Anda di halaman 1dari 10

Analisa Tekanan Air Dengan Methode Pipe Flow Expert Untuk Pipa

Berdiameter 1 ”, ¾ ” dan ½ ” Di Instalasi Pemipaan Perumahan

Oleh :
1), 2).
Arif Setyo Nugroho, Martinus Heru Palmiyanto .3)AEB Nusantoro3).
1,2,3)
Laboratorium Mesin Fluida, Jurusan Teknik Mesin AT Warga Surakarta

ABSTRACT
The rate of flow and the head lost that occur in each pipe should be considered in the installation of the
pipe network, so that water cam be evenly distributed in each branch of pipe. In an analisys using the expert pipe
program, it can be known the flow rate discharge and pressure working in the installation.
The highest flow, enter pressure and exit pressure happen in the pipe number 11 with pipe flow 0,0026 m 2/s
for pipe diameter 1. In pipe 3/41 is 0,0013 m 2/s and in pipe 1/21 is 3567 m 2/5. The highest enter flow velocity
happens in the largest pipe with diameter 1. The speed is 4.75 11 m/s. For pipe diameter 3/4 is 3819 and for pipe
diameter ½ is 35 67 m/s. Enter pressure happens in pipe 11 3/41 and 1/21 it is 1.0979 bar or 1.119546 kg/cm2. Exit
pressure on each pipe is the same and the highest pressure for pipe 1 is 1.054896 bar or 1.0345 kg / cm 2, 3/4 is
1.3654 bar or 1.392 321 kg/cm2, 1.0345 kg/cm2, 3/4 is 1.4654 bar or 1.392 321 kg/cm2, 1.0345 kg/cm2 pipe diameter,
3/4 is 1.3654 bar or 1.392 321 kg/cm2, pipe diameter 1/21 is 1.3345 bar or 1.3663 kg/cm2. The highest connection
pressure in diameter 11 is as big as 1.360811 bar or 1.3345 kg/cm2, and lowest the pressure is 1.001 bar or 1.019818
kg/cm2.
The highest connection pressure in diameter 3/4 is 1.3654 bar or 1.392 321 kg/cm2 and the lowest pressure is 1.0001
bar or 1.019818 kg/cm2

Key Word : Pressure, flow, velocity

I. PENDAHULUAN
Sistem Plumbing suatu bangunan gedung adalah pemipaan sistem penyediaan air minum,
pemipaan sistem pembuangan air kotor, dan pemipaan sistem pembuangan air hujan,Instalasi pipa
jaringan banyak dipakai dalam kehidupan manusia salah satunya yaitu untuk pendistribusian air pada
perumahan. Permasalahan yang sering terjadi pada pemasangan instalasi pipa jaringan adalah tidak
diketahuinya debit aliran dan kerugian-kerugian head yang terjadi pada tiap pipa.Keadaan tersebut
akan mengakibatkan distribusi air yang mengalir pada suatu instalasi pipa jaringan air tidak sesuai
dengan kebutuhan yang diminta oleh penduduk.
Hal-hal yang sering terjadi pada pemasangan instalasi pipa jaringan (network pipe) adalah
tidak diketahuinya laju aliran dan kerugian-kerugian head yang terjadi di setiap pipa sehingga
mengakibatkan pendistribusian air yang tidak merata di setiap cabang pipa. Oleh karena itu diperlukan
suatu perhitungan mengenai debit aliran dan kerugian head yang terjadi disetiap pipa secara tepat
dengan tujuan untuk bisa memprediksi distribusi air pada pipa jaringan secara akurat.

II. BAHAN DAN METODE

A. Bahan dan Peralatan


Dalam penelitian ini bahan dan peralatan yang digunakan antara lain :
a. Program Pipe Flow expert
b. Disain instalasi pipa perumahan

B. Kajian Pustaka

1
Kecepatan, komprebilitas, kapilaritas, dan tekanan adalah sifat-sifat fluida dalam keadaan diam.
Untuk fluida yang bergerak ada sifat yang penting sebagai berikut :
1. Kerapatan atau densitas (disimbolkan dengan ρ) adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut
yang didefinisikan perbandingan massa suatu bahan persatuan volume secara sistematis
kerapatan ini dapat dihitung dengan rumus:
M .................................................................... 1)

V
dimana:
Ρ = Kerapatan massa (kg/m3)
M = Massa zat cair (kg)
V = Volume zat cair (m3)
Kerapatan air pada temperatur kamar adalah 1,94 slug/ft 3 atau 1000 kg/m3. Bobot spesifik atau
berat jenis adalah berat benda persatuan volume.
γ=ρg .................................................................... 2)
dimana :
γ = berat jenis (N/m3)
ρ = kerapatan massa (kg/m3)
g = percepatan grafitasi = 9,81 (m/s2)
Volume jenis v adalah yang ditempati oleh sebuah satuan massa zat dan karena itu merupakan
kebalikan dari kerapatan massa :
l ........................................................................... 3)
v

Dalam beberapa masalah kekentalan dinamik dihubungkan dengan rapat massa dalam bentuk :

 .......................................................................... 4)
v

dimana:
v = viscositas kinematis zat cair (m2/s)
μ = kekentalan absolut (N/m2)
ρ = kerapatan massa (kg/m3)

2. Aliran Fluida Dalam Pipa


a. Aliran fluida
Aliran fluida dapat terjadi berupa aliran steady atau aliran unsteady. Aliran unsteady terjadi
jika keadaan di setiap titik dalam aliran berubah menurut perubahan waktu, sedangkan aliran
steady terjadi jika keadaan titik dalam aliran tidak berubah menurut perbedaan waktu.
  
 0; v  0; T  0 .................................................. 5)
t t t
b. Persamaan kontinuitas
Persamaan kontinuitas merupakan penurunan dari hukum kekekalan massa. Untuk aliran
mantap (steady), massa yang melalui semua bagian dalam arus fluida persatuan waktu adalah
sama. Hal ini dinyatakan dalam:
m = ρ1.V1.A1 = ρ2.V2.A2. ........................................................................ 6)
Untuk fluida inkompresible dan jika ρ1 = ρ2, maka persamaan di atas menjadi:
Q = V1 A1 = V1 A2
dimana:
Q = debit (m3/s)
V = kecepatan (m/s)
A = luas penampang (m2)

2
c. Aliran pada pipa lurus
Aliran laminer adalah tipe aliran dengan kecepatan rendah sehingga ketika fluida mengalir
seolah-olah terdiri dari bertumpuk-tumpuk lapisan. Aliran transisi adalah: tipe aliran dengan
kecepatan sedang sehingga terjadi transisi antara lain rata (laminer) menuju aliran deras
(turbulen). Aliran turbulen adalah tipe aliran dengan kecepatan tinggi sehingga pertikel-
pertikel fluida bergerak dengan lintasan yang tidak teratur. Untuik menentukan apakah suatu
aliran laminer, transisi atau turbulen dapat dipakai bilangan Reynolds:
VD ........................................................................... 7)
Re 
v
dimana :
Re = bilangan Reynolds
V = kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/s)
D = diameter dalam pipa (m)
v = viscositas kinematis zat cair (m2/s)
Pada bilangan Reynolds ini terdapat suatu batasan sebagai berikut:
Pada Re < 2300,aliran bersifat laminer
Pada Re > 4000,aliran bersifat turbulen
Pada Re = 2300 - 4000 terdapat daerah turbulen transisi, dimana aliran dapat bersifat laminer
atau turbulen tergantung pada kondisi pipa dan aliran.
Kerugian dalam sambungan
2
𝐻𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑 = 𝐾 𝑥 𝑣 2𝑔 ............................................................. 8)
Dimana ,
K = manufactur faktor
v = Velocity
g = grafitasi bumi
Pressure loss
𝑔
𝑃 = 𝑕𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑 𝑥 𝑝 𝑥 100000 .................................................. 9)
Dimana,
h = head loss (m)
p = densitas ( kg /m3)
g = grafitasi
Energy dan Tingkatan energy
Head fluida = Energy kinetik + energy aliran + Energy potensial .... 10)
𝑣2 𝑃
𝐸𝐺𝐿 = + + 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
2𝑔 𝑦
Dimana
v = besar velocity
g = gaya grafitasi
P = tekanan
y = fluidensity
Koefisen aliran ( Cv)
𝑄
𝐶𝑣 = ∆𝑃 ................................................................................ 11)
𝑆𝐺

Dimana
Cv = koefisien aliran
Q = aliran rata – rata dalam gpm
Δp = Kerugian tekanan dalasm katup
SG = rasio densitas fluida
Kv koefisien aliran fluida

3
𝐷
𝑘𝑣 = 𝑄 ................................................................. 12)
1000 𝑥 ∆𝑃
Dimana ,
Kv = koefisien aliran
Q = Debit aliran m3/jam
ΔP = Kerugian tekanan

C. Metode
Dalam penelitian ini,terdapat beberapa tahapan yang dimulai dengan pembuatan disain instalasi
pemipaan diperumahan sampai dengan mengenai debit aliran dan kerugian head yang terjadi
disetiap pipa. Berikut ini adalah disain pemasangan pipa

Gambar 1. Desain Pemasangan Pipa di Perumahan

Adapun langkah – langkah penelitian ditunjukan pada gambar 2, di bawah ini :

Disain instalasi Pipa

Penentuan dimensi ukuran panjang pipa

Penentuan Variasi Uji Diameter Pipa : Penentuan jenis sambungan dan katup
1 “,3/4”,1/2”

Tidak
Komputasi dan analisa

Ya..

Hasil

Gambar 2 . Flow Chart Metode Penelitian

4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil pengujian computasi yang telah dilakukan didapat hasil sebagai berikut
a. Untuk bagian instalasi pipa dari pompa

Gambar 3. Computasi Konstruksi Pipa yang Masuk ke Dalam Bak Penampung

Dari hasil komputasi didapat data sebagai berikut :


Data Fluida : fluida kerja adalah air ( H2O) dengan density sebesar 998 kg/m2 veppur
presure 0.024000 bar.
Untuk data pompa : Flow in/out 0.003 m2/sec.velocity 0,538 m2/sec suction pressure 0.7963
bar. Discharge pressure 1.4955 bar,head pompa 23,417 m.
Data instalasi pipa : Matrial pipa adalah PVC 1‟, roughness 0.005. Panjang pipa 12 m.mass
flow 0.003 m2/sec.velocity 0.536 m/sec .

b. Instalasi pipa dari reservoir ke seluruh bagian instalasi didapat data seperti tabel dibawah
ini.Pengambilan dengan cara computasi,dan dari hasil iterasi didapat data sebagai berikut :
Tabel 1. Data Pipa

NO NO MASS FLOW VELOCITY TEKANAN TEKANAN


PIPA FLOW m2/sec m/Sec MASUK KELUAR
Kg/Sec Bar.g Bar.g
Untuk diameter 1”
1 P1 2.6441 0.0026 4.751 1.3345 1.2056
2 P2 1.3028 0.0013 2.341 1.2056 1.1443
3 P3 1.3413 0.0013 2.410 1.2056 1.1321
4 P4 0.7583 0.0008 1,363 1.1321 1.0198
5 P5 0.7583 0.0008 1,363 1.0198 1.0015
6 P6 0.5795 0.0006 1.041 1.0015 1.0000
7 P7 0.1789 0.0002 0.321 1,0015 1.0002
8 P8 0.1789 0.0002 0.321 1,0002 1.0000
9 P9 0.4575 0.0005 0.822 1,0010 1.0000
10 P10 0.4575 0.0005 0.822 1,1044 1.0010
11 P11 2.6441 0.0026 4.751 1.0979 1.3345
12 P12 0.1254 0.0001 0.225 1.0001 1.0000
13 P13 0.1254 0.0001 0.225 1.1044 1.0995
14 P14 0.1254 0.0001 0.365 1.0995 1.0001
15 P15 0.5830 0.0006 1.046 1.1321 1.1044
16 P16 1.3028 0.0013 2.341 1.1443 1.0054
17 P17 1.3028 0.0013 2.341 1.0064 1.0000

Untuk Diameter ¾ ”

5
1 P1 1.3113 0.0013 3.819 1.3654 1.1859
2 P2 0.6423 0.0006 1.871 1.1869 1.1357
3 P3 0.5690 0.0007 1.948 1.1869 1.1278
4 P4 0.3535 0.0004 1.030 1.1276 1.0154
5 P5 0.3535 0.0004 1.030 1.0154 1.0012
6 P6 0.2687 0.0003 0.783 1.0012 1.0000
7 P7 0.0851 0.0001 0.249 1.0012 1.0002
8 P8 0.0851 0.0001 0.249 1.0002 1.0000
9 P9 0.2447 0.0002 0.713 1.0010 1.0000
10 P10 0.2447 0.0002 0.713 1.1042 1.0010
11 P11 1.3113 0.0013 3.819 1.0979 1.3654
12 P12 0.0704 0.0001 0.205 1.0001 1.0000
13 P13 0.0704 0.0001 0.205 1.1042 1.0985
14 P14 0.0704 0.0001 0.205 1.0985 1.0001
15 P15 0.3151 0.0003 0.918 1.1278 1.1042
16 P16 0.5423 0.0006 1.871 1.1357 1.0057
17 P17 0.5423 0.0006 1.871 1.0057 1.0000
Untuk diameter ½ ”
1 P1 0.5376 0.0005 3.567 1.3363 1.2004
2 P2 0.2467 0.0002 1.636 1.2004 1.1396
3 P3 0.2911 0.0003 1.931 1.2004 1.1420
4 P4 0.1622 0.0002 1.076 1.1400 1.0262
5 P5 0.1622 0.0002 1.076 1.0262 1.0023
6 P6 0.1267 0.0001 0.840 1.0023 1.0000
7 P7 0.0355 0.00001 0.235 1.0023 1.0033
8 P8 0.0355 0.00001 0.235 1.0003 1.0000
9 P9 0.0998 0.0001 0.662 1.0015 1.0000
10 P10 0.0998 0.0001 0.662 1.1062 1.0015
11 P11 0.5376 0.0005 3.567 1.0979 1.3363
12 P12 0.0292 0.00001 0.194 1.0002 1.000
13 P13 0.0292 0.00001 0.194 1.1062 1.0987
14 P14 0.0292 0.00001 0.194 1.0967 1.0002
15 P15 0.1289 0.0001 0.855 1.1400 1.1062
16 P16 0.2467 0.0002 1.636 1.1396 1.0075
17 P17 0.2467 0.0002 1.636 1.0075 1.0000
DATA SAMBUNGAN
Dari computasi yang telah dilakukan menghasilkan data sebagai berikut untuk setiap
sambungan pipa dan sambungan untuk katup buang.

Tabel 2. Data Sambungan Pipa


NO Nama Tekanan di setiap Total flow in Total Flow out
Sambungan sambungan m2/sec m2/sec
Untuk sambungan pipa diameter 1’
1 Sambungan 1 1.3345 0.0026 0.0026
2 Sambungan 2 1.0256 0.0026 0.0026
3 Sambungan 3 1.1443 0.0013 0.0013
4 Sambungan 4 1.1321 0.0013 0.0013
5 Sambungan 5 1.0198 0.0008 0.0008
6 Sambungan 6 1.0015 0.0006 0.0008
7 Katup kran 1.0000 0.0006 0.0006
8 Sambungan 7 1.0002 0.0002 0.0002
9 Katup kran 1.0000 0.0002 0.0002
10 Sambungan 8 1.0010 0.0005 0.0005
11 Sambungan 9 1.1044 0.0005 0.0006
12 Katup kran 1.0979 0.0001 0.0026
13 Sambungan 10 1.0001 0.0001 0.0001
14 Sambungan 11 1.0995 0.0001 0.0001
15 Katup Kran 1.0000 0.0001 0.0001
16 Katup Kran 1.0000 0.0005 0.0005
17 Sambungan 12 1.0064 0.0013 0.0013
18 Katup kran 1.0000 0.0013 0.0013

Untuk sambungan pipa diameter ¾ ‘

6
1 Sambungan 1 1,3654 0.0013 0.0013
2 Sambungan 2 1,1869 0,0013 0.0013
3 Sambungan 3 1.1357 0,0005 0.0005
4 Sambungan 4 1,1278 0,0007 0.0007
5 Sambungan 5 1,0154 0,0004 0.0004
6 Sambungan 6 1,0012 0,0004 0.0004
7 Katup kran 1,0000 0,0003 0.0003
8 Sambungan 7 1,0002 0,0001 0.0001
9 Katup kran 1,0000 0,0001 0.0001
10 Sambungan 8 1,0010 0,0002 0.0002
11 Sambungan 9 1,1042 0,0003 0.0003
12 Katup kran 1,0979 0.0001 0.0001
13 Sambungan 10 1,0001 0.0001 0.0001
14 Sambungan 11 1,0985 0.0001 0.0001
15 Katup Kran 1,0000 0.0001 0.0002
16 Katup Kran 1,0000 0.0002 0.0002
17 Sambungan 12 1,0057 0.0005 0.0006
18 Katup kran 1,0000 0.0005 0.0005
Untuk sambungan pipa diameter ½ ‘
1 Sambungan 1 1.3363 0.0005 0.0005
2 Sambungan 2 1.2004 0.0005 0.0005
3 Sambungan 3 1.1396 0.0002 0.0002
4 Sambungan 4 1.1400 0.0003 0.0003
5 Sambungan 5 1.0262 0.0002 0.0002
6 Sambungan 6 1.0023 0.0002 0.0002
7 Katup kran 1.0000 0.0001 0.0001
8 Sambungan 7 1.0003 0.0001 0.0001
9 Katup kran 1.0000 0.0001 0.0001
10 Sambungan 8 1.0015 0.0001 0.0001
11 Sambungan 9 1.1062 0.0001 0.0001
12 Katup kran 1.0979 0.0001 0.0001
13 Sambungan 10 1.0002 0.0001 0.0001
14 Sambungan 11 1.0967 0.0001 0.0001
15 Katup Kran 1.0000 0.0001 0.0001
16 Katup Kran 1.0000 0.0001 0.0001
17 Sambungan 12 1.0075 0.0002 0.0001
18 Katup kran 1.0000 0.0002 0.0002

B. Pembahasan
Dari hasil pengujian diatas dapat dibandingkan setiap instalasi dengan variasi diameter pipa
sebagai berikut :

Gambar 4. Grafik Mass Flow Rate pada Instalasi

Pada gambar 4, menjelaskan semakin besar diameter pipa akan menghasilkan flow semakin besar,
semakin kecil diameter pipa pada instalasi konstruksi yang sama akan menghasilkan flow yang

7
kecil.

Flow ( m2/sec)
1,5

flow setiap pipa


1
Pipa 1
0,5 Pipa 2

0 Pipa 3

P11
P13
P15
P17
P1
P3
P5
P7
P9
penomoran pipa
Gambar 5. Grafik Flow

Pada grafik 5, dapat dilihat aliran terbesar di pipa no 11 dengan besar flow 0.0026 m2/s untuk pipa
berdiameter 1‟ ,untuk pipa ¾ „ 0.0013 m2/s.dan untuk pipa berdiameter ½ „ sebesar 0.0005 m 2/s

1,5 velocity ( m/sec)


Skala velocity

0,5 Pipa 1

0 Pipa 2
P1 P3 P5 P7 P9 P11 P13 P15 P17 Pipa 3
penomoran pipa

Gambar 6. Grafik Velocity

Untuk kecepatan aliran yang masuk dalam pipa terbesar dapat dilihat digambar 6, dimana pada
pipa no.11 dengan diameter paling besar adalah 1‟ diperoleh kecepatan sebesar 4.7511 m/s, untuk
pipa diameter ¾‟ 3.819 dan untuk pipa berdiameter ½ „ 3.567 m/s. Dari grafik no 14 dapat
diketahui bahwa kecepatan paling tinggi yaitu di pipa no.11 dengan diameter 1‟, pada konstruksi
instalasi yang sama.

Tekanan Masuk Pipa ( bar)


1,5000
1,0000
Skala

0,5000 pipa 1
0,0000 pipa 3/4
P11
P13
P15
P17
P7
P1
P3
P5

P9

pipa 1/2

pipa

Gambar 7. Grafik Tekanan Masuk ke Pipa

8
Dari grafik 9 besar tekanan masuk pada setiap pipa sama pada setiap pipa dan tekanan tertinggi
adalah pada pipa no 11 yaitu untuk pipa 1‟ ,3/4‟ dan ½ „ sebesar 1.0979 bar atau sebesar 1.119546
kg/cm2.

Tekanan Keluar Pipa (


bar)
1,6000
1,4000
1,2000

Skala
1,0000
0,8000
0,6000
0,4000 pipa 1
0,2000
0,0000
pipa 3/4
P1 P4 P7 P10 P13 P16
pipa 1/2
pipa

Gambar 8. Grafik Tekanan Keluar dari Pipa

Untuk Sambungan tekanan di diameter 1‟ terbesar adalah 1.3345 bar atau 1.360811
kg/cm2,untuk tekanan terkecil yaitu 1.0001 bar atau 1.019818 kg/cm 2.Untuk Sambungan tekanan
di diameter 3/4‟ terbesar adalah 1.3654 bar atau 1.392321 kg/cm2,untuk tekanan terkecil yaitu
1.0001 bar atau 1.019818 kg/cm2.Untuk Sambungan tekanan di diameter ½ ‟ terbesar adalah
1.3363 bar atau 1.360811 kg/cm2,untuk tekanan terkecil yaitu 1.0001 bar atau 1.362647 kg/cm 2.

IV. SIMPULAN
Dari penelitian dan analisa data diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Mass flow rate pada diameter 1‟ pada pipa1 dan pipa 11 mempunyai mass flow rate lebih besar
dibandingkan dengan diameter pipa ¾ „ dan ½ „ pada konstruksi yang sama. Semakin besar
diameter pipa yang dipasang pada konstuksi disain yang sama akan menghasilkan flow semakin
besar,semakin kecil diameter pipa pada instalasi konstruksi yang sama akan menghasilkan flow
yang kecil.
2. Aliran terbesar di pipa no 11 dengan besar flow 0.0026 m2/s untuk pipa berdiameter 1‟ ,untuk pipa
¾ „ 0.0013 m2/s.dan untuk pipa berdiameter ½ „ sebesar 0.0005 m 2/s
3. Untuk kecepatan aliran yang masuk dalam pipa terbesar pada pipa no 11 dengan diameter paling
besar adalah 1‟ dengan kecepatan sebesar 4.7511 m/s ,untuk pipa diameter ¾‟ 3.819 dan untuk
pipa berdiameter ½ „ 3.567 m/s.
4. Tekanan masuk pada setiap pipa sama pada setiap pipa dan tekanan tertinggi adalah pada pipa
no.11 yaitu untuk pipa 1‟ ,3/4‟ dan ½ „ sebesar 1.0979 bar atau sebesar 1.119546 kg/cm 2.
5. Tekanan keluar pada setiap pipa sama pada setiap pipa dan tekanan tertinggi adalah pada pipa
no.11 yaitu untuk pipa 1‟ sebesar 1.0345 bar atau sebesar 1.054896 kg/cm 2, ¾‟ sebesar 1.3654
bar atau sebesar 1.392321 kg/cm2.dan pipa berdiameter 1/2‟ sebesar 1.3663 bar atau sebesar
1.393238 kg/cm 2.
6. Untuk Sambungan tekanan di diameter 1‟ terbesar adalah 1.3345 bar atau 1.360811 kg/cm 2, untuk
tekanan terkecil yaitu 1.0001 bar atau 1.019818 kg/cm 2. Untuk Sambungan tekanan di diameter
3/4‟ terbesar adalah 1.3654 bar atau 1.392321 kg/cm2,untuk tekanan terkecil yaitu 1.0001 bar atau
1.019818 kg/cm2.Untuk Sambungan tekanan di diameter ½ ‟ terbesar adalah 1.3363 bar atau
1.360811 kg/cm2,untuk tekanan terkecil yaitu 1.0001 bar atau 1.362647 kg/cm 2.

9
V. DAFTAR PUSTAKA

[1] Bagus Shella A, 2010, Kaji eksperimental Rugi Tekan (head Losses)dan Faktor Gesekan yang terjadi
Pada Pipa Lurus dan Belokan, UNDIP, Semarang.
[2] Iskandar Cepi, 2006, Analisa Kerugian Gesekan Pada Pipa Penyalur, Pompa Sentrifugal Jenis Demster
dan Perwatan Pompa.
[3] Olson M. Ruben,1993, Dasar– dasar Mekanika Fluida Teknik, Gramedia, Jakarta
[4] Pipe flow expert, 2010, User Guide.
[5] Suhariyono Edi, 2008, Analisa Head Losses dan Koefisien Gesek Pada Pipa, Kalimantan Scientic,
Kalimantan.
[6] Sularso; Tahara Huruo,1987, Pompa dan Kompresor,Pradya Paramitha,Jakarta.
[7] White M. Frank, 1994, Mekanika Fluida, Erlangga, Jakarta.
[8] Wylie Benjamin E? 1999, Mekanika Fluida, Erlangga, Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai