MTA
MTA
Raji Viola Solomon, Parupalli Karunakar, Sevvana Sree Soumya, Puppala Siddhartha
ABSTRAK
Apeksifikasi menggunakan kalsium hidroksida memiliki banyak kelemahan,
seperti, perlu lebih banyak waktu perawatan, adanya peluang untuk terjadinya
fraktur pada gigi, dan kalsifikasi yang tidak sempurna pada dentinal bridge. Ada
banyak perawatan alternatif yang diperkenalkan, yang telah mendapatkan
popularitas, seperti, membentuk apical plug menggunakan bahan mineral trioxide
aggregate (MTA), untuk hasil yang sangat baik. Dalam kasus ujung apeks yang
terbuka lebar, sulit untuk membatasi restorasi sesuai dengan panjang kerja, karena
situasi seperti ini dapat menyebabkan bahan ekstrusi apikal ke dalam daerah
periapikal, yang dapat mencegah penyembuhan. Kondisi seperti ini dapat diatasi
dengan menggunakan membran kolagen resorbable, yang dapat membatasi
restorasi hingga panjang kerja dan mencegah ekstrusi bahan ke luar apeks. Laporan
kasus ini membahas manajemen non-bedah gigi imatur dengan menggunakan
membran sebagai penghalang, dengan apical plug MTA, diikuti oleh restorasi
mahkota.
Trauma pada gigi adalah masalah paling umum yang terjadi pada anak-anak
kelompok usia enam hingga dua belas tahun. Kasus trauma ini paling sering terjadi
saat perkembangan akar belum sempurna dan berakhir pada peradangan dan
menunjukkan akar dengan ujung apeks terbuka yang perlu ditutup dengan
pembentukan barrier jaringan keras, untuk mencegah infeksi bakteri dan untuk
daerah apikal.
pengembangan apikal akar yang belum sempurna dengan kondisi pulpa gigi
nekrotik'. Obturasi dan disinfeksi sistem saluran akar memainkan peran penting
pilihan bahan dan banyak teknik lain yang digunakan seperti kolagen, kalsium
kelemahan seperti janji temu yang banyak dan tingkat kooperatif pasien yang
fraktur gigi. Barrier yang terbentuk dari kalsium hidroksida tidak sepenuhnya
diaplikasikan dalam lingkungan yang lembab dan janji temu yang banyak tidak lagi
diperlukan.
Torbinejad dkk, 1995, menyatakan bahwa bahan ini adalah bahan yang
pertumbuhan sel.
Tidak mungkin untuk membatasi MTA dalam sepertiga apikal dalam kasus
CVEK tahap 1, 2 dan 3, di mana, itu harus dilengkapi dengan membran [Gambar
1].
periapikal, yang tidak hanya menciptakan batas untuk menghalangi ekstrusi MTA,
tetapi juga menghambat invasi jenis sel yang tidak diinginkan, sehingga
memungkinkan sel untuk tumbuh dalam daerah cedera. Hal ini membantu dalam
nekrotik dan apeks terbuka yang dirawat menggunakan MTA dan membran
LAPORAN KASUS
Laporan Kasus 1
Konservasi Gigi dengan keluhan utama berupa gigi 11 patah dan berubah warna,
ada riwayat trauma pada usia sembilan tahun [Gambar 2]. Gigi yang bersangkutan
tidak merespons terhadap uji vitalitas panas dan listrik. Pemeriksaan radiograf
memperlihatkan apeks gigi masih terbuka lebar dengan lesi periapikal terkait
Ada dua pilihan perawatan baik pengangkatan lesi secara perapikal dan
hipoklorit (NaOCl) dan larutan saline secara bergantian. Bahan dressing kalsium
hidroksida ditempatkan dan pasien dipanggil kembali setelah satu minggu. Saluran
akar ditemukan kering pada janji berikutnya dan saluran akar didebridasi dengan
hingga sesuai dengan panjang kerja sampai halangan keras diperoleh [Gambar 5].
Gambar 5. Penempatan membrane kolagen pada apeks sesuai panjang kerja
hand plugger sampai ketebalan 4 mm tercapai [Gambar 7]. Cotton pellet basah
diikuti preparasi mahkota [Gambar 10], dan pencetakan rahan atas dan bawah
Laporan kasus 2
dan Konservasi Gigi dengan keluhan utama gigi 21 patah, dengan riwayat trauma
pada usia sembilan tahun [Gambar 13]. Gigi yang bersangkutan tidak merespons
menunjukkan apeks masih terbuka lebar dengan lesi periapikal dengan insisivus
Gambar 13. Foto klinis sebelum perawatan Gambar 14. Radiografi diagnosis
retrograde atau perawatan saluran akar non-bedah diikuti oleh apical plug MTA,
Persiapan biomekanis dan protokol irigasi mirip dengan laporan kasus pertama.
ekstensi apical plug dan membran kolagen diverifikasi secara radiografi [Gambar
16].
Cotton pellet basah ditempatkan dan akses ditutup dengan bahan sementasi
sementara.
Setelah satu minggu, semen sementara dan cotton pellet dikeluarkan dan
pengerasan MTA diuji dengan lembut. Saluran akar diperkuat dengan fiber post
dan core dibangun dengan menggunakan resin komposit yang diperkuat [Gambar
17]. Selanjutnya, preparasi mahkota dilakukan [Gambar 18 dan 19] dan akhirnya
perawatan.
PEMBAHASAN
Trauma gigi telah menjadi masalah utama dalam kedokteran gigi, yang
sering terjadi pada kelompok anak usia lima hingga sepuluh tahun. Hasil akhir dari
trauma ini adalah nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa pada gigi permanen imatur
menciptakan gangguan pada pembentukan akar lebih lanjut dan penutupan apikal.
Dalam situasi seperti ini, selalu diperlukan untuk menerapkan terapi yang disebut
akar.
adalah periode perawatannya, yaitu sekitar tiga hingga dua puluh satu bulan, dan
struktur yang terbentuk lebih berpori. Bahan ini memiliki kelemahan lain seperti
kegagalan untuk mengendalikan infeksi dan terjadinya infeksi ulang karena segel
endapan menyerupai kristal apatit. Kristal apatit yang tidak mengikat dan mengisi
celah berperan sebagai segel MTA. MTA memiliki beberapa sifat unggul - kurang
sitotoksik karena pH basa yang tinggi dan sangat biokompatibel. Hal ini juga
memiliki kapasitas untuk melepaskan ion kalsium dan fosfat, yang mengaktifkan
sel-sel blastik, yang membantu dalam pembentukan barrier dan bahkan dapat
besar dari 1 mm, untuk menghindari ekstrusi bahan penyegel. Penggunaan matriks
untuk bahan penyegel, terutama MTA, agar dapat ditempatkan dan dipadatkan.
ruang, dan pengelolaan secara klinis. Dua jenis membran digunakan untuk
kekuatan, dan fleksibilitas, tetapi alasan untuk tidak disukai adalah sifat non-
Becker et al. 1994; Simion et al. 1994). Ini juga menyebabkan ketidaknyamanan
polilaktat atau kopolimer (Hutmacher et al. 1996; Wang dan MacNeil 1998).
Membran kolagen ini secara mekanis bersifat lunak, dapat beradaptasi dengan baik,
dan mudah dimanipulasi, yang mungkin bermanfaat dalam aplikasi klinis. Sifat
kekuatan ketahanan sobek dan koyak yang tinggi. Membran kolagen memiliki sifat
hidrofilik, di mana, dalam keadaan basah, tetap memiliki daya adhesi yang baik,
yang diperlukan dan ditempatkan dengan mudah ke dalam rongga yang ada akibat
kolagen resorbable digunakan untuk obstruksi efektif MTA keluar dari apeks dan
segel yang efektif dengan kebocoran minim jika dibandingkan dengan ketebalan 2
sampai 3 mm. Terdapat insiden fraktur yang relatif tinggi pada gigi yang dirawat
dengan Apeksifikasi, karena dinding dentinal bridge yang tipis. Harus ada upaya
dilakukan untuk memperkuat akar yang belum matang. Dalam laporan kasus saat
ini setelah preparasi untuk akses dilakukan, panjang kerja ditentukan menggunakan
k-file dan bukan apex locater, karena dilaporkan dapat memberikan hasil yang tidak
akurat.
Instrumentasi dilakukan hingga k-file 80 secara circumferential, tanpa
memberikan tekanan berlebih, untuk mencegah fraktur dinding dentin yang tipis.
desinfeksi secara total, setelah itu plug MTA 4 mm ditempatkan untuk membentuk
barrier yang keras, yang dapat membantu proses obturasi. Obturasi dilakukan
lebih baik untuk gigi imatur nekrosis dapat dicapai dengan prosedur apeksifikasi
MTA diikuti dengan internal bonding dengan bahan resin. Kombinasi apeksifikasi
dapat terjadi pada gigi imatur nekrosis. Teknik ini menggunakan MTA sebagai
panjang.
SIMPULAN
berbagai penelitian baik secara in vitro dan in vivo. Bahan ini memiliki berbagai
mengatur kelembaban. Oleh karena itu, MTA dianggap sebagai anugerah bagi
kedokteran gigi, di mana dapat digunakan sebagai alternatif untuk prosedur aplikasi
laporan kasus ini. Hal ini dapat mencegah ekstrusi bahan dan membatasi bahan
hingga ke apeks. Barrier kolagen juga dapat bertindak sebagai kerangka untuk
keberhasilan yang tinggi dalam apexifikasi satu langkah yang dibantu membran dan
Hasil klinis dan radiografi yang berhasil dicatat dengan laporan kasus saat
ini.