Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan Islam, suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid


dengan cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan
pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali
oleh nilai spritual dan sangat sadar akan nilai etis Islam [Syed Sajjad Husain dan
Syed Ali Ashraf, 1986 : 2], atau "Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada
perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah
[Abdurrahman an-Nahlawi, 1995 : 26]. Pendidikan Islam bukan sekedar "transfer
of knowledge" ataupun "transfer of training", ....tetapi lebih merupakan suatu
sistem yang ditata di atas pondasi keimanan dan kesalehan; suatu sistem yang
terkait secara langsung dengan Tuhan [Roehan Achwan, 1991 : 50]. Pendidikan
Islam suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang
sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam.

Dari pengertian di atas, pendidikan merupakan sistem untuk


meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam
sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak
menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya.
Pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang
perannya di masa datang. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa
memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa
mendatang. Dengan demikian, "pendidikan merupakan sarana terbaik untuk
menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan
ikatan dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh
secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari
adanya perkembangan-perkembangan disetiap cabang pengetahuan manusia"
[Conference Book, London,1978 : 15-17].
2

Keluarga didefinisikan sebagai unit masyarakat terkecil yang terdiri atas


ayah, ibu dan anak. Setiap komponen dalam keluarga memiliki peranan penting.
Dalam ajaran agama Islam, anak adalah amanat Allah. Amanat wajib
dipertanggungjawabkan. Jelas, tanggung jawab orang tua terhadap anak tidaklah
kecil. Secara umum inti tanggung jawab itu adalah menyelenggarakan pendidikan
bagi anak-anak dalam rumah tangga. Allah memerintahkan :

‫يياَ أييييهاَ الذذيين آيمننوُا قنوُا أينَمينفيسنكمم يوأيمهلذيِنكمم ينَاَررا‬


“Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan neraka”. [Q.S. At-Tahriim: 6]

Kewajiban itu dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena orang
tua memang mencintai anaknya. Ini merupakan sifat manusia yang dibawanya
sejak lahir. Manusia diciptakan manusia mempunyai sifat mencintai anaknya.

َ‫الميماَنل يوالمبْييننوُين ذزينيةن امليييِاَذة اليدنَميييِا‬


“Harta dan anak-anak merupakan perhiasan kehidupan dunia”. [Al-Kahfi ayat
46].

Pendidikan anak di jaman kesejagatan dan modern ini tidaklah mudah.


Di satu sisi jaman ini memberikan berbagai banyak kemajuan teknologi yang
memungkinkan anak-anak kita memperoleh fasilitas yang serba “canggih” dan
“wah”. Anak-anak sekarang sejak dini sudah mengenal HP, camera, dan berbagai
peralatan yang amat jauh dengan jaman “ aku si anak singkong”. Kemajuan yang
demikian cepat juga ditengarai membawa dampak negatif seperti tersedianya
informasi negatif melalui media masa dengan teknologi yang sulit untuk
dihindari. Misalnya: porno, kekerasan, konsumerisme, takhayul, klenik dan
kemusyrikan melalui berbagai media informasi seperti internet, handphone,
majalah, televisi dan juga vcd.

Berbagai kenyataan modernitas dan ketersediaan tersebut faktanya tidak


sulit bahkan setiap hari disediakan baik oleh keluarga, masyarakat dan juga dunia
informasi. Maraknya dunia periklanan memaksa informasi beredar lebih mudah,
3

lebih seronok dan juga lebih merangsang rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba
sebagai akibat “rayuan maut” publikasi yang memang dirancang secara apik oleh
para ahli komunikasi dengan biaya yang mahal dan dengan dampak meluas dan
mendalam. Dapat dikatakan informasi-informasi tersebut dapat lebih cepat hadir
daripada sarapan pagi kita, atau lebih cepat disantap daripada nasehat orang tua.
Informasi tersebut masuk melalui jendela-jendela ICT (information
communication technology).

B. RUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang di atas maka dapat dirumuskan sebagai


berikut:

1. Bagaimana konsep pendidikan islam itu?

2. Bagaimana konsep islam mengenai lingkungan?

3. Apa saja ayat-ayat tentang lingkungan pendidikan islam itu?


4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Islam

Sebelum membahas tentang pendidikan Islam, terlebih dahulu


membahas apa itu pendidikan? Menurut M.J. Langeveld; “Pendidikan merupakan
upaya manusia dewasa membimbing yang belum kepada kedewasaan.” Ahmad
D.Marimba, merumuskan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik
menuju terbentuknya keperibadian yang utama.( Ahmad D. Marimba, 1974, h.
20.) Demikian dua pengertian pendidikan dari sekian banyak pengertian yang
diketahui. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun
1989, “pendidikan dirumuskan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di
masa yang akang datang”. Sedangkan, “pendidikan dalam pengertian yang luas
adalah meliputi perbuatan atau semua usaha generasi tua untuk mengalihkan
(melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta
keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka
agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah.
(Zuhairini, dkk, 1995, h. 2)

Secara etimologis pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab


“Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti mengasuh, mendidik,
memelihara. (Zakiyah Drajat, 1996: 25)

Menurut pendapat ahli, Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tuntutan


di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya. (Hasbullah,2001: 4)

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan


anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
5

kedewasaan. (Ngalim Purwanto, 1995:11). HM. Arifin menyatakan, pendidikan


secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan” kepada jiwa anak didik
sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan
menumbuhkan kemampuan dasar manusia.(HM.Arifin, 2003: 22)

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab


1 pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. (UU Sisdiknas No. 20, 2003)

Pendidikan memang sangat berguna bagi setiap individu. Jadi,


pendidikan merupakan suatu proses belajar mengajar yang membiasakan warga
masyarakat sedini mungkin menggali, memahami, dan mengamalkan semua nilai
yang disepa kati sebagai nilai terpuji dan dikehendaki, serta berguna bagi
kehidupan dan perkembangan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara.

Ada tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu
al-Tarbiyah (pengetahuan tentang ar-rabb), al-Ta’lim (ilmu teoritik, kreativitas,
komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung
tinggi nilai-nilai ilmiah), al-Ta’dib (integrasi ilmu dan amal). (Hasan Langgulung:
1988).

1. Istilah al-Tarbiyah

Kata Tarbiyah berasal dari kata dasar “rabba” (‫)يرلبي ي يي‬, yurabbi (‫)يينيرببي ي يي‬

menjadi “tarbiyah” yang mengandung arti memelihara, membesarkan dan


mendidik. Dalam statusnya sebagai khalifah berarti manusia hidup di alam
mendapat kuasa dari Allah untuk mewakili dan sekaligus sebagai pelaksana
dari peran dan fungsi Allah di alam. Dengan demikian manusia sebagai bagian
dari alam memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang bersama alam
lingkungannya. Tetapi sebagai khalifah Allah maka manusia mempunyai tugas
6

untuk memadukan pertumbuhan dan perkembangannya bersama dengan alam.


(Zuhairini, 1995:121).

2. Istilah al-Ta’lim

Secara etimologi, ta’lim berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam


proses transfer ilmu pengetahuan. Hakekat ilmu pengetahuan bersumber dari
Allah SWT. Adapun proses pembelajaran (ta’lim) secara simbolis dinyatakan
dalam informasi al-Qur’an ketika penciptaan Adam as oleh Allah SWT, ia
menerima pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan langsung dari
penciptanya. Proses pembelajaran ini disajikan dengan menggunakan konsep
ta’lim yang sekaligus menjelaskan hubungan antara pengetahuan Adam as
dengan Tuhannya.

3. Istilah al-Ta’dib

Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan


pendidikan Islam adalah al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada hadits Nabi:

{‫اذلد بيذ من يربب فيأيمحيسين تييأمذديمذ مب }رواه العسكرى عن على‬

Artinya : “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku”


(HR. al-Askary dari Ali r.a).

Al-Ta’dib berarti pengenalan dan pengetahuan secara berangsur-angsur


ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini
pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.

Pendidikan Islam menurut Zakiah Drajat merupakan pendidikan yang


lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud
dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain
yang bersifat teoritis dan praktis. (Zakiah Drajat,1996: 25)
7

Dari bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam


adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.

B. Konsep Islam Tentang Lingkungan

Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan


pengaruh inti, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang
sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orangtua dan orang-orang terdekat.
Dalam bentuknya keluarga selalu memiliki kekhasan. Setiap keluarga selalu
berbeda dengan keluarga lainnya. Ia dinamis dan memiliki sejarah “perjuangan,
nilai-nilai, kebiasaan” yang turun temurun mempengaruhi secara akulturatif (tidak
tersadari). Sebagaian ahli menyebutnya dbahwa Pengaruh keluarga amat besar
dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk
kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia,
tidak solid antara nilai dan praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang
rusak.

Lingkungan kedua adalah lingkungan masyarakat, atau lingkungan


pergaulan anak. Biasanya adalah teman-teman sebaya di lingkungan terdekat.
Secara umum anak-anak Indonesia merupakan anak “kampung” yang selalu
punya “konco dolanan”. Berbeda dengan anak kota yang sudah sejak dini terasing
dari pergaulana karena berada di lingkungan kompleks yang individualistik.

Secara umum masyarakat Jawa hidup dalam norma masyarakat yang


relatif masih baik, meskipun pergeseran-pergeserannya ke arah rapuh semakin
kuat. Lingkungan buruk yang sering terjadi di sekitar anak, misalnya: kelompok
pengangguran, judi yang di”terima”, perkataan jorok dan kasar, “yang-yangan”
remaja yang dianggap lumrah, dan dunia hiburan yang tidak mendidik.

Sebenarnya masih banyak pengaruh positif yang dapat diserap oleh


anak-anak kita di wilayah budaya masyarakat Jawa, seperti: tutur kata bahasa
Jawa yang kromo inggil ataupun berbagai peraturan hidup yang tumbuh di dalam
8

budaya Jawa. Masalahnya adalah bagaiamana mengelaborasi nilai-nilai tersebut


agar cocok dengan nilai-nilai modernitas dan Islam.

Namun pada masa kini pengaruh sesungguhnya mana yang buruk dan
bukan menjadi serba relatif dan kadang tidak dapat dirunut lagi. Banyak anak
yang mengalami kesulitan menghadapi anak bukan karena keluarga mereka tidak
memberikan kebiasaan yang baik. Demikian juga banyak anak yang tetap dapat
menjadi baik justru tumbuh di keluarga yang kurang baik.

Meskipun demikian secara umum berdasarkan penelitian, bahwa anak-


anak akan selalu menyalahkan kondisi keluarga manakala mereka menghadapi
masalah apa saja, apakah karena keluarganya telah melakukan yang benar apalagi
kalau buruk.

C. Ayat-ayat Tentang Lingkungan Pendidikan Islam

Agama Islam secara jelas mengingatkan para orang tua untuk berhati
hati dalam memberikan pola asuh dan memberikan pembinaan keluarga sakinah,
seperti yang termaktub dalam QS Lukman ayat 12 sampai 19. Dan apabila kita
kemudian kaji isi ayat diatas, maka kita akan menemukan beberapa point-point
penting diantaranya adalah :

1. Pembinaan jiwa orang tua.

Pembinan jiwa orang tua di jelaskan dalam Surah Luqman ayat 12 :

‫يولييقمد آتييميِييناَ لنمقيماَين املذمكيمةي أيذن امشنكمر لذلذه يويممن ييمشينكمر فيذإلنيياَ ييمشينكنر ذلنييمفذسيذه يويميمن‬
‫يكيفر فيذإلن الله يغذن يذ‬
‫حيِدد‬ ‫ي ن‬ ‫ي‬
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu
“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
9

maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang


tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

2. Pembinaan tauhid kepada anak.

Makna tentang pembinaan tauhid, Luqman Ayat 13 :

‫ن ل تنمشذرمك ذباَللذه إذلن البشمريك ليظنملدم يعذظيِدم‬ ‫ذ‬ ‫ذذ‬


‫يوإذمذ يقاَيل لنمقيماَنن لبمنه يونهيوُ ييعظنهن يياَ بين يل‬
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya : “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kezhaliman yang besar”.

Luqman Ayat 16 :

‫ك ذمثِمييقاَيل حبْلةة ذمن خردةل فييتينكن ذف صخرة أيو ذفي اللسيماَوا ذ‬


‫ت‬ ‫ن إذنَيليهاَ إذمن تي ن‬
‫يي‬ ‫م ي مي م‬ ‫ي م يمي‬ ‫يياَ بين يل‬
‫ت ذبياَ اللهن إذلن اللهي ليذطيِ د ذ‬ ‫ض يأم ذ‬
‫أيمو ذف المر ذ ي‬
‫ف يخبْيد‬
(Lukman berkata) : Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau dalam bumi,
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah
Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

Yang dimaksud dengan “Allah Maha Halus” ialah ilmu Allah itu meliputi
segala sesuatu bagaimana kecilnya.

3. Pembinaan akidah anak

Mengenai pembinaan akidah ini, Surah Luqman memberikan gambaran yang


begitu jelas. Dalam surat tersebut pembinaan akidah pada anak terdapat dalam
empat buah ayat yaitu ayat 14, 15, 18 dan ayat ke 19.

4. Pembinaan jiwa sosial anak

Pembinaan sosial pada anak dalam keluarga, dijelaskan dalam surat Luqman
ini melalui ayat ke 16 dan ayat ke 17. Untuk ayat ke 16 telah disebutkan pada
point ke dua. Sedangkan ayat ke 17 dari surat Luqman berbunyi :
10

‫ك‬ ‫صيذ مب يعليييى يمياَ أي ي‬


‫صياَبي ي‬
‫ذ‬ ‫ن أيقذذم ال ل‬
‫صيلَّية يوأمنميمر بذياَلميممعنروف يوانَميهي يعيذن المنممنيكيذر يوا م‬ ‫يياَ بين يل‬
‫ك ذممن يعمزذم النموُذر‬ ‫ذ‬
‫إذلن يذل ي‬
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal
yang patut diutamakan.

Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan


utama. Keluarga dikatakan sebagai lingkungan pendidikan pertama karena setiap
anak dilahirkan ditengah-tengah keluarga dan mendapat pendidikan yang pertama
di dalam keluarga. Dikatakan utama karean pendidikan yang terjadi dan
berlangsung dalam keluarga ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan
pendidikan anak selanjutnya. (Maman Rohman, 1991:24).

Para ahli sependapat bahwa betapa pentingnya pendidikan keluarga ini.


Mereka mengatakan bahwa apa-apa yang terjadi dalam pendidikan keluarga,
membawa pengaruh terhadap lingkungan pendidikan selanjutnya, baik dalam
lingkungan sekolah maupun masyarakat. Tujuan dalam pendidikan keluarga atau
rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal yang meliputi
seluruh aspek perkembangan yaitu jasmani, akal dan ruhani. Yang bertindak
sebagai pendidik dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak. Ingatlah selalu
kepada apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadistnya:

‫نكيل يمموُلنموُةد يينموُليند يعيلى المذفطميرذة فيياَبيييوُاهن يينني ب‬


(‫صيرانَذذه ايمو يينيهبوُيدانَذذه ايمو نييبجيساَنَذذه )متفق عليِه‬
“Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah. Maka ibu-bapanyalah yang
menasranikan atau menyahudikan atau memajusikannya. (H.R. Bukhari Muslim)

Dari hadist nabi tersebut tergambarkan bagaimana pentingnya


pendidikan dalam lingkungan keluarga. Dimana dalam hal ini keluarga berperan
untuk membentuk pribadi anaknya ke arah yang lebih baik.
11

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengertian pendidikan menurut al-Qur'an dan hadits sangat luas, meliputi


pengembangan semua potensi bawaan manusia yang merupakan rahmat Allah.
Potensi-potensi itu harus dikembangkan menjadi kenyataan berupa keimanan
dan akhlak serta kemampuan beramal dengan menguasai ilmu [dunia –
akhirat] dan keterampilan atau keahlian tertentu sehingga mampu memikul
amanat dan tanggung jawab sebagai seorang khalifat dan muslim yang
bertaqwa. Tetapi pada realitasnya pendidikan Islam, sebagaimana yang lazim
dikenal di Indonesia ini, memiliki pengertian yang agak sempit, yaitu program
pendidikan Islam lebih banyak menyempit ke-pelajaran fiqh ibadah terutama,
dan selama ini tidak pernah dipersoalkan apakah isi program pendidikan pada
lembaga-lembaga pendidikan telah sesuai benar dengan luasnya pengertian
pendidikan menurut al-Qur'an dan hadits [ajaran Islam].

2. Lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan yang ikut serta


menentukan corak pendidikan islam, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap
anak didik. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan yang
berupa keadaan sekitar yang mempengaruhi pendidikan anak. (Zuhairini, dkk,
1995, h. 173)

3. Ayat-ayat Al Qur'an yang berkaitan dengan lingkungan pendidikan antara lain:


Q.S. At Tahrim: 6, Al Kahfi: 46 dan Luqman: 12-19 dan masih banyak lagi.
Ayat-ayat tersebut menjelaskan betapa berpengaruhnya lingkungan terhadap
pendidikan keislaman anak.
12

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman an-Nahlawi, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalabih fi Baiti wa


Madrasati wal Mujtama', Dar al-Fikr al-Mu'asyr, Beirut-Libanon., Terj.
Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat,
Gema Insani Press, Jakarta, 1995.

Arifin, HM., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003


Drajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996
Gunawan, Ary H, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2000
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2001, cet. 4
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,1992

Comference Book, London, 1978.

Langgulung, Hasan, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: al


Ma’arif, 1980.

mahardhikazifana.com

Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: al-Ma’arif,


1974.

Roehan Achwan, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Versi Mursi, Jurnal Pendidikan


Islam, Volume 1, IAIN Sunan Kalija, Yogyakarta, 1991.

Syed Sajjad Husaian dan Syed Ali Ashraf, Crisis Muslim Educatio"., Terj.
Rahmani Astuti, Krisis Pendidikan Islam, Risalah, Bandung, 1986.

UU Sisdiknas No. 20, 2003

Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Anda mungkin juga menyukai