Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

PERUMUSAN VISI MISI,


TUJUAN DAN ARAH
LEMBAGA PENDIDIKAN YANG EFEKTIF

MALIK ABDUL A.R.


MAKALAH
PERUMUSAN VISI MISI, TUJUAN DAN ARAH
LEMBAGA PENDIDIKAN YANG EFEKTIF

A. PENDAHULUAN
Visi dan Misi merupakan sesuatu yang mutlak dikuasai seorang
pemimpin. Pemimpin sektor pemerintah maupun swasta, baik dilembaga
umum maupun dilembaga pendidikan islam. Karena dengan visi misi ini
pemimpin dapat menjadi seorang Top Manajer yang handal bagi
lembaga/institusi pendidikan islam. Dalam aplikasinya, visi dan misi ini dapat
digolongkan kedalam visi misi organisasi/lembaga/institusi, dan visi misi dari
individu pemimpin itu sendiri.
Visi-misi organisasi/lembaga/institusi merupakan perumusan
pandangan organisasi/lembaga/institusi untuk mencapai maksud dan tujuan
yang menjadi bidang garapannya, sementara visi-misi individu pemimpin
merupakan perumusan langkah-langkah dan pandangan dari pemimpin itu
untuk mewujudkan tercapainya visi misi organisasi.
Pada pelaksanaanya, tak sedikit organisasi/lembaga/institusi ataupun
orang perseorangan kebingungan dalam perumusan dari visi-misi yang
seharusnya dirumuskan sebelum suatu organisasi terbentuk atau sebelum
seseorang didaulat ataupun diangkat menjadi seorang pemimpin. Jika sudah
demikian, biasanya arah organisasi/lembaga/institusi atau pemimpin yang
tidak merumuskan visi misi dari awal, menjadikan organisasi/lembaga/institusi
berjalan apa adanya dan tidak ada arah yang jelas kemana
organisasi/lembaga/institusi akan berlabuh mencapai tujuannya.
Oleh karena hal yang tersebut diatas, visi-misi menjadi sesuatu yang
mutlak ada dan dikuasai oleh elemen organisasi/lembaga/institusi,
khususnya pada lembaga pendidikan islam dan yang terpenting adalah
dikuasai oleh pimpinannya, karena visi-misi ini merupakan perumusan atas
segala rencana/planning yang merupakan langkah pertama yang harus
ditempuh dalam prinsip-prinsip manajemen. Tanpa perencanaan yang baik,
segala sesuatu tentunya tidak akan berjalan dengan efektif dan tidak juga
dapat berdaya saing tinggi dengan lembaga/institusi pendidikan lain. Dengan
kata lain hal tersebut tidak akan menghasilkan sesuatu sesuai tujuan
(harapan).
Pada makalah ini sini kami ingin mencoba menyumbangkan
pemikiran perihal langkah-langkah dalam perumusan visi-misi di atas, yang
tujuannya adalah memberikan gambaran kepada Anda yang mungkin saja
sedang mencari inspirasi untuk merumuskan visi misi, tujuan dan arah
lembaga dalam membangun institusi pendidikan islam yang efektif dan
berdaya saing tinggi.
B. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan pendidikan nasional memang masih perlu upaya
dan kerja keras untuk menjadikan pendidikan sebagai pintu masuk
perubahan. Paradigma pendidikan memberikan kewenangan seluas-
luasnya kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensi,
memerlukan peningkatan kemampuan sekolah dalam berbagai aspek
manajerialnya agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang
diemban sekolah, sehingga apa yang diamanatkan dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
dapat terwujud.

Untuk mewujudkan pendidikan yang efektif dan bermutu


dibutuhkan lembaga pendidikan (sekolah) islam, yang bertujuan
mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki peserta didik agar
mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara
individual maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan harus mampu
melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan
dengan cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan,
ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, dan dari buruknya
akhlak dan keimanan.1
Sebagaimana disebutkan dalam undang-undang Sistem
Pendidikan nasional No.20/2003, bahwa Pendidikan Nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan . bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokrastis serta bertanggung jawab.2
Sedangkan visi yang di emban oleh pendidikan nasional adalah
terwujudnya sistem pendidikan nasional sebagai penata sosial yang
kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara
Indonesia berkembang menjadi manusia Indonesia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan ke
- e f e k t i f i t a s d a n mutu institusi/lembaga pendidikan islam, salah
satunya adalah visi misi, tujuan dan arah lembaga pendidikan islam. Visi
misi, tujuan dan arah lembaga pendidikan islam yang efektif dan dapat
berdaya saing tinggi sangat dipengaruhi oleh kinerja yang dimiliki oleh
kepala sekolah, guru, siswa dan komite sekolah dan wali murid (masyarakat).

1
Mulyasana, D, Pendidikan Bermutu dan Berdaya saing, (Yogyakarta, Pustaka Ifada :2013) hlm. 120
2
Undang-undang SISDIKNAS. Cet.VI (Jakarta, Sinar Grafika : 2014), h. 7.
Kepala sekolah dan guru harus memiliki kinerja yang baik yaitu mempunyai
kapasitas intelektual, emosional, dan spiritual yang baik serta berwawasan
luas dan futuristik.
Secara umum, strategi Kepala sekolah dan guru dalam
merumuskan visi misi, tujuan dan arah lembaga pendidikan islam dapat
diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau
organisasi/lembaga/institusi untuk: sampai pada tujuan.3 Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk: mencapai sasaran khusus (yang
4
diinginkan). Kepala sekolah yang profesional harus memiliki strategi
yang berorientasi pada mutu pendidikan, mempunyai visi dan misi
yang jelas dan terarah, mempunyai kompetensi sebagai Kepala
sekolah, serta mendapat dukungan dari masyarakat atau pihak-
pihak terkait (stakeholder).
Dengan merumuskan visi misi, tujuan dan arah lembaga yang tepat
tersebut di atas diharapkanakan tercipta institusi pendidikan islam yang
efektif, sehingga mampu mewujudkan peran dan tugas pokok yang
disandangnya, agar tercapai sebuah tujuan dan hasil yang memadai dan
dapat berdaya saing tinggi dengan lembaga-lembaga lain.

C. FOKUS MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan bahwa
fokus masalahnya terletak pada :
1. Istilah Visi, Misi, Tujuan, dan Arah lembaga (Rencana Strategic)
2. Posisi Visi, Misi, Tujuan, dan Arah (renstra) Lembaga Pendidikan Islam
(LPI)
3. Urgensi Visi, Misi, Tujuan, dan Arah (renstra) LPI
4. Perumusan Visi, Misi, Tujuan, dan Arah (renstra) LPI
5. Efektivitas Visi, Misi, Tujuan dan Arah (renstra) LPI yang Berdaya Saing
Tinggi

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan fokus masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian visi, misi, tujuan, dan arah lembaga (rencana strategic)?
2. Apa urgensi visi, misi, tujuan, dan arah (renstra) LPI ?
3. Bagaimana perumusan visi, misi, tujuan, dan arah (renstra) LPI ?

3
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), h. 18
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi keempat (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h. 1340
4. Sejauh mana visi, misi, tujuan dan arah lembaga dalam membangun LPI
yang efektiv dan berdaya saing tinggi.

E. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian visi, misi, tujuan, dan arah lembaga
(rencana strategic)?
2. Untuk mengetahui posisi visi, misi, tujuan, dan arah (renstra) lembaga
pendidikan islam (LPI) ?
3. Untuk mengetahui urgensi visi, misi, tujuan, dan arah (renstra) LPI ?
4. Untuk mnegetahui perumusan visi, misi, tujuan, dan arah (renstra) LPI ?
5. Untuk mengetahui visi, misi, tujuan dan arah lembaga dalam membangun
LPI yang efektiv dan berdaya saing tinggi.

F. KEGUNAAN HASIL PEMBAHASAN


1. Kegunaan Teoritis
a. Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
pengembangan lembaga pendidikan islam, terutama yang
berhubungan dengan perumusan visi, misi, tujuan dan arah lembaga
dalam membangun institusi pendidikan agama islam yang efektif da
berdaya saing tinggi.
b. Sebagai bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi
pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih
lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup
dalam makalah ini.

2. Kegunaan Praktris
a. Bagi kepala sekolah, diharapkan strategi yang berorientasi pada
mutu pendidikan, mempunyai visi dan misi yang jelas dan
terarah, mempunyai kompetensi sebagai kepala sekolah, serta
mendapat dukungan dari masyarakat atau pihak-pihak terkait
(stakeholder).
b. Bagi Tenaga Pendidik, senantiasa menyadari betapa pentingnya visi
misi, tujuan dan arah lembaga dalam membangun institusi lembaga
pendidikan islam, sehingga terpacu untuk meningkatkan
profesionalismenya yang pada akhirnya tercipta lembaga pendidikan
islam yang efektif dan berdaya saing tinggi.
c. Bagi pemakalah yang akan datang, ini diharapkan berguna untuk
salah satu acuan atau referensi umum pengembangan makalah,
sehingga pada akhirnya dapat digunakan sebagai bahan yang ada
kaitannya dengan perumusan visi, misi, tujuan dan arah lembaga
dalam membangun intitusi lembaga pendidikan islam yang efektif
dan berdaya saing tinggi.
G. LANDASAN TEORI
Untuk mendukung pembuatan makalah ini maka perlu dikemukakan
hal-hal atau teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang
lingkup pembahasan sebagai landasan dalam pembuatan makalah ini.
1. Visi
Berdasarkan pendapat dari Wibisno (2006, P. 43). Visi merupakan
rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi
atau perusahaan yang ingin dicapai diamasa depan. Atau dapat dikatan
bahwa Visi merupakan pernyataan one to be daro organisasi atau
perusaan.

2. Misi
Menurut Wibisono (2006, P. 46), Misi merupakan rangkaian kalimat yang
menyatakan tujuan dan alasan existensi organisasi yang memuat apa
yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk
atau jasa.

3. Tujuan Misi dan Arah Lembaga


Menurut Wibisosno (2006, P. 46), Tujuan dari Misi adalah
mengkomunikasikan kepada stakeholder, didalam maupun diluar
organisasi tentang alasan pendirian perusahaan dan kearah mana
perusahaan akan menuju.

H. PEMBAHASAN
1. VISI
a. Pengertian Visi
Berdasarkan pendapat dari Wibisno (2006, P. 43). Visi
merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian
sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai diamasa
depan. Atau dapat dikatan bahwa Visi merupakan pernyataan one to
be daro organisasi atau perusaan.
Sedangkan menurut Sinamo (1984) menegaskan bahwa
"secara ringkas visi adalah apa yang didambakan organisasi untuk
"dimiliki" atau diperoleh dimas a mendatang (what do we want to
have). Sedangkan misi adalah darnbaan tentang kita ini akan
"rnenjadi" apa dimasa depan ( what do we want to be).
Agar efektif dan poweriul, maka visi dan misi harus jelas,
harmonis dan kompatibel, Visi bukan hanya sekedar penglihatan
kasat mata, melainkan penglihatan dengan kekuatan mental atau
dengan kacarnata batin dalam ani kognitif, afektif dan
psikornotorik.
Visi dibentuk dengan kecerdasan umum, penghayatan nilai-
nilai, pengetahuan dan pengalaman, kernampuan-kemampuan
dalarn bidang khusus secara konseptual, pemecahan masalah,
dan daya-daya keperilakuan lain yang menjadi unggulan. Dalam
pengertian ini , visi merupakan sari pati endapan dari system nilai
dan kaidah-kaidah.
Gaffar (1994) berpendapat bahwa visi adalah daya pandang
yang jauh, mendalarn dan meluas, merupakan daya fikir abstrak
yang memiliki kekuatan amat dahsyat dan dapat rnenerobos segaia
batas-batas fisik, waktu dan tempat. Visi adalah kunci energi
rnanusia, kunci atribut perrumpin dan pernbuat kebijakan;
Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi
atau perusahaan
harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Visi adalah
suatu gambaran yang menantang karena keadaan masa depan yang
diinginkan oleh organisasi.
Jadi kesimpulannya Visi adalah cita-cita dari sebuah organisasi
atau pereusahaan yang ingin di capai dimasa depan.

b . Ciri-ciri visi yang baik:


Visi terbentuk dari perpaduan antara aspirasi, imojinasi,
insight, nilai-nilai, inforrnasi, pengetahuan dan judgement. Agar
suatu visi dapat menumbuhkan semangat, menyuburkan
inspirasi, mencipatkan makna bagi anggota organisasi, maka visi
harus disepakati dan dihayati bersarna (shared vision).
Oleh karen a itu proses perumusan visi hendaknya dapat
mendorong tumbuhnya kepemilikan (ownership) visi oleh anggota
organisasi sejak awal. Visi menunjukkan arah pergerakan
organisasi dari posisinya sekarang ke masa depan. Visi
merupakan jembatan antara masa kini ke masa depan.
Visi yang baik mempunyai ciri-ciri:
1) Arah dan tujuan,
2) Mudah dimengerti dan diartikulasikan dengan baik,
3) Mencerminkan cita-cita yang tinggi, dan menetapkan
stand art of exellen,
4) Menumbuhkan inspirasi, semangat, kegairahan, dan
komitmen,
5 ) Meneiptakan makna bagi anggota organisasi,
6) Merefleksikan keunikan atau keistimewaan organisasi,
7) Menyiratkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
8 ) Kontekstual, dalam arti mernperhatikan secara seksama
hubungan organisasi dengan lingkungan dan sejarah
perkembangan organisasi yang bersangkutan.

Menurut Wibisono (2006, P. 43), Kriteria Visi yang baik


memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Menyetakan cita-cita / keinginan peerusahaan dimasa depan,
2) Singkat, jelas, vokus dan merupakan standart of exelence,
3) Atraktif dan mampu meng-ispirasikan komitmen serta
antusiasme,
4) Mudah diingat dan dimengerti seluruh karyawan,
5) Dapat ditelusuri tingkat kepercayaannya.

Terwujudnya visi bergantung dengan usaha yang dilakukan


sendiri oleh organisasi dan hal-hal yang terjadi diluar organisasi.
Visi dan misi yang kuat sangat diperlukan demi kelangsungan
hidup orgaIlisasi. Karena itu visi dan misi harus cocok dengan
sejarah, budaya, semangat dan nilai-nilai organisasi.
c. Kegunaan Visi
Oraganisasi atau perusahaan membutuhkan Visi yang dapat
digunakan sebagai berikut:
1) Penyatuan tujauan, arahan dan sasaran perusahaan,
2) Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumberdaya
pengendaliannnya,
3) Pembentukan dan pembangunan budaya perusahaan (corporate
culture).

2. MISI
a. Pengertian Misi
Menurut Wibisono (2006, P. 46), Misi merupakan rangkaian
kalimat yang menyatakan tujuan dan alasan existensi organisasi
yang memuat apa yang disediaan oleh perusahaan kepada
masyarakat, baik berupa produk atau jasa.
Pengertian Misi adalah tujuan dan alasan yang memberikan
arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan. Misi apasa dasarnya
hanya bukan usaha formal untuk memperjelas apa yang dikehendaki,
namun Misi merupakan tahapan aksi yang akan dilaksanakan dari Visi
yang telah ada, guna mencapai suatu tujuan.
b. Tahap-tahap penyusunan Misi
Menurut Wibisosno (2006, P. 47), Tahap-tahap penyusunan
Misi yang pada umumnya dilakukan oleh perusahaan atau organisasi
adalah: 1) melakukan proses brainstorming dengan mensejajarkan
beberapa kata yang menggambarkan organisasi, 2) Menyusun
prioritas dan pemfokusan pada kata-kata yang palingf penting, 3)
mengkombinasikan kata-kata yang telah dipilih menjadi kalimat atau
paragraf yang menggambarkan Misi Lembaga, 4) Mengedit kata-kata
sampai terdengar benar.
c. Tujuan Misi dan Arah Lembaga
Menurut Wibisosno (2006, P. 46), Tujuan dari Misi adalah
mengkomunikasikan kepada stakeholder, didalam maupun diluar
organisasi tentang alasan pendirian perusahaan dan kearah mana
perusahaan akan menuju.

3. PENYEBAB GAGALNYA VISI DAN MISI ORGANISASI:


Menurut Sinamo (1998) dalam "In Search of Powerful
Vision", menyebutkan ada 6 (enam) sebab mengapa visi dan misi
suatu organisasi gagal:
1. Kerancuan pengertian Visi dan Misi:
Konsep dan pengertian tentang visi dan misi masih
rancu, tidak jelas, dan kabur. Jika pada tahap pengertian saja
sudah kabur apalagi dalam pelaksanaannya. Secara ringkas visi
adalah apa yang didambakan organisasi untuk "dimiliki"
atau diperoleh di amsa yang akan datang ( what do we want to
bs ve). Sedangkan misi adalah dambaan tentang kita ini akan
"rnenjadi" apa di masa depan. (what do we want to be). Dengan
demikian masing-masing harus jelas sehingga kerancuan
keduanya dapat dihindarkan:

2. Visi dan Misi tidak benar-benar didambakan:


Visi yang tidak dibangun atas dasar realitas atau
kenyataan (sejarah, jati diri, produk, kesernpatan yang ada,
impiannya, persaingan yang ada dan lain-lain) tentu akan gagal;

3. Visi dan misi tidak mewakili penderitaan dan harapan :


visi misi harus merefleksikan “penderitaan dan “harapan”
sehingga mampu menjadi penggerak dalam berorganisasi. Tichy
seperti dikutip Sinarno (1998), menegaskan bahwa kegagalan
utama sebuah visi dan misi terletak pada tipisnya aspek
motivasi, Karena itu tidak heran jika Burt Nanus berkata "
Selecting and articulating the right vision, this poweriul Idea. Is
the toughest task and the truest test of leadership";

4. Visi dan misi tidak diyakini dapat dicapai:


Banyak rumusan visi dan misi dengan menggunakan
kata-kara indah yang tidak realistic, sehingga tidak dipercaya oleh
para konstituennya dan hanya mendatangkan sinisrne di
kalangan anggora. Meskipun ideal dan transedental, visi dan misi
tidaklah utopis.
Visi dan misi mestinya harus mampu menggerakkan dan
menyapa keyakinan, bahkan menggerakkan irnan, bahwa apa
yang diperjuangkan itu adalah sesuatu yang berharga, bermakna
dan patut diperjuangkan dengan keras, dengan pmgorbanan-
bahkan dengan air mata sekalipun.
Pernyataan yang muncul adalah bagaimana membuat
rumusan visi dan misi yang dapat dipercaya? J awabanya adalah
membuat visi dan misi itu tertulis di dalam hati dan pikiran
seluruh anggota, sehingga ada tiga hal yang perlu diperhatikan
yakni:
1 . Visi dan misi harus dibuat selaras dan sepadan dengan
system nilai organisasi,
2 . Elite organisasi harus menunjukkan komitmen yang tinggi dalam
pelaksanaannya,
3 . Visi dan misi serta nilai harus selalu dikomunikasikan ke
seluruh anggota organisasi dengan berbagai cara, medium
dan kesempatan.
Stephen R. Covey sperti dikutip Sinamo (1998)
menyatakan bahwa visi dan misi yang baik mampu
menciptakan kesatuan yang kokoh, menggalang komitmen
yang unggul dan menciptakan kerangka referensi, criteria dalam
bertindak, standard excellence dan pedoman bagi hati dan
pikiran seluruh anggota organisasi;

5 . Visi dan rnisi tidak fleksibel:


Banyak visi dan misi organisasi akan mati dan tidak
berdaya dan kehilangan gregetnya karena diperlakukan
seperti ayat dari kitab suci dan sangat dogmatis. Visi dan misi
sebaiknya dinamik, fleksibel tanpa kehilangan esensi ideal dan
transendentalnya. Karena itu perumusanya harus up to date
dan menggambarkan kemajuan rnenuju visi dan misi itu
sendiri:

6 . Visi dan misi tidak didukung strategi organisasi dan system


manajemen yang tepat:
Perilaku manusia dalam organisasi sangat dipengaruhi
oleh system-sistem yang dipakai dalam organisasi. Strategi yang
digunakan yang didukung oleh sarana-sarana yang mernadai,
peningkatan sumber daya manusia serta 'kebijakan organisasi
dalam upaya mewujudkan visi dan misi yang telah
dicanangkan merupakan hal yang mutlak, Tanpa hal Itu maka
rurnusan visi dan misi akan menjadi cemoohan dan sikap
apatis dari anggota organisasi itu sendiri.

Gambar 2.8: Peran Visi, Misi dan Nilai dalam Membentuk


Budaya Kerja. Diadopsi dari Jansen H. Sinamo, Meneiptakan Visi
Motivasi ( In Search of PowerfUl VIsion) majalah Manajemen No. 120:
Agustus I998:9)

Keterangan :
1. Visi dan misi harus dirumuskan dengan mengandung sisi
intelektual dan sisi emosional seeara seimbang.
2. Visi dan misi harus didukung seeara serasi dan sepadan oleh
nilai-nilai dasar (core values) yang menjadi panduan perilaku
(behavior) yang konsisten menuju visi dan misi tersebut.
3. Visi dan misi harus didukung dengan strategi organisasi dan
sistem•sistem manajemen yang serasi dan sepadan.

4. Langkah Perumusan Visi – Misi


Visi adalah pandangan umum organisasi/pemimpin terhadap cita-
cita yang ingin dicapai yang dirumuskan melalui kalimat tegas dan
efektif, namun cukup mewakili atas keinginan atau cita-cita organisasi
yang ingin diwujudkan.
Sedangkan Misi adalah tujuan khusus organisasi/pemimpin
terhadap cita-cita yang ingin dicapai dari visi yang telah dirumuskan.
Dan biasanya dirumuskan melalui kalimat yang menegaskan beberapa
item.
Langkah-langkah yang dapat kita tempuh untuk membuat sebuah
visi-misi yang efektif adalah terlebih dahulu harus membuat perumusan
masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi, dan mempersempit
masalah tersebut yang sekiranya akan difokuskan untuk ditangani dan
menjadi maksud, tujuan dan cita-cita dari organisasi.

Contoh kasus, ada sebuah organisasi yang bergerak di bidang


sosial kemanusiaan. Jika kita lihat bidang garapan organisasi tersebut,
maka kita bisa memulai merumuskan masalah visi-misi tersebut dengan
terlebih dahulu menjawab beberapa pertanyaan :
1. Kenapa harus sosial kemanusiaan?
2. Siapa sasarannya?
3. Apa manfaatnya?
4. Siapa saja yang terlibat?

Dari kasus perumusan masalah di atas, kemungkinan pertanyaannya


adalah demikian :
1. Karena peranan sosial tidak bisa dilepaskan dalam menangani
masalah-masalah kemanusiaan
2. Orang-orang yang menyandang masalah sosial
3. Memberikan bantuan dan jaminan sosial kepada orang-orang yang
menyandang masalah sosial
4. Pemerintah, sektor swasta yang terkait dengan masalah sosial.
Sebetulnya tidak bisa kita berhenti sampai di sana untuk
merumuskan visi-misi yang efektif, karena harus lebih dispesifikkan lagi
tentang masalah-masalah kemanusiaan, masalah sosial, dan orang-
orang penyandang masalah sosial di atas, karena luasnya masalah
tersebut akan mengkaburkan perbedaan dari tiap masalah.

Jika kita mau, kita bisa lagi membuat rumusan permasalahan baru
yang lebih spesifik dan mengkerucut untuk menjadi fokus penyelesaian
masalah:
1. Apa saja masalah kemanusiaan itu?
2. Apa saja masalah kemanusiaan yang menyangkut masalah sosial itu?
3. Apa saja yang disebut dengan penyandang masalah sosial itu?

Semakin tajam kita menganalisa permasalahan, maka semakin


cerdas dan efektiv visi yang dapat kita buat, sedangkan semakin banyak
perumusan masalah yang dapat kita buat, maka semakin tajam pula misi
yang dapat dirumuskan, karena dari sekian banyak pertanyaan yang
muncul dari perumusan masalah di atas, tentunya hanya akan dipilih
dan difokuskan pada masalah-masalah yang dapat dijawab dan
sekiranya dapat diwujudkan oleh organisasi tersebut, karena menurut
saya, misi yang dibuat tentunya harus menjawab perumusan masalah
yang pada kesimpulannya akan selektif untuk dirumuskan menjadi misi
organisasi.

Jadi menurut kami, perumusan visi-misi yang baik haruslah


melalui tahapan perumusan permasalahan yang ada dan ingin dipecahkan
oleh organisasi atau seseorang yang akan memimpin organisasi tersebut.
Tanpa ada perumusan masalah, pembuatan visi- misi bisa saja
menyimpang dari cita-cita organisasi yang sesungguhnya. Intinya,
pimpinan yang handal adalah pimpinan yang mengetahui dan memahami
persis permasalahan dan cita-cita organisasinya.

Jika Anda mempunyai pemikiran lain, saya akan sangat berbangga


sekali jika anda mau bertukar pikiran dalam blog ini.

5. Pendidikan Agama Islam dari masa ke masa


1. PAI pada awal kemerdekaan
Undang-undang pendidikan dari zaman dahulu sampai
sekarang tampaknya masih terdapat dikotomi pendidikan. Dimana
bila dicermati bahwa undang-undang pendidikan nasional masih
membeda-bedakan antara pendidikan umum dan agama, padahal bila
digabungkan antara ilmu agama dan ilmu umum justru akan
menciptakan kebersamaan dan juga mampu menciptakan kehidupan
yang harmonis, serasi dan seimbang.
Prioritas pendidikan Islam harus diarahkan pada empat hal,
sebagai berikut :
1) Pendidikan Islam bukanlah hanya untuk mewariskan faham atau
polah keagamaan hasil internalisasi generasi terhadap anak didik.
2) Pendidikan hendaknya menghindari kebiasaan mengunakan andai-
andaian model yang diidealisir yang sering kali membuat kita terjebak
dalam romantisme yang berlebihan.
3) Bahan-bahan pengajaran agama hendaknya selalu dapat
mengintegrasikan problematik empirik disekitarnya.
4) Perlunya dikembangkan wawasan emansipatoris dalam proses
mengajar agama.

Dilihat dari legalitas hukum penyelenggaraan PAI pada sekolah


umum, mengalami proses yang panjang yaitu sejak masa pasca
kemerdekaan hingga ditetapkan undang-undang no. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam proses mendapatkan
legalitas hukum atas pelaksanaan pendidikan agama sejak kurun
kemerdekaan, terjadi tarik menarik antara kelompok yang pro karena
menganggap PAI penting diberikan di Sekolah/Perguruan Tinggi, dan
mereka yang kontra karena mengganggp tidak penting dan cukup
diganti dengan pendidikan budi pekerti.

Semenjak awal kemerdekaan sampai masa orde baru,


pelaksanaan PAI di sekolah selalu masuk dalam agenda pembahasan
atau atas dasar kemauan politik tokoh-tokoh nasional. Hal ini
dikarenakan, setiap keputusan tentang pelaksanaan PAI pada
dasarnya merupakan keputusan politik. Hasil penelusuran dokumen-
dokumen penting yang berhubungan dengan pelaksanaan agama di
sekolah umum dari masa pasca kemerdekaan hingga tahun 1990,
yaitu :
1) Rapat Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP)
taggal 27 Desember 1945 antara lain merekomensasikan agar
pendidikan agama mendapat tempat pada kurikulum, yang harus
diatur secara seksama dan mendapat perhatian semestinya
dengan tidak mengurangi kemerdekaan.
2) Perguruan Agama Islam atau Madrasah dan Ponpes mendapat
perhatian dan bantuan yang nyata berupa tuntunan dan bantuan
material dari pemerintah.

2. PAI sejak UU No. 2 Tahun 1989 sampai lahirnya kurikulum 1994


Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum pada dasarnya
telah mendapat respon yang positif, dengan dikeluarkannya Undang-
undang No.2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional (UUSPN),
dimana didalamnya diperkenalkan dua Istilah, yaitu Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan.
Pendidikan Agama adalah pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah umum, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Pendidikan Keagamaan adalah lembaga pendidikan Islam atau
satuan pendidikan Islam yang lazim dinamakan dengan perguruan
agama. Pendidikan Keagamaan merupakan pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang
bersangkutan.

Pemerintah menaruh perhatian yang cukup besar terhadap


pelaksanaan pendidikan Agama, sejak jaman pasca Orde Baru.

Karakteristik kurikulum PAI Tahun 1994 antara lain:


1) Materi atau bahan kajian yang masing-masinng sesuai dengan
tingkat atau jenjang satuan pendidikan
2) Pilihan bahan kajian untuk semua jenjang pendidikan yang essensial
dan sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa
3) Aspek-aspek pemahaman keagamaan kilafh dihilangkan
4) Materi atau bahan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif,
psikomotorik
5) Pokok bahasan atau kajian PAI diorientasikan untuk berpadu
dengan bidang studi yang lain.

3. PAI sejak UU No. 20 Tahun 2003


Dengan lahirnya UU No, 20 Tahun 2003 semakin
mempertegas kedudukan pendidikan agama Islam sebagai salah
satu elemen terciptanya tujuan pendidikan nasional secara umum.
Sebagaimana pada Pasal 3, Pendidikan Nasional mencerdasakan
kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi pesersta
didik agar menjadi manusian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pasal 12 ayat 1a, setiap peserta didik pada setiap satuan


pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan
agama yang dianutnya.

Maka dalam hal ini, Ditjen Pendidikan Islam berpeluang besar


untuk mengembangkan kapasitas kelembagaannya dengan
meningkatkan kualitas sistem dan layanan pendidikan agama Islam
dalam rangka kensukseskan tujuan pendidikan nasional.

Perkembangan pendidikan agama Islam makin jelas dengan


berlakukanya PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang menyebutkan :
1) Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :
1. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
2. kelompok mata pelajaran kewarganegeraan dan kepribadian,
3. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi,
4. kelompok mata pelajaran estetika, dan (5) kelompok mata
pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

2) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada :


a) SD/MI/SDLB/Paket A,
b) SMP/MTs/SMPLB/Paket B,
c) SMA/MA/SMALB/Paket C,
d) SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui
muatan dan.atau kegiatan agama, akhlak mulia,
kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan
teknologi, estetika, jasmani, olahraga dan kesehatan.

Dukungan pemerintah lebih terencana lagi dalam


pengembangan pendidikan agama Islam, terlihat pada Peraturan
Presiden No. 7 Tahun 2004, tetang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah pada bidang Peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama,
dan berlangsung sampai sekarang Dalam arah kebijakannya
dinyatakan bahwa sesuai dengan agenda pembangunan nasional,
disebutkan bahwa, peningkatan kualitas pendidikan agama dan
pendidikan keagamaan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
Serta peningkatan kualitas tenaga kependidikan agama dan
keagamaan.

Agar pengembangan pendidikan agama Islam pada sekolah


umum lebih terarah maka sejak tahun 1978 berdirilah Direktorat
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, lebih lanjut karena
respon pemerintah dan dunia pendidikan khususnya terhadap
pendidikan agama Islam berkurang, direktorat ini sempat menghilang di
tahun 2001 dengan menggabung dengan Direktorat Pembinaan
Perguruan Agama islam (Ditbinruais), menjadi Direktorat Madrasah dan
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum. Namun ternyata
penggabungan ini tidak juga mengangkat pendidikan agama Islam
pada sekolah umum ke arah yang lebih baik, bahkan lebih terpuruk
dan terasa dikesampingkan. Oleh karena itu di tahun 2005 dibentuk
direktorat baru yang bersifat khusus kembali yaitu Direktorat
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, dan akhirnya disempurnakan
menjadi Direktorat Pendidikan Agama Islam sampai sekarang
berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor
10 Tahun 2010. Saat ini perkembangan program/kegiatan bagi
pendidikan Agama Islam sudah makin membaik dan terrencana.

6. Tupoksi (Tugas Dan Fungsi Ditjen Pendidikan Islam)


Direktorat Jenderal Pendidikan Islam adalah salah satu direktorat
jenderal yang ada di Kementerian Agama RI. Berdasarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2006 tentang Perubahan
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005, diubah dari Direktrorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam menjadi Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam.

Perubahan nama ini menegaskan bahwa tugas pokok Direktorat


Jenderal ini adalah "Pengembagan Aspek-aspek Substansi Kependidikan
Islam"
Sesuai Peraturan Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama, yang disempurnakan
melalui Peraturan Menteri Agama RI No. 10 Tahun 2010 bahwa
Direktrorat Jenderal Pendidikan Islam mempunyai tugas dan fungsi
sebagai berikut :

1. Tugas
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang
pendidikan Islam berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri
Agama dan Peraturan Perundang Undangan yang berlaku.
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam menyelenggarakan fungsi :
a) perumusan kebijakan di bidang pendidikan Islam;
b) pelaksanaan kebjakan di bidang pendidikan Islam;
c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pendidikan Islam;
d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pendidikan
Islam; dan
e) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam terdiri dari :
1) Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Islam;
2) Direktorat Pendidikan Madrasah;
3) Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren;
4) Direktorat Pendidikan Agama Islam; dan
5) Direktorat Pendidikan Tinggi Islam.
3. Visi Pendidikan Islam 2015-2019
"Terwujudnya Pendidikan Islam Yang Unggul, Moderat, dan Menjadi
Rujukan Dunia Dalam Integrasi Ilmu Agama, Pengetahuan dan
Teknologi"

4. Misi Pendidikan Islam Tahun 2015-2019 :


a) Meningkatkan akses Pendidikan Islam yang merata;
b) Meningkatkan mutu Pendidikan Islam;
c) Meningkatkan relevansi dan daya saing Pendidikan Islam;
d) Meningkatkan tata kelola Pendidikan Islam yang baik.

Misi Pendidikan Islam di atas memiliki makna sebagai berikut :


(a) Peningkatan dan pemerataan akses Pendidikan Islam diarahkan
pada upaya memperluas daya tampung satuan pendidikan serta
memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari
berbagai golongan masyarakat yang berbeda baik secara sosial,
ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan
intelektual serta kondisi fisik.
(b) Peningkatan mutu Pendidikan Islam ditandai dengan terpenuhinya
standar nasional pendidikan sehingga menghasilkan peserta didik
yang unggul ditingkat nasional dan internasional dengan tetap
menghargai tradisi, kearifan lokal, etos kemandirian, wawasan
kebangsaan, dan nilai kemoderenan.
(c) Peningkatan relevansi dan daya saing Pendidikan Islam diarahkan
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan kehidupan
masyarakat dan mampu berkompetisi baik di tingkat nasional dan
internasional.
(d) Peningkatan tata kelola Pendidikan Islam yang baik diarahkan
pada pengelolaan Pendidikan Islam yang transparan dan
akuntabel dengan kontribusi yang proporsional dari pemerintah
daerah, masyarakat, dan pihak lainnya. Tata kelola tersebut harus
didukung dengan analisis kebijakan peraturan perundangan
ditingkat pusat dan daerah, sistem perencanaan dan
pengangggaran, dan sistem monitoring dan evaluasi.

5. Tujuan Pendidikan Islam Tahun 2015-2019


Tujuan Pendidikan Islam yang ingin dicapai adalah:
a) Peningkatan akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat pada
RA/BA, Madrasah, Pendidikan Keagamaan Islam, dan Pendidikan
Tinggi Keagamaan Islam.
b) Peningkatan kualitas pembelajaran yang berorientasi pada
pembentukan karakter peserta didik.
c) Peningkatan kualitas lembaga penyelenggara pendidikan pada
semua jenis dan jenjang pendidikan.
d) Peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan dengan distribusi yang merata di seluruh satuan
pendidikan.
e) Peningkatan kualitas lulusan yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan tuntutan kehidupan masyarakat dan
mampu berkompetisi baik di tingkat nasional dan internasional.
f) Peningkatan tata kelola Pendidikan Islam yang transparan dan
akuntabel dengan partisipasi pemerintah daerah, masyarakat, dan
pihak lainnya.

7. Arah Kebijakan Dan Strategi Pendidikan Islam Tahun 2015-2019


a) Arah Kebijakan Pendidikan Islam
Arah kebijakan Pendidikan Islam mengacu pada arah kebijakan
Kementerian Agama Bidang Pendidikan 2015-2019 adalah:
1) Meningkatkan akses dan mutu pendidikan anak usia dini (PAUD)
diarahkan pada upaya:
(a) Peningkatan dana operasional sekolah berupa BOS untuk RA;
(b) Penyediaan ruang kelas pendidikan RA yang berkualitas;
(c) Penyediaan peralatan dan perlengkapan pendidikan RA yang
berkualitas; dan
(d) Pengembangan kurikulum yang disertai dengan pelatihan,
pendampingan dan penyediaan buku pendidikan yang
berkualitas sesuai kurikulum pendidikan anak usia dini yang
berlaku.

2) Meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasar-menengah (wajib


belajar 12 tahun) yang meliputi:
(a) Memperluas akses masyarakat untuk mendapatkan layanan
pendidikan.
(b) Meningkatkan penyediaan sarana prasarana pendidikan yang
berkualitas.
(c) Meningkatkan mutu peserta didik.
(d) Meningkatkan jaminan mutu kelembagaan pendidikan.
(e) Meningkatkan kurikulum dan pelaksanaannya.
(f) Meningkatkan kualitas guru dan tenaga kependidikan.

3) Meningkatkan akses, mutu dan relevansi pendidikan tinggi


keagamaan meliputi:
(a) Meningkatkan akses pendidikan tinggi keagamaan.
(b) Meningkatkan kualitas layanan pendidikan tinggi keagamaan.
(c) Meningkatkan mutu dosen dan tenaga kependidikan perguruan
tinggi keagamaan.
(d) Meningkatkan kualitas hasil penelitian/riset dan inovasi
perguruan tinggi keagamaan.

4) Meningkatkan layanan pendidikan keagamaan yang berkualitas


meliputi:
(a) Peningkatan akses pendidikan keagamaan.
(b) Peningkatan mutu sarana prasarana pendidikan keagamaan.
(c) Peningkatan mutu peserta didik pendidikan keagamaan.
(d) Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
pendidikan keagamaan.
(e) Peningkatan penjaminan mutu kelembagaan pendidikan
keagamaan.
(f) Peningkatan kualitas pembelajaran keagamaan yang moderat
pada pendidikan keagamaan.
5) Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada satuan pendidikan
umum untuk memperkuat pemahaman dan pengamalan untuk
membina akhlak mulia dan budi pekerti luhur meliputi:
(a) Peningkatan mutu dan pemerataan guru pendidikan agama.
(b) Peningkatkan mutu dan pemahaman siswa terhadap
pendidikan agama.
(c) Peningkatan mutu kelembagaan pendidikan agama.

6) Meningkatkan tata kelola pendidikan agama diarahkan pada upaya:


(a) Penguatan struktur dan tata organisasi pengelola pendidikan
dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan pada semua
jenis, jenjang dan jalur pendidikan;
(b) Penguatan lembaga penelitian kebijakan pendidikan dan
jaringannya agar dapat menghasilkan kajian-kajian kebijakan
dalam pengembangan norma, standar, prosedur, dan kriteria
pembangunan pendidikan yang inovatif;
(c) Penguatan penyusunan dan penyelarasan peraturan yang
menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan yang merata,
berkeadilan dan bermutu;
(d) Penguatan sistem informasi pendidikan melalui penguatan
kelembagaan dan kapasitas pengelola sistem informasi;
(e) Peningkatan komitmen pengembil kebijakan dalam penyediaan
data dan informasi pendidikan sehingga pengumpulan data dan
informasi dapat dilakukan dengan lebih baik;
(f) Penyelarasan peraturan yang memungkinkan pemanfaatan
sumberdaya keuangan untuk pembiayaan semua jenis satuan
pendidikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah;
(g) Penguatan kapasitas pengelola pendidikan untuk dapat
berperan secara maksimal dalam pengelolaan satuan
pendidikan secara transparan dan akuntabel; dan
(h) Peningkatan partisipasi seluruh pemangku kepentingan
pembangunan pendidikan untuk memperbaiki efektivitas dan
akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan
pendidikan dalam memberikan dukungan bagi satuan
pendidikan untuk pelayanan pendidikan.

b) Strategi Pendidikan Islam Membangun Pendidikan yang Efektif dan


Berdaya Saing Tinggi.
Berdasarkan arah kebijakan maka strategi Pendidikan Islam
pada lingkup Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dilaksanakan
melalui 5 kegiatan prioritas, yaitu:
1) Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan Agama Islam;
Sejalan dengan arah kebijakan nasional untuk meningkatkan
kualitas pendidikan agama di sekolah guna memperkuat
pemahaman dan pengamalan untuk membina akhlak mulia dan
budi pekerti luhur, maka strategi Pendidikan Agama Islam
diprioritaskan pada peningkatan mutu guru dan pengawas PAI serta
pemahaman siswa terhadap ajaran Islam dan peningkatan mutu
sumber daya dan sarana prasarana kegiatan belajar mengajar.

Strategi yang ditetapkan untuk mencapai hal tersebut antara lain:


a) Strategi dalam meningkatkan mutu guru dan pengawas PAI
berupa:
(1) Pemberian tunjangan profesi kepada guru PAI non PNS,
(2) Peningkatan kualifikasi S1,
(3) Peningkatan kompetensi (khususnya kompetensi
pedagogis),
(4) Pemberian kesempatan untuk mengikuti program visiting
teacher (guru tamu) bagi guru PAI yang berprestasi,
(5) Pemberian kesempatan dalam mengikuti program
Pendidikan Profesi Guru,
(6) Pemberian kesempatan untuk mengikuti lomba
pengembangan pembelajaran bagi guru PAI,
(7) Peningkatan kompetensi pengawas, peningkatan
kualifikasi S2 bagi pengawas,
(8) Pemberian kesempatan mengikuti bimbingan teknis
kurikulum yang berlaku bagi guru dan pengawas, serta
pembinaan bagi pengawas PAI.
(9) Distribusi dan penempatan guru PAI.

b) Strategi dalam meningkatkan mutu dan pemahaman siswa


terhadap ajaran Islam berupa pemberian kesempatan bagi
siswa untuk mengikuti pelatihan Tuntas Baca Tulis Qur`an
(TBTQ), mengikuti lomba kreatifitas PAI, penyelenggaraan
USBN PAI, serta perluasan materi pengembangan PAI
berwawasan kebangsaan.

c) Strategi dalam meningkatkan mutu sumber daya dan sarana


prasarana kegiatan belajar mengajar pada sekolah berupa
peningkatan kapasitas lembaga pokjawas, adanya lembaga
yang melakukan pengembangan pembelajaran dan penilaian
kurikulum PAI, pengembangan KKG dan MGMP serta
pemberian bantuan saran/media pembelajaran PAI.

2) Peningkatan Akses, Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan


Keagamaan Islam;
Sejalan dengan arah kebijakan nasional untuk melaksanakan
Wajib Belajar 12 Tahun secara merata serta meningkatkan layanan
pendidikan keagamaan yang berkualitas, maka strategi Pendidikan
Keagamaan Islam diprioritaskan pada peningkatan akses, mutu
sarana dan prasarana pendidikan, mutu santri, mutu pendidik dan
tenaga kependidikan, penjaminan mutu (quality assurance) serta
pembelajaran Islam yang moderat pada pendidikan keagamaan
Islam.

Strategi yang ditetapkan untuk mencapai hal tersebut antara lain:


a) Strategi dalam meningkatkan akses pendidikan diniyah dan
pondok pesantren berupa:
(1) Pendirian satuan pendidikan diniyah formal/satuan
pendidikan muadalah pada pondok pesantren / ma`had aly
baru.
(2) Pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi
santri pada pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan
muadalah/program persamaan lulusan/ program wajar
dikdas tingkat ula, wustha, ulya, paket A, paket B, serta
Paket C.
(3) Pemberian bantuan dan sosialisasi Kartu Indonesia Pintar
(KIP) bagi santri pada pendidikan diniyah formal/satuan
pendidikan muadalah/program persamaan
lulusan/program wajar dikdas tingkat ula, wustha, ulya,
paket A, paket B, Paket C, dan santri hanya mengaji
(takhassus kitab) usia 6 sampai 21 tahun.
(4) Pemberian Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) kepada
Diniyah Takmiliyah/ Pendidikan Al-Qur`an/Pendidikan
Pesantren.
(5) Pemberian bantuan Bidik Misi bagi mahasantri pada
ma`had aly.
(6) Pendirian ruang kelas baru (RKB) pada pendidikan diniyah
formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok
pesantren/ma`had aly/Program Persamaan
Lulusan/Program Wajar Dikdas serta Paket A, Paket B, dan
Paket C.
(7) Pembangunan asrama pondok pesantren.
(8) Pembangunan lembaga pendidikan keagamaan baru dan
pemberian dukungan pengembangan/peningkatan mutu,
sarana dan prasarana pendidikan, serta tata kelola di
wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
(9) Pemberian layanan Pendidikan Terpadu Anak Harapan
(Dikterapan) kepada santri.

b) Strategi dalam meningkatkan mutu sarana prasarana


pendidikan diniyah dan pondok pesantren berupa:
(1) Rehabilitasi ruang kelas pada pendidikan diniyah
formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok
pesantren/ma`had aly/Program Persamaan Lulusan/
Program Wajar Dikdas serta Paket A, Paket B, dan Paket C.
(2) Rehabilitasi asrama pada pondok pesantren.
(3) Peningkatan mutu sarana dan prasarana pendidikan
keagamaan Islam.
(4) Peningkatan mutu Madrasah Diniyah
Takmiliyah/Pendidikan Al-Qur`an/Pendidikan Pesantren.
(5) Penyediaan kitab/buku ajar yang diajarkan pada lembaga
pendidikan diniyah dan pondok pesantren.
(6) Peningkatan mutu lembaga penyelenggara Pendidikan
Keagamaan.
(7) Pemberian dukungan pengembangan hidup sehat dan
peningkatan mutu layanan kesehatan.
(8) Pemberian dukungan peningkatan mutu kepada lembaga
pendidikan keagamaan sebagai inkubator bisnis bagi santri
dan pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat.
(9) Pengembangan pondok pesantren unggulan Tafaqquh
Fiddin dan vokasional/keterampilan.
(10) Pembinaan lembaga pesantren, diniyah, diniyah
takmiliyah, pendidikan al Qur`an.
c) Strategi dalam meningkatkan mutu santri pendidikan diniyah
dan pondok pesantren berupa:
(1) Pemberian Beasiswa Pendidikan Tahfizh Al-Qur`an
(Program Beasiswa Tahfizh Al-Qur`an) kepada santri.
(2) Mengikutsertakan santri dalam Musabaqah Qira`atil Kutub
(MQK).
(3) Pemberian beasiswa santri berprestasi (Program Beasiswa
Santri Berprestasi).
(4) Pemberian dukungan pembiayaan Pemagangan Santri
Pondok pesantren.
(5) Mengikutsertakan santri dalam Perkemahan Pramuka
Santri Nusantara (PPSN).
(6) Mengikutsertakan santri dalam Pekan Olahraga dan Seni
Antar Pondok pesantren Tingkat Nasional (POSPENAS).
(7) Pemberian beasiswa bagi santri pondok pesantren untuk
belajar di pesantren besar/unggulan untuk memperoleh
layanan pendidikan yang bermutu.
d) Strategi dalam meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan pada pendidikan keagamaan Islam berupa:
(1) Peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidik dan
tenaga kependidikan pada pendidikan diniyah
formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok
pesantren/ ma`had aly/Program Persamaan
Lulusan/Program Wajar Dikdas serta Paket A, Paket B,
Paket C, dan Diniyah Takmiliyah/Pendidikan Al-
Qur`an/Pendidikan Pesantren.
(2) Mengikutsertakan pendidik pada pendidikan diniyah
formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok
pesantren pada Pendidikan Profesi Guru.
(3) Pemberian tunjangan fungsional kepada pendidik pada
pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah
pada pondok pesantren/ma`had aly/program persamaan
lulusan/program wajar dikdas/paket.
(4) Pemberian tunjangan profesi kepada pendidik pada
pendidikan diniyah formal/ satuan pendidikan muadalah
pada pondok pesantren/ma`had aly.
(5) Pemberian tunjangan fungsional kepada pendidik
Madrasah Diniyah Takmiliyah/ Pendidikan Al-
Qur`an/Pendidikan Pesantren.
(6) Peningkatan mutu Pengasuh Pesantren.
(7) Pemberian beasiswa Beasiswa Pendidikan Kader Ulama
kepada pendidik.

e) Strategi dalam meningkatkan jaminan kualitas (quality


assurance) kelembagaan pendidikan diniyah dan pondok
pesantren berupa:
(1) Penyiapan akreditasi lembaga pendidikan keagamaan
Islam.
(2) Peningkatan mutu pembelajaran lembaga pendidikan
keagamaan Islam.
(3) Penyusunan regulasi pendidikan keagamaan Islam.
(4) Penyediaan Data Pendidikan Keagamaan Islam.
(5) Penyediaan paket peningkatan mutu manajemen lembaga
pendidikan keagamaan Islam.
(6) Pemberdayaan mitra kerja pendidikan keagamaan Islam
(FKDT/FKPP/FKPM/FKMA dll).
(7) Penyelenggaraan Bahtsul Ma`sail/Halaqoh pada lembaga
pendidikan keagamaan.
(8) Penyelenggaraan layanan pendidikan kecakapan hidup dan
keterampilan kerja (life skill) pada lembaga pendidikan
keagamaan.
(9) Penyusunan Standar Nasional Pendidikan Keagamaan
Islam.
f) Strategi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
Pendidikan Islam yang moderat pada pendidikan diniyah dan
pondok pesantren berupa:
(1) Penyelenggaraan Tahkiq atas Kitab Karya Ulama
Nusantara.
(2) Sosialisasi pemahaman keagamaan yang toleran
(tasamuh), seimbang (tawazun), moderat (tawasuth), dan
cinta tanah air.
(3) Penyelenggaraan deradikalisasi keagamaan pada lembaga
pendidikan keagamaan.

3) Peningkatan Akses, Mutu, dan Relevansi Madrasah;


Sejalan dengan arah kebijakan nasional dan Kementerian
Agama untuk melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun secara
merata, maka strategi RA dan Madrasah diprioritaskan pada
peningkatan akses dan mutu sarana dan prasarana pendidikan,
siswa, pendidik dan tenaga kependidikan, kelembagaan, dan
kurikulum pembelajaran madrasah. Strategi yang ditetapkan
untuk mencapai hal tersebut antara lain:
a) Strategi dalam meningkatkan akses pendidikan madrasah
berupa:
(1) Pemberian Biaya Operasional Pendidikan untuk tingkat RA.
(2) Pemberian dana BOS untuk MI, MTs dan MA/MAK.
(3) Pemberian bantuan dan sosialisasi program Kartu
Indonesia Pintar (KIP) kepada siswa MI, MTs dan MA/MAK.
(4) Pembangunan ruang kelas baru RA.
(5) Pembangunan ruang kelas MI, MTs, dan MA/MAK
(6) Pembangunan MTs di daerah 3T (Tertinggal, Terluar dan
Terpencil).
(7) Pembangunan MI-MTs satu atap.
(8) Pembangunan MA dan MAK.

b) Strategi dalam meningkatkan kualitas sarana prasarana


pendidikan madrasah berupa:
(1) Pemberian bantuan sarana dan prasarana pembelajaran
kepada RA.
(2) Rehabilitasi ruang kelas RA.
(3) Rehabilitasi sedang dan berat MI, MTs, MA dan MAK.
(4) Pembangunan perpustakaan MI, MTs, MA dan MAK.
(5) Meningkatkan standar UKS MI, MTs, MA dan MAK.
(6) Kelengkapan sarana dan prasarana MI, MTs, MA dan MAK
antara lain sarana olah-raga dan seni, sarana laboratorium
sains, perpustakaan, dan mebelair.
(7) Pembangunan asrama MTs, MA dan MAK.
(8) Pembangunan dan pengadaan peralatan laboratorium
MTs, MA dan MAK.
(9) Pembangunan dan pengembangan MA/MAK berasrama.
(10) Pembangunan dan pengadaan peralatan laboratorium
bahasa MA/MAK.
(11) Pembangunan dan pengadaan laboratorium komputer
MA/MAK.
(12) Pengembangan MA unggulan (Insan Cendekia).
(13) Penyiapan MTs dan MA menjadi madrasah unggulan.

c) Strategi dalam meningkatkan mutu siswa madrasah berupa:


(1) Pengikutsertaaan siswa RA dalam lomba / kompetisi.
(2) Pemberian beasiswa bakat dan berprestasi pada siswa MI,
MTs, MA dan MAK.
(3) Pengikutsertaan siswa MI, MTs, MA dan MAK dalam
lomba/festival/kompetisi/ olimpiade nasional dan/atau
internasional.
(4) Pemberian fasilitas pendidikan ke luar negeri bagi siswa
MA/MAK yang berprestasi.
(5) Pengikutsertaan siswa MI, MTs, MA pada UAMBN PAI dan
Bahasa Arab.
(6) Pengikutsertaan siswa MI, MI, MTs, MA pada UN.
(7) Pengikutserta siswa MA pada program pemagangan di
Dunia Usaha/Dunia Industri.

d) Strategi dalam meningkatkan mutu pendidik dan tenaga


kependidikan madrasah berupa:
(1) Peningkatan kompetensi Guru/Kepala RA.
(2) Peningkatan kompetensi PTK, MI, MTs, MA dan MAK.
(3) Peningkatan kualifikasi S1 guru madrasah.
(4) Pemberian tunjangan fungsional, tunjangan profesi dan
tunjangan khusus kepada PTK non-PNS.
(5) Pengikutsertaan guru Madrasah pada Pendidikan Profesi
Guru.
(6) Sertifikasi guru madrasah mapel umum
(7) Penilaian kinerja guru.
(8) Peningkatan kualifikasi pendidikan S2 bagi PTK (Guru,
Calon Kepala Madrasah, dan Calon Pengawas).
(9) Peningkatan kompetensi PTK madrasah penyelenggara
pendidikan inklusi.
(10) Pemberian penghargaan dan perlindungan kepada PTK
madrasah.
(11) Pembinaan kewirausahaan bagi guru MA.
(12) Penyiapan guru untuk menjadi Kepala Madrasah.

e) Strategi dalam meningkatkan jaminan kualitas (quality


assurance) kelembagaan madrasah berupa:
(1) Penyiapan RA, MI, MTs, MA dan MAK untuk ditingkatkan
mutu akreditasinya.
(2) Penyiapan RA, MI menjadi madrasah unggulan.
(3) Peningkatan mutu manajemen RA.
(4) Peningkatan kualitas ekstra kurikuler MI, MTs, MA dan
MAK.
(5) Penerapan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) bagi MI,
MTs, MA dan MAK.
(6) Pemberdayaan KKM dan KKG MI.
(7) Jumlah KKG MI
(8) Penguatan riset pembelajaran pada MI, MTs dan MA.
(9) Pemberdayaan KKM dan MGMP MTs, MA dan MAK.
(10) Penyelenggaraan program keterampilan pada MA.
(11) Penyelenggaraan program keagamaan pada MA.
(12) Penyelenggaraan pendidikan inklusi pada madrasah.
(13) Peningkatan kualitas madrasah daerah
tertinggal/perbatasan/ pedalaman.
(14) Pemberian apresiasi kepada RA/Madrasah.
(15) Pemberdayaan lembaga/organisasi mitra pengembangan
madrasah.
(16) Pemberdayaan Pusat Pengembangan Madrasah (PPM) di
Provinsi.
(17) Publikasi Kreatif tentang Pendidikan Madrasah
(18) Penyusunan peraturan untuk menjamin layanan
pendidikan madrasah yang bermutu, termasuk madrasah
berasrama, madrasah unggulan, dan pengelolaan asrama
pada madrasah berasrama
(19) Kerjasama antara perguruan tinggi dan madrasah dan
dengan lembaga internasional untuk pendidikan madrasah
yang bermutu.
(20) Pelaksanaan kesetaraan gender pada RA/Madrasah.

f) Strategi dalam meningkatkan mutu kurikulum pembelajaran


madrasah berupa:
(1) Penyiapan pengembangan kurikulum RA.
(2) Penerapan kurikulum pada MI, MTs, MA dan MAK.
(3) Penggandaan buku PAI dan Bahasa Arab sesuai kurikulum
yang berlaku.
(4) Pelatihan kurikulum yang berlaku bagi PTK.
(5) Pendampingan oleh madarasah tentang pelaksanaan
kurikulum yang berlaku.

4) Peningkatan Akses, Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan


Tinggi Keagamaan Islam (PTKI);
Sejalan dengan arah kebijakan nasional untuk
meningkatkan akses, mutu, relevansi dan daya saing pendidikan
tinggi khususnya PTKI, maka strategi Pendidikan Tinggi Islam
diprioritaskan pada peningkatan akses pendidikan tinggi
keagamaan Islam, kualitas layanan pendidikan tinggi keagamaan
Islam, peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan PTKI,
peningkatan kualitas hasil penelitian/riset PTKI dan peningkatan
hasil inovasi pada PTKI.

Strategi yang ditetapkan untuk mencapai hal tersebut antara lain:


a) Strategi dalam meningkatkan akses pendidikan tinggi
keagamaan Islam berupa:
(1) Pelaksanaan program BIDIKMISI bagi mahasiswa baik
untuk mahasiswa baru, on-going 2 semester dan on-going
1 semester.
(2) Pelaksanaan program Afirmasi Pendidikan Tinggi Islam
(Adiktis) UP4B bagi mahasiswa.
(3) Pemberian beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik.
(4) Pemberian beasiswa Tahfidz Qur`an.
(5) Pemberian fasilitas bagi mahasiswa berprestasi lulusan S1
(fresh graduate) untuk melanjutkan pendidikan S2.
(6) Pemberian beasiswa pada prodi langka yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
(7) Penyeleksian mahasiswa baru.
(8) Peningkatan PTKIN penerima BOPTN.
(9) Pendirian PTKI baru.
(10) Pengembangan lembaga PTKI melalui alih status.

b) Strategi dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan


tinggi keagamaan Islam berupa:

(1) Peningkatan mutu gedung pendidikan dan fasilitas


penunjang PTKIN.
(2) Pemberian fasilitas P/HLN dan dana pendamping bagi
PTKIN.
(3) Peningkatan sarana dan prasarana PTKIN melalui SBSN.
(4) Peningkatan koleksi dan prasana perpustakaan.
(5) Peningkatan mutu akademik PTKIN.
(6) Peningkatan akreditasi minimal B bagi prodi dan PTKI.
(7) Peningkatan mutu sarana dan prasarana serta akademik
PTKIS.
(8) Penerbitan regulasi yang terkait dengan PTKI.
(9) Pengikutsertaan PTKI pada program Standar manajemen
Nasional dan Internasional.
(10) Mendorong penyelenggaraan enterpreuneurship pada
beberapa lembaga.
(11) Peningkatan mutu Lembaga Kemahasiswaan.
(12) Pemberian PNBP/BLU bagi PTKIN/BLU
(13) Mengadakan kerjasama luar negeri untuk penguatan PTKI
(14) Penguatan kekhasan sebagai pusat keunggulan pada setiap
PTKI.
(15) Penguatan mandat integrasi ilmu Islam dan sains bagi PTKI.
(16) Pembinaan bagi kopertais.
(17) Penguatan kelembagaan LPTK.

c) Strategi dalam meningkatkan mutu pendidik dan tenaga


kependidikan PTKI berupa:
(1) Sertifikasi dosen.
(2) Pemberian tunjangan profesi bagi dosen Non PNS.
(3) Peningkatan kualifikasi dosen menjadi S3 baik dalam
negeri maupun luar negeri.
(4) Peningkatan kompentensi dosen.
(5) Pemberian fasiltas bagi dosen untuk mengikuti forum
ilmiah tingkat internasional.
(6) Peningkatan kemampuan bahasa asing bagi dosen.
(7) Pemberian fasilitas bagi dosen untuk melakukan presantasi
makalah AICIS.
(8) Peningkatan kompetensi tenaga kependidikan.
(9) Peningkatan kualifikasi tenaga kependidikan menjadi S2
(10) Sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan melalui LPTK
d) Strategi dalam meningkatkan kualitas hasil penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat PTKI berupa:
(1) Peningkatan kemampuan peneliti di PTKI.
(2) Peningkatan jurnal yang terakreditasi nasional.
(3) Peningkatan jurnal terakreditasi internasional (terindex
scopus).
(4) Peningkatan karya ilmiah yang mendapatkan hak paten.
(5) Penguatan budaya riset di lingkungan PTKI.
(6) Peningkatan kemampuan riset dan pendidikan perdamaian
sebagai bagian dari upaya mewujudkan pemahaman Islam
rahmatan lil `alamin.
(7) Peningkatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan
oleh PTKI.

e) Strategi dalam meningkatkan hasil inovasi pada PTKI berupa:


(1) Peningkatan kerjasama dengan dunia industri untuk
program pemagangan bagi.
(2) Pemberian fasilitas bagi mahasiswa untuk mengikuti
kompetisi, lomba, olimpiade, seminar dan pengembangan
bakat mahasiswa tingkat nasional maupun internasional.
(3) Peningkatan pemahaman tentang konsep, pendekatan dan
metodologi pengembangan masyarakat partisipatoris
sejalan perkembangan ilmu dan penerapannya untuk
mengamalkan ilmu bagi pembangunan masyarakat dan
pembangunan lokal (daerah) serta mengembangkan
keilmuan (PMA No.55/2014).
(4) Peningkatan kemampuan penanganan konflik dalam
masyarakat untuk mewujudkan Islam rahmatan lil `alamin.

5) Dukungan Manajemen Pendidikan dan Pelayanan Tugas Teknis


Lainnya Pendidikan Islam.
Tata kelola pemerintahan yang baik isu strategis dalam
pengelolaan administrasi publik. Fungsi utama Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pengaturan, pelayanan
dan pemberdayaan. Ketiga fungsi tersebut merupakan faktor
penting dalam meningkatkan mutu, relevansi, dan daya saing
melalui efisiensi proses pelayanan dan pengendalian mutu yang
didukung dengan regulasi dan struktur organisasi yang kuat.
Peningkatan kualitas kegiatan perencanaan, implementasi,
monitoring & evaluasi yang diikuti dengan tindakan perbaikan
memerlukan dukungan data dan sistem informasi Pendidikan
Islam yang akurat.

Monitoring dan evaluasi Renstra bertujuan untuk


mengetahui tingkat pencapaian dan kesesuaian antara rencana
yang telah ditetapkan dalam Renstra 2015-2019 dengan hasil yang
dicapai berdasarkan kebijakan yang dilaksanakan melalui kegiatan
di setiap satuan, jenjang, jenis, dan jalur pendidikan secara
berkala. Sinkronisasi antara keempat langkah tersebut merupakan
keniscayaan agar target pembangunan Islam yang dinyatakan
dalam Renstra dapat dilaksanakan dan diukur efektivitas
pencapaiannya. Beberapa indikator target dukungan manajemen
pendidikan dan pelayanan tugas teknis lainnya adalah:
a) Meningkatnya Kualitas Administrasi Perencanaan dan
Penganggaran
b) Meningkatnya Kualitas Laporan dan Evaluasi Program
c) Meningkatnya Kualitas Data dan Informasi Pendidikan Islam
d) Meningkatnya Kualitas Verifikasi Anggaran
e) Meningkatnya Kualitas Pelaksana Anggaran
f) Meningkatnya Kualitas Laporan Keuangan
g) Meningkatnya Kualitas Administrasi Kepegawaian
h) Meningkatnya Kualitas Administrasi Organisasi dan Tatalaksana
i) Meningkatnya Kualitas Administrasi Hukum dan Kerjasama
j) Meningkatnya Kualitas Ketatausahaan dan Kearsipan
k) Meningkatnya Kualitas Layanan Perkantoran dan Kehumasan
l) Meningkatnya Kualitas Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
I. PENUTUP

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :


a. Visi adalah Jadi kesimpulannya Visi adalah cita-cita dari sebuah
organisasi atau perusahaan yang ingin di capai dimasa depan.

b. Misi tahapan aksi yang akan dilaksanakan dari Visi yang telah ada, guna
mencapai suatu tujuan.

c. Tujuan Misi dan Arah Lembaga adalah mengkomunikasikan kepada


stakeholder, didalam maupun diluar organisasi tentang alasan pendirian
perusahaan dan kearah mana perusahaan akan menuju.

d. Penyebab gagalnya visi dan misi organisasi:


1. Kerancuan pengertian Visi dan Misi:
2. Visi dan Misi tidak benar-benar didambakan:
3. Visi dan misi tidak mewakili penderitaan dan harapan :
4. Visi dan misi tidak diyakini dapat dicapai:
5 . Visi dan rnisi tidak fleksibel:
6 . Visi dan misi tidak didukung strategi organisasi dan system
manajemen yang tepat.

e. Langkah Perumusan Visi – Misi


Langkah-langkah yang dapat kita tempuh untuk membuat sebuah visi- misi
yang efektif adalah terlebih dahulu harus membuat perumusan masalah-
masalah yang dihadapi oleh organisasi, dan mempersempit
masalah tersebut yang sekiranya akan difokuskan untuk ditangani dan
menjadi maksud, tujuan dan cita-cita dari organisasi.

f. Pendidikan Agama Islam dari masa ke masa


1. PAI pada awal kemerdekaan
2. PAI sejak UU No. 2 Tahun 1989 sampai lahirnya kurikulum 1994
3. PAI sejak UU No. 20 Tahun 2003

g. Ditjen dalam Pendidikan Islam memnpunyai:


1. Tugas
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang
pendidikan Islam berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri
Agama dan Peraturan Perundang Undangan yang berlaku.
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam menyelenggarakan fungsi :
a) perumusan kebijakan di bidang pendidikan Islam;
b) pelaksanaan kebjakan di bidang pendidikan Islam;
c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pendidikan Islam;
d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pendidikan
Islam; dan
e) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
3. Visi Pendidikan Islam 2015-2019
"Terwujudnya Pendidikan Islam Yang Unggul, Moderat, dan Menjadi
Rujukan Dunia Dalam Integrasi Ilmu Agama, Pengetahuan dan
Teknologi"

4. Misi Pendidikan Islam Tahun 2015-2019 :


a) Meningkatkan akses Pendidikan Islam yang merata;
b) Meningkatkan mutu Pendidikan Islam;
c) Meningkatkan relevansi dan daya saing Pendidikan Islam;
d) Meningkatkan tata kelola Pendidikan Islam yang baik.

5. Tujuan Pendidikan Islam Tahun 2015-2019


Tujuan Pendidikan Islam yang ingin dicapai adalah:
a) Peningkatan akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat pada
RA/BA, Madrasah, Pendidikan Keagamaan Islam, dan Pendidikan
Tinggi Keagamaan Islam.
b) Peningkatan kualitas pembelajaran yang berorientasi pada
pembentukan karakter peserta didik.
c) Peningkatan kualitas lembaga penyelenggara pendidikan pada
semua jenis dan jenjang pendidikan.
d) Peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan dengan distribusi yang merata di seluruh satuan
pendidikan.
e) Peningkatan kualitas lulusan yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan tuntutan kehidupan masyarakat dan
mampu berkompetisi baik di tingkat nasional dan internasional.
f) Peningkatan tata kelola Pendidikan Islam yang transparan dan
akuntabel dengan partisipasi pemerintah daerah, masyarakat, dan
pihak lainnya.

h. Arah Kebijakan Dan Strategi Pendidikan Islam Tahun 2015-2019


a) Arah Kebijakan Pendidikan Islam
Arah kebijakan Pendidikan Islam mengacu pada arah kebijakan
Kementerian Agama Bidang Pendidikan 2015-2019 adalah:
1) Meningkatkan akses dan mutu pendidikan anak usia dini (PAUD)
diarahkan pada upaya:
2) Meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasar-menengah (wajib
belajar 12 tahun) yang meliputi:
3) Meningkatkan akses, mutu dan relevansi pendidikan tinggi
keagamaan meliputi:
4) Meningkatkan layanan pendidikan keagamaan yang berkualitas
meliputi:
5) Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada satuan pendidikan
umum untuk memperkuat pemahaman dan pengamalan untuk
membina akhlak mulia dan budi pekerti luhur meliputi:
6) Meningkatkan tata kelola pendidikan agama diarahkan pada upaya:

b) Strategi Pendidikan Islam Membangun Pendidikan yang Efektif dan


Berdaya Saing Tinggi.
Berdasarkan arah kebijakan maka strategi Pendidikan Islam
pada lingkup Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dilaksanakan
melalui 5 kegiatan prioritas, yaitu:
1) Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan Agama Islam;
2) Peningkatan Akses, Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan
Keagamaan Islam;
Strategi yang ditetapkan untuk mencapai hal tersebut antara lain:
a) Strategi dalam meningkatkan akses pendidikan diniyah dan
pondok pesantren berupa:
b) Strategi dalam meningkatkan mutu sarana prasarana
pendidikan diniyah dan pondok pesantren berupa:
c) Strategi dalam meningkatkan mutu santri pendidikan diniyah
dan pondok pesantren berupa:
d) Strategi dalam meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan pada pendidikan keagamaan Islam berupa:
e) Strategi dalam meningkatkan jaminan kualitas (quality
assurance) kelembagaan pendidikan diniyah dan pondok
pesantren berupa:
f) Strategi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
Pendidikan Islam yang moderat pada pendidikan diniyah dan
pondok pesantren berupa:

3) Peningkatan Akses, Mutu, dan Relevansi Madrasah;


Strategi yang ditetapkan untuk mencapai hal tersebut antara lain:
a) Strategi dalam meningkatkan akses pendidikan madrasah
berupa:
b) Strategi dalam meningkatkan kualitas sarana prasarana
pendidikan madrasah berupa:
c) Strategi dalam meningkatkan mutu siswa madrasah berupa:
d) Strategi dalam meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan madrasah berupa:
e) Strategi dalam meningkatkan jaminan kualitas (quality
assurance) kelembagaan madrasah berupa:
f) Strategi dalam meningkatkan mutu kurikulum pembelajaran
madrasah berupa:

4) Peningkatan Akses, Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan


Tinggi Keagamaan Islam (PTKI);
Strategi yang ditetapkan untuk mencapai hal tersebut antara lain:
a) Strategi dalam meningkatkan akses pendidikan tinggi
keagamaan Islam berupa:
b) Strategi dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan
tinggi keagamaan Islam berupa:
c) Strategi dalam meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan PTKI berupa:
d) Strategi dalam meningkatkan kualitas hasil penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat PTKI berupa:
e) Strategi dalam meningkatkan hasil inovasi pada PTKI berupa:

5) Dukungan Manajemen Pendidikan dan Pelayanan Tugas Teknis


Lainnya Pendidikan Islam.
Tata kelola pemerintahan yang baik isu strategis dalam
pengelolaan administrasi publik. Fungsi utama Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pengaturan, pelayanan
dan pemberdayaan. Ketiga fungsi tersebut merupakan faktor
penting dalam meningkatkan mutu, relevansi, dan daya saing
melalui efisiensi proses pelayanan dan pengendalian mutu yang
didukung dengan regulasi dan struktur organisasi yang kuat.
Peningkatan kualitas kegiatan perencanaan, implementasi,
monitoring & evaluasi yang diikuti dengan tindakan perbaikan
memerlukan dukungan data dan sistem informasi Pendidikan
Islam yang akurat.

Monitoring dan evaluasi Renstra bertujuan untuk


mengetahui tingkat pencapaian dan kesesuaian antara rencana
yang telah ditetapkan dalam Renstra 2015-2019 dengan hasil yang
dicapai berdasarkan kebijakan yang dilaksanakan melalui kegiatan
di setiap satuan, jenjang, jenis, dan jalur pendidikan secara
berkala. Sinkronisasi antara keempat langkah tersebut merupakan
keniscayaan agar target pembangunan Islam yang dinyatakan
dalam Renstra dapat dilaksanakan dan diukur efektivitas
pencapaiannya. Beberapa indikator target dukungan manajemen
pendidikan dan pelayanan tugas teknis lainnya adalah:
a) Meningkatnya Kualitas Administrasi Perencanaan dan
Penganggaran
b) Meningkatnya Kualitas Laporan dan Evaluasi Program
c) Meningkatnya Kualitas Data dan Informasi Pendidikan Islam
d) Meningkatnya Kualitas Verifikasi Anggaran
e) Meningkatnya Kualitas Pelaksana Anggaran
f) Meningkatnya Kualitas Laporan Keuangan
g) Meningkatnya Kualitas Administrasi Kepegawaian
h) Meningkatnya Kualitas Administrasi Organisasi dan Tatalaksana
i) Meningkatnya Kualitas Administrasi Hukum dan Kerjasama
j) Meningkatnya Kualitas Ketatausahaan dan Kearsipan
k) Meningkatnya Kualitas Layanan Perkantoran dan Kehumasan
l) Meningkatnya Kualitas Layanan Pengadaan Barang dan Jasa

J. DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Suyitno, M.Pd, Mewujudkan Visi Misi dan Tujuan Organisasi bidang
Pendidikan, Malang: Sinar Akademika, Cet.I, 2012
2. Dr. Ahmadi, Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup,
Yogyakarta: Mustaka Ifada, , 2013
3. Depdiknas, Rencana Strategi Departemen Pendidikan Nasional 2005-
2009, Jakarta: Pusat Informasi dan Humas Depdiknas, 2007
4. Ditpais Kemenag, Pengembangan Soft Skill Guru PAI Materi Pendidikan
dan Pelatihan Guru PAI Tingkat SD-SMA/Sederajat, Jakarta : Ditpais, 2011
5. Kemenag.go.id, Visi, Misi, Tujuan dan Arah Kebijakan Pendidikan Agama
Islam 2015-2019, disalin Selasa 3 Mei 2016
6. Nata A, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam
di Indonesia, Jakarta : PT. Prenada Media, 2003
7. Nata A, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana
Prenada Media Grup, 2009
8. Mulyasana, D, Pendidikan Bermutu dan Berdaya saing, (Yogyakarta,
Pustaka Ifada :2013
9. Undang-undang SISDIKNAS. Cet.VI (Jakarta, Sinar Grafika : 2014),
10. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2011)
11. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008),

Anda mungkin juga menyukai