Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan berfungsi memberdayakan potensi manusia untuk mewariskan,
mengembangkan serta membangun kebudayaan dan peradaban masa depan. Di
satu sisi, pendidikan berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang
positif,di sisi lain pendidikan berfungsi untuk menciptakan perubahan kea rah
kehidupan yang lebih inovatif. Oleh karena itu, pendidikan memiliki fungsi
kembar (Budhisantoso, 1992; Pelly 1992). Dengan fungsi kembar itu, sistem
pensalah lainnya adalah gagalnya sector pendidikan khususnya sains dalam
menanamkan serta menumbuhkembangkan pendidikan nilai di sekolah.
Fisika merupakan salah satu ilmu sains yang dinggap sulit oleh peserta didik.
Pemberian materi fisika dengan metode ceramah dan hapalan rumus membuat
siswa menjadi bosan dan tidak termotivasi dalam belajar. Salah satu faktor yang
mempengharui hasil belajar siswa adalah motivasi. Jika siswa memiliki
ketertarikan atau motivasi terhadap sesuatu hal, maka siswa cenderung akan
lebih aktif. Oleh karena itu, diharapkan guru mampu mengolah kelas dan
memodifikasi model pembelajaran semenarik mungkin agar memicu motivasi
siswa dalam mempelajari ilmu fisika.
Dalam proses pembelajaran fisika, kendala yang sering dijumpai siswa adalah
siswa tidak mengetahui materi pembelajaran yang dipelajari. Dalam hal ini siswa
merasa mempelajari hal yang tidak bisa dirasakan langsung pemanfaatan dan
kaitannya dengan keadaan di lingkungan sekitar mereka. Siswa juga tidak
mampu mengaplikasikan pengetahuan mereka yang mereka pelajari dalam
kehidupan sehari – hari untuk memecahkan masalah yang mereka temui dalam
kehidupan nyata.
Terkait motivasi belajar, penelitian menunjukkan bahwa apabila pengetahuan
yang dipelajari di sekolah dirasakan manfaatnya bagi kehidupan siswa, maka ia
akan termotivasi untuk mempelajari, bahkan ingin mencari lebih banyak lagi (
Poedjiadi, 2010). Selanjutnya, pendekatan etnosains dalam membelajarkan
materi pelajaran sebenarnya juga merupakan wujud penerapan pembelajaran
konseoptual. Tradisi turun temurun yang telah lama terbentuk dalam lingkungan
social budaya siswa perlu mendapat perhatian khusus dalam mengembangkan
pendidikan sains di sekolah karena di dalamnya terdpaat sains asli yang berguna
bagi kehidupannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti Alat
tradisional masyarakat Sarjo,kabupaten Mamuju provinsi Sulawesi Barat yakni
Kendi. Kendi adalah alat tradisional yang umumnya digunakan sebagai wadah
penyimpanan air yang memiliki kualitas air yang lebih dingin dan segar daripada
air yang disimpan dalam wadah plastic/ kaca, yang juga biasa digunakan saat
ritual perkawinan masyarakat Sarjo.
B. Rumusan masalah
1. Apa perbedaan antara air yang disimpan dalam wadah kendi dan yang
disimpan dalam wadah palstik air minum lainnya ?
2. Mengapa air dalam kendi lebih dingin dibandingkan air yang disimpan dalam
wadah plastik jika ditinjau dari ilmu sains ?
3. Apa saja fungsi lain dari kendi berdasarkan adat masyarakat Sarjo (suku
Mandar).
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perbedaan antara air yang disimpan dalam wadah kendi
dan yang disimpan dalam wadah palstik air minum lainnya ?
2. Untuk mengatahui mengapa air dalam kendi lebih dingin dibandingkan air
yang disimpan dalam wadah plastik jika ditinjau dari ilmu sains ?
3. Untuk mengetahui fungsi lain dari kendi berdasarkan adat masyarakat Sarjo
(suku Mandar).
4. Manfaat Penulisan
 Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penulisan makalah ini adalah dapat digunakan
sebagai bahan kajian dalam penambahan ilmu pengetahuan.
 Manfaat Praktis
Sebagai bahan pertimbangan penggunaan model pembelajaran dan
penilaian pembelajaran dalam upaya mengembangkan pemebeljaran yang
inovatif dan dapat meningkatkan hasil koginitf siswa.Serta sebagai
referensi untuk siswa dalam mempelajari budaya yang erat kaitannya
dengan sains agar pembelajaran terasa lebih bermakna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PEMBELAJARAN ETNOSAINS
Etnosains merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan
pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses
pembelajaran. Tanpa mengurangi tema, yang diramu dari dari kompetensi inti
(KI) dan kompetensi dasar (KD), etnosains dapat memperkuat tema-tema
pembelajaran dengan membuat kaitan antara materi ajar dengan budaya.Melalui
pembelajaran berbasis etnosains peserta didik akan melakukan observasi langsung
sehingga dapat mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara
ilmiah, dan dapat membuat kesimpulan.
Pengetahuan berbasis etnosains bukan hanya tentang kearifan local, tetapi
pengetahuan abstrak yang terkandung dalam budaya itu sendiri. Misalnya tentang
budaya yang berkaitan dengan ritual adat daerah setempat, tanaman obat-obatan
traditional, rumah ada, dan pengetahuan budaya lainnya yang relevan dengan
tema pembelajaran. Dengan pengintegrasian pembelajaran berbasis etnosains
maka pembelajaran yang berlangsung dapat menggali pengetahuan deklaratif
peserta didik dan pengetahuan prosedural yang mengacu pada kontruktivisme.

B. TINJAUAN HISTORIS / FILOSOFIS


Kendi adalah tempat air seperti teko yang terbuat dari tanah liat. Kendi
umumnya dimanfaatkan sebagai wadah air minum.Kendi terbuat dari tanah liat
murni dengan proses tanpa glazur atau bahan tambahan. Dengan demikian
molekul yang ada pada kendi itu tidak tertutup rapat. Keistimewaan dari kendi
yang tidak dieri glazur adalah oksigen dapat masuk ke dalam air melalui pori –
porinya ( prinsip kapilaritas). Seperti yang kita ketahui oksigen adalah zat utama
untuk kelangsunan kehidupan, sehingga air dalam kendi ini dianggap alami dan
suci.Kendi dikenal di seluruh dunia dan berkembang di India ,Mesir, China,
Jepang, Thailand , dan Indonesia.
Nama “kendi” dipercaya berasal dari bahasa Sansakerta (India), yaitu
Kundika merupakan atribut dari Dewa Brahma dan Siwa di dalam agama Hindu.
Sedangkan dalam agama budha, kundika merupakan atribut dari Awalokiteswara
dan para peziarah Budhayang menganggap kundika sebagai bagian dari 18
wadah suci yang dibawa rahib Budha dalam perjalanannya mencari kitab suci
(Adhyatman, 1987:5).
Bentuk –bentuk kendi umunya kendi pada umumnya berbeda di setiap daerah
yang mencerminkan cita rasa atau pengaruh berbagai kebudayaan yang memasuki
suatu daerah sepanjang sejarahnya. Namun secara umum kendi mengambil
bentuk labu sebagai inspirasi penciptaan. Hal ini dimungkinkan, mengingat buah
labu yang dikeringkan merupakan salah satu wadah air yang pertama digunakan
sebelum orang memakai gerabah.Kebradaan kendi di Nusantara kira-kira muncul
pada periode Hindu-Budha.
Pada abad ke-19 hingga abad ke-20, perkembangan kendi di Indonesia masih
dipengharui oleh kendi-kedndi luar negeri. Keberadaan kendi lokal masih berada
pada kalangan bawah yang banyak berfungsi sebagai tempat air minum. Di dalam
kebudayaan masyarakat Indonesia, kendi bukan hanya dimaknai sebagai
perlengkapan wadah air di dapur. Kendi ternyata mempunyai makna dan filosofis
yang lebih dalam. Penggunaan kendi dalam ritual kebudayaan dapat dilihat dari
beberapa prosesi upacara adat seperti upacara kematian, prosesi ritual
perkawinan, upacara keagamaan, dan prosesi kesenian.
Akan tetapi. seiring berkembangnya zaman kendi dan budaya ini mulai pudar.
Jika kita ingin menjumpai kekentalan budaya ini, bisa dilihat pada orang
pedalaman suku mandar, baik yang ada di Majene maupun daerah Mamuju
pedalaman.Selain itu, berdasarkan tesis yang dilakukan oleh pada tahun
mengatakan bahwa Melikan merupakan salah satu desa penghasil gerabah kendi
di kabupaten Klaten yang masih bertahan dan berkembang hingga saat ini.
Pembentukan gerabahnya pun masih dikerjakan secara tradisional yatu dengan
putaran miring. Jadi untuk kalian yang tertarik dengan Kendi, boleh berkunjung
ke daerah tersebut.

C. TINJAUAN SAINS
Manfaat minum air kendi yang di klaim lebih baik untuk kesehatan bersasal
dari bahan kendi itu sendiri. Kendi umumnya terbuat dari tanah liat yang dibakar
naumn tidak diglasir sehingga memiliki permukaan kasar di luarnya. Akan tetapi,
justru proses alami tanpa galsir (glazur) inilah yang menjadi keunggulan kendi.
Tidak adanya proses pengglazuran menyebabkan pori – pori tanah liat bahan
kendi tetap terbuka lebar/ tidak tertutup rapat.
Pori – pori lebar inilah yang menyebabkan udara luar yang mengandung zat
asam ( 02) dapat masuk ke dalam air (prinsip kapilaritas) sehingga
mempengharuikualitas air tersebut. Karena itu banyak orang yang merasa bahwa
minum air dari kendi lebih terasa memuaskan dan membuat rasa haus terobati
dengan cepat. Air kendi pada dasarnya sama dengan air kaya oksigen yang dijual
dengan harga yang cukup mahal.
Pori –pori kendi yang tetap terbuka lebar menyebabkan air di dalamnya
merembes keluar. Rembesan air yang membasahi permukaan luar kendi
mengalami proses penguapan dimana untuk proses tersebut diperlukan sejumlah
kalor (panas) . Kebutuhan akan kalor itulah yang diambilkan dari air yang ada di
dalam kendi. Proses penyerapan kalor inilah yang menyebabkan air dalam kendi
lebih dingin, lebih dingin dari air putih yang dalam bejana plastikk atau kaca.
Jika ada bahan asing di dalam air seperti kotoran dan mineral, bahan – bahan
asing tersebut akan terserap oleh pori-pori bahan kendi sehingga berfungsi
sebagai filter alami. Plus tanah liat memiliki fungsi insulasi sehingga air yang
disimpan di dalamnya menjadi sejuk dan segar.
D. MODEL PEMBELAJARAN
Kurikulum 2013 menyatukan sekolah dan masyarakat pada dimensi
pendidikan. Melalui pembelajaran berbasis etnosains peserta didik akan
melakukan observasi langsung sehingga siswa dapat mengidentifikasi pertanyaan
ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan dapat membuat kesimpulan.
Dalam pembelajaran kurikulum 2013, guru dituntut menggunakan model
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengontruksi pengetahuannya
sendiri sehingga terbentuk karakter siswa (disiplin, jujur dan bertanggungjawab).
Oleh karena itu, dalam membelajarkan materi suhu dan kalor berbasis
etnosains, salah satu model yang ditawarkan penulis adalah model pembelajaran
inkuiri terbimbing.Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model
pembelajaran yang berlandaskan pandangan kontruktivisme yang memandang
bahwa pembelajaran mngkontruksi sendiri pengetahuannya. Pada pembelajaran
inkuiri terbimbing, siswa mendapat petunjuk – petunjuk seperlunya, dapat berupa
pertanyaan yang bersifat membimbing,kemudian sedikit demi sedikit bimbingan
dikurangi hingga siswa bekerja mandiri dalam penyelesaian masalah.
Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa adalah sebagai pusat
pembelajaran. Dimana siswa dituntut untuk bertanggungjawab atas pendidikan
yang mereka jalani serta diarahkan untuk tidak selalu bergantung pada guru. Pada
pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa menjadi lebih termotivasi ketika mereka
belajar menemukan sesuatu oleh dirinya sendiri, daripada mendengarkan apa
yang dikatakan oleh guru. Mereka belajar melakukan aktivitas dengan otonomi
dan menjadi yang inner-directed.
Bagi siswa yang inner-directed, penghargaan merupakan penemuan itu
sendiri. Siswa belajar memanipulasi lingkungan lebih aktif. Mereka mencapai
kepuasan dari pemecahan masalah, Brunner percaya bahwa siswa menerima
sensasi Intelektual yang memuaskan suatu penghargaan intrinsicatau kepuasan
terendiri. Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen , diskusi, mengemukakan gagasan lama atau baru
untuk membangun pengetahuan – pengetahuan dalam pikirannya.
Siswa belajar diawali melalui pertanyaan – pertanyaan atau hipotesa –
hipotesa yang diberikan guru dan untuk menjawab pertanyaan/ permasalahan atau
juga hipotesa siswa merancang percobaan dan melakukan percobaan dan dari
percobaan siswa mendapatkan atau menemukan pengetahuan untuk menguji
pengetahuannya, guru memberi petunjuk tentang sumber – sumber belajar atau
kajian pustaka serta menghubungkannya dengan hasil percobaannya tersebut, dan
melalui membaca atau melalui kajian pustaka dengan penalarannya siswa
menyusun struktur kognitifnya untuk membentuk pengetahuan yang baru.
Jadi intinya, siswa sendiri menemukan konsepnya sendiri melalui proses
bimbingan guru, sehingga konsep yang ditemukan diberikan penguatan sehingga
tersimpan dalam memori jangka panjang siswa.

E. PENILAIAN PEMBELAJARAN
Penilaian yang digunakan yakni penilaian Autentik . Penilaian Autentik
adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta
didik untuk ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan.Adapun metode metode
dan bentuk instrument yang digunakan yaitu

Metode Bentuk Instrumen

Sikap Lembar Pengamatan Sikap

Tes Unjuk Kerja Tes Penilaian Kinerja

Tes Tertulis Tes Uraian


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Tempat dan Waktu Kegiatan
Tempat penelitian : Desa Sarjo, Kecamatan Sarjo Kabupaten Pasangkayu
Provinsi Sulawesi Barat
Waktu penelitian : 22 November 2019
2. Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan,Informan yang
merupakan asli Majene (suku mandar) yang merantau di Sarjo mengatakan
bahwa kendi di kampungnya terbuat dari tanah liat Khas Mandar. Makanya di
daerah Sarjo sekarang penggunaan Kendi sudah tidak telrlau banyak seperti
dahulu kala, disebabkan transportasi Majene-Sarjo yang cukup memakan
waktu.
Akan tetapi penggunaan kendi di Majene masih terbilang cukup banyak,
masyarakat lebih menyukai meminum air dalam kendi daripada yang dalam
wadah palstik atau kaca karena air dalam kendi lebih terasa segar, tidak
berbau, jernih dan semakin lama disimpan di dalam kendi airnya semakin
dingin dan segar. Mereka percaya bahwa air dalam kendi bisa dingin karena
efek dari tanah liat tersebut.
Selain menggunakan kendi sebagai wadah tempat air minum, masyarakat
juga menggunakan kendi pada prosesi ritual perkawinan yang dinamakan adat
Moktassau. Dimana 10 hari atau sebelum acara perkawinan dilaksanakan,
calon pengantin dan kendi ( berisi air dan dedaunan harum yang sebelumnya
dimasak secara bersamaan) ditutupi sarung dalam sebuah ruangan
tertutup.Calon pengantin dan kendi dikelilingi oleh sepuluh anak-anak yang
memegang sarung tersebut . Tidak boleh ada udara yang masuk antara kendi
dan calon pengantin . Ritual ini dimaksudkan agar calon pengantin menjadi
lebih harum dan perkawinannya suci dan diberkahi karena bercampur dengan
uap air suci kendi tadi.

3. Perbandingan hasil kajian secara etno dan sains


No. Secara Etno Fakta Sains
1. Kendi terasa lebih Proses pembuatan Kendi yang berasal dari
dingin karena berasal tanah liat murni tanpa glasur (bahan tambahan)
dari tanah liat. menyebabkan pori – pori tanah liat bahan
kendi tetap terbuka lebar/ tidak tertutup rapat.
Pori –pori kendi yang tetap terbuka lebar
menyebabkan air di dalamnya merembes
keluar. Rembesan air yang membasahi
permukaan luar kendi mengalami proses
penguapan dimana untuk proses tersebut
diperlukan sejumlah kalor (panas) . Kebutuhan
akan kalor itulah yang diambilkan dari air yang
ada di dalam kendi. Proses penyerapan kalor
inilah yang menyebabkan air dalam kendi lebih
dingin, lebih dingin dari air putih yang dalam
bejana plastikk atau kaca.

2. Air dalam kendi terasa Berdasrkan penelitian, tanah liat memilki


lebih segar dan tidak aktivitas antibakterisidal terhadap kuman E-
bebau coli. Dimana salah satu syarat air minum yakni
tidak mengandung bakteri koliforn seperti
Eschericia Coli.
3. Air dalam kendi Keistimewaan dari kendi yang tidak dieri
dianggap suci dan glazur adalah oksigen dapat masuk ke dalam
biasa digunakan dalam air melalui pori – porinya ( prinsip
beberapa ritual kapilaritas).oksigen merupakan sumber
perkaiwnan termasuk kehidupan makhluk hidup di bumi. Oksigen
ritual perkawinan sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, karena
masyarakat Sarjo. oksigen dapat membantu perombakan bahan
makanan dalam tubuh. Dari proses
perombakan makanan inilah energy bisa
diperoleh.

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan yang dipahami oleh masyarakat bahwa air dingin tersebut
tersebut berasal dari tanah liat, namun mereka hanya sebatas paham itu saja
tanpa bisa mengaitkan dengan fakta sains. Jika ditinjau dari kacamat sains,
kendi yang terbuat dari tanah liat yang dibakar namun tidak diglasir sehingga
memiliki permukaan kasar di luarnya. Akan tetapi, justru proses alami tanpa
galsir (glazur) inilah yang menjadi keunggulan kendi. Tidak adanya proses
pengglazuran menyebabkan pori – pori tanah liat bahan kendi tetap terbuka
lebar/ tidak tertutup rapat.
Pori – pori lebar inilah yang menyebabkan udara luar yang mengandung
zat asam ( 02) dapat masuk ke dalam air (prinsip kapilaritas) sehingga
mempengharuikualitas air tersebut. Karena itu banyak orang yang merasa
bahwa minum air dari kendi lebih terasa memuaskan dan membuat rasa haus
terobati dengan cepat. Air kendi pada dasarnya sama dengan air kaya oksigen
yang dijual dengan harga yang cukup mahal.
Pori –pori kendi yang tetap terbuka lebar menyebabkan air di dalamnya
merembes keluar. Rembesan air yang membasahi permukaan luar kendi
mengalami proses penguapan dimana untuk proses tersebut diperlukan
sejumlah kalor (panas) . Kebutuhan akan kalor itulah yang diambilkan dari air
yang ada di dalam kendi. Proses penyerapan kalor inilah yang menyebabkan
air dalam kendi lebih dingin, lebih dingin dari air putih yang dalam bejana
plastikk atau kaca.
Selain itu, air kendi terasa lebih segar karena jika ada bahan asing di
dalam air seperti kotoran dan mineral, bahan – bahan asing tersebut akan
terserap oleh pori-pori bahan kendi sehingga berfungsi sebagai filter alami.
Plus tanah liat memiliki fungsi insulasi sehingga air yang disimpan di
dalamnya menjadi sejuk dan segar. Adapun fenomena air dingin pada Kendi
ini sangat cocok untuk dikaitkan dengan materi pembelajaran sains tema Suhu
dan Kalor. Dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing
diharapkan siswa lebih termotivasi dan bisa memahami konsep dan mengingat
materi dalam jangka panjang.
Inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang berlandaskan
pandangan kontruktivisme yang memandang bahwa pembelajaran
mngkontruksi sendiri pengetahuannya. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing,
siswa mendapat petunjuk – petunjuk seperlunya, dapat berupa pertanyaan
yang bersifat membimbing,kemudian sedikit demi sedikit bimbingan
dikurangi hingga siswa bekerja mandiri dalam penyelesaian masalah.
Selanjutnya pendidik bisa melakukan penilaian secara otentik berdasarkan
sikap, keterampilan dan tes tertulis untuk mengetahui perkembangan kognitif
siswa.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Budaya dan pemahaman masyarakat Mandar yang mengatakan bahwa air
dingin dari wadah Kendi berasal dari tanah liat ternyata dapat dibenarkan oleh
tinjauan sains. Lebih jelasnya, proses pembuatan Kendi yang berasal dari tanah
liat murni tanpa glasur (bahan tambahan) menyebabkan pori – pori tanah liat
bahan kendi tetap terbuka lebar/ tidak tertutup rapat. Pori –pori kendi yang tetap
terbuka lebar menyebabkan air di dalamnya merembes keluar.Rembesan air yang
membasahi permukaan luar kendi mengalami proses penguapan dimana untuk
proses tersebut diperlukan sejumlah kalor (panas) .
Kebutuhan akan kalor itulah yang diambilkan dari air yang ada di dalam
kendi. Proses penyerapan kalor inilah yang menyebabkan air dalam kendi lebih
dingin, lebih dingin dari air putih yang dalam bejana plastik atau kaca. Dan
karena adanya kalor dan proses penguapan dimana oksigen (oksigen merupakan
sumber kehidupan makhluk hidup terutama dalam bernapas/respirasi)
masuk ke dalam air melalui pori-pori kendi tersebut sehingga memunculkan
kepercayaan masyarakat bahwa air dalam kendi itu suci dan biasa digunakan
dalam beberapa ritual upacara, seperti upacara perkawinan dalam adat masyarakat
Sarjo (mandar) .

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menjadi panduan dalam proses
pembelajaran yang lebih inovtaif dan bermakna. Mengintegrasikan budaya dalam
tema pembelajaran bisa membuat siswa lebih termotivasi dan mengingat dalam
memori jangka panjang. Selain itu diharapkan pula, dengan adanya makalh ini
dapat menambah wawasan para pembaca dan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1. DAFTAR INFORMAN
Nama
Tempat Tanggal Lahir
Jenis kelamin
Suku
Alamat
Pekerjaan

2. DOKUMENTASI KEGIATAN

Wawancara dengan informan


Mencoba air minum dalam wadah kendi

Mencoba air minum dalam wadah plastik sebagai perbandingan dengan air minum dalam wadah kendi

3. RENCANA PELAKSANAA N PEMBELAJARAN (RPP)


4. INSTRUMENT PENILAIAN PEMBELAJARAN BESRTA RUBRIK
1. Metode dan bentuk instrumen

Metode Bentuk Instrumen


Sikap Lembar Pengamatan Sikap

Tes Unjuk Kerja Tes Penilaian Kinerja

Tes Tertulis Tes Uraian

2. Contoh Instrumen
A. Lembar pengamatan sikap
 Pengamatan Prilaku Ilmiah
No
Aspek yang dinilai 3 2 1 Keterangan
.
1 Rasa ingin tau (curiosity).
Keteliatian dan kehati-hatian dalam
2
melakukan percobaan.
Ketekunan dan tanggung jawab dalam belajar
3 dan bekerja baik secara individu maupun
berkelompok.
Keterampilan berkomunikasi pada saat
4
belajar.

Rubrik Penilaian Perilaku

No. Aspek yang Dinilai Rubrik


1 Menunjukan rasa ingin tahu 3: Menunjukan rasa ingin tahu yang besar,
antusias, aktif dalam kegiatan
kelompok.
2: menunjukan rasa ingin tahu, namun
tidak terlalu antusias, dan baru terlibat
aktif dalam kegiatan kelompok ketika
disuru.
1: tidak menunjukan antusias dalam
pengamatan, sulit terlibat aktif dalam
kegiatan kelompok walaupun telah
didorong untuk terlibat.
2 Ketelitian dan hati-hati 3: mengamati hasil percobaan sesuai
prosedur, hati-hati dalam melakukan
percobaan.
2: mengamati hasil percobaan sesuai
prosedur, kurang hati-hati dalam
melakukan percobaan.
1: mengamati hasil percobaan sesuai
prosedur, sangat kurang hati-hati dalam
melakukan percobaan.
3 Ketekunan dan tanggung 3: tekun dalam menyelesaikan tugas
jawab dalam belajar dan dengan hasil terbaik yang bisa
bekerja baik secara individu dilakukan, berupaya tepat waktu.
maupun berkelompok. 2: berupaya tepat waktu dalam
menyelesaikan tugas, namun belum
menunjukan upaya terbaiknya.
1: tidak berupaya sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas, dan tugasnya
tidak selesai.
4 Berkomunikasi 3: akitif dalam tanya jawab, dapat
mengemukakan gagasan atau ide,
menghargai pendapat siswa lain.
2: akitif dalam tanya jawab, tidak ikut
mengemukakan gagasan atau ide,
menghargai pendapat siswa lain.
1: akitif dalam tanya jawab, tidak ikut
mengemukakan gagasan atau ide,
kurang menghargai pendapat siswa lain.

 Penilaian Afektif
Penilaian
No. Keterampilan
1 2 3 4

1 Mengutarakan pendapat

2 Menjawab pertanyaan dengan benar

3 Menyikapi pendapat orang lain

4 Kerjasama kelompok

5 Menyimpulkan hasil percobaan

Skor Total

Rubrik Penilaian
No. Aspek yang Dinilai Rubrik
1 Mengutarakan pendapat 4 : Mengutarakan pendapat dengan baik
dan jelas
3 :Mengutarakan pendapat tidak begitu
jelas.
2 :Mencoba mengutarakan pendapat tetapi
belum mendapat kesempatan
1 : Tidak berpendapat sama sekali
2 Menjawab pertanyaan 4 : Menjawab dengan benar dan jelas
dengan benar. serta mengikuti aturan
3 : Sudah menjawab, hampir benar /
kurang tepat, dan mengikuti aturan
2 :Sudah menjawab, tetapi salah, dan
mengikuti aturan.
1 : Tidak menjawab sama sekali
3 Menyikapi pendapat orang 4 : Mendengarkan dan dapat menanggapi
lain. dengan sopan.
3 :Mendengarkan pendapat teman dan
menghargainya.
2 :Memotong pembicaraan teman yang
mengeluarkan pendapat.
1 : Mendengarkan tetapi mencela
pendapat teman.
4 Kerjasama kelompok 3 : Sangat kompak dan tidak
menyalahkan teman jika jawaban
salah.
3 : Kurang kompak dan tidak
menyalahkan teman jika jawaban
salah.
2 : Tidak kompak dan tidak menyalahkan
teman jika jawaban salah.
1 : Tidak kompak dan saling menyalahkan
teman jika jawaban salah.
5 Menyimpulkan hasil diskusi 4 : Padat dan jelas tidak menyimpang dari
yang didiskusikan
3 : Jelas terlalu panjang lebar tetapi tidak
menyimpang dari yang didiskusikan
2 : Tidak jelas apa yang disampaikan,
terlalu panjang lebar tetapi tidak
menyimpang dari yang didiskusikan
1 : Tidak jelas apa yang disampaikan,
terlalu panjang lebar dan
menyimpang dan menyimpang dari
yang didiskusikan.

B. Penilaian Psikomotor
Penilaian
Keterampilan
No. 1 2 3 4

1 Persiapan alat untu percobaan

2 Merangkai alat

3 Melakukan percobaan

4 Mengamati percobaan

5 Merapikan peralatan percobaan

Skor Total
Rubrik Penilaian
No. Aspek yang Dinilai Rubrik
1 Persiapan alat untuk 4 : alat lengkap dan sesuai dengan
percobaan percobaan yang akan dilakukan.
3 : alat tertinggal satu dan sesuai dengan
percobaan yang akan dilakukan.
2 : alat kurang lengkap dan tidak sesuai
dengan percobaan yang akan
dilakukan.
1 : alat tidak lengkap dan tidak sesuai
dengan percobaan yang akan
dilakukan.
2 Merangkai alat 4 : Tepat sesuai dengan prosedur dalam
percobaan dan terampil, rapi
3 : Tepat sesuai dengan prosedur dalam
percobaan
2 : Kurang sesuai dengan prosedur dalam
percobaan
1 : Tidak sesuai dengan prosedur dalam
percobaan
3 Melakukan percobaan 4 : Aktif, serius dan tidak ramai
3 : Aktif, kurang serius dan tidak ramai
2 : Kurang aktif, kurang serius, dan ramai
1 : Tidak mengikuti percobaan dan
membuat gaduh
4 Mengamati hasil percobaan 4 : Sangat teliti dan penyampain hasilnya
jelas, padat dengan alasan yang tepat
3 : Teliti dan penyampain hasilnya panjang
lebar tetapi alasannya tepat
2 : kurang teliti dan penyampain hasilnya
panjang lebar alasan kurang tepat
1 : Tidak teliti dan tidak disertakan alasan
dalam penyampaian hasilnya.
5 Merapikan peralatan 4 : Dikembalikan pada tempatnya, lengkap
percobaan dan rapi
3 : Dikembalikan pada tempatnya, lengkap
dan kurang rapi
2 : Tidak dikembalikan pada tempatnya,
lengkap tetapi ada alat yang rusak
1:Tidak dikembalikan pada tempatnya,tidak
lengkap dan ada alat yang rusak

Anda mungkin juga menyukai