Anda di halaman 1dari 22

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Odontektomi Gigi Molar 3 Bawah


Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi sering mengalami gangguan
erupsi, baik pada gigi anterior maupun posterior. Frekuensi gangguan erupsi
terbanyak pada gigi molar ketiga baik di rahang atas maupun di rahang bawah diikuti
gigi kaninus rahang atas. Gigi dengan gangguan letak salah benih akan menyebabkan
kelainan pada erupsinya, baik berupa erupsi di luar lengkung yang benar atau bahkan
terjadi impaksi.3 Gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi seluruhnya atau
sebagian karena tertutup oleh tulang atau jaringan lunak atau keduanya. 2
Klasifikasi impaksi gigi molar ketiga menurut Pell & Gregory, yaitu:12
A. Berdasarkan ruang antara ramus dan sisi distal molar dua.
- Klas I : Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal molar dua untuk lebar
mesio distal molar tiga.
- Klas II : Ruangan antara distal molar dua dan ramus lebih kecil daripada lebar
mesio distal molar tiga.
- Klas III : Sebagian besar atau seluruh molar tiga terletak di dalam ramus.

B. Kedalaman gigi molar tiga terpendam di tulang rahang.


- Posisi A : Bagian tertinggi gigi terpendam terletak setinggi atau lebih tinggi
daripada dataran oklusal gigi yang normal.
- Posisi B : Bagian tertinggi daripada gigi berada di bawah dataran oklusal tapi
lebih tinggi daripada servikal gigi molar dua (gigi tetangga).
- Posisi C : Bagian tertinggi dari gigi terpendam berada di bawah garis servikal
gigi molar dua.

Universitas Sumatera Utara


6

Klasifikasi menurut Winter, berdasarkan inklinasi gigi impaksi molar 3 bawah


terhadap panjang aksis gigi molar 2.12
- Vertikal
- Horizontal
- Mesioangular
- Distoangular
- Bukoangular
- Linguoangular.
Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapat mengganggu fungsi
pengunyahan dan sering menyebabkan berbagai komplikasi, seperti resorpsi patologis
gigi yang berdekatan, terbentuknya kista folikular, perikoronitis, bahaya fraktur
rahang akibat lemahnya rahang dan gigi anterior yang berdesakan akibat tekanan gigi
impaksi ke anterior. Adanya komplikasi tersebut yang diakibatkan gigi impaksi dan
letak gigi impaksi maka perlu dilakukan tindakan pencabutan sebagai tindakan
pencegahan komplikasi.3
Pencabutan dianjurkan jika ditemukan akibat yang merusak atau
kemungkinan terjadinya kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika gigi benar-benar
tidak berfungsi. Upaya mengeluarkan gigi impaksi terutama pada molar ketiga rahang
bawah dilakukan dengan tindakan pembedahan yang disebut sebagai odontektomi.
Odontektomi sebaiknya dilakukan pada saat pasien masih muda, yaitu pada usia 25-
26 tahun sebagai tindakan profilaksis atau pencegahan terhadap terjadinya patologi.3
Indikasi odontektomi molar 3 bawah:13
- Posisi gigi yang abnormal
- Sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya perikoronitis.
- Pencegahan penyakit periodontal.
- Pencegahan resorpsi akar.
- Gigi impaksi terlihat mendesak gigi molar 2.
- Menyebabkan karies pada molar 2.

Universitas Sumatera Utara


7

Kontraindikasi odontektomi molar 3 bawah, yaitu pasien kompromis medis.


Pasien-pasien dengan kompromis medis juga menjadi hal penting yang perlu
diperhatikan sebelum odontektomi karena apabila pasien memiliki riwayat medis,
seperti gangguan fungsi kardiovaskular, gangguan pernapasan, gangguan pertahanan
tubuh, atau memiliki kongenital koagulopati, maka operator sebaiknya
mempertimbangkan untuk tidak melakukan tindakan pencabutan atau odontektomi
gigi impaksi. Jadi, jika gigi impaksi tersebut bermasalah maka sebelum tindakan
operator harus konsultasi medis terlebih dahulu kepada dokter yang merawatnya.13,14
Sebelum melakukan odontektomi terlebih dahulu melakukan anestesi lokal
saraf yang mempersarafi gigi tersebut.4 Hal ini diperlukan dalam setiap pencabutan
gigi permanen ataupun gigi susu agar pasien tidak merasakan sakit. 6 Gigi geligi dapat
dicabut di bawah anestesi lokal dan seorang dokter gigi (operator) harus dapat
menilai indikasi dan kontraindikasi, jenis bahan anestesinya, teknik anestesi, serta
dosisnya.

2.2 Definisi Anestesi Lokal


Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada
tahun 1846. Anestesi adalah pembiusan yang berasal dari bahasa Yunani, an = “tidak
atau tanpa” dan aestheos = “persepsi, kemampuan untuk merasa”, secara umum
berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.15
Anestesi lokal adalah sebagai obat penghilang nyeri yang berbeda dengan
obat penghilang nyeri yang lainnya. Perbedaannya adalah jika obat lain harus
memasuki pembuluh darah dan mencapai kadar yang cukup guna memberikan efek
terapi (mencapai efek terapeutik), sedangkan anestesi lokal, jika sampai memasuki
pembuluh darah maka akan terabsorpsi ke dalam pembuluh darah sehingga efek
terapeutiknya justru akan hilang dan berpotensi menimbulkan keracunan.16
Anestesi lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap
bagian susunan saraf. Pemberian anestesi lokal pada batang saraf menyebabkan

Universitas Sumatera Utara


8

paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafinya. Paralisis saraf oleh
anestesi lokal bersifat reversibel tanpa merusak serabut atau sel saraf. 17,18

2.3 Fisiologi Konduksi Saraf


Pada proses konduksi saraf menurut teori elektrofisiologi, sel saraf berada
pada cairan tubuh dan sebagian besar pada kation ekstraseluler adalah natrium.
Sebagian kation pada intraseluler adalah kalium. Pada saat istirahat, rasio ion kalium
di dalam sel saraf dibandingkan di luar sel saraf sekitar 30:1. Berdasarkan rasio ini,
potensi pada membran sel saraf adalah -50 sampai -70 milivolt. Ini disebut sebagai
membran potensial istirahat (resting level). Sebagai hasil dari distribusi ion, bagian
luar membran sel saraf memiliki muatan positif dan pada bagian dalam membran sel
saraf bermuatan negatif.9
Membran sel saraf memiliki struktur berpori dengan ion kalium berperan
sebagai gerbang dalam pori-pori tersebut. Pada membran potensial istirahat gerbang
ditutup, ion natrium dan kalium tidak dapat melewati gerbang tersebut. Ketika terjadi
eksitasi saraf dan potensial ambang tercapai, ion kalium akan digantikan dari pori-
pori ini, gerbang akan terbuka dan ion natrium segera masuk ke dalam sel saraf
mengubah potensial transmembran. Bagian dalam membran sel saraf akan menjadi
relatif positif perubahan polaritas mencapai firing threshold (antara -50 sampai -60
mV). Perubahan polaritas ini disebut sebagai depolarisasi dan peningkatan aksi
potensial terbentuk yang disebarkan di sepanjang membran sel saraf.9
Saat depolarisasi maksimum terjadi, maka permeabilitas ion natrium akan
menurun, ion kalium kembali ke pori-pori di membran sel saraf dan gerbang
menutup, serta proses repolarisasi terjadi. Repolarisasi membawa potensial
transmembran dan membran potensial kembali ke tingkat istirahat. Hal tersebut
karena repolarisasi menyebabkan penurunan gerakan ion natrium ke dalam sel saraf
dan peningkatan permeabilitas ion kalium dengan difusi resultan dari ion kalium ke
luar sehingga peristiwa ionik akan mengembalikan potensial transmembran ke tingkat
istirahat pada -70 milivolt. Akhirnya, natrium secara aktif dibawa keluar dari sel

Universitas Sumatera Utara


9

saraf dan kalium secara aktif ditransportasi ke dalam sel untuk mengembalikan
konsentrasi ion.9
Pasien dianggap mempunyai ambang batas rasa sakit yang tinggi bila ia hanya
memberikan sedikit atau tidak bereaksi terhadap stimulus sakit, sedangkan pasien
dianggap mempunyai ambang batas rasa sakit rendah bila ia cenderung memberi
reaksi berlebihan terhadap stimulus yang sama atau yang lebih kecil. 19

2.4 Mekanisme Kerja Anestesi Lokal


Anestesi lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat
kerjanya terutama di membran sel, efeknya pada aksoplasma hanya sedikit saja.17
Peredaan nyeri oleh anestesi lokal adalah berkat kemampuannya mencegah proses
transduksi dan transmisi impuls saraf. Ini dicapai dengan jalan menghambat proses
depolarisasi membran, mengenai bagaimana suatu anestesi lokal dapat menghambat
depolarisasi membran dan konduksi saraf terdapat beberapa teori. Salah satu teori,
yaitu teori spesifik reseptor mengemukakan bahwa semua anestesi lokal yang
digunakan secara klinik bekerja menghambat konduksi saraf dengan jalan
menghambat masuknya ion Na+ (ion sodium) ke dalam kanal natrium yang berada di
dalam membran sel.16
Potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat permeabilitas
membran terhadap ion Na+ akibat depolarisasi ringan pada membran. Proses inilah
yang dihambat anestesi lokal, hal ini terjadi akibat adanya interaksi langsung antara
zat anestesi lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan voltase
muatan listrik. Bahan anestesi lokal melekat pada reseptor yang ada di dekat gerbang
sodium pada membran sel, lalu mengurangi permeabilitas ion sodium sehingga dapat
menghambat konduksi impuls. Ion sodium yang seharusnya berikatan dengan
reseptor pada membran sel untuk meningkatkan permeabilitas dan membuka gerbang
sodium akan berkompetisi dengan bahan anestesi lokal untuk berikatan dengan
reseptor pada membran sel. Setelah bahan anestesi lokal berikatan dengan reseptor,
terjadi penurunan permeabilitas membran sel sehingga menghasilkan blokade
gerbang sodium. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan konduksi sodium dan

Universitas Sumatera Utara


10

rasio depolarisasi sehingga terjadi kegagalan dalam mencapai potensial ambang batas
(threshold) dan mengakibatkan kegagalan dalam potensial aksi. Keadaan ini
mengakibatkan terhambatnya pengiriman impuls sehingga sensasi seperti rasa sakit
dapat dihilangkan atau terjadi pati rasa.17
Anestesi lokal juga mengurangi permeabilitas membran bagi K+ dan Na+
dalam keadaan istirahat sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak perubahan
pada potensial istirahat. Potensi berbagai zat anestesi lokal sejajar dengan
kemampuannya untuk meninggikan tegangan permukaan selaput lipid
monomolekular. Anestesi lokal meninggikan tegangan permukaan lapisan lipid pada
membran sel saraf, dengan demikian dapat menutup pori dalam membran sehingga
menghambat gerak ion melalui membran. Hal ini menyebabkan penurunan
permeabilitas membran dalam keadaan istirahat sehingga akan membatasi
peningkatan permeabilitas Na+. Dapat dikatakan bahwa cara kerja utama obat anestesi
lokal ialah bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal Na+,
sehingga mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut dan hal ini akan
mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membran.9,17,20

2.5 Anatomi Persarafan pada Mandibula


Bahan anestesi lokal bekerja dengan menghambat pengiriman impuls ke saraf.
Di bidang kedokteran gigi dikenal beberapa saraf yang penting, salah satunya adalah
saraf trigeminus. Saraf trigeminus merupakan salah satu saraf yang memiliki serat
sensorik dan juga serat motorik. Saraf trigeminus terbagi atas tiga divisi, yaitu saraf
oftalmikus, saraf maksilaris dan saraf mandibularis.21,22
Saraf mandibularis terdiri dari serat sensorik dan motorik. Saraf mandibularis
terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu bagian anterior dan posterior. Pada cabang
bagian anterior terdapat beberapa saraf motorik yang berhubungan dengan otot-otot
seperti maseter, deep temporal dan pterigoideus lateralis. Pada bagian anterior juga
terdapat saraf sensorik, yaitu saraf bukalis yang mempersarafi kulit dan mukosa
bagian dagu serta bagian bukal gingiva dari prosesus alveolaris mandibula di bagian
molar dan premolar. Pada bagian posterior terdapat saraf aurikulotemporalis

Universitas Sumatera Utara


11

(sensorik), saraf alveolaris inferior (campuran sensorik dan motorik) dan saraf
lingualis (sensorik). Saraf aurikulotemporalis mempersarafi kulit temporalis, sendi
temporomandibula, bagian anterior dari meatus auditorius eksterna serta membran
timpani dan bagian atas aurikulus. Saraf lingualis merupakan saraf sensorik yang
menginervasi gingival bagian lingual dan bagian 2/3 anterior lidah, termasuk persepsi
terhadap sensasi maupun sensasi terhadap pengecapan. Saraf alveolaris inferior
merupakan cabang terbesar dari divisi saraf mandibula. Saraf ini mempunyai cabang-
cabang kecil seperti nervus milohioid serta pada bagian ujungnya adalah nervus
insisivus dan nervus mentalis.16,21,22,23

Gambar 1. Saraf mandibula16

2.6 Klasifikasi Bahan Anestesi Lokal


Anestesi lokal secara garis besar tersusun atas tiga gugus, yaitu gugus
lipofilik, gugus hidrofilik, dan gugus perangkai atau gugus antara, yakni gugus yang
menyambungkan gugus lipofilik dan hidrofilik. Gugus lipofilik biasanya suatu gugus
aromatik sedangkan gugus lipofilik biasanya suatu gugus amino. Gugus perangkai
bisa berupa gugus ester atau gugus amida. Berdasarkan jenis perangkainya ini,
dikenal pembagian anestesi lokal menjadi golongan ester dan golongan amida. Ada
pula yang membaginya menjadi golongan amida, golongan ester dan golongan
amida-ester (misalnya artikain).

Universitas Sumatera Utara


12

Malamed mengklasifikasikan anestesi lokal ini atas golongan quinolin, ester,


dan amida. Anestesi golongan quinolin, yaitu Sentribukridin. Anestesi golongan
ester, terbagi 2, yaitu:9
A. Ester Benzoic acid
1. Butakain
2. Kokain
3. Tetrakain
4. Benzokain
5. Heksilkain

B. Ester para-aminobenzoic acid


1. Prokain
2. Propoksikain
3. Kloroprokain.

Anestesi golongan amida, terdiri dari:9


1. Lidokain
2. Mepivakain
3. Prilokain
4. Bupivakain
5. Etidokain
6. Ropivakain
7. Artikain.

2.7 Penambahan Vasokonstriktor


Semua obat anestesi lokal bersifat vasodilator, kecuali kokain. Berdilatasinya
pembuluh darah ini akan menyebabkan meningkatnya absorpsi obat ke dalam
pembuluh darah sehingga anestesi akan cepat menghilang dari tempat anestesi dan
akibatnya efek anestesi akan cepat menghilang.16

Universitas Sumatera Utara


13

Vasokonstriktor sangat penting ditambahkan ke larutan anestesi lokal karena


berfungsi sebagai berikut:9
a. Dengan menyempitkan pembuluh darah, vasokonstriktor menurunkan perfusi
darah ke daerah kerja.
b. Absorpsi anestesi lokal ke sistem kardiovaskular berjalan lambat sehingga kadar
anestesi lokal dalam aliran darah menurun.
c. Karena kadar anestesi lokal dalam aliran darah menurun, mengakibatkan
terjadinya penurunan resiko toksisitas dari anestesi lokal.
d. Semakin panjang durasi kerja yang didapatkan dan mengurangi pendarahan.
Durasi anestesi lokal tanpa vasokonstriktor berbeda dengan anestesi lokal
yang diberi vasokonstriktor. Hemostatik selama tindakan biasanya sangat bermanfaat
saat melakukan tindakan bedah di dalam rongga mulut. Infiltrasi anestesi lokal yang
mengandung epinefrin (adrenalin) dapat mengurangi kehilangan darah selama
tindakan bedah. Jenis bahan vasokonstriktor terdiri atas epinefrin (adrenalin),
norepinefrin, levonordefrin, fenilefrin, felipressin.9,16,22,24
Besaran vasokonstriktor di dalam anestesi lokal biasanya dituliskan sebagai
suatu rasio, misalnya 1:1000. Rasio 1:1000 berarti terdapat 1 gram (atau 1000 mg)
vasokonstriktor di dalam 1000 ml larutan, dengan demikian suatu pengenceran
1:1000 mengandung 1000 mg di dalam 1000 ml larutan atau 1,0 mg/ml. Biasanya
yang digunakan di kedokteran gigi adalah 1:80.000 (0,0125 mg/ml), 1:100.000 (0,01
mg/ml), 1:200.000 (0,005 mg/ml). Pengenceran 1:100.000 misalnya dijumpai pada
artikain, prilokain, lidokain, etidokain dan bupivakain. Epinefrin (adrenalin) adalah
vasokonstriktor yang paling poten dan paling banyak digunakan dalam kedokteran
gigi.16

2.8 Lidokain
Lidokain merupakan salah satu bahan anestesi lokal yang paling banyak
digunakan pada pencabutan gigi. Lidokain atau lignokain adalah bahan anestesi lokal
golongan amida derivat xylidine, dengan formula kimia 2-diethylamino-2’, 6-
acetoxylidide hydrochloride. Obat ini dipasarkan dengan nama dagang Xylocaine

Universitas Sumatera Utara


14

atau Octacaine. Mulai diperkenalkan oleh Nels Lofgren di tahun 1943 dan disetujui
pemakaiannya oleh Food and Drug Administration (FDA), yaitu suatu badan
pengawas obat dan makanan di Amerika Serikat. Lidokain dengan cepat menjadi
bahan anestesi standar yang merupakan pembanding bagi anestesi lokal lain.
Lidokain ini tergolong cepat (2-3 menit), karena cenderung menyebar dengan baik ke
seluruh jaringan.16
Lidokain adalah anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas dengan
pemberian topikal dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama,
dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan prokain pada konsentrasi yang
sebanding.17 Lidokain digunakan untuk anestesi topikal, infiltrasi, blok, spinal,
epidural dan kaudal. Lidokain juga digunakan secara intravena untuk mengobati
aritmia jantung selama pembedahan. Dalam kedokteran gigi, lidokain 2% digunakan
untuk anestesi infiltrasi dan blok.16

2.8.1 Metabolisme Lidokain


Metabolisme obat anestesi lokal tidak sama, bergantung pada golongan
kimianya, ester atau amida. Lidokain merupakan golongan amida. Anestesi lokal
golongan amida dimetabolisme terutama di dalam hepar, yakni oleh sitokrom P450
dari sitokrom hati. Pada pasien dengan penyakit hepar yang parah, obat ini akan
terakumulasi dan beresiko menimbulkan toksisitas sistemik.16
Fungsi dan perfusi hati berperan penting dalam kecepatan metabolisme.
Lidokain, mepivakain dan bupivakain memiliki kecepatan metabolisme yang hampir
sama.16 Dalam hati, lidokain mengalami dealkilasi oleh enzim oksidase fungsi ganda
(mixed-function oxidases) membentuk monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid yang
kemudian dapat dimetabolisme lebih lanjut menjadi monoetilglisin xilidid dan
xilidid.17

Universitas Sumatera Utara


15

2.8.2 Ekskresi
Metabolit dan sisa yang tidak termetabolisme, baik dari golongan amida
maupun ester akan diekskresikan terutama oleh ginjal. Sebagian kecil bahan anestesi
diekskresikan dalam keadaan tidak mengalami perubahan. 15 Lidokain pada manusia,
75% dari xilidid akan diekskresi bersama urin dalam bentuk metabolit akhir, 4
hidroksi-2-6 dimetil-anilin.17

2.8.3 Dosis Maksimum Lidokain


Dosis maksimum anestesi lokal dihitung berdasarkan miligram per unit berat
badan yaitu miligram per kilogram (mg/kg) atau miligram per pon (mg/lb). Besaran
anestetik lokal dalam suatu larutan (katrid) biasanya dinyatakan dalam persen dan
nominalnya dalam miligram (mg) per mililiter (ml). Lidokain 2% berarti terdapat 2 gr
lidokain di dalam 100 ml larutan atau 20 mg/ml. Jadi, di dalam katrid 2 ml lidokain
2% terdapat 40 mg lidokain.4,9 Dosis dewasa maksimum lidokain adalah 3 mg/kg,
ekuivalen dengan sekitar 200 mg pada pasien dengan berat 70 kg. 25,26 Menurut
Malamed, dosis maksimum lidokain yang disarankan oleh FDA dengan atau tanpa
epinefrin adalah 3,2 mg/lb atau 7,0 mg/kg berat badan untuk pasien dewasa, tidak
melebihi dosis maksimum absolut yaitu 500 mg.9

2.9 Lidokain 2% dengan Adrenalin 1:100.000


Lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 merupakan salah satu bahan
anestesi lokal yang paling banyak digunakan, termasuk pada anestesi lokal pada gigi-
gigi mandibula. Konsentrasi 2% lidokain dengan adrenalin 1:100.000 mampu
menurunkan aliran darah ke daerah injeksi. Durasi kerja meningkat sekitar 60 menit
pada anestesi pulpa dan 3-5 jam pada anestesi jaringan lunak. Pengenceran adrenalin
yaitu 10 µg/mL atau 18 µg per ampul. Dosis maksimum lidokain 2% dengan
adrenalin 1:100.000 adalah 7 mg/kg, ekuivalen dengan sekitar 500 mg.9

Universitas Sumatera Utara


16

Tabel 1. Rekomendasi dosis maksimum Lidokain 2% dengan Adrenalin 1:100.000.9


Konsentrasi 2% Ampul berisi: 36 mg
MRD : 7,0 mg/kg MRD:3,2 mg/lb
Berat(kg) mg Ampul Berat(lb) mg Ampul
10 70 2,0 20 72 2,0
20 140 4,0 40 144 4,0
30 210 6,0 60 216 6,0
40 280 7,5 80 288 8,0
50 350 9,5 100 360 10,0
60 420 11,06 120 432 11,06
70 490 11,06 140 500 11,06
80 500 11,06 160 500 11,06
90 500 11,06 180 500 11,06
100 500 11,06 200 500 11,06

2.10 Faktor yang Mempengaruhi Variasi Dosis Anestesi Lokal


a. Bahan anestesi lokal yang digunakan
Dosis pada setiap bahan anestesi lokal berbeda-beda, dimana tergantung pada
persentase konsentrasi setiap bahan anestesi lokal tersebut. 9

Tabel 2. Rekomendasi dosis bahan anestesi lokal berdasarkan Maximum Recommended


Dosages (MRDs).10

Perhitungan Miligram Anestesi Lokal Per Ampul (1,8


Anestesi ml/Ampul)
Lokal Persentase konsentrasi mg/mL x 1,8 mL= mg/ Ampul
Artikain 4 40 72
Bupivakain 0,5 5 9
Lidokain 2 20 36
Mepivakain 2 20 36
Prilokain 4 40 72

Universitas Sumatera Utara


17

b. Berat badan
Berat badan adalah parameter untuk menentukan status kesehatan manusia,
khususnya yang berhubungan dengan status gizi yang diukur secara numerik dalam
satuan kilogram. Besarnya dosis bergantung kepada berat badan.6
Dosis maksimum anestesi lokal dihitung berdasarkan miligram per unit berat
badan, yaitu miligram per kilogram (mg/kg) atau miligram per pon (mg/lb). Batas
dosis yang maksimum setiap berat badan berbeda-beda, maka ada kemungkinan dosis
yang diberikan dapat bervariasi pula. Dosis yang paling rendah harus diberikan untuk
mendapatkan anestesi yang efektif. Dokter gigi bisa menambah dosis jika diperlukan
tergantung toleransi tubuh pasien, tetapi tidak melebihi batas dosis yang maksimum
berdasarkan berat badan pasien masing-masing.9 Jadi, besar penambahan dosis tetap
tergantung pada toleransi tubuh pasien, tetapi total dosis anestesi lokal setiap pasien
tergantung berdasarkan batas dosis yang maksimum dan tidak melebihi batas dosis
yang maksimum pada berat badan masing-masing.
Untuk mencari besar dosis anestesi lokal dapat digunakan rumus kalkulasi
perhitungan, sebagai berikut:27

Dosis (mg) = Konsentrasi (mg/ml) x volume (ml)

Volume (ml) = Dosis (mg)


Konsentrasi (mg/ml)

Total dosis anestesi lokal yang diberikan dikatakan dapat bervariasi, dapat dilihat dari
besar dosis yang maksimum pada setiap berat badan yang bervariasi pula seperti yang
tertera pada tabel rekomendasi batas dosis yang maksimum pada setiap berat badan
berdasarkan data dari Nottingham University Hospitals, sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


18

Tabel 3. Rekomendasi batas dosis bahan anestesi lokal berdasarkan berat badan.26
Bahan Konsent Dosis Volume Maksimum (ml)
Anestesi Lokal rasi Maksi 35 40 45 50 60 70 80 90 100
(mg/ml) mum (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
Lidokain 20 7
2%+adrenalin mg/ml mg/kg 12,25 14 15,75 17,5 21 24,5 25 ml (500 mg)
1:100.000
Prilokain 1% 10 6
21 24 27 30 36 40 ml (400 mg)
mg/ml mg/kg
Bupivakain 2,5 2
28 32 36 40 48 56 60 ml (150 mg)
0,25% mg/ml mg/kg
Bupivakain 5 mg/ml 2
14 16 18 20 24 28 30 ml (150 mg)
0,5% mg/kg
Bupivakain 7,5 2
9,3 10,6 12 13 16 18 20 ml (150 mg)
0,75% mg/ml mg/kg
Ropivakain 2 mg/ml 3
52,5 60 67,5 75 90 105 120 135 150
0,2% mg/kg
Ropivakain 7,5 3
14 16 18 20 24 28 32 36 40
0,75% mg/ml mg/kg
Ropivakain 10 3
10,5 12 13,5 15 18 21 24 27 30
1% mg/ml mg/kg

c. Konsumsi Alkohol
Dosis yang diterima oleh pasien peminum alkohol semakin meningkat seiring
dengan kategori perilaku dalam mengonsumsi alkohol. Semakin berat perilaku
mengonsumsi alkohol maka semakin tinggi dosis yang diperlukan oleh pasien. Hal ini
dapat terjadi karena semakin tinggi jumlah alkohol yang dikonsumsi oleh pasien
maka semakin toleran mereka terhadap efek dari anestesi, karena anestesi memiliki
efek yang sama dengan alkohol, yaitu dapat menghambat penyebaran impuls atau
rangsangan.10

d. Morfologi saraf
Morfologi saraf pasien beragam jenis, ada pasien yang memiliki saraf yang
tipis dan ada juga pasien yang memiliki saraf yang lebih tebal. Pain fibres yang relatif
tipis pada umumnya lebih mudah teranestesi. Pain fibres yang tipis memiliki sifat
yang lebih lambat dalam menghantarkan sinyal dan kurang rentan/peka terhadap
stimulus listrik. Saraf yang menghantarkan rangsangan dengan meningkatkan potensi

Universitas Sumatera Utara


19

listrik membran. Peningkatan potensi listrik ini membuat impuls menyebar di


sepanjang saraf. Pain fibres yang tipis lebih mudah untuk dianestesi karena tanpa
dianestesi sifat saraf ini sudah kurang peka terhadap stimulus listrik dan lebih lambat
dalam menghantarkan rangsangan. Jadi, seseorang yang memiliki pain fibres yang
tipis membutuhkan dosis anestesi yang lebih sedikit dibandingkan seseorang yang
memiliki pain fibres yang tebal. Pain fibres yang tebal lebih peka terhadap stimulus
listrik dan lebih cepat menghantarkan rangsangan sehingga membutuhkan dosis
anestesi yang lebih banyak untuk menghambat penghantaran rangsangan yang terjadi
di jaringan tubuhnya.10

e. Kecemasan
Kecemasan berhubungan dengan persepsi. Persepsi merupakan proses seleksi,
organisasi, interpretasi dan mendefinisikan sensasi yang diterima organ sensoris
sesuai dengan kecemasan atau ketakutannya. Pasien yang cemas akan
mendefinisikan sensasi yang diterima organ sensorisnya sesuai dengan kecemasan
atau ketakutannya. Jadi, dosis anestesi lokal akan bertambah akibat pasien tidak dapat
membedakan rasa sakit berdenyut dengan rasa sakit yang timbul akibat
kecemasannya.10

2.11 Anestesi Lokal Blok Mandibula


Berdasarkan basis anatominya, anestesi lokal dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu anestesi topikal, anestesi infiltrasi dan anestesi regional atau sering disebut
dengan anestesi blok. Anestesi blok juga dapat dibedakan menjadi anestesi blok pada
maksila dan anestesi blok mandibula.9,21,23
Secara garis besar, terdapat beberapa jenis anestesi lokal yang sering
digunakan di mandibula, yaitu blok nervus lingualis, blok nervus insisivus, blok
nervus mentalis, long buccal nerve block dan blok nervus alveolaris inferior. Nervus
lingualis biasanya diblokade di ruang pterigomandibular yang terletak pada
anteromedial saraf alveolaris inferior mandibula sekitar 1 cm dari permukaan
mukosa. Anestesi blok saraf lingualis bisa dilakukan sebelum atau sesudah anestesi

Universitas Sumatera Utara


20

blok alveolaris inferior mandibula dilakukan. Blok nervus insisivus merupakan salah
satu pilihan pada anestesi lokal mandibula yang terbatas pada gigi anterior. Anestesi
blok saraf insisivus memberikan anestesi pulpa pada sekitar gigi anterior, seperti
insisivus dan kaninus sampai foramen mentalis.
Blok nervus mentalis bertujuan untuk menganestesi saraf mentalis dan ujung
dari cabang saraf alveolaris inferior mandibula. Saraf mentalis terletak pada foramen
mental yang berada di antara apikal premolar satu dan premolar dua. Daerah yang
dianestesi oleh teknik ini adalah mukosa bukal bagian anterior, daerah foramen
mental sekitar gigi premolar dua, midline dan kulit dari bibir bawah.9,21,23

Gambar 2. Ilustrasi mentale nerve block28

Long buccal nerve block atau sering disebut blok nervus bukalis dan
buccinators nerve block menganestesi saraf bukalis yang merupakan cabang dari
saraf mandibula bagian anterior. Daerah yang dianestesi adalah jaringan lunak dan
periosteum bagian bukal sampai gigi molar mandibula. Anestesi ini sering digunakan
pada perawatan yang melibatkan daerah gigi molar. Keuntungan dari teknik long
buccal nerve block adalah mudah dilakukan dan tingkat keberhasilannya tinggi. 9,21,23
Pada anestesi blok saraf alveolaris inferior terdapat tiga teknik yang sering
digunakan, yaitu blok nervus alveolaris inferior metode Fischer, teknik Gow-Gates
dan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block.29,30
Menurut hasil penelitian Neeta Mohanty dan Susan Mohanty, tingkat
keberhasilan anestesi blok mandibula paling tinggi yang dilakukan kepada 120 orang

Universitas Sumatera Utara


21

berusia 16-50 tahun adalah teknik Gow-Gates sebesar 92,5%, sedangkan tingkat
keberhasilan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block dan Classical IANB atau
metode Fischer adalah 90% dan 72,5%. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan
bahwa metode Classical IANB paling banyak menimbulkan rasa sakit selama
penyuntikan sebesar 60%, sedangkan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block
paling sedikit sebesar 25%. Onset of action yang paling singkat adalah Classical
IANB metode Fischer yaitu 2,15 menit, sedangkan untuk duration of action yang
paling lama adalah teknik Gow-Gates selama 69,3 menit.29

2.11.1 Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer


Blok nervus alveolaris inferior atau yang sering juga disebut dengan blok
mandibula merupakan teknik anestesi lokal blok mandibula yang sering digunakan di
kedokteran gigi. Metode blok nervus alveolaris inferior dibagi menjadi dua metode
yaitu direct dan indirect. Metode indirect sering juga disebut dengan metode Fischer
atau fissure 1-2-3 technique dengan penambahan anestesi saraf bukal.19,29,30
Metode ini menganestesi saraf alveolaris inferior, saraf insisivus, saraf
mentalis, dan saraf lingualis. Nervus bukalis juga bisa ditambahkan dalam beberapa
prosedur yang melibatkan jaringan lunak di daerah posterior bukal. Daerah yang
dianestesi dengan metode ini adalah gigi mandibula sampai ke midline, body of
mandible, bagian inferior dari ramus, mukoperiosteum bukal, membran mukosa
anterior sampai daerah gigi molar satu mandibula, 2/3 anterior lidah dan dasar dari
kavitas oral, jaringan lunak bagian lingual dan periosteum, external oblique ridge dan
internal oblique ridge.19,28-30
Indikasi blok nervus alveolaris inferior adalah untuk prosedur pencabutan
beberapa gigi mandibula dalam satu kuadran, prosedur pembedahan yang melibatkan
jaringan lunak bagian bukal anterior sampai molar satu serta jaringan lunak bagian
lingual. Kontraindikasinya adalah pasien yang mengalami infeksi atau inflamasi akut
pada daerah penyuntikan serta pasien dengan gangguan kontrol motorik menggigit
bibir atau lidah secara tiba-tiba.9

Universitas Sumatera Utara


22

Gambar 3. Daerah yang dianestesi pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer9

2.11.2 Teknik Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer


Prosedur dalam melakukan teknik anestesi lokal ini, sebagai berikut:9
1. Pasien didudukkan dengan posisi semisupine atau setengah telentang.

2. Intruksikan pasien untuk membuka mulut selebar mungkin agar mendapatkan


akses yang jelas ke mulut pasien. Posisi diatur sedemikian rupa agar ketika
membuka mulut, oklusal dari mandibula pasien sejajar dengan lantai.

3. Posisi operator berada pada arah jam 8 dan menghadap pasien untuk rahang kanan
mandibula, sedangkan untuk rahang kiri mandibula posisi operator berada pada
arah jam 10 dan menghadap ke pasien.

Gambar 4. Posisi operator untuk mandibula kiri dan kanan9

Universitas Sumatera Utara


23

4. Gunakan jarum dengan panjang 25 gauge.

5. Aplikasikan antiseptik di daerah trigonum retromolar.


6. Pertama dilakukan palpasi dengan jari telunjuk pada mukosa bukal gigi molar 3
kemudian palpasi margo anterior ramus asendens, kemudian jari telunjuk digeser
ke arah lebih ke posterior untuk mendapatkan krista buksinatoris.

7. Jarum diinsersikan di atas kuku dan di belakang krista dari sisi rahang yang tidak
dianestesi tepatnya dari gigi premolar dan jarum dengan bevel mengarah ke tulang
sampai jarum kontak dengan tulang (Posisi I). Arah jarum hampir tegak lurus
dengan tulang. Setelah kontak dengan tulang, maka berhenti kemudian spuit
digeser ke arah mesial, teruskan ke belakang sehingga terasa longgar (di atas
sulkus mandibula / coronoid notch)
8. Aspirasi dan bila negatif keluarkan cairan anestesi sebanyak 1 ml untuk
menganestesi nervus alveolaris inferior.
9. Kemudian tarik spuit kira-kira 5 mm, sejajar dengan bidang oklusal, lakukan
aspirasi bila negatif keluarkan cairan anestesi sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi
nervus lingualis (Posisi II).

Gambar 5. Posisi jarum di foramen mandibula9

Metode Fischer sering juga dimodifikasi dengan penambahan anestesi untuk


saraf bukal, pada waktu menarik kembali spuit sebelum jarum lepas dari mukosa

Universitas Sumatera Utara


24

tepat setelah melewati linea oblique interna, jarum digeser ke lateral ke daerah
trigonum retromolar, aspirasi dan bila negatif keluarkan cairan anestesi sebanyak 0,5
ml untuk menganestesi saraf bukal dan kemudian spuit ditarik keluar.9

Universitas Sumatera Utara


25

2.12 Kerangka Teori

Odontektomi Gigi Molar 3 Bawah

Anestesi Lokal

Mekanisme Kerja Persyarafan Bahan Anestesi Teknik Anestesi


Anestesi Lokal Gigi Lokal Lokal
Mandibula
Blok Mandibula
Ester Quinolin Amida
e
Prokain Mepivakain
Centbucridine
Kokain Bupivakain
Prilokain
Tetrakain
Tanpa
Etidokain
Benzokain Vasokonstriktor
Artikain
Kloroprokain
Dengan Adrenalin
Lidokain 1:100.000

Dosis Metabolisme Ekskresi

Morfologi Saraf Berat Badan Bahan anestesi Konsumsi Alkohol Kecemasan

Universitas Sumatera Utara


26

2.13 Kerangka Konsep

1. Jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan pada


Anestesi Lokal Lidokain 2% dengan
pasien
Adrenalin 1:100.000 pada
2. Nilai variasi jumlah dosis anestesi lokal yang
Odontektomi Gigi Molar 3 Bawah
diberikan pada pasien
3. Faktor yang mempengaruhi variasi dosis

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai