Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberi rahmat dan
karunia-Nya. Sholawat serta salam kita sanjungkan keharibaan Nabi Besar Muhammad
SAW. Proposal ini ditulis dengan tujuan dapat memberikan gambaran mengenai kegiatan
mahasiswa yang sedang menjalani Stase Keperawatan Maternitas untuk melaksanakan
kegiatan Seminar Evidence Based Nursing. Kami menyadari bahwa Proposal ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan proposal ini. Maka kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal
sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................................. 3
C. Manfaat ........................................................................................................................... 3
D. Nama Kegiatan................................................................................................................ 4
E. Peserta ............................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
ANALISA JURNAL.................................................................................................................. 5
A. Jurnal Utama ................................................................................................................... 5
B. Jurnal Pendukung ............................................................................................................ 5
C. Analisa PICO .................................................................................................................. 6
BAB III ...................................................................................................................................... 9
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 9
A. Konsep Post Partum (Nifas)............................................................................................ 9
B. Konsep Nyeri ................................................................................................................ 22
C. Konsep Massage ........................................................................................................... 28
D. Konsep Massage Plexus Sacralis .................................................................................. 31
A. Analisa Ruangan ........................................................................................................... 33
B. Analisa SWOT .............................................................................................................. 33
BAB V ..................................................................................................................................... 35
PENUTUP................................................................................................................................ 35
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 35
B. Saran ............................................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perempuan merupakan salah satu makhluk yang mendapat anugrah dari Tuhan Yang
Maha Esa untuk dapat mengandung, melahirkan dan menyusui. Kodrat yang diberikan
kepada perempuan ini ditandai oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yakni rahim
dan semua bagiannya, untuk tempat tumbuh kembang janin selama di dalam kandungan,
dan payudara untuk dapat menyusui anak ketika ia sudah dilahirkan, artinya semua
perempuan berpotensi untuk menyusui anaknya, sama dengan potensinya untuk dapat
mengandung dan melahirkan (Perinasia, 2010, hlm. 76).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya terjadi pada usia cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri) (Johariah & Ningrum, 2012).
Post partum adalah periode pemulihan dari perubahan anatomis dan fisiologis yang
terjadi selama kehammilan. Post partum/ puerperium atau periode pasca persalinan
umumnya berlangsung selama 6-12 minggu setelah kelahiran anak. Lama post
partum , bisa berbeda –beda pada setiap ibu. Namum, cepat lambatnya darah
berhenti, bukan merupakan indikasi singkat 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan
awam merupakan masa nifas, dan penting sekali untuk terus dipantau .Nifas
merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya seperti haid. (Serri dalam
Harianja, 2014).
Ada beberapa perubahan yang dialami ibu post partum yaitu perubahan fisiologis
maupun psikologis, salah satunya perubahan fisiologisnya adalah kontraksi uterus.
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna setelah persalinan, yang
merupakan respon segera untuk mengurangi jumlah volume intra uterus atau biasa
disebut dengan involusi uterus. Kontraksi uterus ini terjadi secara fisiologis dan
menyebabkan nyeri yang dapat mengganggu kenyamanan ibu di masa setelah
melahirkan atau post partum. Rasa sakit (after pain) seperti mulas mulas
1
disebabkan karena kontraksi uterus yang berlangsung 2-4 hari post partum, sehingga
ibu perlu mendapatkan pengertian mengenai nyeri yang dirasakan (Maryunani,
2009).
Nyeri adalah sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial, atau yang dirasakan
dalam kejadian-kejadian saat terjadi kerusakan (International Association for Study
of Pain, 1979). Nyeri yang diakibatkan oleh kontraksi uterus memerlukan berbagai
penanganan untuk meminimalkan rasa nyeri yang dirasakan oleh ibu sehingga
kenyamanan ibu dapat kembali. Peran seorang perawat pada kondisi tersebut adalah
membantu meredakan nyeri ibu post partum dengan memberikan intervensi dalam
meredakan nyeri (Andarmoyo, 2013).
Penanganan yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri post partum berupa
penanganan farmakologi. Pengendalian nyeri secara farmakologi efektif untuk nyeri
sedang dan berat. Namun demikian pemberian farmakologi tidak bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan klien sendiri untuk mengontrol nyerinya (Van Kooten,
1999 dalam Anggorowati dkk., 2007). Sehingga dibutuhkan kombinasi farmakologi
untuk mengontrol nyeri dengan non farmakologi agar sensasi nyeri dapat
berkurang serta masa pemulihan tidak memanjang (Bobak, dalam Swandari, 2014).
Tindakan terapi massage dalam meredakan nyeri post partum ini berada pada daerah
pinggang dan di fokuskan pada area sacralis untuk merangsang saraf parasimpatis.
Sistem parasimpatis berasal dari nervus sacralis 2, 3, dan 4 sebagai plexus sacralis.
Serabut parasimpatis mencegah kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi yang
2
mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah (menurunkan ischemia) seiring dengan
peningkatan metabolisme sel sehingga nyeri dapat mereda atau menurun. Sedangkan
pertimbangan peneliti mengapa terapi massage plexus sacralis yang diteliti untuk
menurunkan tingkat nyeri post partum, bahwasanya teknik massage ini memiliki
beberapa kelebihan, yaitu sebagai pengganti terapi farmakologis yang tidak
menimbulkan efek samping yang merugikan, ekonomis, mudah, dan dapat dilakukan
secara mandiri (Prawirohardjo 2008).
Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa ,manfaat Massage Plexus Sacralis efektof
dan tanpa biaya sebagai terapi tambahan untuk mengurangi nyeri pada pasien post
partum . maka dari itu, kami ingin mengadakan kegiatan seminar Evidence Based
Nursing tentang perlakuan Massage Plexus Sacralis kepada pasien post partum untuk
mengurangi nyeri.
B. Tujuan
C. Manfaat
1. Bagi Ilmu Keperawatan
diharapkan dapat menggunakan teknik massage plexus sacrlis sebagai salah satu
teknik untuk menurunkan tingkat nyeri pada ibu post partum.
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada tenaga kesehatan
atau instansi kesehatan lainnya sebagai salah satu bekal dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan khususnya penurunan tingkat nyeri pada ibu dengan
memberikan massage plexus sacralis pada ibu post partum.
3. Bagi Ibu Post Partum
Diharapkan ibu-ibu yang mengalami nyeri post partum dapat memahami
nyeri yang dirasakan selama proses persalinan dapat berkurang stelah
dilakukan massage plexus sacralis dan pasien mampu melakukan apa yang
sudah diajarkan perawat.
3
D. Nama Kegiatan
Seminar Evidence Based Nursing tentang pengaruh Massage Plexus Sacralis terhadap
Penurunan Nyeri pada pasien post partum di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Minggu.
E. Peserta
Kepala ruangan dan para perawat di Ruang Lavender RSUD Pasar Minggu.
4
BAB II
ANALISA JURNAL
A. Jurnal Utama
1. Judul Artikel
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
pada Ibu Post Partum Normal Primipara dan Multipara di Puskesmas Wirosari II
Purwodadi.
2. Peneliti
Verra Hadika Silviana Sari, Priharyanti Wulandari, M.Kep, Achmad Solechan
3. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan desain pre experiment designs dengan rancangan
one group pretest-posttest design without control group.
4. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian terhadap ibu post partum normal primipara dan
multipara di Puskesmas Wirosari II Purwodadi sebelum diberikan terapi
massage plexus sacralis sebagian besar ibu mengalami nyeri sedang dengan
jumlah 20 orang (83,3%) dengan nilai mean sebesar 4,50
B. Jurnal Pendukung
a. Judul Penelitian
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Pada Pasien Post Partum Normal Di Ruang Nifas RSD DR. Soebandi Jember.
b. Peneliti
Mahmud Ady Yuwanto
c. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan model desain eksperimen semu (quasi eksperiment)
dengan menggunakan desain wawancara dan observasi validasi data sebelum
perlakuan dan sesudah perlakuan.
d. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai pengaruh terapi
massage plexus sacralis terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien postpartum
normal di Ruang Nifas RSD. dr. Soebandi Jember, dapat disimpulkan bahwa
5
terdapat pengaruh tingkat nyeri pasien postpartum sebelum dan sesudah diberikan
terapi massage plexus sacralis di Ruang Nifas RSD. dr. Soebandi Jember, hal ini
ditunjukkan hasil uji Wilcoxon dengan p-value sebesar 0,0001.
C. Analisa PICO
1. Problem
Pasien dengan post partum adalah masa yang cukup penting bagi tenaga
kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah. Post partum
adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu
masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum
hamil. Pada post partum ibu mengalami adanya perubahan pada tubuh, antara lain
: sistem reproduksi yaitu adanya pengerutan pada dinding rahim, lokea,
perubahan serviks, vulva, vagina dan perineum, adanya pembatasan pada asupan
nutrisi, dan dapatmenyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan eltrolit.
Masalah 13 yang dialami pada pasien post partum atau ibu nifas, seperti sepsis
puerperali. Salah satu masalah pada hal ini adalah nyeri post partum yang dapat
menjadi masalah nyeri kronis dan dapat mengganggu kualitas hidup pasien.
2. Intervention
Adanya manfaat dalam tindakan Massage Flexus Sacralis dalam mengontrol
nyeri pada pasien post partum dapat dijadikain suatu tindakan komplementer
perawat dalam mengurangi intensitas nyeri yang berada di daerah pinggang dan
di fokuskan pada area sacralis untuk merangsang saraf parasimpatis. Tindakan
terapi massage dalam meredakan nyeri post partum ini berada pada daerah
pinggang dan di fokuskan pada area sacralis untuk merangsang saraf
parasimpatis. Sistem parasimpatis berasal dari nervus sacralis 2, 3, dan 4 sebagai
plexus sacralis. Serabut parasimpatis mencegah kontraksi dan menimbulkan
vasodilatasi yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah (menurunkan
ischemia) seiring dengan peningkatan metabolisme sel sehingga nyeri dapat
mereda atau menurun.
6
3. Comparison
No Peneliti/Tahun Desain Partisipan Hasil dan
Kesimpulan
1. Tina Shinta desain Sample Hasil penelitian
Parulian, penelitian ini penelitian dengan Uji T
Junatri menggunakan adalah 20 ibu Dependen diperoleh
Sitompul, dan desain post partum p value = 0,000.
Anne, Nur penelitian normal di Hasil penelitian
Oktafiana/ analitik pra – Rumah Sakit yang diperoleh
2014 eksperimental Sariningsih bahwa sebelum
dengan Bandung dilakukan teknik
pendekatan dengan effleurage massage
one group menggunaka terdapat 20 ibu post
pretest - n purposive partum mengalami
posttest sampling rata-rata nyeri
dengan Nyeri kontraksi uterus
Numeric dengan rentang nyeri
Ratting Scale skala 3-7.
( NRS )
Hasil penelitian
yang diperoleh
bahwa setelah
dilakukan teknik
effleurage massage
terdapat 20 ibu post
partum mengalami
rata-rata nyeri
kontraksi uterus
dengan perubahan
rentang skala nyeri
yaitu pada skala 1-5.
7
4. Outcome
Setelah dilakukan intervensi massage Plexus Sacralis diharapkan skala nyeri
Numeric Ratting Scale ( NRS ) dapat berkurang , diharapkan teknik Plexus
Sacralis ini dapat di aplikasikan di Rumah Sakit maupun dilakukan secara
mandiri oleh klien dan keluarga klien.
8
BAB III
TINJAUAN TEORI
9
3. Tanda dan Gejala Bahaya Masa Nifas
a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan
pergantian pembalut-pembalut 2 kali dalam setengah jam).
b. Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan di wajah atau di tangan
f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak enak
badan.
g. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan atau
terasa sakit.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i. Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan di kaki.
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau
dirinya sendiri.
k. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah (Saleha, 2009).
10
dengan hisroyan. Hisroyan berlangsung pada hari ke 2–3 postpartum
dimana ibu akan merasakan mulas-mulas yang disebabkan karena
kontraksi uterus sehingga ibu perlu mendapatkan penjelasan mengenai
nyeri yang dirasakan. Rasa nyeri meningkat pada ibu post partum yang
telah melahirkan lebih dari satu kali atau multipara karena terjadinya
penurunan otot uterus secara bersamaan yang menyebabkan relaksasi
intermitten (berjeda), sedangkan pada wanita menyusui hisroyan
disebabkan karena isapan bayi yang dapat menstimulasi produksi
oksitosin yang tidak hanya memicu refleks let down (pengeluaran ASI)
tetapi menyebabkan kontraksi uterus.
b. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
c. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara
selama wanita hamil (estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang
dibutuhkan hormon-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil
sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
d. Sistem Urinary
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung
pada (1) Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus kala II
dilalui (3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat
persalinan. Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera
setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia
diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi
(extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah
di dalam badan) kemukosa (Suherni, 2009).
11
e. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut. Oksitosin diseklerasikan dari kelenjar otak bagian
belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapatmerangsang produksi ASI dan
sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uteruskembali ke bentuk
normal. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap
tinggi dan padapermulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang
ditekan.
f. Sistem gastrointestinal
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini
umumnya karenamakan padat dan kurangnya berserat selama
persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap
makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium sangatpenting untuk
gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini
terjadipenurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya
kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya
untuk proses pertumbuhan juga pada ibudalam masa laktasi (Saleha,
2009).
12
g. Sistem muskuloskeletal
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca
partum :
13
4) Disfungsi simfisis pubis
5) Diastasis rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5
cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat
pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan
mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi
paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan
postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen
yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami
diastasis.
14
6) Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini
ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta
adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat
atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur
tubuh yang buruk.
h. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau
lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
15
j. Vagina dan Perineum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama,
tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang
asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga
sebagian dari dinding perut di garis tengah terdiri dari perineum, fascia
tipis dan kulit. Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau
mengejan.
k. Sistem Kardiovaskuler
1) Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas.
Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil.
Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan menyebabkan
kebanyakan ibu bisa mentoleransi kehilangan darah saat
melahirkan. Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba.
16
a) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran
pembuluh darah maternal 10%-15%.
b) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan
stimulus vasodilatasi
c) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama
wanita hamil.
2) Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat
selama masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena
darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba
kembali ke sirkulasi umum.
3) Tanda-tanda Vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC,
sebagai akibatmeningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan
hormonal jika terjadi peningkatansuhu 38ºC yang menetap 2 hari
setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi
seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi
saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium),
pembengkakan payudara, dan lain-lain. Dalam periode waktu 6-7
jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-
70 kali per menit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat
berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takikardia
kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan
kehilangan darah dan proses persalinan yang lama.
4) Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi
plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm
akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
a. Periode Taking In
18
3) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
4) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.
5) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.
c. Periode Letting Go
1) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
2) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
3) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya
19
4) Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan setiap
minggu naikkan 5 kali. Pada 6 minggu setelah persalinan ibu harus
mengerjakan sebanyak 30 kali.
b. Diet
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari.
Makanan harus diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup. Pil besi harus diminum minimal 40 hari pasca
melahirkan. Minum sedikitnya 3 liter, minum zat besi, minum kapsul
vitamin A dengan dosis 200.000 unit.
e. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara
3) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan dari puting susu yang tidak lecet
20
d) Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan.
e) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f. Laktasi
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna,
memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap
untuk diminum. Tanda ASI cukup :
1) Jarang disusui.
2) Bayi diberi makan lain.
3) Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis menyusui
g. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi,
stress, atau dehidrasi.
21
i. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik,
narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini
diberikan secara regional/ umum (Sarwono, 2008).
B. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri
International for Study of Pain (IASP) 2012, mendefinisikan nyeri sebagai
situasi tidak menyenangkan yang bersumber dari area tertentu, yang
disebabkan oleh kerusakan jaringan dan yang berkaitan dengan
pengalaman masa lalu dari orang yang bersangkutan.
2. Sifat Nyeri
a) Nyeri tajam (sharp pain) : menusuk/mengiris
b) Nyeri tumpul (dull pain) : menjemukan
c) Nyeri tembakan (shooting pain)
d) Nyeri terbakar (burning pain)
e) Nyeri proyeksi (referred pain)
Pada sejumlah causalgia, nyeri pantom dan neuralgia, teori pola ini
bertujuan untuk menimbulkan rangsangan yang kuat yang
mengakibatkan berkembangnya gaung secara terus menerus pada
spinal cord sehingga saraf trasamisi nyeri bersifat hipersensitif yang
mana rangsangan dengan intensitas rendah dapat mengahasilkan
trasmisi nyeri (Andarmoyo, 2013).
4. Klasifikasi Nyeri
a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
1) Nyeri Akut
23
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,
atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung
untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri akut
berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang
tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali (Prasetyo,
2010).
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik sering di definisikan sebagai nyeri yang berlangsung
selama enam bulan atau lebih, meskipun enam bulan merupakan
suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan nyeri akut
dan nyeri kronis (Potter & Perry, 2009).
2) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas
yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini
lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).
24
2) Viseral Dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ
internal (Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat
menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak
menyenangkan dan berkaitan dengan mual dan gejala-gejala
otonom. Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina
pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung.
4) Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal
cedera ke bagian tubuh yang lain (Sulistyo, 2013). Karakteristik
nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau
sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah
akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang
meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
26
Skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus,
yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo, 2013).
27
b. Manajemen Farmakologi
Manajemen nyeri farmakologi merupakan metode yang mengunakan
obat-obatan dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini
memerlukan instruksi dari medis. Ada beberapa strategi menggunakan
pendekatan farmakologis dengan manajemen nyeri persalinan dengan
penggunaan analgesia maupun anastesi. Manajemen nyeri persalianan
dengan penggunaan analgesia merupakan penggunaan atau
penghilangan sensasi nyeri (Anderson, 1994, dalam Mander, 2003),
penghilangan sensasi nyeri ini tanpa disertai dengan hilangnya
perasaan total sehingga seseorang yang mengkonsumsi analgesik tetap
ada dalam keadaan sadar. Manajemen nyeri persalinan dengan
pengunaan anastesia merupakan menghilangkan sensasi normal
(Mander, 2003), yang di capai dengan memberikan obat-obatan
anastesi baik secara regional maupun umum (Sulistyo, 2013).
C. Konsep Massage
1. Pengertian Massage
Kata masase berasal dari bahasa Arab “mash” yang berarti menekan
dengan lembut, atau dari Yunani “massien” yang berarti memijat atau
melulut. Masase merupakan salah satu manipulasi sederhana yang
pertama-tama ditemukan oleh manusia untuk mengelus-elus rasa sakit.
Hampir setiap hari manusia melakukan pemijatan sendiri. Semenjak 3000
tahun sebelum masehi, masase sudah digunakan sebagai terapi.
28
dengan tujuan menghasilkan efek fisiologis, profilaktif, dan terapeutik
bagi tubuh.
29
c. Massage counterpressure
Counterpressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan
tumit tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola
tenis pada daerah lumbal. Tekanan dapat diberikan dalam gerakan lurus
atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif menghilangkan sakit punggung
akibat persalinan. Namun perlu disadari bahwa ada ibu yang tidak biasa
dipijat, bahkan disentuh saat mengalami kontraksi, hal ini disebabkan
karena kontraksi sedemikian kuatnya sehingga ibu tidak sanggup lagi
menerima rangsangan apapun pada tubuh. Bidan harus memahami hal
ini dan menghormati keinginan ibu.
Pastuty, 2010).
d. Massage endorpine
merupakan teknik sentuhan serta pemijatan ringan, yang dapat
menormalkan denyut jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan
kondisi rileks dalam tubuh ibu hamil dengan memicu perasaan
nyaman melalui permukaan kulit.
e. Massage plexus sacralis
Tindakan terapi massage dalam meredakan nyeri post partum ini
berada pada daerah pinggang dan di fokuskan pada area
sacralis untuk merangsang saraf parasimpatis. Sistem
parasimpatis berasal dari nervus sacralis 2, 3, dan 4 sebagai
plexus sacralis. Serabut parasimpatis mencegah kontraksi dan
menimbulkan vasodilatasi yang mengakibatkan peningkatan
sirkulasi darah (menurunkan ischemia) seiring dengan
peningkatan metabolisme sel sehingga nyeri dapat mereda atau
menurun.
1. Memencuci tangan
2. Identifikasi pasien
3. Jaga privasi klien
4. Menjelaskan kepada klien mengenai tujuan tindakan massage
5. Menganjurkan klien untuk mencari posisi yang nyaman seperti posisi
berbaring miring ke kiri ataupun duduk
6. Menekan daerah sacrum secara mantap dengan menggunakan pangkal atau
kepalan salah satu telapak tangan,
7. Lepaskan dan tekan lagi. Lakukan selama 15 – 30 menit
31
8. Mengevaluasi teknik massage plexus sacralis
9. Mencuci tangan
10. Dokumentasikan
32
BAB IV
ANALISA SWOT
A. Analisa Ruangan
1. Nama RS : RSUD Pasar Minggu
2. Nama Ruangan : Ruang Lavender Lantai 6
3. Kapasitas Ruangan : 57 TT
4. Jumlah Perawat : 20 Perawat
5. Jumlah Bidan : 6 bidan
Ruangan sudah cukup baik dari segi pelayanan, pencahayaan, kebersihan dan
kenyamanan untuk pasien, fasilitas pasien. Jumlah perawat terdiri dari 20 orang
dan jumlah bidan 6 orang, dengan 20 orang berpendidikan D3 Keperawatan dan 6
orang berpendidikan S1 Ners. Berdasarkan data di ruangan didapatkan hasil jumlah
persalinan pada bulan September 2019 yaitu sebanyak 53 ibu yang melahirkan
secara normal, dan 80 ibu lainnya melahirkan secara Sectio Caesarea.
B. Analisa SWOT
1. Strength (Kekuatan)
Kekuatan dalam program inovasi ini jika akan dilaksanakan di rumah sakit:
33
2. Weakness (Kelemahan)
a. Ada sebagian perawat yang belum mengetahui pengaruh teknik
massage plexus sacralis terhadap perubahan nyeri pada ibu post
partum.
b. Belum pernah dilakukannya seminar edukasi mengenai teknik massage
plexus sacralis terhadap perubahan nyeri pada ibu post partum di
RSUD Pasar Minggu.
c. Tidak dapat dilakukan pada ibu post section caesarea
3. Oppurtunities (Kesempatan)
a. Teknik massage plexus sacralis merupakan teknik massage yang aman,
mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan banyak alat, tidak
memerlukan biaya.
b. Teknik massage plexus sacralis hanya membutuhkan waktu singkat
c. Teknik massage plexus sacralis tidak menimbulkan efek samping
d. Teknik massage plexus sacralis dapat dilakukan kapanpun dan dapat
dilakukan dengan bantuan keluarga.
4. Threats (Ancaman)
a. Pengetahuan klien dan keluarga terbatas tentang teknik massage plexus
sacralis terhadap perubahan nyeri pada ibu post partum
b. Klien dan keluarga menolak karena belum mengetahui manfaat dari
teknik massage plexus sacralis terhadap perubahan nyeri pada ibu post
partum.
c. Adanya keterbatasan waktu perawat untuk melakukan penerapan
teknik massage plexus sacralis untuk mengurangi nyeri pada ibu post
partum.
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intervensi ini dapat dijadikan recomendasi di ruang perawatan Lavender RSUD
Pasar Minggu untuk penatalaksanaan menurunkan nyeri pada ibu post partum.
Dapat memberikan edukasi pada klien dan keluarga guna membantu mengurangi
nyeri pada klien post partum. Metode ini sangat efektif dilakukan secara mandiri.
B. Saran
Dilihat dari analisa ruangan dan kebutuhan ruangan, maka diharapkan terapi
message plexus sacralis untun mengurangi nyeri pada ibu post partum dapat
menjadi metode alternative atau terapitambahan non farmakologis di ruangan
Lavender RSUD Pasar Minggu dan dapat di terapkan sebagai tindakan mandiri
perawat dan bidan guna mengurangi nyeri pada ibu post partum.
35
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).
Jakarta: TIM
Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
iii