PENDAHULUAN
1
2
eksaserbasi akan meningkatkan risiko kegagalan terapi, lamanya tinggal di rumah sakit
serta meningkatkan risiko kematian.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik klien yang mengalami Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK)
b. Mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada klien yang
mengalami masalah Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
c. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan kepada klien dengan masalah
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Kedepannya laporan kasus ini dapat sebagai acuan dalam pembuatan asuhan
keperawatan medikal bedah dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK).
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi klien
Klien mendapatkan informasi mengenai Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) serta cara mengontrolnya.
2. Manfaat bagi lahan praktek
Lahan praktek lebih mengenal asuhan keperawatan pada klien dengan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
3. Manfaat bagi profesi keperawatan
4. Sebagai acuan dan gambaran untuk profesi keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan kesehatan medikal bedah Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Menurut Brunner dan Suddarth (2015) penyakit paru obstruktif kronik adalah
penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang tidak dapat pulih
sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat progresif dan dikaitkan
dengan respons inflamasi paru yang abnormal terhadap partikel atau gas berbahaya,
yang menyebabkan penyempitan jalan napas, hipersekresi mukus dan perubahan pola
sistem pembuluh darah paru.
Menurut Oemiati (2013) penyakit paru obstruktif kronik adalah penyakit dengan
karakteristik keterbatasan saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible.
2.2 Etiologi
Menurut Oemiati (2013) beberapa penyebab anatara lain:
a. Pajanan dari partikel antara lain:
1. Merokok
Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara
berkembang. Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus dan
obstruktif jalan napas kronik. Perokok pasif juga menyumbang terhadap
symptom saluran napas dan PPOK dengan peningkatan kerusakan paru-
paru akibat menghisap partikel dan gas-gas berbahaya. Merokok pada saat
hamil juga akan meningkatkan risiko terhadap janin dan memperngaruhi
pertumbuhan paru-parunya.
2. Polusi Indoor
Memasak dengan bahan biomass dengan ventilasi dapur yang jelek
misalnya terpajan asap bahan bakar kayu dan asap bahan bakar minyak
diperkirakan memberi kontribusi sampai 35%. Pada studi kasus kontrol
yang dilakukan di Bogota, Columbia, pembakaran kayu yang dihubungkan
dengan risiko tinggi PPOK.
3. Polusi Outdoor
Inhalasi yang paling kuat menyebabkan PPOK adalah Cadmium, Zinc dan
debu. Bahan asap pembakaran/ pabrik/ tambang.
4. Polusi ditempat kerja
Polusi dari tempat kerja misalnya debu-debu organik (debu sayuran dan
bakteri atau racun racun dari jamur), industri tekstil (debu dari kapas) dan
lingkungan industri (pertambangan industri besi dan baja, industri kayu,
3
4
2.3 Klasifikasi
Menurut Brunner dan Suddarth (2015) penyakit yang termasuk dalam
kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai berikut:
1. Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan
pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan
dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam
setahun, paling sedikit 2 tahun berturut- turut.
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus influ
enzae.
2) Alergi
3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar,
yang mana akan meningkatkan produksi mukus.
2) Mukus lebih kental
3) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme
pembersihan mukus. Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari paru
mengalami kerusakan dan meningkatkan kecenderungan untuk
terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi
hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat.
4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali
ketebalan normal) danmengganggu aliran udara. Mukus kental ini
bersama-sama dengan produksi mukus yang banyakakan menghambat
beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar.
5
3. Asmtha Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
trachea dan bronkusterhadap berbagai macam rangsangan dengan
manifestasi berupa kesukaran bernafas yangdisebabkan oleh peyempitan
yang menyeluruh dari saluran nafas.
b. Etiologi
1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat),
3) Wheezing
4) Batuk non produktif
5) Takikardi
6) Takipnea
2.5 Pathway
Merokok
Peningkatan
Penurunan Peningkatan Pelepasan faktor Peningkatan
opoptosis dan
netralisasi elastase pelepasan elatase kemotaktik neutrofil pelepasan oksidan
nekrosis dari sel
yang terpapar
Peningkatan jumlah neutrofil
Cedera sel
di daerah yang terpapar
Cedera sel
Respon inflamasi
Empisema
Merangsang Timbul nyeri
Obstruksi
reflek batuk jalan napas Obstruksi pada pertukaran O2
dan CO2 dan ke paru-paru MK : Nyeri Akut
MK :
Ketidakefektifan
Penurunan asupan O2
Bersihan Jalan
Napas
Hipoksemia
2.6 Penatalaksanaan
Menurut Kurnia (2017) penatalaksanaan penyakit paru abstruktif kronik, meliputi:
a. Terapi non farmakologis
Terapi non farmakologis yang dapat dilakukan meliputi edukasi, rehabilitasi dan terapi
nutrisi.
1) Edukasi
Edukasi diutamakan agar klien berhenti merokok. Selain itu juga dijelaskan
tentang jenis obat yang dikonsumsi, cara penggunaan, waktu dan dosis
pemakaian obat yang tepat.
2) Rehabilitasi
Rehabilitasi ditujukan untuk memperbaiki gejala sesak napas dan tolerasansi
aktifitas fisik. Program dilaksanakan di dalam atau di luar rumah sakit oleh
suatu tim multi disiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, terapis respirasi dan
psikolog.
3) Nutrisi
Malnutrisi adalah hal yang sering terjadi pada PPOK. Malnutrisi pada klien
PPOK sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi paru, penurunan
kapasitas aktifitas fisik, dan tingginya angka mortilitas. Oleh karena itu,
pemberian nutrisi yang tepat merupakan bagian dari terapi pada klien PPOK.
b. Terapi Farmakologis
Terapi Farmakologis yang mungkin bermanfaat untuk klien PPOK adalah:
1) Golongan Beta 2 Agonis
Golongan Beta 2 Agonis dengan menstimulasi reseptor beta 2 – adrenergik yang
mengakibatkan relaksasi otot polos jalan nafas.
2) Golongan Antikolinergik
Golongan Antikolinergik bekerja dengan memblok efek bronkhokanstriktor
dari asetilkoline pada resptor M 2 Muskarinik yang terdapat di otot polos
saluran nafas.
3) Golongan Methylxanthines
jenis obat yang sering dipakai dari golongan ini adalah teofilin.
4) Kombinasi obat Bronkodilator
Kombinasi dari obat Bronkodilator dengan mekanisme dan durasi kerja yang
berbeda dapat meningkatkan efek Bronkodilator yang lebih lama.
10
5) Kostitosteroid
Pilihan yang biasa digunakan adalah mehlprednisolon atau prednison.
6) Mukolitik
Mukolitik dapat diberikan untuk mengurangi kekentalan dan mempermudah
pengeluaran sputum.
7) Antibiotik
Terapi antibiotik empiris dapat deberikan pada klien PPOK eksasorbasi akut
(peningkatan sesak, batuk dan produksi spartum) dan adanya bukti suatu proses
infeksi yang ditandai dengan demam, penigkatan leukosit atau gambaran
infiltrat pada foto thoraks.
4) Intoleransi aktivitas
5) Perubahan pola pernapasan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
a) Konjungtiva pucat (karena anemia)
b) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
c) Konjungtiva terdapat pethchial (karena emboli lemak atau endokarditis)
2) Kulit
a) Sianosis perifer (vasokonstriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
b) Sianosis secara umum (hipoksemia)
c) Penurunan turgor (dehidrasi)
d) Edema
e) Edema periorbital
3) Jari dan Kuku
a) Sianosis
b) Jari tubuh (clubbing finger)
4) Mulut dan bibir
a) Membran mukosa sianosis
b) Bernapas dengan mengerutkan mulut
5) Hidung
Pernapasan dengan lubang hidung
6) Leher
a) Adanya distensi/bendungan vena jugularis
b) Pemasangan trakeostomi
7) Dada
a) Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dispnea atau obstruksi jalan pernapasan)
b) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
c) Takbl fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan)
d) Suara napas normal (vesikuler, bronkovesikulator, bronkial)
e) Suara napas tidak normal (crackles/rales, ronchi,wheeting,friction
rub/pleural friction)
f) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullners)
13
8) Pola pernapasan
a) Pernapasan normal (eupnea)
b) Pernapasan cepat (tokipnea)
c) Pernapasan lambat (bradipnea)
d) Penapasan biat
e) Pernapasan kuismad
f) Pernapasan ahyne – stokes
d. Pemeriksaan penunjang
1) Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi
a) Tes fungsi paru – paru dengan spirometri
b) Tes astrup
c) Oksimetri
2) Melihat struktur sistem pernapasan
a) Foto thora x (sinar x)
b) Bronkoskopi
c) CT scan paru
2. Diagnosis keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (Nanda, 2018 – 2020)
Domain II. Kelas 2. Kode diagnosis 00031
Deinisi: ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bershian jalan napas.
Batasan Karaktersitik
− Tidak ada bauk
− Suara napas tambahan
− Perubahan pola napas
− Perubahan frekuensi napas
− Sianosis
− Kesulitan verbalisasi
− Penurunan bunyi napas
− Dispnea
− Sputum dalam jumlah yang berlebihan
− Batuk yang tidak efektif
14
− Ortopnea
− Gelisah
− Mata terbuka lebar
Faktor yang berhubungan
− Mukus berlebihan
− Terpajan asap
− Benda asing dalam jalan napas
− Sekresi yang tertahan
− Perokok pasif
− Perok
Kondisi terkait
− Spasme jalan napas
− Jalan napas alergik
− Asma
− Penyakit paru obstruksi kronis
− Eksudat dalam alveoli
− Hiperplasia pada dinding bronkus
− Infeksi
− Disfungsi neuromuskular
− Adanya jalan napas buatan
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (Nanda, 2018 – 2020)
Domain 2. Kelas 1. Kode diagnosis 00002
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Batasan karakteristik
− Kram abdomen
− Nyeri abdomen
− Gangguna sensasi rasa
− Kurang minat pada makanan
− Tonus otot menurun
− Kesalahan informasi
− Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
− Kerapuhan kapiler
15
− Diare
− Kehilangan rambut berlebihan
− Enggan makan
− Asupan makanan kurang dari recommended daily allowance (ROA)
− Bising usus hiperaktif
− Kurang informasi
− Kesalahan persepsi
− Membran mukosa pucat
− Ketidakmampuan memakan makanan
− Cepat kenyang setelah makan
− Sariawan rongga mulut
− Kelemahan otot pengunyah
− Kelemahan otot untuk menelan
− Penurunan berat badan dengan asupan adekuat
Faktor berhubungan
− Asupan diet kurang
Populasi beresiko
− Faktor biologis
− Kesulitan ekonomi
Kondisi terkait
− Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
− Ketidakmampuan mencerna makanan
− Ketidakmampuan makan
− Gangguan psikososial
4 : ringan
5 : tidak ada
Intervensi
Intervensi Rasional
1.Instruksikan bagaimana agar bisa 1. Batuk adalah mekanisme
melakukan batuk efektif pemberian jalan napas alami,
membantu silia untuk
mempermudah jalan napas paten.
2. Monitor status pernapasan dan 2. Takipnea biasanya ada pada
okisgenasi sebagimana mestinya beberpa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau
selama stres/ adanya proses infeksi
akut.
3.Posisikan untuk meringankan sesak 3. Posisi semifowler membatu klien
napas memaksimalkan ventilasi sehingga
kebutuhan oksigen terpenuhi
melalui proses pernapasan.
4.Lakukan Fisioterapi dada, sebagiamana 4. Fisioterapi dada dapat
mestinya memudahkan klien dalam
mengeluarkan sekret yang sulit
dikeluarkan secara mandiri.
5.Kelola pemberian bronkodilator, 5. Bronkodilator dapat
sebagaimana mestinya memvasodilatasi saluran
pernapasan sehingga jalan napas
paten dan kebuthan oksigen
terpenuhi.
Tabel 2.1 Intervensi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
c. Intoleran Aktivitas
Toleransi terhadap aktivitas (0005)
Kreteria hasil :
1. Satursi oksigen ketika beraktivitas (5)
2. Frekuensi nadi ketika beraktivitas (5)
3. Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas (5)
4. Kemudahan bernapas ketika beraktivitas (5)
5. Tekanan darah sistolik ketika beraktivitas (5)
6. Tekanan darah diastolik ketikan beraktivitas (5)
Keterangan :
1: sangat terganggu
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
19
Intervensi
Intervensi Rasional
1. Instruksikan klien dan keluarga untuk 1. Melatih kemapuan aktivitas klien
melaksanakan aktivitas yang
diinginkan maupun yang (telah)
diresepkan 2. Masalah yang sering dirasakan klien
2. Monitor respon emosi, fisik, sosial adalah cepat lelah, sesak napas selama
dan spritual terhadap aktivitas aktivitas, jantung berdebar, nadi
meningkat, batuk dan berkeringat
dingin.
3. Melatih kemampuan aktivitas klien
3. Bantu kilen untuk menjadwalkan
waktu – waktu spesifik terkait dengan
aktivitas harian 4. Klien mungkin membutuhkan bantuan
4. Bantu klien untuk tetap fokus pada untuk beraktivatas karena adnaya
kekuatan (yang dimilikinya) keterbatasan
dibandingkan dengan kelemahan
(yang dimilikinya) 5. Perencanaan latihan aktivitas
5. Kaloborasi dengan (ahli) terapi fisik, disesuaikan dengan kondisi klien,
okupasi dan terapis rekreasional misalnya jenis latihan aktif, pasif,
dalam perncanaan dan pemantauan isotonik dan isometrik.
program aktivitas, jika memang
diperlukan
Tabel 2.3 Intervensi Intoleran Aktivitas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 77 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Status : Menikah
5. Agama : Islam
6. Suku/bangsa : Madura/ Indonesia
7. Bahasa : Bahasa Madura
8. Pendidikan : SD
9. Pekerjaan : Wiraswasta
10. Alamat dan no. Telp: Sumber Wringin, Bondowoso
11. Penanggung jawab : Ny. K
20
21
pengkajian, klien mengatakan sesak dan batuk. Klien merasa sangat lemas jika berjalan kekamar
mandi untuk membuang air kecil dan harus dibantu oleh keluarganya, sesak bertambah berat
setelah dari kamar mandi. Klien mengatakan makanan tidak enak dan tidak nafsu makan.
x x x x
x x x x 77 th
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
x : Laki-laki meninggal
x : Perempuan meninggal
: garis keturunan
: garis pernikahan
: serumah
6. Riwayat alergi :
Klien mengatakan tidak memiliki alergi obat maupun makanan.
Mandi √ √
Berpakaian/berdandan √ √
Eliminasi/toileting √ √
Berpindah √ √
Berjalan √ √
Naik tangga √ √
Berbelanja √ √
Memasak √ √
Pemeliharaan rumah √ √
b. Kebersihan diri
Di rumah Di rumah sakit
c. Aktivitas sehari-hari
Sebelum sakit : berjualan sembako ditoko milik klien
d. Rekreasi
Jalan-jalan di daerah dekat rumah
Waktu tidur : Siang 13.00 – 14.00 Waktu tidur : Siang 14.00 – 15.00
Jenis : nasi, lauk dan sayur Jenis : bubur kasar, lauk, sayur
b. Pola minum
Di rumah
Frekuensi : 4-5 gelas/ hari Di rumah sakit
5. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
Di rumah
Frekuensi : 1 x/ hari
Di rumah sakit
Frekuensi : 2 x/ hari
( ) bercampur darah
( ) lainnya, ..............
25
Konsistensi : cair
Di rumah sakit
Konsistensi : cair
( ) retensi ( ) inkontinen
Sebab, ...................................................................................................
Q : .................................................................................................................................
R : .................................................................................................................................
S : .................................................................................................................................
T : .................................................................................................................................
8. Pola Koping
Masalah utama selama MRS (penyakit, biaya, perawatan diri)
Klien mengatakan sangat lemas dan susah beraktivitas, ke kamar mandi harus dibantu dengan
keluarganya.
27
Kemampuan adaptasi
Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit : klien mengatakan tidak ada
Hubungan dengan orang lain : klien mengatakan hubungan dengan orang disekitarnya baik dan
tidak ada masalah.
( ) lainnya, .................................................................................
h. LLA : 24 cm
i. IMT : 59/ (1,72)
: 20,41
3. Kepala
Rambut : warna rambut hitam, terdapat uban, distribusi rambut merata, dan tidak terdapat
ketombe pada rambut.
Wajah : simetris, tidak ada benjolan dan wajah pucat.
4. Mata
I : simetris antara kanan dan kiri, sklera putih, konjungtiva anemis, pupil miosis jika terdapat
cahaya dan bola mata dapat bergerak ke segala arah.
P : tidak terdapat nyeri tekan.
5. Telinga
I : tidak ada pengeluaran cairan, simetris anata kanan dan kiri dan terdapat serumen tetapi sedikit.
P : tidak terdapat nyeri tekan.
6. Hidung
I : lubang hidung simetris antara kanan dan kiri, tidak ada peradangan, terdapat pernapasan cuping
hidung dan terpasang nasal canul 3 lpm.
P : tidak terdapat nyeri tekan pada sinus, tidak teraba adanya massa dan benjolan.
7. Mulut
I : tidak memakai gigi palsu, terdapat karies gigi, tidak tampal kotor dan mukosa bibir pucat dan
kering.
P : tidak terdapat nyeri tekan.
8. Leher
I : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid, tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan
tidak terdapat peradangan atau lesi.
P : tidak terdapat nyeri tekan.
9. Dada:
Jantung:
I : teraba ictus cordis ICS 4-5 midclavicula sinistra
P : pulsasi jantung teraba kuat pada ictus cordis teraba di ICS 4 dan 5 midclavicula sinistra
P: pekak
A : S1 S2 tunggal
Paru:
29
I : bentuk dada simetris, pola pernafasan frekuensi 26 x/ menit (sebelum beraktivitas), pola,
pernafasan frekuensi 30 x/ menit (setelah beraktivitas), kedalaman pernapasan dangkal, dan
terdapat retraksi di intercosta.
P : vocal fremitus getaran dinding thorax kanan dan kiri sama dan tidak terdapat nyeri tekan.
P : sonor
A : terdapat suara tambahan ronchi
+
10. Abdomen
I : simetris antara kanan dan kiri dan tidak terdapat lesi atau massa
A : suara bising usus 13 x/ menit
P : timpani
P : tidak teraba adanya massa atau benjolan, tidak terdapat pembesaran organ hepar dan lympa,
dan tidak terdapat nyeri tekan
11. Urogenital
I : klien tidak memakai kateter, klien mengatakan mengatakan kelamin dan anusnya bersih dan
tidak ada masalah.
P : klien mengatakan tidak terdapat massa dan lesi.
12. Ekstremitas
Atas
I : simetris antara kanan dan kiri, terpasang infus di tangan kiri.
P : tidak terdapat nyeri tekan, akral hangat, CRT < 2 detik, dan tidak terdapat oedem.
Bawah
I : simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat lesi.
P : tidak terdapat nyeri tekan, akral hangat, CRT < 2 detik, dan tidak terdapat oedem.
Gerakan sendi : normal
Kekuatan Otot
5 5
5 5
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan 3 November 2019
Photo
2. Lain-lain
Tidak dilakukan pemeriksaan lainnya.
31
VI. TERAPI
Parenteral
ANALISA DATA
- KU : Lemah
Peradangan bronchus,
- Hidung terpasang nasal canul 3
bronchiolus dan
lpm dan terdapat pernapasan
alveolus
cuping hidung
- RR : 26 x/ menit
Paru: Leukosit meningkat
I : bentuk dada simetris, pola
pernafasan frekuensi 26 x/
menit (sebelum beraktivitas), Kuman patogen dan
pola, pernafasan frekuensi 30 endogen difagosit
x/ menit (setelah makrofag
beraktivitas), kedalaman
pernapasan dangkal, dan
Obstruksi jalan napas
terdapat retraksi di intercosta.
akibat peradangan
P : vocal fremitus getaran
dinding thorax kanan dan kiri
sama dan tidak terdapat nyeri
Inflamasi
tekan.
P : sonor
A : terdapat suara tambahan Sputum meningkat
ronchi
+
Batuk
-
33
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
DO:
menit
- RR setelah beraktivitas : 30x/
Penyempitan saluran
menit
udara secara periodik
- Mata : konjungtiva anemis
- Pola aktivitas dan latihan dibantu
oleh orang lain
Ekspansi paru menurun
- HGB : 11,6 g/dl
- CRT < 2 detik
- Kekuatan otot Kompensasi tubuh
5 5
untuk memenuhi
5 5 kebutuhan oksigen
dengan meningkatkan
frekuensi pernapasan
Kontraksi otot
pernapasan penggunaan
35
energi untuk
pernapasan meningkat
Kelemahan fisik
Intoleran Aktivitas
36
DO:
- KU : Lemah
- Hidung terpasang nasal canul 3 lpm dan terdapat
pernapasan cuping hidung
- RR : 26 x/ menit
Paru:
I : bentuk dada simetris, pola pernafasan frekuensi
26 x/ menit (sebelum beraktivitas), pola, pernafasan
frekuensi 30 x/ menit (setelah beraktivitas),
kedalaman pernapasan dangkal, dan terdapat retraksi
di intercosta.
P : vocal fremitus getaran dinding thorax kanan dan
kiri sama dan tidak terdapat nyeri tekan.
P : sonor
A : terdapat suara tambahan ronchi
+
DO:
- KU : lemah
37
- Antropometri
BB sebelum sakit : 65 kg
BB saat sakit : 59 kg
BB Ideal : 63 – 77 kg
LLA : 24 cm
IMT : 59/ (1,72) : 20,41
- Biokimia
HGB : 11.6 g/ dl
- Clinical
Pemeriksaan fisik
Rambut : warna rambut hitam, terdapat uban, distribusi
rambut merata dan tidak terdapat ketombe pada rambut
Wajah : pucat
Mulut : tidak memakai gigi palsu, terdapat karies gigi,
lidah tampak kotor, dan mukosa bibir pucat dan kering
Abdomen
I : simetris antara kanan dan kiri dan tidak terdapat
lesi atau massa
A : suara bising usus 13 x/ menit
P : timpani
P : tidak teraba adanya massa atau benjolan, tidak
terdapat pembesaran organ hepar dan lympa, dan
tidak terdapat nyeri tekan
- Diit
Frekuensi : 3x/ hari
Jenis : bubur kasar, lauk dan sayur
Porsi : 3 sendok makan
Cara : dibantu oleh keluarga
Nafsu makan menurun
Diit khusus : TKTP
DO:
- Ku : lemah
- RR sebelum beraktivitas : 26x/ menit
- RR setelah beraktivitas : 30x/ menit
- Mata : konjungtiva anemis
- Pola aktivitas dan latihan dibantu oleh orang lain
- HGB : 11,6 g/dl
- CRT < 2 detik
- Kekuatan otot
5 5
5 5
39
(Nursing Treatment)
4. Berikan dukungan terhadap 4. Beri kesempatan klien
peningkatan berat badan dan perilaku untuk memperbarui gaya
yang meningkatkan berat badan hidup serta pola makan
klien
(Kolaborasi)
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain 5. Mengembangkan rencana
untuk mengembangkan rencana perawat dengan orang-
perawatan orang terdekatnya
4/ 11/ 2019 Intoleran aktivitas Intoleran aktivitas klien teratasi Terapi Aktivitas (4310)
09/00 WIB berhubungan dengan dalam 24 jam. (Health Education)
kelemahan fisik Kriteria hasil : 1. Ajarkan klien dan keluarga untuk 1. Melatih kemampuan
1. Frekuensi pernapasan melaksanakan aktivitas yang aktivitas klien
ketika beraktivitas (5) diinginkan maupun yang (telah)
2. Kecepatan berjalan (5) diresepkan
3. Jarak berjalan (5) (Observasi)
Keterangan : 2. Monitor respon emosi, fisik, sosial dan 2. Masalah yang sering
1 : Sangat terganggu spiritual terhadap aktivitas dirasakan klien adalah
2 : Banyak terganggu cepat lelah, sesak napas
3 : Cukup terganggu selama aktivitas, jantung
4 : Sedikit terganggu berdebar, nadi meningkat,
5 : Tidak terganggu batuk dan berkeringat
dingin
42
(Nursing treatment)
3. Bantu klien untuk menjadwalkan 3. Melatih kemampuan
waktu-waktu spesifik terkait dengan aktivitas klien
aktivitas harian
4. Bantu klien untuk tetap fokus pada 4. Klien mungkin
kekuatan (yaang dimilikinya) membutuhkan bantuan
dibandingkan dengan kelemahan (yang untuk beraktivitas karena
dimilikinya) adanya keterbatasan
(Kolaborasi)
5. Kolaborasi dengan (ahli) terapi fisik, 5. Perencanaan latihan
okupasi dan terapis rekreasional dalam aktivitas disesuaikan
perencanaan dan pemantauan program dengan kondisi klien,
aktivitas, jika memang di perlukan misalnya jenis latihan
aktif, pasif, isotonik, dan
isometrik
43
IMPLEMENTASI
1 4/ 11/ 2019
08.00 WIB Memberikan obat mp 125 mg dan ambacim 1000 mg melalui intravena (IV)
09.30 WIB Mengajarkan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif yang bertujuan untuk mempermudah jalan napas paten
R : - klien dan keluarga mengerti ditandai dengan dapat mengulang apa yang dijelaskan oleh perawat
- Klien mengatakan masih sesak dan ada dahak pada batuknya yang belum keluar
11.00 WIB Memonitor status pernapasan dan oksigenasi
R : - Terdapat pernapasan cuping hidung dan memakai nasal canul 3 lpm
- Dispnea saat istirahat dan duduk sebentar
- TTV
TD : 140/ 63 mmHg
S : 37,30C
N : 104 x/ menit
RR : 28 x/ menit
12.00 WIB Memberikan posisi semifowler
R : - Klien merasa nyaman dan mengikuti kata perawat
- KU : lemah
44
2 4/ 11/ 2019
11.30 WIB Mengajarkan dan mendukung konsep nutrisi yang baik dengan klien agar klien lebih paham dan menjaga
keseimbangan nutrisi tubuhnya
R : klien dan keluarga klien paham
11.45 WIB Mengkolaborasikan dengan ahli gizi
R : klieb mendapatkan diit TKTP
12.15 WIB Memonitor intake/ asupan makan
R : - Jenis : bubur kasar, lauk dan sayur
- Posisi : 3 sendok makan
- Cara : dibantu oleh keluarganya
12.30 WIB Memberikan dukungan terhadap peningkatan berat badan dan perilaku yang meningkatkan berat badan
R : klien mengatakan tidak nafsu makan dan tidak ingin makan
3 4/ 11/ 2019
10.00 WIB Mengajarkan klien dan keluarga untuk melaksanakan aktivitas yang diinginkan
R : klien dan keluarga klien mengerti
13.00 WIB Memonitor respon fisik setelah beraktivitas
R : - Melakukan aktivitas toileting dibantu oleh keluarga
- RR sebelum beraktivitas : 25 x/menit
45
14.00 WIB Membantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan dibandingkan dengan kelemahan
R : - Klien mengatakan sangat sesak setelah dari kamar mandi dan lemas sekali
- Klien mengatakan hanya dapat berjalan 10 meter lalu berhenti dan berjalan sangat lambat dibantu oleh
keluarganya
46
EVALUASI
- Kekuatan otot
5 5
5 5
IMPLEMENTASI
1 5/ 11/ 2019
22.00 WIB Memonitor status pernapasan dan oksigenasi
R : - Klien mengatakan masih sesak namun dahak pada batuk sudah keluar dan batuk berkurang
- Terdapat pernapasan cuping hidung dan memakai nasal canul 3 lpm
- Tidak dispnea saat istirahat dan dispnea saat duduk sebentar
- TTV
TD : 128/ 60 mmHg
S : 36,80C
N : 95 x/ menit
RR : 25 x/ menit
22.30 WIB Memberikan posisi semifowler
R : - Klien mengikuti kata perawat
- KU : lemah
23.00 WIB Mengkaji suara tambahan pada paru
R : - Terdapat suara tambahan ronchi
+
00.00 WIB Memberikan obat mp 125 mg dan ambacim 1000 mg melalui intravena (IV)
50
6/ 11/ 2019
04.00 WIB Memberikan terapi nebulizer dengan obat ventolin
2 6/ 11/ 2019
06.00 WIB Mengkolaborasikan dengan ahli gizi
R : klien mendapatkan diit TKTP
06.30 WIB Memonitor intake/ asupan makan
R : - Jenis : bubur kasar, lauk dan sayur
- Posisi : ½ sendok makan
- Cara : dibantu oleh keluarganya
06.45 WIB Memberikan dukungan terhadap peningkatan berat badan dan perilaku yang meningkatkan berat badan
R : klien mengatakan nafsu makan bertambah dan ingin makan
3 6/ 11/ 2019
05.00 WIB Memonitor respon fisik setelah beraktivitas
R : - Melakukan aktivitas toileting dibantu oleh keluarga
- RR sebelum beraktivitas : 23 x/menit
- RR setelah beraktivitas : 26 x/menit
- Mata : konjungtiva anemis
- Kekuatan otot
5 5
5 5
05.30 WIB Membantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan dibandingkan dengan kelemahan
R : - Klien mengatakan masih lemas dan sesak setelah berjalan
- Klien mengatakan setelah berjalan 20 meter dari kamar mandi dan berjalan lambat dibantu oleh keluarganya
51
EVALUASI
- Kekuatan otot
5 5
5 5
IMPLEMENTASI
1 6/ 11/ 2019
15.00 WIB Memberikan posisi semifowler
R : - Klien mengikuti kata perawat
- KU : Baik
16.00 WIB Memberikan obat mp 125 mg, ambacim 1000 mg dan lansoprazole 30 mg melalui intravena (IV)
16.15 WIB Memberikan terapi nebulizer dengan obat ventolin
17.00 WIB Memonitor status pernapasan dan oksigenasi
R : - Klien mengatakan sesaknya jauh berkurang dan dahak yang keluar banyak
- Terdapat pernapasan cuping hidung dan tidak memakai nasal canul
- Tidak dispnea saat istirahat dan tidak dispnea saat duduk sebentar
- TTV
TD : 127/ 57 mmHg
S : 36,50C
N : 97 x/ menit
RR : 22 x/ menit
18.30 WIB Mengkaji suara tambahan pada paru
R : - Tidak terdapat suara tambahan ronchi
2 6/ 11/ 2019
17.00 WIB Mengkolaborasikan dengan ahli gizi
R : klien mendapatkan diit TKTP
55
19.15 WIB Membantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan dibandingkan dengan kelemahan
R : - Klien mengatakan sudah tidak lemas dan sesak berkurang setelah beraktivitas
- Klien mengatakan dapat berjalan sejauh 20 meter namun lambat
56
EVALUASI
4.1 Kesimpulan
Dari hasil asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Penyakit Paru Obstruksi
Kronis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Melakukan pengkajian pada Tn. S terkait dengan penyakit paru obstruksi
kronis.
Dalam melakukan pengkajian dengan Tn. S, penulis tidak mengalami
kesulitan dalam melakukan komunikasi dengan Tn. S karena Tn. S sangat
kooperatif. Tetapi, penulis tidak hanya melakukan wawancara pada klien
saja, tetapi juga pada anggota keluarga Tn. S.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis, penulis memprioritaskan
3 diagnosa yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
sputum meningkat, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia dan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik.
3. Melakukan perencanaan keperawatan pada Tn. S.
Perencanaan yang dibuat disesuaikan dengan kondisi klien. Sehingga
intervensi yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan
dan kerjasama dari Tn. S dan anggota keluarga Tn. S dalam mengatasi
penyakit yang dideritanya. Saat penulis melakukan kontrak waktu untuk
pemberian asuhan keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya, klien
berkenan dan anggota keluarga klien juga kooperatif.
4.2 Saran
1. Bagi perawat
Peran perawat sangat penting dalam proses penyembuhan klien oleh karena
itu untuk mencapai hasi keperawatan yang optimal, sebaiknya proses
keperawatan dilaksanakan secara berkesinambungan, mengingat angka
penyakit paru obstruksi kronik semakin meningkat setiap tahunnya.
2. Bagi klien
Untuk klien harus banyak mencari informasi tentang penyakit yang dialami,
harus menjaga pola hidup sehat dan makan makanan sehat sesuai dengan
kebutuhan tubuh, melakukan olah raga secara teratur, dan memeriksakan
59
60
Brunner dan Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC.
Bulechek, Gloria M. dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th
Indonesia edition. St Louis Missouri: Mosby Elsevier.
Kurnia, Yudhistira. 2017. Penatalaksaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
https://alomedika.com/penyakit/pulmonologi/penyakit-paru-obtruktif-
kronik/penatalaksaan diakses pada tanggal 4 November 2019 pukul 16.00 WIB.
Moorhead, Sue dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC), 5th Indonesia
edition. St Louis Missouri: Mosby Elsevier.
Nanda. 2018-2020. Nanda-I Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020, Edisi 11. Jakarta: EGC.
Oemati, Ratih. 2013. Kajian Epidomiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Media Litbangkes. Vol 23(2). Hal : 82-88.
61