara anaklain yang sedang bermain, mendengar suara mesin tik
dan sebagainya.
2. Auditory discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan
perbedaan suara atau bunyi.
3. Auding, yaitu suatu proses dimana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan
yang diungkapkan. Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi dan maksud kata-kata
yang diungkapkan. Auding melibatkan aspek perkembangan semantik dan sibntaksis.
Dengan memahami semantik, berarti anak memiliki pengetahuan tentang berbagai arti

48 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


kata, sedangkan sintaksis berkaitan dengan pemahaman anak terhadap aturan dan fungsi
kata.
Bromley (1991) mengemukakan bahwa proses mendengarkan aktif terjadi ketika
anak sebagai penyimak menggunakan auditory discrimation dan acuity dalam
mengidentifikasikansuara-suara dan berbagai kata, kemudian menerjemahkan menjadi
kata yang bermakna melalui auding atau pemahaman. Mendengarkan aktif
bukanlah sekedar menerjemahkan pesan pembicara, namun terlibat sebagai peserta
aktif dengan mendengarkan, mengidentifikasikan, dan mengasosiasikan arti dengan
suara bahasa yang disampaikan.
B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Mendengarkan Anak
Bromley menjelaskan beberapa jenis faktor yang mempengaruhi terhadap
kemampuan mendengarkan anak yaitu:
a) Faktor penyimak
b) Faktor situasi
c) Faktor pembicara
Faktor penyimak berkaitan erat dengan tujuan, tingkat pemahaman, pengalaman,
dan strategi anak dalam memonitor pemahaman mereka terhadap informasi yang
disampaikan. Anak yang tidak memiliki motivasi atau alasan kuat untuk mendengarkan
informasi, seringkalimengalami masalah dalam memahami informasi tersebut. Dalam
hal ini, untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan anak, guru perlu menjelaskan
tujuan dan manfaat mendengarkan, memberikan motivasi pada anak untuk
mengidentifikasikan kejadian ataua hal-hal khusus dalam cerita yang disampaikan.
Anak yang memiliki banyak pemahaman dan pengalaman dalam belajar mendengarkan
secara langsung, memiliki kemampuan memahami informasi secara lebih efektif
dibandingkan dengan anak yang memiliki keterbatasan pengalaman dalam
mendengarkan. Anak yang terlibat secara aktif dalam mendengarkan, juga aktif terlibat
dalam mengonstruksi arti informasi yang diberikan. Mereka akan memonitor
pemahaman mereka akan informasi yang diperoleh dengan berbagai cara,
mengasosiasikan informasi baru dengan informasi yang telah mereka terima
sebelumnya, menanyakan tentang ketepatan informasi yang mereka peroleh, dengan
mengulang maupuan menanyakan informasi yang telah diberikan dengan menggunakan
kata-kata mereka sendiri.

49 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


Faktor situasi berkaitan erat dengan lingkungan sekitar anak dan stimulasi visual
yang diberikan. Lingkungan yang kondusif bagianak untuk mendengarkan adalah
lingkungan yang bebas dari berbagai ganguan termasuk suara atau bunyi-bunyian.
Dengan situasi ruangan yang tenang anak dapat memusatkann perhatiannya pada
informasi yang diberikan. Stimulus visual seperti papan tulis, gambar, diagram, maupun
overhead projector dapat digunakan guru untuk membantu anak memahami materi yang
diberikan.
Faktor pembicara juga berperan penting terhadap kegiatan mendengarkan pada
anak. Guru perlu mengkomunikasikan pesan dengan berbagai cara sehingga anak dapat
mendengarkan secara efektif. Pesan yang disampaikan juga perlu diperkuat dengan
gerakan, espresi wajah, bahasa tubuh, dan paraphrase (mengulang pesan secara verbal
dengan menggunakan bahasa yang berbeda). Adanya kontak mata antara pembicara dan
penyimak juga turut berpengaruhi terhadap keefektifan mendengarkan. Anak akan lebih
mudah menangkap dan menghargai informasi yang disapaikanjika pembicara
melakukan kontak mata terhadap mereka.
Bromley menjelaskan fungsi mendengarkan pada anak sebagai berikut:
1) Memberikan kesempatan pada anak untuk mengapresikan dan menikmati
lingkungan sekitar mereka.
2) Membantu anak memahami keinginan dan kebutuhan mereka sehubungan dengan
kebutuhannya untuk bersosialisasi.
3) Mengubah dan mengontrol perilaku maupun sikap pembicara, dimana cara
menyampaikan pesan akan berdampak pada isi dan bentuk pesan yang diterima.
4) Membantu perkembangan kognitif anak, melalui belajar menerima informasi dan
mendapatkan pengetahuan baru.
5) Memberikan pengalaman pada anak untuk berinteraksi secara langsung dengan
orang lain.
6) Membantu anak mengekspresikan keunikan dirinya sebagai individu yang berpikir
dan memperhatikan orang lain.
C. Tahapan Perkembangan Mendengar Anak Usia Dini
Tahapan perkembangan mendengar anak:
1. Usia 0-3 bulan

50 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


a. Bayi terbangun ketika mendengar suara yang keras (biasanya reaksinya adalah
menangis)
b. Bayi mendengar orang lain berbicara dengan cara memperhatikan orang yang
sedang berbicara
c. Bayi tersenyum ketika diajak bicara
d. Bayi mengenali suara orang yang berbicara kepadanya dan berhenti menangis
ketika diajak ngobrol
2. Usia 4-6 bulan
a. Anak sudah dapat merespon nada suara (lembut ataupun keras)
b. Anak akan melihat sekeliling untuk mencari sumber bunyi (contoh : bunyi bel,
telepon atau benda jatuh)
c. Anak akan memperhatikan bunyi yang dihasilkan dari mainannya (misal :
memukul-mukul mainan ke lantai)
3. Usia 7-12 bulan
a. Anak menyukai permainan “ciluk-ba”
b. Anak akan mendengarkan ketika diajak berbicara
c. Anak mengenali kata-kata yang sering ia dengar, misal : susu, mama, dan lain-
lain.
4. Usia 12-24 bulan
a. Anak sudah dapat memahami perintah dan pertanyaan sederhana, contoh :
“mana bolanya?”, “ambil bonekanya”
b. Anak akan menunjuk benda yang dimaksud ketika ditanyai
c. Anak dapat menunjuk beberapa gambar dalam buku ketika ditanyai
5. Usia 2-3 tahun
a. Anak bisa memahami dua perintah sekaligus (contoh : “ambil bolanya dan taruh
di kursi”)
b. Anak sudah dapat memperhatikan dan memahami berbagai sumber bunyi
(misalnya: suara TV, pintu ditutup, dan lain lain)
c. Anak telah memahami perbedaan makna dari berbagai konsep sederhana,
misalnya: “jalan-berhenti”, “didalam-di luar”, “besar-kecil”, dan lain lain)
6. Usia 3-4 tahun

51 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


a. Anak sudah mampu untuk mengingat permainan, baik itu permainan yang ia
miliki atau yang pernah dimainkannya
b. Anak terlihat menikmati ketika mendengarkan cerita yang sama yang diulang-
ulang
c. Anak sudah mampu menggabungkan kata-kata dan kalimat dari awal berdiskusi
ke diskusi selanjutnya dengan buku yang sama
d. Anak sudah mampu menunjukan dan memberi nama hewan-hewan yang
berbeda ketika ia mendengarkan suara hewan tersebut
e. Anak mampu mencocokan secara khusus suara-suara musik terhadap alat-alat
yang menghasilkan suara tersebut (misalnya : ketika didengarkan suara piano,
dia sudah tau itu dari piano. ketika didengarkan suara gitar, ia tau bahwa itu
bunyi gitar, drum, dan lain-lain)
f. Anak sudah mampu menanggapi secara tepat pertanyaan-pertanyaan selama
berbicara dengannya.
g. Anak mampu mengangkat jari tangan dengan benar sesuai dengan umurnya
ketika ditanya” berapa umurmu?”
h. Anak sudah memahami dan memberi definisi obyek yang mereka gunakan.
Misalnya ketika menggunakan pensil, membaca buku dan lain-lain.
i. Anak sudah memahami perbandingan sederhana (Misalnya : besar, lebih besar,
paling besar)
j. Anak memahami pernyataan kondisi (contoh: jika/lalu, karena)
k. Anak mampu mempelajari kata-kata yang berhubungan dengan masa lalu
(contoh : kemarin), saat ini (contoh : hari ini) dan akan datang “ contoh : besok”
l. Anak bisa berbicara secara singkat tentang apa yang dilakukannya
m. Anak berusaha untuk menyamai atau meniru gaya berbicara orang dewasa.
7. Usia 5-6 tahun
a. Anak dapat mengenali warna dan bentuk dasar
b. Anak dapat menunjukan pemahaman mengenai hubungan tempat (diatas,
dibawah,
didekat, disamping)
c. Anak mampu merasakan perbedaan nada (tinggi/rendah) dan mengerti “tangga
nada” (misal do re mi fa so la si do (tinggi)

52 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


d. Anak dapat melakukan hal yang membutuhkan petunjuk yang lebih banyak
(contoh: ya, kamu boleh pergi, tapi kamu perlu pakai sepatumu”)
e. Anak mampu menjaga informasi dalam urutan yang benar (contoh : mampu
menceritakan kembali sebuah cerita secara terperinci/dari awal hingga akhir)
Ada beberapa hal juga yang harus diwaspadai jika ini terjadi pada kemampuan
mendengar anak. Hal ini dikenal dengan “Red Flags”. Berikut daftar perkembangan
“Red Flags” untuk preschool/SD awal yang harus diwaspadai:
a. Anak merasa lebih tidak nyaman ketika berada di lingkungan yang bising atau
secara spontan duduk menjauh dari pembicara
b. Anak tidak menanggapi pernyataan atau pertanyaan yang membuat dia merasa
tidak senang ketika berada dalam kelompok (contoh : siapa yang ingin
membantu memberi makan kelinci?”
c. Anak sering mengatakan “apa?” atau “huh?”yang berarti pertanda dia tidak
mendengar atau tidak mengerti dan ini terjadi berulang kali.
d. Anak cukup mengalami kesulitan untuk mengikuti petunjuk ketika ia hanya
mendengar perintah dan tidak melihat wajah pembicara.

53 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


BAB VII
METODE PEMBELAJARAN MENDENGARKAN
PADA ANAK USIA DINI
Belajar adalah proses perubahan perilaku berdasarkan pengalaman dan latihan.
Prinsip-prinsip belajar merupakan suatu ketentuan yang harus dilakukan anak ketika
belajar. Anak merupakan pembelajar aktif. Saat bergerak, anak mencari stimulasi yang
dapat meningkatkan kesempatan untuk belajar.
Metode pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam
perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Metode pembelajaran juga didefinisikan sebagai
segala usaha guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai
tujuan yang diharapkan. Dengan demikian metode pembelajaran menekankan pada
aktivitas guru mengajar dan aktivitas anak belajar.
Anak menggunakan seluruh tubuhnya sebagai alat untuk belajar, dan secara
energy mencari cara untuk menghasilkan potensi maksimum. Tugas guru adalah
bagaimana menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak memperoleh
pengalaman fisik, social, dan mampu merefleksikannya. Anak belajar dengan gaya yang
berbeda. Ada tiga tipe gaya belajar, yaitu tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik.
Anak belajar melalui bermain, dengan bermain anak dapat memahami, menciptakan,
memanipulasi simbol-simbol dan mentransformasikan objek-objek tertentu.
Berikut beberapa metode pembelajaran mendengarkan atau menyimak di PAUD
A. Metode Bercerita
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada
orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk
pesan. Informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa
menyenangkan, oleh karena itu orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan
dengan menarik (dhieni, 2008:63).
Menurut Bachir (2005:10) bercerita adalah menuturkan sesuatu yang
mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan
dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.
Berdasarkan pengertian di atas maka cerita anak dapat didefinikan “tuturan lisan,
karya bentuk tulis atau pementasan tentang suatu kejadian, peristiwa, dan sebagainya
yang terjadi di seputar dunia anak.berdasarkan keberagaman pengertian metode

54 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


bercerita diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:”metode bercerita adalah cara
bertutur kata dalam penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara
lisan”, dalam upaya memperkenalkan ataupun memberikan keterangan hal baru pada
anak.
a. Tujuan Bercerita
Metode ini bertujuan untuk memberikan pengalaman pelajaran agar anak
memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui bercerita anak
menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita
yang sarat informasi atau nilai-nilai itu dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut Moeslichatoen (1996:155) dalam kegiatan bercerita anak dibimbing
mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai social,moral dan
keagamaan,pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan social.
Lingkungan fisik meliputi segala sesuatu yang ada disekitar anak yang non manusia.
Dalam kaitan lingkungan fisik melalui bercerita anak memperoleh informasi tentang
binatang. Peristiwa yang terjadi di lingkungan anak meliputi: bermacam makanan,
pakaian, perumahan,tanaman yang terdapat di halaman sekolah, rumah, kejadian di
rumah, di jalan.sedang informasi social meliputi: orang yang ada dalam keluarga,di
sekolah, di masyarakat. Dalam masyarakat tiap orang itu memiliki pekerjaan yang harus
dilakukan setiap hari yang memberikan pelayanan jasa kepada orang lain, atau
menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Selain itu, tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu
mendengarkan dengan saksama terhadap apa yang disampai kan orang lain, anak dapat
bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya
dapat melatih daya konsentrasi, mendengarkan, membangun pemahaman,
mengungkapkan apa yang dipahaminya dan mengekspresikan terhadap apa yang
didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan
lambat laun didengarkan,diperhatikan,dilaksanakan dan diceritakan pada orang lain.
Karena menurut Frunner (Tampubolon, 1991:10 dalam dhieni 2008:65) “Bahasa
berpengaruh besar pada perkembangan pikiran anak”.

55 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


b. Manfaat Metode Bercerita
Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak usia dini mempunyai beberapa
manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini. Bagi anak usia dini
mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakam
kegiatan yang mengasyikkan. Guru anak usia dini yang terampil bertutur dan kreatif
dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan
bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan,
dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah, dan
luar sekolah (Moeslichatoen 1996 : 152).
Selain manfaat yang telah dikemukakan di atas. Ada beberapa manfaat lain yang
dikemukakan mengenai metode bercerita bagi anak usia dini di antaranya, menurut
Dhieni (2008 : 6.6) sebagai berikut :
1. Melatih daya serap atau daya tangkap anak usia dini, artinya anak usia dini dapat
dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara
keseluruhan.
2. Melatih daya pikir anak usia dini. Untuk terlatih memahami proses cerita,
mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan sebab-
akibatnya,
3. Melatih daya konsentrasi anak usia dini,untuk memusatkan perhatiannya kepada
keseluruhan cerita, karena dengan pemusatan perhatian tersebut anak dapat, melatih
hubungan bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide pokok dalam cerita
4. Mengembangkan daya imajinasi anak. Artinya dengan bercerita anak dengan daya
fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu situasi yang berada
diluar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya
ini berarti membantu mengembangkan wawasan anak.
5. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana
hubungan yang akrab sesuai dengan tahapperkembangannya, anak usia dini senang
mendengarkan cerita terutama apabila gurunya dapat menyajikannya dengan
menarik.

56 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


6. Membantu perkembangan bahasa anak berkomunikasi secara aktif dan efesien
sehinga proses percakapan menjadi komunikatif. Menurut Musfiroh (2005:95)
ditinjau dari beberapa aspek, manfaat bercerita sebagai berikut :
1) Membantu membentuk pribadi dan moral anak.
2) Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi.
3) Memacu kemampuan verbal anak.
4) Merangsang minat menulis anak.
5) Merangsang minat baca anak.
6) Membuka cakrawala pengetahuan anak
Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah dapat
memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat
tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya. Manfaat bercerita
dengan kata lain adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi sehingga dapat
memperluas wawasan dan cara berfikir anak.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Bentuk penyajian proses pembelajaran Anak Usia Dini adalah terpadu antara
Bidang pengembangan satu dengan yang lain, termasuk. Bidang pengembangan Bahasa.
Dan setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk itu
dengan adanya pembelajaran terpadu maka pengembangan metode yang bervariasi
dapat membantu pencapaian tujuan tiap materi pembelajaran. Demikan pula untuk
metode bercerita cerita memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya antara lain :
1) Dapat menjangkau jumlah anak yang relative lebih banyak.
2) Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efesian.
3) Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.
4) Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.
5) Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya.
Kekurangannya, antara lain :
1) Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendegarkan atau menerima
penjelasan dari guru.
2) Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan anak untuk
mengutarakan mendapatnya.

57 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


3) Daya tangkap atau serap anak didik berbeda dan masih lemah sehinnga sukar
memahami tujuan pokok isi cerita
Penggunaan bercerita sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk Anak Usia
Dini, haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Isi cerita harus terkait dengan dunia kehidupan anak, sehingga anak memahami
isi cerita tersebut
2) Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perasaan gembira.lucu dan
mengasyikan sesuaidengan kehidupan anak yang penuh suka cita.
3) Kegiatan bercerita diusahakan menjadi pengalaman yang bersifat unik dan
menarik bagi anak.
Untuk dapat bercerita dengan baik, pendidik harus memperhatikan hal-hal
berikut:
1) Menguasai isi cerita secara tuntas
2) Memiliki ketrampilan bercerita
3) Berlatih dalam irama dan modulasi suara secara terus-menerus
4) Menggunakan perlengkapan yang menarik perhatian anak
5) Menciptakan situasi emosional sesuai dengan tuntutan cerita.
B. Metode Permainan Bisik Berantai
Yang dimaksud dengan metode permainan bisik berantai adalah jenis media
pembelajaran visual yang tidak diproyeksikan terdiri atas sekelompok anak dengan
permainan bisik-bisik yang sudah diatur permainanya.
Langkah-langkah penggunaan sebagai berikut:
1) Guru terlebih dahulu menjelaskan aturan permainan dalam kegiatan
pembelajaran
2) Guru memberi contoh membisikkan kata pada anak
3) Guru memanggil 5 anak membuat barisan
4) Guru membisikkan kalimat pada anak pertama
5) Anak membisikkan kalimat kepada anak kedua sampai terakhir
6) Anak yang terakhir mengucap kalimat yang dibisikkan
7) Guru mengamati kegiatan anak dalam mencocokkan kalimat yang diucapkan.

58 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


C. Metode Gerak dan Lagu
Menurut Ela (2012:5-6) gerak dan lagu memegang peranan penting dalam
proses tumbuh kembangnya seorang anak. Musik dapat memperkaya kehidupan rohani
dan memberikan keseimbangan hidup bagi anak melalui musik, manusia dapat
mengungkapkan pikiran dan perasaan hatinya serta dapat mengendalikan aspek
emosionalnya. Adapun nyanyian adalah bagian dari musik. Nyanyian berfungsi sebagai
alat untuk mencurahkan pikiran dan perasaan untuk berkomunikasi dengan demikian
bernyanyi merupakan kegiatan yang sangat disukai oleh anak-anak.
Gerak dan lagu memegang peranan penting bagi anak. Musik memberikan
keseimbangan hidup bagi anak. Bernyanyi dan bergerak adalah suatu kegiatan yang
disukai anak-anak. Bernyanyi akan memberikan kepuasan, kebahagiaan bagi anak untuk
mendorong anak lebih giat. Dengan nyanyian anak akan mudah mempelajari sesuatu.

59 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan


DAFTAR RUJUKAN
Ariani, Farida dkk. 2009. Pembelajaran Mendengarkan. Jakarta: Depdiknas PPPPTK
Bahasa.
Asriani, Zulkifli, dan Hukmi. 2014. Pengaruh Metode Gerak dan Lagu Terhadap
Kemampuan Menyimak Usia 5-6 Tahun di TK Education 21 Kulim Pekanbaru.
Artikel Skripsi. Tersedia di https://repository.unri.ac.id/ xmlui/bitstream
/handle /123456789/3396/JURNAL%20ASRIANA.pdf?sequence=1. Diunduh
tanggal 20 Maret 2017.
Bachir,S Bahtiar.2005.Pengembangan Kegiatan Bercerita, Tehnik dan Prosedurnya.
Jakarta:Depdikbud
Dhieni, Nurbiana dkk. 2008. MetodePengembangan Bahasa. Jakarta :Universitas
Terbuka.
Madusari, Endah Ariyani dkk. 2009. Metodologi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
PPPPTK Bahasa.
Pandawa, Nurhayati dkk. 2009. Pembelajaran Membaca. Jakarta: Depdiknas PPPPTK
Bahasa.
Pertiwi, A. 2014. Meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui Permainan Bisik
Berantai Pada Anak Didik Kelompok B Tk Perwanida I Kecamatan Mojoroto
Kota Kediri Tahun Pelajaran 2013/2014. Artikel Skripsi. Tersedia di
http://simki.unpkediri.ac.id. Diunduh tanggal 20 Maret 2017.
Sulistiorini, B. dan Ningtyas, D. 2012. Kemampuan Berbhasa Anak Usia Dini.Makalah.
Malang: Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Malang.

60 Bahan Ajar Metode Pembelajaran Membaca dan Mendengarkan

Anda mungkin juga menyukai