Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) disebabkan oleh adanya keterbatasan
aliran udara yang terus menerus yang diikuti respon inflamasi pada saluran napas dan
paru-paru akibat adanya partikel asing atau gas beracun. Respon inflamasi pada
saluran nafas yang dipicu oleh infeksi bakteri, virus atau polusi lingkungan akan
menyebabkan PPOK eksaserbasi akut yang ditandai dengan gejala dyspnea, batuk dan
produksi sputum. Patofisiologi dari respon inflamasi belum banyak diketahui tetapi
biasanya ditandai dengan meningkatnya neutrofil dan eosinofil pada dahak.
Pada tahun 2020 diperkirakan PPOK akan menjadi penyakit 3 besar penyebab
kematian tertinggi. Di Indonesia angka kejadian dari beberapa sampel cukup tinggi
yaitu di daerah DKI Jakarta 2,7%, Jawa Barat 4,0%, Jawa Tengah 3,4%, DI
Yogyakarta 3,1%, Jawa Timur 3,6% dan Bali 3,6%. Angka dari penderita PPOK ini
diperkirakan akan terus bertambah dikarenakan semakin tingginya perokok di
Indonesia dan udara yang tidak bersih akibat dari penggunaan kendaraan bermotor
serta asap yang ditimbulkan industri.
Risiko kegagalan pengobatan lebih rendah pada klien PPOK eksaserbasi akut
yang diobati dengan antibiotik. Namun, tidak semua PPOK eksaserbasi perlu diterapi
dengan menggunakan antibiotik karena pemicu terjadinya eksaserbasi akut tidak
hanya disebabkan oleh bakteri, tetapi ada juga yang disebabkan oleh non bakteri.
Sehingga antibiotik harus digunakan dengan bijak karena dapat menyebabkan resisten.
Penggunaan antibiotik (terlepas dari jenisnya) mengurangi risiko kematian klien
sebesar 77% dan 53% klien dengan risiko tidak menanggapi intervensi antibiotik.
Penelitian tersebut mendukung penggunaan antibiotik (terlepas dari jenisnya) untuk
klien dengan PPOK eksaserbasi dengan tingkat keparahan sedang dengan batuk dan
dahak yang meningkat. Klien dengan risiko tidak menanggapi intervensi dari
penggunaan antibiotik dengan persentase sebesar 53% membuktikan bahwa penyebab
PPOK eksaserbasi akut tidak hanya disebabkan oleh bakteri tetapi dapat juga
disebabkan oleh infeksi virus atau bahkan tanpa infeksi.
Terapi antibiotika untuk klien PPOK eksaserbasi akut diberikan jika
mengalami minimal dua dari tiga gejala, yaitu peningkatan dyspnea, peningkatan
volume sputum dan meningkatnya purulence sputum (perubahan warna sputum).
Antibiotik merupakan zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau bakteri dan
berkhasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman atau bakteri dengan
toksisitas yang relatif kecil. Pemberian antibiotika yang tidak tepat pada klien PPOK

1
2

eksaserbasi akan meningkatkan risiko kegagalan terapi, lamanya tinggal di rumah sakit
serta meningkatkan risiko kematian.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) dan tindakan keperawatan.

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik klien yang mengalami Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK)
b. Mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada klien yang
mengalami masalah Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
c. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan kepada klien dengan masalah
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Kedepannya laporan kasus ini dapat sebagai acuan dalam pembuatan asuhan
keperawatan medikal bedah dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK).
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi klien
Klien mendapatkan informasi mengenai Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) serta cara mengontrolnya.
2. Manfaat bagi lahan praktek
Lahan praktek lebih mengenal asuhan keperawatan pada klien dengan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
3. Manfaat bagi profesi keperawatan
4. Sebagai acuan dan gambaran untuk profesi keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan kesehatan medikal bedah Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Menurut Brunner dan Suddarth (2015) penyakit paru obstruktif kronik adalah
penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang tidak dapat pulih
sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat progresif dan dikaitkan
dengan respons inflamasi paru yang abnormal terhadap partikel atau gas berbahaya,
yang menyebabkan penyempitan jalan napas, hipersekresi mukus dan perubahan pola
sistem pembuluh darah paru.
Menurut Oemiati (2013) penyakit paru obstruktif kronik adalah penyakit dengan
karakteristik keterbatasan saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible.

2.2 Etiologi
Menurut Oemiati (2013) beberapa penyebab anatara lain:
a. Pajanan dari partikel antara lain:
1. Merokok
Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara
berkembang. Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus dan
obstruktif jalan napas kronik. Perokok pasif juga menyumbang terhadap
symptom saluran napas dan PPOK dengan peningkatan kerusakan paru-
paru akibat menghisap partikel dan gas-gas berbahaya. Merokok pada saat
hamil juga akan meningkatkan risiko terhadap janin dan memperngaruhi
pertumbuhan paru-parunya.
2. Polusi Indoor
Memasak dengan bahan biomass dengan ventilasi dapur yang jelek
misalnya terpajan asap bahan bakar kayu dan asap bahan bakar minyak
diperkirakan memberi kontribusi sampai 35%. Pada studi kasus kontrol
yang dilakukan di Bogota, Columbia, pembakaran kayu yang dihubungkan
dengan risiko tinggi PPOK.
3. Polusi Outdoor
Inhalasi yang paling kuat menyebabkan PPOK adalah Cadmium, Zinc dan
debu. Bahan asap pembakaran/ pabrik/ tambang.
4. Polusi ditempat kerja
Polusi dari tempat kerja misalnya debu-debu organik (debu sayuran dan
bakteri atau racun racun dari jamur), industri tekstil (debu dari kapas) dan
lingkungan industri (pertambangan industri besi dan baja, industri kayu,

3
4

pembangunan gedung), bahan kimia pabrik cat, tinta, sebagainya


diperkirakan mencapai 19%.
b. Riwayat infeksi saluran napas berulang
Infeksi saluran napas akut adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernapasan, hidung, sinus, faring atau laring. Infeksi saluran napas akut adalah
suatu penyakit terbanyak diderita anak-anak. Penyakit saluran pernapasan pada
bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa,
dimana ada hubungan dengan terjadinya PPOK.

2.3 Klasifikasi
Menurut Brunner dan Suddarth (2015) penyakit yang termasuk dalam
kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai berikut:
1. Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan
pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan
dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam
setahun, paling sedikit 2 tahun berturut- turut.
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus influ
enzae.
2) Alergi
3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar,
yang mana akan meningkatkan produksi mukus.
2) Mukus lebih kental
3) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme
pembersihan mukus. Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari paru
mengalami kerusakan dan meningkatkan kecenderungan untuk
terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi
hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat.
4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali
ketebalan normal) danmengganggu aliran udara. Mukus kental ini
bersama-sama dengan produksi mukus yang banyakakan menghambat
beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar.
5

Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi hanya pada bronchus


besar, tetapi biasanya seluruh saluran nafas akan terkena.
5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi
jalan nafas, terutama selamaekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps,
dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru- paru. Obstruksi
ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis.
6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul,dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi
dapat juga meningkatkan nilai PaCO2.
7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka
terjadi polisitemia(overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit
memberat, diproduksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena
infeksi pulmonary.
8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan
peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak
ditanggulangi, hypoxemia akan timbul yang akhirnya menuju penyakit
cor pulmonal dan CHF.
2. Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding
alveolus, duktus alveolarisdan destruksi dinding alveolar.
b. Etiologi
1) Faktor tidak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Takipnea
3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10) Kelemahan
6

3. Asmtha Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
trachea dan bronkusterhadap berbagai macam rangsangan dengan
manifestasi berupa kesukaran bernafas yangdisebabkan oleh peyempitan
yang menyeluruh dari saluran nafas.
b. Etiologi
1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat),
3) Wheezing
4) Batuk non produktif
5) Takikardi
6) Takipnea

2.4 Manifestasi Klinis


Menurut Oemiati (2013) batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya
terjadi pada klien PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul
lalu kemudian berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi
sputum yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan
purulen seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita. Penderita
PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari, tidak
hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan
adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya
membawa penderita. PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat
melakukan aktifitas dan pada saatmengalami eksaserbasi akut. Gejala-gejala PPOK
meliputi:
1. Batuk bertambah berat
2. Produksi sputum bertambah
7

3. Sputum berubah warna


4. Sesak nafas bertambah berat
5. Bertambahnya keterbatasan aktifitas
6. Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
7. Penurunan kesadaran
8

2.5 Pathway

Merokok

Mengandung zat- Mengandung


zat berbahaya radikal bebas
Faktor lingkungan

Indikasi aktivitas Peningkatan


Genetik: Defisiensi Polusi udara makrofag dan stres oksidatif
antitypsin alfa-1 leukosit

Peningkatan
Penurunan Peningkatan Pelepasan faktor Peningkatan
opoptosis dan
netralisasi elastase pelepasan elatase kemotaktik neutrofil pelepasan oksidan
nekrosis dari sel
yang terpapar
Peningkatan jumlah neutrofil
Cedera sel
di daerah yang terpapar
Cedera sel

Respon inflamasi

Hipersekresi mukus Lisis dinding alveoli Fibrosa paru

Bronkitis kronik Kerusakan alveolar Obstruksi paru

Penumpukan lendir dan Kolaps saluran napas kecil saat eksirasi


sekresi berlebihan Asma

Empisema
Merangsang Timbul nyeri
Obstruksi
reflek batuk jalan napas Obstruksi pada pertukaran O2
dan CO2 dan ke paru-paru MK : Nyeri Akut
MK :
Ketidakefektifan
Penurunan asupan O2
Bersihan Jalan
Napas
Hipoksemia

Penurunan perfudi O2 ke jaringan

Mengantuk, lesi kelemahan Kompensasi tubuh dengan peningkatan RR

MK : Intoleran Sesak napas


Aktivitas

Penurunan nafsu makan Tidak teratur efektif

MK : Ketidakseimbangan Nutrisi: MK : Gangguan


Kurang dari Kebutuhan Tubuh Pola Tidur
9

2.6 Penatalaksanaan
Menurut Kurnia (2017) penatalaksanaan penyakit paru abstruktif kronik, meliputi:
a. Terapi non farmakologis
Terapi non farmakologis yang dapat dilakukan meliputi edukasi, rehabilitasi dan terapi
nutrisi.
1) Edukasi
Edukasi diutamakan agar klien berhenti merokok. Selain itu juga dijelaskan
tentang jenis obat yang dikonsumsi, cara penggunaan, waktu dan dosis
pemakaian obat yang tepat.
2) Rehabilitasi
Rehabilitasi ditujukan untuk memperbaiki gejala sesak napas dan tolerasansi
aktifitas fisik. Program dilaksanakan di dalam atau di luar rumah sakit oleh
suatu tim multi disiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, terapis respirasi dan
psikolog.
3) Nutrisi
Malnutrisi adalah hal yang sering terjadi pada PPOK. Malnutrisi pada klien
PPOK sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi paru, penurunan
kapasitas aktifitas fisik, dan tingginya angka mortilitas. Oleh karena itu,
pemberian nutrisi yang tepat merupakan bagian dari terapi pada klien PPOK.
b. Terapi Farmakologis
Terapi Farmakologis yang mungkin bermanfaat untuk klien PPOK adalah:
1) Golongan Beta 2 Agonis
Golongan Beta 2 Agonis dengan menstimulasi reseptor beta 2 – adrenergik yang
mengakibatkan relaksasi otot polos jalan nafas.
2) Golongan Antikolinergik
Golongan Antikolinergik bekerja dengan memblok efek bronkhokanstriktor
dari asetilkoline pada resptor M 2 Muskarinik yang terdapat di otot polos
saluran nafas.
3) Golongan Methylxanthines
jenis obat yang sering dipakai dari golongan ini adalah teofilin.
4) Kombinasi obat Bronkodilator
Kombinasi dari obat Bronkodilator dengan mekanisme dan durasi kerja yang
berbeda dapat meningkatkan efek Bronkodilator yang lebih lama.
10

5) Kostitosteroid
Pilihan yang biasa digunakan adalah mehlprednisolon atau prednison.
6) Mukolitik
Mukolitik dapat diberikan untuk mengurangi kekentalan dan mempermudah
pengeluaran sputum.
7) Antibiotik
Terapi antibiotik empiris dapat deberikan pada klien PPOK eksasorbasi akut
(peningkatan sesak, batuk dan produksi spartum) dan adanya bukti suatu proses
infeksi yang ditandai dengan demam, penigkatan leukosit atau gambaran
infiltrat pada foto thoraks.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Oemiati (2013) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan radiologi
a. Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan
bronkus yang menebal.
2) Corak paru yang bertambah
b. Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.
Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
2) Corakan paru yang bertambah.
3) Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang
bertambah dan KTPyang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan
VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arumekspirasi maksimal) atau MEFR
(maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR,sedangkan KTP
bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut,
sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small air
ways). Pada emfisemakapasitas difusi menurun karena permukaan
alveoli untuk difusi berkurang.
11

2. Analisis gas darah


Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik
merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada
kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih
berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
3. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor
pulmonalterdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF.
Voltase QRSrendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering
terdapat RBBBinkomplet.
4. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
5. Laboratorium darah lengkap

2.8 Asuhan Keperawatan PPOK


1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Masalah pernapasan yang pernah dialami.
a) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan
b) Pernah mengalami batuk dengan sputum
c) Pernah mengalami nyeri dada
d) Aktifitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala – gejala di atas
2) Riwayat penyakit pernapasan
a) Apakah pernah mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TB dan lain –
lain?
b) Bagiaimana frekuensi setiap kejadian?
3) Gaya hidup
a) Merokok, keluarga perokok atau lingkungan kerja dengan perokok
b) Penggunaan obat – obatan dan minuman keras
c) Konsumsi tinggi kolesterol
b. Keluhan saat ini
1) Adanya batuk
2) Adanya sputum
3) Sesak napas, kesulitan bernapas
12

4) Intoleransi aktivitas
5) Perubahan pola pernapasan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
a) Konjungtiva pucat (karena anemia)
b) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
c) Konjungtiva terdapat pethchial (karena emboli lemak atau endokarditis)
2) Kulit
a) Sianosis perifer (vasokonstriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
b) Sianosis secara umum (hipoksemia)
c) Penurunan turgor (dehidrasi)
d) Edema
e) Edema periorbital
3) Jari dan Kuku
a) Sianosis
b) Jari tubuh (clubbing finger)
4) Mulut dan bibir
a) Membran mukosa sianosis
b) Bernapas dengan mengerutkan mulut
5) Hidung
Pernapasan dengan lubang hidung
6) Leher
a) Adanya distensi/bendungan vena jugularis
b) Pemasangan trakeostomi
7) Dada
a) Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dispnea atau obstruksi jalan pernapasan)
b) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
c) Takbl fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan)
d) Suara napas normal (vesikuler, bronkovesikulator, bronkial)
e) Suara napas tidak normal (crackles/rales, ronchi,wheeting,friction
rub/pleural friction)
f) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullners)
13

8) Pola pernapasan
a) Pernapasan normal (eupnea)
b) Pernapasan cepat (tokipnea)
c) Pernapasan lambat (bradipnea)
d) Penapasan biat
e) Pernapasan kuismad
f) Pernapasan ahyne – stokes
d. Pemeriksaan penunjang
1) Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi
a) Tes fungsi paru – paru dengan spirometri
b) Tes astrup
c) Oksimetri
2) Melihat struktur sistem pernapasan
a) Foto thora x (sinar x)
b) Bronkoskopi
c) CT scan paru

2. Diagnosis keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (Nanda, 2018 – 2020)
Domain II. Kelas 2. Kode diagnosis 00031
Deinisi: ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bershian jalan napas.
Batasan Karaktersitik
− Tidak ada bauk
− Suara napas tambahan
− Perubahan pola napas
− Perubahan frekuensi napas
− Sianosis
− Kesulitan verbalisasi
− Penurunan bunyi napas
− Dispnea
− Sputum dalam jumlah yang berlebihan
− Batuk yang tidak efektif
14

− Ortopnea
− Gelisah
− Mata terbuka lebar
Faktor yang berhubungan
− Mukus berlebihan
− Terpajan asap
− Benda asing dalam jalan napas
− Sekresi yang tertahan
− Perokok pasif
− Perok
Kondisi terkait
− Spasme jalan napas
− Jalan napas alergik
− Asma
− Penyakit paru obstruksi kronis
− Eksudat dalam alveoli
− Hiperplasia pada dinding bronkus
− Infeksi
− Disfungsi neuromuskular
− Adanya jalan napas buatan
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (Nanda, 2018 – 2020)
Domain 2. Kelas 1. Kode diagnosis 00002
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Batasan karakteristik
− Kram abdomen
− Nyeri abdomen
− Gangguna sensasi rasa
− Kurang minat pada makanan
− Tonus otot menurun
− Kesalahan informasi
− Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
− Kerapuhan kapiler
15

− Diare
− Kehilangan rambut berlebihan
− Enggan makan
− Asupan makanan kurang dari recommended daily allowance (ROA)
− Bising usus hiperaktif
− Kurang informasi
− Kesalahan persepsi
− Membran mukosa pucat
− Ketidakmampuan memakan makanan
− Cepat kenyang setelah makan
− Sariawan rongga mulut
− Kelemahan otot pengunyah
− Kelemahan otot untuk menelan
− Penurunan berat badan dengan asupan adekuat
Faktor berhubungan
− Asupan diet kurang
Populasi beresiko
− Faktor biologis
− Kesulitan ekonomi
Kondisi terkait
− Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
− Ketidakmampuan mencerna makanan
− Ketidakmampuan makan
− Gangguan psikososial

c. Intoleran Aktivitas (Nanda, 2018 – 2020)


Domain 4. Kelas 4. Kode diagnosis 00092
Definisi : ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari yang harus atau yang ingin
dilakukan.
Batasan karakter
− Respons tekanan darah abnormal tehadap aktivitas
− Respons frekuensi jantung abnormal terhadaop aktivitas
16

− Perubahan elektrokordiogram (EKG)


− Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
− Dispnea setelah beraktivitas
− Keletihan
− Kelemahan umum
Faktor yang berhubungan
− Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
− Imobilitas
− Tidak pengalaman dengan suatu aktivitas
− Fisik tidak bugar
− Gaya hidup kurang gerak
Populasi beresiko
− Riwayat intoleran aktivitas sebelumnya
Kondisi terkait
− Masalah sirkulasi
− Gangguan pernapasan

3) Rencana tindakan keperawatan


a. Bersihan jalan napas, ketidakefektifan
Status pernapasan : Kepatenan jalan napas (0401)
Kreteria hasil :
1. Ansietas (5)
2. Ketakutan (5)
3. Tersedak (5)
4. Suara napas tambahan (5)
5. Pernapasa cuping hidung (5)
6. Dispnea saat istirahat (5)
7. Dispena denga aktivitas ringan (5)
8. Batuk (5)
Keterangan :
1 : sangat berat
2 : berat
3 : cukup
17

4 : ringan
5 : tidak ada
Intervensi
Intervensi Rasional
1.Instruksikan bagaimana agar bisa 1. Batuk adalah mekanisme
melakukan batuk efektif pemberian jalan napas alami,
membantu silia untuk
mempermudah jalan napas paten.
2. Monitor status pernapasan dan 2. Takipnea biasanya ada pada
okisgenasi sebagimana mestinya beberpa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau
selama stres/ adanya proses infeksi
akut.
3.Posisikan untuk meringankan sesak 3. Posisi semifowler membatu klien
napas memaksimalkan ventilasi sehingga
kebutuhan oksigen terpenuhi
melalui proses pernapasan.
4.Lakukan Fisioterapi dada, sebagiamana 4. Fisioterapi dada dapat
mestinya memudahkan klien dalam
mengeluarkan sekret yang sulit
dikeluarkan secara mandiri.
5.Kelola pemberian bronkodilator, 5. Bronkodilator dapat
sebagaimana mestinya memvasodilatasi saluran
pernapasan sehingga jalan napas
paten dan kebuthan oksigen
terpenuhi.
Tabel 2.1 Intervensi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

b. Nutrisi : ketidakseimbangan, lebih dari kebutuhan tubuh


Status nutrisi (1004)
Keriteria hasil :
1. Asupan gizi (5)
2. Asupan makanan (5)
3. Asupan cairan (5)
4. Energi (5)
5. Rasio berat badan/tinggi badan (5)
6. Hidrasi (5)
Keterangan :
1: sangat menyimpang dari rentang normal
2: banyak menyimpang dari rentang normal
3: cukup menyimpang dari rentang normal
18

4: sedikit menyimpang dari rentang normal


5: tidak menyimpang dari renatang normal
Intervensi
Intervensi Rasional
1. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi 1. Meningkatkan pengatahuan agar klien
yang baik dengan klien (dan orang lebih paham dan menjaga
terdejat klien dengan tepat) keseimbangan nutrisi tubuhnya.
2. Monitor intake/asupan dan asupan 2. Meminimalisir asupan kebutuhan
cairan secara tepat cairan klien
3. Monitor asupan kalori makanan 3. Menyeimbangkan asupan kalori klien
harian 4. Beri kesempatan klien untuk
4. Berikan dukungan terhadap memperbaruhi gaya hidup serta pola
penigkatan berat badan dan perilaku makan klien
yang meningkatkan berat badan 5. Mengembangkan rencana perawat
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dengan orang – orang terdekatnya.
untuk mengembangkan rencana
perawatan dengan melibatkan klien
dan orang – orang terdekatnya dengan
tepat
Tabel 2.2 Intervensi Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

c. Intoleran Aktivitas
Toleransi terhadap aktivitas (0005)
Kreteria hasil :
1. Satursi oksigen ketika beraktivitas (5)
2. Frekuensi nadi ketika beraktivitas (5)
3. Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas (5)
4. Kemudahan bernapas ketika beraktivitas (5)
5. Tekanan darah sistolik ketika beraktivitas (5)
6. Tekanan darah diastolik ketikan beraktivitas (5)
Keterangan :
1: sangat terganggu
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
19

Intervensi
Intervensi Rasional
1. Instruksikan klien dan keluarga untuk 1. Melatih kemapuan aktivitas klien
melaksanakan aktivitas yang
diinginkan maupun yang (telah)
diresepkan 2. Masalah yang sering dirasakan klien
2. Monitor respon emosi, fisik, sosial adalah cepat lelah, sesak napas selama
dan spritual terhadap aktivitas aktivitas, jantung berdebar, nadi
meningkat, batuk dan berkeringat
dingin.
3. Melatih kemampuan aktivitas klien
3. Bantu kilen untuk menjadwalkan
waktu – waktu spesifik terkait dengan
aktivitas harian 4. Klien mungkin membutuhkan bantuan
4. Bantu klien untuk tetap fokus pada untuk beraktivatas karena adnaya
kekuatan (yang dimilikinya) keterbatasan
dibandingkan dengan kelemahan
(yang dimilikinya) 5. Perencanaan latihan aktivitas
5. Kaloborasi dengan (ahli) terapi fisik, disesuaikan dengan kondisi klien,
okupasi dan terapis rekreasional misalnya jenis latihan aktif, pasif,
dalam perncanaan dan pemantauan isotonik dan isometrik.
program aktivitas, jika memang
diperlukan
Tabel 2.3 Intervensi Intoleran Aktivitas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama mahasiswa : Kelompok 4


NIM : 17037141029
Tgl/jam pengkajian : 4 November 2019/ 09.00 WIB
Diagnosa medis : PPOK
Tgl/jam MRS : 3 November 2019/ 23.36 WIB
No. RM : 0-75-7x-xx
Ruangan/kelas : Bougenville/ II (Paru-Paru)
No.kamar : 8

I. IDENTITAS
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 77 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Status : Menikah
5. Agama : Islam
6. Suku/bangsa : Madura/ Indonesia
7. Bahasa : Bahasa Madura
8. Pendidikan : SD
9. Pekerjaan : Wiraswasta
10. Alamat dan no. Telp: Sumber Wringin, Bondowoso
11. Penanggung jawab : Ny. K

II. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


1. Keluhan utama :
Klien mengatakan sesak

2. Riwayat penyakit sekarang :


Klien mengatakan pada tanggal 1 november 2019 merasa sesak disertai batuk berdarah namun
dahaknya tidak dapat keluar. Pada tanggal 3 November 2019 sesak bertambah berat ketika
beraktivitas. Anak klien membawa klien ke Rumah Sakit Mitra Medika pada jam 19.00 WIB.
Anak klien mengatakan di Rumah Sakit Mitra Medika mendapat tindakan pengasapan dan
karena tidak ada dokter spesialis paru di rumah sakit tersebut, maka Rumah Sakit Mitra Medika
merujuk klien ke RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso jam 22.30 WIB. Di IGD klien diberikan
tindakan pemasangan infus dan pemberian oksigen. Pada tanggal 4 November 2019 jam 00.30
WIB klien dipindahkan ke ruangan Bougenville II kamar 8. Pada jam 09.00 WIB dilakukan

20
21

pengkajian, klien mengatakan sesak dan batuk. Klien merasa sangat lemas jika berjalan kekamar
mandi untuk membuang air kecil dan harus dibantu oleh keluarganya, sesak bertambah berat
setelah dari kamar mandi. Klien mengatakan makanan tidak enak dan tidak nafsu makan.

3. Riwayat penyakit dahulu :


Klien mengatakan 7 bulan yang lalu dirawat di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso karena penyakit
seperti saat ini.

4. Riwayat kesehatan keluarga :


Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti DM, hipertensi
dan asma.

5. Susunan Keluarga (Genogram) :

x x x x

x x x x 77 th

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

x : Laki-laki meninggal

x : Perempuan meninggal

: garis keturunan

: garis pernikahan

: serumah

: klien dengan umur ?


22

6. Riwayat alergi :
Klien mengatakan tidak memiliki alergi obat maupun makanan.

III. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan (Keyakinan Terhadap Kesehatan & Sakitnya)
Klien mengatakan jika sakit dibawa ke Tenaga kesehatan seperti rumah sakit terdekat. Klien
tidak mempunyai pantangan terhadap makanan.

2. Pola Aktivitas Dan Latihan


a. Kemampuan perawatan diri
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4

Mandi √ √

Berpakaian/berdandan √ √

Eliminasi/toileting √ √

Mobilitas di tempat tidur √ √

Berpindah √ √

Berjalan √ √

Naik tangga √ √

Berbelanja √ √

Memasak √ √

Pemeliharaan rumah √ √

Skor 0 = mandiri 3 = dibantu orang lain & alat

1 = alat bantu 4 = tergantung/tidak mampu

2 = dibantu orang lain

Alat bantu : (√) tidak ( ) kruk ( ) tongkat

( ) pispot disamping tempat tidur ( ) kursi roda


23

b. Kebersihan diri
Di rumah Di rumah sakit

Mandi : 2  /hr Mandi : 1  /hr

Gosok gigi : 2  /hr Gosok gigi : -  /hr

Keramas : 3  /mgg Keramas : -  /mgg

Potong kuku : 1  /mgg Potong kuku : 1  /mgg

c. Aktivitas sehari-hari
Sebelum sakit : berjualan sembako ditoko milik klien

Saat sakit : berbaring di tempat tidur

d. Rekreasi
Jalan-jalan di daerah dekat rumah

e. Olahraga : (√) tidak ( ) ya


...................................................................................................................................................

3. Pola Istirahat Dan Tidur


Di rumah Di rumah sakit

Waktu tidur : Siang 13.00 – 14.00 Waktu tidur : Siang 14.00 – 15.00

Malam 22.00 – 04.00 Malam 23.00 – 04.00

Jumlah jam tidur : 7 jam Jumlah jam tidur : 6 jam

Masalah di RS : (√) tidak ada ( ) terbangun dini ( ) mimpi buruk

( ) insomnia ( ) Lainnya, ...............................

4. Pola Nutrisi – Metabolik


a. Pola makan
Di rumah Di rumah sakit

Frekuensi : 3 x/ hari Frekuensi : 3 x/ hari

Jenis : nasi, lauk dan sayur Jenis : bubur kasar, lauk, sayur

Porsi : 1 porsi habis Porsi : 3 sendok makan

Pantangan : tidak ada Diit khusus : TKTP

Makanan disukai : telur goreng


24

Nafsu makan di RS : ( ) normal ( ) bertambah (√) berkurang

( ) mual ( ) muntah, .............. cc ( ) stomatitis

Kesulitan menelan : (√) tidak ( ) ya

Gigi palsu : (√) tidak ( ) ya

NG tube : (√) tidak ( ) ya

b. Pola minum
Di rumah
Frekuensi : 4-5 gelas/ hari Di rumah sakit

Jenis : air putih dan kopi Frekuensi : 2-3 gelas/ hari

Jumlah : ± 1250 cc/ hari. Jenis : air putih

Pantangan : tidak ada Jumlah : ± 750 cc/ hari

Minuman disukai : kopi

5. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
Di rumah
Frekuensi : 1 x/ hari

Konsistensi : lunak berbentuk

Warna : kuning kecoklatan

Di rumah sakit

Frekuensi : 2 x/ hari

Konsistensi : lunak berbentuk

Warna : (√) kuning

( ) bercampur darah

( ) lainnya, ..............
25

Masalah di RS : ( ) konstipasi ( ) diare ( ) inkontinen

Kolostomi : (√) tidak ( ) ya

b. Buang air kecil


Di rumah
Frekuensi : 4-6 x/ hari

Konsistensi : cair

Warna : kuning pucat

Di rumah sakit

Frekuensi : 3-4 x/ hari

Konsistensi : cair

Warna : kuning pucat


26

Masalah di RS : ( ) disuria ( ) nokturia ( ) hematuria

( ) retensi ( ) inkontinen

Kolostomi : (√) tidak ( ) ya, kateter ........................... produksi : .................. cc/hari

6. Pola Kognitif Perseptual


Berbicara : (√) normal ( ) gagap ( ) bicara tak jelas

Bahasa sehari-hari : ( ) Indonesia ( ) Jawa (√) lainnya, madura

Kemampuan membaca : (√) bisa ( ) tidak

Tingkat ansietas : ( ) ringan ( ) sedang ( ) berat ( ) panik

Sebab, ...................................................................................................

Kemampuan interaksi : (√) sesuai ( ) tidak, ...................................................................

Vertigo : (√) tidak ( ) ya

Nyeri : (√) tidak ( ) ya

Bila ya, P : .................................................................................................................................

Q : .................................................................................................................................

R : .................................................................................................................................

S : .................................................................................................................................

T : .................................................................................................................................

7. Pola Konsep Diri


o Gambaran diri : klien mengatakan merasa tidak percaya diri pada perubahan bentuk tubuh
klien yang dulunya gemuk sekarang kurus.
o Harga diri : klien mengatakan dapat disayangi oleh anggota keluarganya saat sakit
keluarga datang menjenguk.
o Ideal diri : klien mengatakan ingin segera sembuh dan pulang ke rumah.
o Peran diri : klien mengatakan sebagai suami dan agak jika di rumah bekerja untuk
mencukupi kebutuhan istri dan anaknya.
o Identitas diri : klien dapat mengenali diri sendiri.

8. Pola Koping
Masalah utama selama MRS (penyakit, biaya, perawatan diri)

Klien mengatakan sangat lemas dan susah beraktivitas, ke kamar mandi harus dibantu dengan
keluarganya.
27

Kehilangan perubahan yang terjadi sebelumnya

Klien mengatakan tidak ada masalah

Kemampuan adaptasi

Klien mengatakan mampu beradaptasi dengan baik

9. Pola Seksual – Reproduksi


Menstruasi terakhir : tidak menstruasi

Masalah menstruasi : tidak menstruasi

Pap smear terakhir : tidak melakukan pemeriksaan pap smear

Pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan : ( ) ya (√) tidak

Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit : klien mengatakan tidak ada

10. Pola Peran – Hubungan


Pekerjaan : klien mengatakan berjualan ditoko milik klien

Kualitas bekerja : klien mengatakan pekerja keras

Hubungan dengan orang lain : klien mengatakan hubungan dengan orang disekitarnya baik dan
tidak ada masalah.

Sistem pendukung : (√) pasangan ( ) tetangga/teman ( ) tidak ada

( ) lainnya, .................................................................................

Masalah keluarga mengenai perawatan di RS : klien mengatakan tidak ada masalah

11. Pola Nilai – Kepercayaan


Agama : islam

Pelaksanaan ibadah : klien mengatakan sejak sakit tidak sholat

Pantangan agama : (√) tidak ( ) ya, ................................................................

Meminta kunjungan rohaniawan : (√) tidak ( ) ya

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : komposmentis (GCS : 4 5 6)
2. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu : 37,2 °C lokasi : axila
b. Nadi : 93  /menit irama : reguler pulsasi : teraba kuat
c. Tekanan darah : 133/ 59 mmHg lokasi : regio antebrachii
d. Frekuensi nafas : 26  /menit irama : vesikuler
e. Tinggi badan : 170 cm
28

f. Berat badan : SMRS : 65 kg MRS : 59 kg


g. BBI : (170-100) ± 10%
: 63 – 77 kg

h. LLA : 24 cm
i. IMT : 59/ (1,72)
: 20,41

3. Kepala
Rambut : warna rambut hitam, terdapat uban, distribusi rambut merata, dan tidak terdapat
ketombe pada rambut.
Wajah : simetris, tidak ada benjolan dan wajah pucat.
4. Mata
I : simetris antara kanan dan kiri, sklera putih, konjungtiva anemis, pupil miosis jika terdapat
cahaya dan bola mata dapat bergerak ke segala arah.
P : tidak terdapat nyeri tekan.

5. Telinga
I : tidak ada pengeluaran cairan, simetris anata kanan dan kiri dan terdapat serumen tetapi sedikit.
P : tidak terdapat nyeri tekan.
6. Hidung
I : lubang hidung simetris antara kanan dan kiri, tidak ada peradangan, terdapat pernapasan cuping
hidung dan terpasang nasal canul 3 lpm.
P : tidak terdapat nyeri tekan pada sinus, tidak teraba adanya massa dan benjolan.
7. Mulut
I : tidak memakai gigi palsu, terdapat karies gigi, tidak tampal kotor dan mukosa bibir pucat dan
kering.
P : tidak terdapat nyeri tekan.
8. Leher
I : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid, tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan
tidak terdapat peradangan atau lesi.
P : tidak terdapat nyeri tekan.
9. Dada:
Jantung:
I : teraba ictus cordis ICS 4-5 midclavicula sinistra
P : pulsasi jantung teraba kuat pada ictus cordis teraba di ICS 4 dan 5 midclavicula sinistra
P: pekak
A : S1 S2 tunggal
Paru:
29

I : bentuk dada simetris, pola pernafasan frekuensi 26 x/ menit (sebelum beraktivitas), pola,
pernafasan frekuensi 30 x/ menit (setelah beraktivitas), kedalaman pernapasan dangkal, dan
terdapat retraksi di intercosta.
P : vocal fremitus getaran dinding thorax kanan dan kiri sama dan tidak terdapat nyeri tekan.
P : sonor
A : terdapat suara tambahan ronchi
+

10. Abdomen
I : simetris antara kanan dan kiri dan tidak terdapat lesi atau massa
A : suara bising usus 13 x/ menit
P : timpani
P : tidak teraba adanya massa atau benjolan, tidak terdapat pembesaran organ hepar dan lympa,
dan tidak terdapat nyeri tekan

11. Urogenital
I : klien tidak memakai kateter, klien mengatakan mengatakan kelamin dan anusnya bersih dan
tidak ada masalah.
P : klien mengatakan tidak terdapat massa dan lesi.
12. Ekstremitas
Atas
I : simetris antara kanan dan kiri, terpasang infus di tangan kiri.
P : tidak terdapat nyeri tekan, akral hangat, CRT < 2 detik, dan tidak terdapat oedem.
Bawah
I : simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat lesi.
P : tidak terdapat nyeri tekan, akral hangat, CRT < 2 detik, dan tidak terdapat oedem.
Gerakan sendi : normal
Kekuatan Otot
5 5
5 5

13. Kulit dan kuku


Kulit : I : warna kulit sawo matang, tampak kering dan tidak terdapat lesi.
P : tidak terdapat nyeri tekan
Kuku : I : kuku tampak bersih

P : CRT < 2 detik dan akral hangat


30

14. Keadaan lokal


Keadaan umum : lemah

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan 3 November 2019

Parameter Nilai Satuan Nilai Normal


WBC 13,5 x 103/ ul 4,0 – 10,0
Lymph# 1,9 x 103/ ul 0,8 – 4,0
Mid# 1,1 x 103/ ul 0,1 – 2,5
Gran# 10,5 x 103/ ul 2,0 – 7,0
Lymph% 14,0 % 20,0 – 40,0
Mid% 8,0 % 3,0 – 15,0
Gran% 78,0 % 50,0 – 70,0
HGB 11,6 g/ dl 12,0 – 16,0
RBC 4,92 x 106/ ul 3,50 – 5,50
HCT 47,0 % 37,0 – 54,0
MCV 95,6 fl 80,0 – 100,0
MCH 29,6 pg 27,0 – 34,0
MCHC 31,0 g/ dl 32,0 – 36,0
RDW-CV 12,3 % 11,0 – 16,0
RDW-SD 48,7 fl 35,0 – 56,0
PLT 128 x 103/ ul 150 – 450
MPV 8,8 fl 6,5 – 12,0
PDW 15,8 9,0 – 17,0
PCT 0,112 % 0,108 – 0,282

Photo

Dilakukan pemeriksaan foto thorax dengan hasil :

- Paru-paru : corakan bronkovaskuler meningkat, inflarat di paru-paru lain


- Jantung : CTR < 50%
- Diafragma : sudut costofrenikus lancip
- Kesimpulan : bronkitis kronik

2. Lain-lain
Tidak dilakukan pemeriksaan lainnya.
31

VI. TERAPI
Parenteral

Inf. NaCl 0,9 % / Dextrose 5% 1000cc/ 24 jam

Inj. Metilpredinasolon 3 x 125mg (IV)

Inj. Lansoprazole 1 x 30mg (IV)

Inj. Ambacim 3 x 1000mg (IV)

Nebul Ventolin 3 x/hari


32

ANALISA DATA

Nama Klien : Tn. S Ruangan/kamar : Bougenville II

Umur : 77 tahun No. RM : 0-75-7x-xx

TGL/JAM DATA ETIOLOGI MASALAH

4/ 11/ 2019 DS: PPOK Ketidakefektifan Bersian


Jalan Napas (Nanda,
09.00 WIB Klien mengatakan merasa sesak
2018-2020)
disertai batuk namun dahaknya tidak
Gangguan pembersihan
dapat keluar Domain 11. Kelas 2.
paru
Kode diagnosis 00031.
DO:

- KU : Lemah
Peradangan bronchus,
- Hidung terpasang nasal canul 3
bronchiolus dan
lpm dan terdapat pernapasan
alveolus
cuping hidung
- RR : 26 x/ menit
Paru: Leukosit meningkat
I : bentuk dada simetris, pola
pernafasan frekuensi 26 x/
menit (sebelum beraktivitas), Kuman patogen dan
pola, pernafasan frekuensi 30 endogen difagosit
x/ menit (setelah makrofag
beraktivitas), kedalaman
pernapasan dangkal, dan
Obstruksi jalan napas
terdapat retraksi di intercosta.
akibat peradangan
P : vocal fremitus getaran
dinding thorax kanan dan kiri
sama dan tidak terdapat nyeri
Inflamasi
tekan.
P : sonor
A : terdapat suara tambahan Sputum meningkat
ronchi
+
Batuk

-
33

Ketidakefektifan
bersihan jalan napas

4/ 11/ 2019 DS: PPOK Keidakseimbangan


Nutrisi: Kurang dari
09.00 WIB Klien mengatakan makanan tidak
Kebutuhan Tubuh
enak dan tidak nafsu makan.
Infeksi (Nanda, 2018-2020)
DO:
Domain 2. Kelas 1. Kelas
- KU : lemah diagnosis 00002.
Leukosit meningkat
- Antropometri
BB sebelum sakit : 65 kg
BB saat sakit : 59 kg Kuman patogen dan
BB Ideal : 63 – 77 kg endogen difagosit
LLA : 24 cm makrofag
2
IMT : 59/ (1,7 ) : 20,41
- Biokimia
HGB : 11.6 g/ dl Anoreksia
- Clinical
Pemeriksaan fisik
Ketidakseimbangan
Rambut : warna rambut hitam,
Nutrisi: kurang dari
terdapat uban, distribusi rambut
kebutuhan tubuh
merata dan tidak terdapat
ketombe pada rambut
Wajah : pucat
Mulut : tidak memakai gigi
palsu, terdapat karies gigi, lidah
tampak kotor, dan mukosa bibir
pucat dan kering
Abdomen
I : simetris antara kanan dan
kiri dan tidak terdapat lesi
atau massa
A : suara bising usus 13 x/
menit
P : timpani
P : tidak teraba adanya massa
atau benjolan, tidak terdapat
pembesaran organ hepar dan
34

lympa, dan tidak terdapat


nyeri tekan
- Diit
Frekuensi : 3x/ hari
Jenis : bubur kasar, lauk dan
sayur
Porsi : 3 sendok makan
Cara : dibantu oleh keluarga
Nafsu makan menurun
Diit khusus : TKTP

4/ 11/ 2019 DS: PPOK Intoleran Aktivitas


(Nanda, 2018-2020)
09.00 WIB Klien mengatakan sangat lemas jika
berjalan ke kamar mandi untuk Domain 4. Kelas 4. Kode
Perubahan anatomis
membuang air kecil dan harus diagnosis 00092.
parenkim paru
dibantu oleh keluarganya

Klien mengatakan sesak bertambah


berat setelah dari kamar mandi. Pembesaran alveoli

DO:

- Ku : lemah Hiperatropi kelenjar

- RR sebelum beraktivitas : 26x/ mukosa

menit
- RR setelah beraktivitas : 30x/
Penyempitan saluran
menit
udara secara periodik
- Mata : konjungtiva anemis
- Pola aktivitas dan latihan dibantu
oleh orang lain
Ekspansi paru menurun
- HGB : 11,6 g/dl
- CRT < 2 detik
- Kekuatan otot Kompensasi tubuh
5 5
untuk memenuhi
5 5 kebutuhan oksigen
dengan meningkatkan
frekuensi pernapasan

Kontraksi otot
pernapasan penggunaan
35

energi untuk
pernapasan meningkat

Kelemahan fisik

Intoleran Aktivitas
36

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN URUTAN PRIORITAS

Nama Klien : Tn. S Ruangan/kamar : Bougenville II

Umur : 77 tahun No. RM : 0-75-7x-xx

NO TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF

1. 4/ 11/ 2019 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan Kelompok 4


dengan sputum meningkat ditandai dengan
09.00 WIB
DS:

Klien mengatakan merasa sesak disertai batuk namun


dahaknya tidak dapat keluar

DO:

- KU : Lemah
- Hidung terpasang nasal canul 3 lpm dan terdapat
pernapasan cuping hidung
- RR : 26 x/ menit
Paru:
I : bentuk dada simetris, pola pernafasan frekuensi
26 x/ menit (sebelum beraktivitas), pola, pernafasan
frekuensi 30 x/ menit (setelah beraktivitas),
kedalaman pernapasan dangkal, dan terdapat retraksi
di intercosta.
P : vocal fremitus getaran dinding thorax kanan dan
kiri sama dan tidak terdapat nyeri tekan.
P : sonor
A : terdapat suara tambahan ronchi
+

2. 4/ 11/ 2019 Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh Kelompok 4


berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan
09.00 WIB
DS:

Klien mengatakan makanan tidak enak dan tidak nafsu


makan.

DO:

- KU : lemah
37

- Antropometri
BB sebelum sakit : 65 kg
BB saat sakit : 59 kg
BB Ideal : 63 – 77 kg
LLA : 24 cm
IMT : 59/ (1,72) : 20,41
- Biokimia
HGB : 11.6 g/ dl
- Clinical
Pemeriksaan fisik
Rambut : warna rambut hitam, terdapat uban, distribusi
rambut merata dan tidak terdapat ketombe pada rambut
Wajah : pucat
Mulut : tidak memakai gigi palsu, terdapat karies gigi,
lidah tampak kotor, dan mukosa bibir pucat dan kering
Abdomen
I : simetris antara kanan dan kiri dan tidak terdapat
lesi atau massa
A : suara bising usus 13 x/ menit
P : timpani
P : tidak teraba adanya massa atau benjolan, tidak
terdapat pembesaran organ hepar dan lympa, dan
tidak terdapat nyeri tekan
- Diit
Frekuensi : 3x/ hari
Jenis : bubur kasar, lauk dan sayur
Porsi : 3 sendok makan
Cara : dibantu oleh keluarga
Nafsu makan menurun
Diit khusus : TKTP

3. 4/ 11/ 2019 Intoleran Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik Kelompok 4


ditandai dengan
09/00 WIB
DS:

Klien mengatakan sangat lemas jika berjalan ke kamar


mandi untuk membuang air kecil dan harus dibantu oleh
keluarganya
38

Klien mengatakan sesak bertambah berat setelah dari kamar


mandi.

DO:

- Ku : lemah
- RR sebelum beraktivitas : 26x/ menit
- RR setelah beraktivitas : 30x/ menit
- Mata : konjungtiva anemis
- Pola aktivitas dan latihan dibantu oleh orang lain
- HGB : 11,6 g/dl
- CRT < 2 detik
- Kekuatan otot
5 5
5 5
39

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL/ DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF


JAM KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
4/ 11/ 2019 Ketidakefektifan Tujuan Manajemen Jalan Napas (3140)
09/00 WIB Bersihan Jalan Bersihan jalan napas klien (Health Education)
Napas berhubungan efektif 3 x 24 jam. 1. Ajarkan bagaimana agar bisa melakukan 1. Batuk adalah mekanisme
dengan sputum Kriteria hasil: batuk efektif pemberian jalan napas alami,
meningkat 1. Pernapasan cuping membantu silia untuk
hidung (5) mempermudah jalan napas
2. Dispnea saat istirahat (5) (Observasi) spontan
3. Dispnea dengan aktivitas 2. Monitor status pernapasan dan oksigenasi 2. Takipnea biasanya ada pada
ringan (5) sebagaimana mestinya beberapa derajat dan dapat
4. Batuk (5) ditemukan pada penerimaan
Keterangan: atau selama stres/ adanya
1 : Sangat berat (Nursing treatment) proses infeksi akut
2 : Berat 3. Posisikan untuk meringankan sesak napas 3. Posisikan semifowler
3 : Cukup membantu klien
4 : Ringan memaksimalkan ventilasi
5 : Tidak ada sehingga kebutuhan oksigen
terpenuhi melalui proses
pernapasan
40

4. Lakukan fisisoterapi dada, sebagaimana 4. Fisioterapi dada dapat


mestinya memudahkan klien dalam
mengeluarkan sekret yang
sulit dikeluarkan secara
(Kolaborasi) mandiri
5. Kolaborasi pemberian bronkodilator, 5. Bronkodilator dapat
sebagaimana mestinya memvasodilatasi saluran
pernapasan sehingga jalan
napas paten dan kebutuhan
oksigen terpenuhi
4/ 11/ 2019 Keseimbangan Nutrisi klien tercukupi dalam Manajemen Gangguan Makan (1030)
09/00 WIB Nutrisi: Kurang dari waktu 3 x 24 jam. (Health Education)
Kebutuhan Tubuh Kriteria hasil: 1. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi 1. Meningkatkan
berhubungan dengan 1. Nafsu makan (5) yang baik dengan klien (dan orang pengetahuan agar klien
anireksia 2. Keinginan untuk makan terdekat klien dengan tepat) lebih paham dan menjaga
(5) keseimbangan nutrisi
3. Porsi makan (5) (Observasi) tubuhnya
Keterangan : 2. Monitor intake/ asupan cairan secara 2. Meminimalisir asupan
1 : Sangat terganggu tepat kebutuhan cairan klien
2 : Banyak terganggu 3. Monitor asupan nutrisi kalori makanan 3. Menyeimbangkan asupan
3 : Cukup terganggu harian kalori klien
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
41

(Nursing Treatment)
4. Berikan dukungan terhadap 4. Beri kesempatan klien
peningkatan berat badan dan perilaku untuk memperbarui gaya
yang meningkatkan berat badan hidup serta pola makan
klien
(Kolaborasi)
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain 5. Mengembangkan rencana
untuk mengembangkan rencana perawat dengan orang-
perawatan orang terdekatnya
4/ 11/ 2019 Intoleran aktivitas Intoleran aktivitas klien teratasi Terapi Aktivitas (4310)
09/00 WIB berhubungan dengan dalam 24 jam. (Health Education)
kelemahan fisik Kriteria hasil : 1. Ajarkan klien dan keluarga untuk 1. Melatih kemampuan
1. Frekuensi pernapasan melaksanakan aktivitas yang aktivitas klien
ketika beraktivitas (5) diinginkan maupun yang (telah)
2. Kecepatan berjalan (5) diresepkan
3. Jarak berjalan (5) (Observasi)
Keterangan : 2. Monitor respon emosi, fisik, sosial dan 2. Masalah yang sering
1 : Sangat terganggu spiritual terhadap aktivitas dirasakan klien adalah
2 : Banyak terganggu cepat lelah, sesak napas
3 : Cukup terganggu selama aktivitas, jantung
4 : Sedikit terganggu berdebar, nadi meningkat,
5 : Tidak terganggu batuk dan berkeringat
dingin
42

(Nursing treatment)
3. Bantu klien untuk menjadwalkan 3. Melatih kemampuan
waktu-waktu spesifik terkait dengan aktivitas klien
aktivitas harian
4. Bantu klien untuk tetap fokus pada 4. Klien mungkin
kekuatan (yaang dimilikinya) membutuhkan bantuan
dibandingkan dengan kelemahan (yang untuk beraktivitas karena
dimilikinya) adanya keterbatasan
(Kolaborasi)
5. Kolaborasi dengan (ahli) terapi fisik, 5. Perencanaan latihan
okupasi dan terapis rekreasional dalam aktivitas disesuaikan
perencanaan dan pemantauan program dengan kondisi klien,
aktivitas, jika memang di perlukan misalnya jenis latihan
aktif, pasif, isotonik, dan
isometrik
43

IMPLEMENTASI

NO. DX KEP TANGGAL / JAM IMPLEMENTASI PARAF

1 4/ 11/ 2019
08.00 WIB Memberikan obat mp 125 mg dan ambacim 1000 mg melalui intravena (IV)
09.30 WIB Mengajarkan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif yang bertujuan untuk mempermudah jalan napas paten
R : - klien dan keluarga mengerti ditandai dengan dapat mengulang apa yang dijelaskan oleh perawat
- Klien mengatakan masih sesak dan ada dahak pada batuknya yang belum keluar
11.00 WIB Memonitor status pernapasan dan oksigenasi
R : - Terdapat pernapasan cuping hidung dan memakai nasal canul 3 lpm
- Dispnea saat istirahat dan duduk sebentar
- TTV
TD : 140/ 63 mmHg
S : 37,30C
N : 104 x/ menit
RR : 28 x/ menit
12.00 WIB Memberikan posisi semifowler
R : - Klien merasa nyaman dan mengikuti kata perawat
- KU : lemah
44

13.30 WIB Mengkaji suara tambahan pada paru


R : - terdapat suara tambahan ronchi
+

2 4/ 11/ 2019
11.30 WIB Mengajarkan dan mendukung konsep nutrisi yang baik dengan klien agar klien lebih paham dan menjaga
keseimbangan nutrisi tubuhnya
R : klien dan keluarga klien paham
11.45 WIB Mengkolaborasikan dengan ahli gizi
R : klieb mendapatkan diit TKTP
12.15 WIB Memonitor intake/ asupan makan
R : - Jenis : bubur kasar, lauk dan sayur
- Posisi : 3 sendok makan
- Cara : dibantu oleh keluarganya
12.30 WIB Memberikan dukungan terhadap peningkatan berat badan dan perilaku yang meningkatkan berat badan
R : klien mengatakan tidak nafsu makan dan tidak ingin makan
3 4/ 11/ 2019
10.00 WIB Mengajarkan klien dan keluarga untuk melaksanakan aktivitas yang diinginkan
R : klien dan keluarga klien mengerti
13.00 WIB Memonitor respon fisik setelah beraktivitas
R : - Melakukan aktivitas toileting dibantu oleh keluarga
- RR sebelum beraktivitas : 25 x/menit
45

- RR setelah beraktivitas : 31 x/menit


- Mata : konjungtiva anemis
- Kekuatan otot
5 5
5 5

14.00 WIB Membantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan dibandingkan dengan kelemahan
R : - Klien mengatakan sangat sesak setelah dari kamar mandi dan lemas sekali
- Klien mengatakan hanya dapat berjalan 10 meter lalu berhenti dan berjalan sangat lambat dibantu oleh
keluarganya
46

EVALUASI

NO. DX KEP TANGGAL / JAM EVALUASI PARAF

1 4/ 11/ 2019 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas


14.15 WIB S : Klien mengatakan masih sesak dan ada dahak pada batuknya yang belum keluar
O:
- Terdapat pernapasan cuping hidung dan memakai nasal canul 3 lpm
- Dispnea saat istirahat dan duduk sebentar
- TTV
TD : 140/ 63 mmHg
S : 37,30C
N : 104 x/ menit
RR : 28 x/ menit
- KU : lemah
- Terdapat suara tambahan ronchi
+

A : Masalah tidak teratasi


Pernapasan cuping hidung 4
Dispnea saat beraktivitas 3
Dispnea dengan aktivitas ringan 3
Batuk 2
47

P : Intervensi 2, 3 dan 5 dilanjutkan


2 4/ 11/ 2019 Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
14.15 WIB S : Klien mengatakan tidak nafsu makan dan tidak ingin makan
O:
- Jenis : bubur kasar, lauk dan sayur
- Posisi : 3 sendok makan
- Cara : dibantu oleh keluarganya
A : Masalah tidak teratasi
Nafsu makan 1
Keinginan untuk makan 1
Porsi makan 2
P : Intervensi 2, 4 dan 5 dilanjutkan
3 4/ 11/ 2019 Intoleran Aktivitas
14.15 WIB S : Klien mengatakan sangat sesak setelah dari kamar mandi dan lemas sekali
Klien mengatakan hanya dapat berjalan 10 meter lalu berhenti dan berjalan sangat lambat dibantu oleh
keluarganya
O:
- Melakukan aktivitas toileting dibantu oleh keluarga
- RR sebelum beraktivitas : 25 x/menit
- RR setelah beraktivitas : 31 x/menit
- Mata : konjungtiva anemis
48

- Kekuatan otot
5 5
5 5

A : Masalah tidak teratasi


Frekuensi pernapasan beraktivitas 2
Kecepatan berjalan 3
Jarak berjalan 3
P : Intervensi 2, 3 dan 4 dilanjutkan
49

IMPLEMENTASI

NO. DX KEP TANGGAL / JAM IMPLEMENTASI PARAF

1 5/ 11/ 2019
22.00 WIB Memonitor status pernapasan dan oksigenasi
R : - Klien mengatakan masih sesak namun dahak pada batuk sudah keluar dan batuk berkurang
- Terdapat pernapasan cuping hidung dan memakai nasal canul 3 lpm
- Tidak dispnea saat istirahat dan dispnea saat duduk sebentar
- TTV
TD : 128/ 60 mmHg
S : 36,80C
N : 95 x/ menit
RR : 25 x/ menit
22.30 WIB Memberikan posisi semifowler
R : - Klien mengikuti kata perawat
- KU : lemah
23.00 WIB Mengkaji suara tambahan pada paru
R : - Terdapat suara tambahan ronchi
+

00.00 WIB Memberikan obat mp 125 mg dan ambacim 1000 mg melalui intravena (IV)
50

6/ 11/ 2019
04.00 WIB Memberikan terapi nebulizer dengan obat ventolin
2 6/ 11/ 2019
06.00 WIB Mengkolaborasikan dengan ahli gizi
R : klien mendapatkan diit TKTP
06.30 WIB Memonitor intake/ asupan makan
R : - Jenis : bubur kasar, lauk dan sayur
- Posisi : ½ sendok makan
- Cara : dibantu oleh keluarganya
06.45 WIB Memberikan dukungan terhadap peningkatan berat badan dan perilaku yang meningkatkan berat badan
R : klien mengatakan nafsu makan bertambah dan ingin makan
3 6/ 11/ 2019
05.00 WIB Memonitor respon fisik setelah beraktivitas
R : - Melakukan aktivitas toileting dibantu oleh keluarga
- RR sebelum beraktivitas : 23 x/menit
- RR setelah beraktivitas : 26 x/menit
- Mata : konjungtiva anemis
- Kekuatan otot
5 5
5 5

05.30 WIB Membantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan dibandingkan dengan kelemahan
R : - Klien mengatakan masih lemas dan sesak setelah berjalan
- Klien mengatakan setelah berjalan 20 meter dari kamar mandi dan berjalan lambat dibantu oleh keluarganya
51

EVALUASI

NO. DX KEP TANGGAL / JAM EVALUASI PARAF

1 6/ 11/ 2019 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas


14.15 WIB S : Klien mengatakan masih sesak namun dahak pada batuk sudah keluar dan batuk berkurang
O:
- Tidak terdapat pernapasan cuping hidung dan memakai nasal canul 3 lpm
- Dispnea saat istirahat dan dispnea saat duduk sebentar
- TTV
TD : 128/ 60 mmHg
S : 36,80C
N : 95 x/ menit
RR : 25 x/ menit
- KU : lemah
- Terdapat suara tambahan ronchi
+

A : Masalah teratasi sebagian


Pernapasan cuping hidung 5
Dispnea saat beraktivitas 3
Dispnea dengan aktivitas ringan 4
Batuk 3
52

P : Intervensi 2 dan 5 dilanjutkan


2 4/ 11/ 2019 Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
14.15 WIB S : Klien mengatakan nafsu makan bertambah dan ingin makan
O:
- Jenis : bubur kasar, lauk dan sayur
- Posisi : ½ sendok makan
- Cara : dibantu oleh keluarganya
A : Masalah teratasi sebagian
Nafsu makan 5
Keinginan untuk makan 5
Porsi makan 2
P : Intervensi 2, 4 dan 5 dilanjutkan
3 4/ 11/ 2019 Intoleran Aktivitas
14.15 WIB S : Klien mengatakan sangat sesak setelah dari kamar mandi dan lemas sekali
Klien mengatakan hanya dapat berjalan 10 meter lalu berhenti dan berjalan sangat lambat dibantu oleh
keluarganya
O:
- Melakukan aktivitas toileting dibantu oleh keluarga
- RR sebelum beraktivitas : 23 x/menit
- RR setelah beraktivitas : 26 x/menit
- Mata : konjungtiva anemis
53

- Kekuatan otot
5 5
5 5

A : Masalah teratasi sebagian


Frekuensi pernapasan beraktivitas 4
Kecepatan berjalan 4
Jarak berjalan 4
P : Intervensi 2, 3 dan 4 dilanjutkan
54

IMPLEMENTASI

NO. DX KEP TANGGAL / JAM IMPLEMENTASI PARAF

1 6/ 11/ 2019
15.00 WIB Memberikan posisi semifowler
R : - Klien mengikuti kata perawat
- KU : Baik
16.00 WIB Memberikan obat mp 125 mg, ambacim 1000 mg dan lansoprazole 30 mg melalui intravena (IV)
16.15 WIB Memberikan terapi nebulizer dengan obat ventolin
17.00 WIB Memonitor status pernapasan dan oksigenasi
R : - Klien mengatakan sesaknya jauh berkurang dan dahak yang keluar banyak
- Terdapat pernapasan cuping hidung dan tidak memakai nasal canul
- Tidak dispnea saat istirahat dan tidak dispnea saat duduk sebentar
- TTV
TD : 127/ 57 mmHg
S : 36,50C
N : 97 x/ menit
RR : 22 x/ menit
18.30 WIB Mengkaji suara tambahan pada paru
R : - Tidak terdapat suara tambahan ronchi
2 6/ 11/ 2019
17.00 WIB Mengkolaborasikan dengan ahli gizi
R : klien mendapatkan diit TKTP
55

18.00 WIB Memonitor intake/ asupan makan


R : - Jenis : bubur kasar, lauk dan sayur
- Posisi : 1 sendok makan
- Cara : mandiri
18.30 WIB Memberikan dukungan terhadap peningkatan berat badan dan perilaku yang meningkatkan berat badan
R : klien mengatakan sudah enak makan dan ingin makan
3 6/ 11/ 2019
19.00 WIB Memonitor respon fisik setelah beraktivitas
R : - Melakukan aktivitas toileting dibantu oleh keluarga
- RR sebelum beraktivitas : 22 x/menit
- RR setelah beraktivitas : 24 x/menit
- Mata : konjungtiva tidak anemis
- Kekuatan otot
5 5
5 5

19.15 WIB Membantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan dibandingkan dengan kelemahan
R : - Klien mengatakan sudah tidak lemas dan sesak berkurang setelah beraktivitas
- Klien mengatakan dapat berjalan sejauh 20 meter namun lambat
56

EVALUASI

NO. DX KEP TANGGAL / JAM EVALUASI PARAF

1 6/ 11/ 2019 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas


14.15 WIB S : Klien mengatakan sesaknya jauh berkurang dan dahak yang keluar banyak
O:
- Tidak terdapat pernapasan cuping hidung dan tidak memakai nasal canul
- Tidak dispnea saat istirahat dan tidak dispnea saat duduk sebentar
- TTV
TD : 127/ 57 mmHg
S : 36,50C
N : 97 x/ menit
RR : 22 x/ menit
- KU : lemah
- Terdapat suara tambahan ronchi
A : Masalah teratasi sebagian
Pernapasan cuping hidung 5
Dispnea saat beraktivitas 5
Dispnea dengan aktivitas ringan 5
Batuk 3
P : Intervensi 2 dan 5 dilanjutkan
57

2 4/ 11/ 2019 Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh


14.15 WIB S : Klien mengatakan sudah enak makan dan ingin makan
O:
- Jenis : bubur kasar, lauk dan sayur
- Posisi : 1 sendok makan
- Cara : mandiri
A : Masalah teratasi seluruhnya
Nafsu makan 5
Keinginan untuk makan 5
Porsi makan 5
P : Intervensi 2 dan 5 dilanjutkan
3 4/ 11/ 2019 Intoleran Aktivitas
14.15 WIB S : Klien mengatakan sudah tidak lemas dan sesak berkurang setelah beraktivitas
Klien mengatakan dapat berjalan sejauh 20 meter namun lambat
O:
- Melakukan aktivitas toileting dibantu oleh keluarga
- RR sebelum beraktivitas : 22 x/menit
- RR setelah beraktivitas : 24 x/menit
- Mata : konjungtiva tidak anemis
- Kekuatan otot
5 5
5 5
58

A : Masalah teratasi sebagian


Frekuensi pernapasan beraktivitas 4
Kecepatan berjalan 4
Jarak berjalan 4
P : Intervensi 2 dan 4 dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Penyakit Paru Obstruksi
Kronis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Melakukan pengkajian pada Tn. S terkait dengan penyakit paru obstruksi
kronis.
Dalam melakukan pengkajian dengan Tn. S, penulis tidak mengalami
kesulitan dalam melakukan komunikasi dengan Tn. S karena Tn. S sangat
kooperatif. Tetapi, penulis tidak hanya melakukan wawancara pada klien
saja, tetapi juga pada anggota keluarga Tn. S.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis, penulis memprioritaskan
3 diagnosa yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
sputum meningkat, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia dan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik.
3. Melakukan perencanaan keperawatan pada Tn. S.
Perencanaan yang dibuat disesuaikan dengan kondisi klien. Sehingga
intervensi yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan
dan kerjasama dari Tn. S dan anggota keluarga Tn. S dalam mengatasi
penyakit yang dideritanya. Saat penulis melakukan kontrak waktu untuk
pemberian asuhan keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya, klien
berkenan dan anggota keluarga klien juga kooperatif.

4.2 Saran
1. Bagi perawat
Peran perawat sangat penting dalam proses penyembuhan klien oleh karena
itu untuk mencapai hasi keperawatan yang optimal, sebaiknya proses
keperawatan dilaksanakan secara berkesinambungan, mengingat angka
penyakit paru obstruksi kronik semakin meningkat setiap tahunnya.
2. Bagi klien
Untuk klien harus banyak mencari informasi tentang penyakit yang dialami,
harus menjaga pola hidup sehat dan makan makanan sehat sesuai dengan
kebutuhan tubuh, melakukan olah raga secara teratur, dan memeriksakan

59
60

kesehatan ke pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas untuk


mengetahui status kesehatan.
3. Bagi keluarga klien
Untuk keluarga harus mensuport klien untuk menjaga kesehatan klien,
dengan cara mengingatkan hal-hal yang membuat atau menjadi penyebab
penyakit paru obtruktif kronik (PPOK) klien kambuh lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC.
Bulechek, Gloria M. dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th
Indonesia edition. St Louis Missouri: Mosby Elsevier.
Kurnia, Yudhistira. 2017. Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
https://alomedika.com/penyakit/pulmonologi/penyakit-paru-obtruktif-
kronik/penatalaksaan diakses pada tanggal 4 November 2019 pukul 16.00 WIB.
Moorhead, Sue dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC), 5th Indonesia
edition. St Louis Missouri: Mosby Elsevier.
Nanda. 2018-2020. Nanda-I Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020, Edisi 11. Jakarta: EGC.
Oemati, Ratih. 2013. Kajian Epidomiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Media Litbangkes. Vol 23(2). Hal : 82-88.

61

Anda mungkin juga menyukai