Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Muflih F.

A44120072

Nama : Muhammad Muflih F. Tugas Minggu ke : 6


NRP : A44120072 Dosen : Dr. Ir. Aris Munandar, MS.

Mata Kuliah : Lanskap Kota dan Wilayah (ARL 313)

KOTA UTOPIAN (IDEAL CITY)


Ruang perkotaan merupakan bagian kehidupan sehari-hari masyarakat perkotaan dimana
selalu terjadi proses adaptasi agar orang dapat terus bertahan untuk melakukan aktivitasnya.
Seseorang yang datang dari kota kecil ke kota besar akan mengalami kejutan budaya (culture
shock) dan untuk itu harus melakukan proses adaptasi secara fisik maupun sosial untuk dapat tetap
bertahan (Porteous, 1977)
Utopia diartikan sebagai masa depan ideal yang tak mungkin bisa tercapai. Utopia berasal
dari kata ou, (tidak) dan topos (tempat) dan berarti “tidak-bertempat”. Benih dari filsafat utopia
ialah aliran idealis yang maknanya sempurna. Hal ini menyangkut konsep-konsep kesempurnaan,
seperti membayangkan bentuk yang bulat dalam konsep-konsep platonik serta bentuk-bentuk
geometrik. Colin Rowe dan Fred Koetter (1978) membagi Utopia dalam dua tipe, Clasiccal
Utopia, ‘Sebuah tujuan dari perenungan’ dimana sebuah kota yang ideal ketika seluruh bentuk
arsitekturalnya sama, serta Activist utopia,‘sebuah rancangan untuk masa depan’ atau ‘sebuah
instrumen pada perubahan sosial’.
Dalam perkembangan sejarah peradaban kota, keinginan untuk mewujudkan sebuah kota
impian (utopian) terkait erat dengan pengertian kota ideal. Kota ideal yang dimaksud bisa
mempunyai wujud fisik tertentu bisa juga tidak. Lahirnya ide kota impian seperti ide Garden City
dari Howard merupakan sebuah reaksi terhadap kondisi sosial dan lingkungan yang buruk dari
pusat-pusat pertumbuhan industri seperti London, Paris atau Berlin. Pengertian kota ideal selain
dikaitkan dengan lingkungan hidup yang layak juga dikaitkan dengan prinsip dasar dari
revolusi Perancis yang mendeklarasikan persamaan hak bagi semua manusia.
Kota Ideal yang menjadi impian paling sering dikaitkan dengan pengertian kota sebagai
sebuah sistem ekologis perkotaan yang berkelanjutan, serta dengan pengertian kota yang mampu
berkembang secara berkelanjutan bukan hanya dalam pengertian ekologis (Eco-City), tetapi juga
yang berkembang secara berkeadilan (Just-City), dan kota yang ekonominya tumbuh secara
berkelanjutan (Growth-City) dan yang secara kultural mampu mengembangkan identitas local
yang kuat (Urban Cultural Identity).
Kota impian yang ideal saat ini adalah kota dengan ciri-ciri sebagai berikut (Santoso 2009):
1. Kota yang mampu mengantisipasi proses urbanisasi.
Mampu menyediakan ruang hidup yang berkualitas bagi semua penghuninya. Hal ini bisa
tercapai bila distribusi tanah perkotaan, utilitas dan fasilitas perkotaan dilakukan
secara berkeadilan.
Muhammad Muflih F.
A44120072

2. Kota yang dapat berfungsi sebagai agent of development, menjadi pemacu perkembangan
ekonomi.
3. Kota secara sosial dan kultural harus menjadi bagian terintegrasi secara lokal-regional
Mampu berkembang menjadi kota yang secara sosial-budaya terintegrasi dalam pergaulan
antar kota-kota dunia disatu pihak, tanpa kehilangan ciri lokalnya.
4. Mempunyai ketahanan yang kuat atau kemampuan yang tinggi untuk menetralisasi proses
perubahan iklim, mampu menjinakkan dampak negatif dari kenaikan suhu bumi seperti
perubahan, kenaikan permukaan air laut, kekeringan, banjir, dan seterusnya.
Keempat ciri tersebut dapat menjadi referensi dalam membuat gambaran mengenai Kota
Utopian yang diilustrasikan dalam sketsa berikut:
Muhammad Muflih F.
A44120072

Kota utopian dalam bayangan saya menggunakan referensi Palmanova yang menggunakan
bentukan geometris. Dalam bentukan wilayah yang sedemikian rupa, saya modifikasi dengan
pembagian ruang-ruang pada bentukan tersebut yang mencakup keempat ciri diatas dimana seperti
pada poin pertama dalam mengatasi proses urbanisasi yaitu ruang hidup tersedianya fasilitas dan
utilitas yang memadai bagi kota seperti permukiman, perkantoran, pendidikan, pertanian, dsb. Dari
fasilitas dan utilitas kota tersebut dapat menstimulasikan perekonomian yang dapat berkembang
dan diharapkan maju. Secara sosial dan kultural, masyarakat diarahkan untuk membangun,
membentuk dan mempertahankan norma sosial dan kebudayaan yang bernilai positif seperti
budaya green yang hemat energi dan cinta lingkungan. Terakhir, yang paling penting ialah kota
tersebut wajib berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau dengan perencanaan penanaman pohon dan
vegetasi lainnya yang baik dan mantap tanpa melupakan ruang lain seperti Ruang Terbuka Biru
dan lahan terbangun. Dengan demikian, kota impian yang dibayangkan dapat terwujud nantinya.

Gambar 1. Palmanova City


Sumber: https://geometryarchitecture.wordpress.com/tag/ideal/

Daftar Pustaka
Rowe, Colin dan Koetter, Fred. 1978. Collage City. Manchester: Collection Archigraphy
Porteous, J. Douglas. 1977. Environment and Behaviour: Planning and Everyday Urban Life.
Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company
Santoso, Jo. 2009. “Kota Ideal“ Konteks Pengembangan Kota Berkelanjutan.
https://www.academia.edu/5320418/_Kota_Ideal_Konteks_Pengembangan_Kota_Berkel
anjutan. (23 Maret 2015)

Anda mungkin juga menyukai