Disusun Oleh :
Dio Asgira Rizky (00000003793)
Dibimbing Oleh :
dr. Henry Lili, Sp.B
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
LAPORAN KASUS........................................................................................................................ 3
V. Resume ................................................................................................................................... 7
2
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : An. RP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 7 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Maret 2011
Alamat : Jalan Pancoran Barat IX A No. 22 Jakarta Selatan, RT 6 / RW 4
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
No. Rekam Medis : 412779
Status Pembayaran : BPJS
Tanggal Masuk RS : 9 Oktober 2018 pukul 09.10
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa dan alloanamnesis dengan ibu pasien, pada tanggal
10 Oktober 2018 pukul 7.20 WIB di Bangsal Bougenville, Rumah Sakit Marinir TNI AL
Cilandak.
Keluhan Utama
Benjolan di skrotum sebelah kiri sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
3
panas atau kemerahan pada benjolan serta menyangkal adanya demam ataupun penurunan berat
badan. Pasien tetap aktif bermain dengan teman temannya. Pasien mengatakan bahwa benjolan
ini tidak mengganggu aktivitas sehari hari. Pasien juga menyangkal adanya gangguan buang air
kecil atau buang air besar.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir kurang bulan, 8 bulan 2 minggu (34 Minggu)
Pasien lahir secara normal per vaginam di puskesmas dengan dibantu oleh bidan.
Pasien langsung menangis setelah dilahirkan, kulit pasien merah dan pasien tampak aktif.
Tidak ada deformitas pada pasien.
4
III. Pemeriksaan Fisik (09/10/2018)
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah :-
Laju nadi : 90 x/menit
Laju napas : 20 x/menit
Suhu : 36.5oC
Status Gizi
Berat badan : 19 kg
Tinggi badan : 110 cm
Status Generalis
Sistem Deskripsi
Kepala Normocephali, benjolan (-), deformitas (-), rambut
hitam, tersebar merata, tidak mudah dicabut
Leher KGB tidak teraba membesar
Wajah Simetris, pucat (-), ikterus (-), sianosis (-)
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat isokor 3mm/3mm, RCL dan RCTL (+/+)
Telinga Otorea (-/-), Otalgia (-/-), Nyeri Tekan tragus (-)
Hidung Sekret (-/-)
Tenggorokan Tonsil T1/T1
Mulut Mukosa lembab (+), hygiene baik, Karies Gigi (+)
Toraks
Paru Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada
simetris, retraksi(-)
Palpasi : Chest Expansion Simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru (+/+)
5
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing(-/-)
Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Tidak Dilakukan
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi : Bentuk perut datar, supel
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani diseluruh regio
Palpasi : NT (-)
Punggung deformitas (-)
Ekstremitas atas akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT<2 detik
Ekstremitas bawah akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT<2 detik
Status Lokalis
Regio : Skrotum Sinistra
Inspeksi : Tampak massa dengan ukuran sebesar kacang polong, berbentuk bulat, warna
sama dengan kulit sekitar, dan tidak terdapat tanda-tanda radang, muncul
terlihat saat pasien berdiri.
Palpasi : Teraba massa berukuran 3x2 cm sebesar kacang polong dengan permukaan
rata, kenyal, dan tidak timbul nyeri tekan.
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi peristaltik usus
6
Gambar 1.Inspeksi dan dilakukan transiluminasi test pada Massa pada Skrotum
V. Resume
Pasien anak laki laki berusia 7 tahun, datang dengan keluhan terdapat benjolan di skrotum
kiri sejak 1 hari SMRS. Benjolan tidak sengaja ditemukan oleh ibu pasien saat sedang
memakaikan celana pada pasien. Benjolan pasien tidak menimbulkan rasa nyeri, berukuran
tetap dan tidak semakin membesar. Benjolan juga tidak membesar saat pasien diminta untuk
mengejan. Rasa panas atau kemerahan pada benjolan disangkal. Keluhan demam disangkal.
BAB dan BAK tidak ada masalah. Pada pemeriksaan status generalis, tidak ditemukan kelainan.
Pada pemeriksaan status lokalis, pada regio inguinalis sinistra, terdapat massa berukuran 3x2
7
cm sebesar kacang polong, berbentuk bulat, warna sama dengan kulit sekitar, tidak terdapat
tanda-tanda radang, muncul terlihat saat pasien berdiri, massa teraba permukaannya rata, dan
kenyal. Pada pemeriksaan penunjang, tidak ditemukan hasil yang bermakna.
VI. Diagnosa
Diagnosis kerja : Hidrokel
Diagnosis banding : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra
8
(D)
Gambar 2. Intra Operasi (a & b) Eksplorasi regio skrotum (c) Ditemukan omentum dan
dibuat sayatan baru (d) Pembebasan kantong hernia
Post Operatif
Tirah baring 24 jam
Monitor bising usus dan urine output
Inf Ringer Laktat 500 ml 15 tpn
Amoxilin syrup 3x1 sendok teh
Paracetamol Syrup 3x1 sendok the
VIII. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
9
ANALISA KASUS
Pasien anak laki laki berusia 7 tahun, datang dengan keluhan terdapat benjolan di skrotum
kiri sejak 1 hari SMRS. Benjolan tidak sengaja ditemukan oleh ibu pasien saat sedang
memakaikan celana pada pasien. Benjolan pasien tidak menimbulkan rasa nyeri, berukuran
tetap dan tidak semakin membesar. Benjolan juga tidak membesar saat pasien diminta untuk
mengejan. Rasa panas atau kemerahan pada benjolan disangkal. Keluhan demam disangkal.
BAB dan BAK tidak ada masalah. Pada pemeriksaan status generalis, tidak ditemukan kelainan.
Pada pemeriksaan status lokalis, pada regio inguinalis sinistra, terdapat massa berukuran 3x2
cm sebesar kacang polong, berbentuk bulat, warna sama dengan kulit sekitar, tidak terdapat
tanda-tanda radang, muncul terlihat saat pasien berdiri, massa teraba permukaannya rata, dan
kenyal.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis kerja untuk pasien adalah
Hidrokele testis dengan diagnosa banding Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra. Pada hidrokel,
hasil anamnesis umumnya ditemukan keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di kantong
skrotum yang tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh benjolan yang berat dan besar di daerah
skrotum.1 Benjolan atau massa kistik yang lunak dan kecil pada pagi hari dan membesar serta
tegang pada malam hari. Tergantung pada jenis dari hidrokel biasanya benjolan tersebut
berubah ukuran atau volume sesuai waktu tertentu.2 Pada pasien didapatkan keluhan utama
benjolan di regio skrotum kiri yang tidak menimbulkan rasa nyeri, berukuran tetap, dan tidak
semakin membesar.
Pada pemeriksaan inspeksi, Skrotum akan tampak lebih besar dari yang lain. Palpasi pada
skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau lunak tergantung pada
tegangan di dalam hidrokel, permukaan biasanya halus. Palpasi hidrokel seperti balon yang
berisi air. Bila jumlah cairan minimum, testis relatif mudah diraba. Sedangkan bila cairan
minimum, testis relatif mudah diraba.2 Pada pemeriksaan fisik pasien, didapatkan hasil pada
regio inguinalis sinistra, terdapat massa berukuran kurang lebih 3x2 cm sebesar kacang polong,
berbentuk bulat, warna sama dengan kulit sekitar, tidak terdapat tanda-tanda radang, muncul
terlihat saat pasien berdiri, massa teraba permukaannya rata, dan kenyal.
10
Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi massa hidrokel dengan
cahaya di dalam ruang gelap. Sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum.
Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia, penebalan tunika vaginalis dan testis normal
tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan
rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel. Hidrokel berisi cairan
jernih, straw-colored dan mentransiluminasi (meneruskan) berkas cahaya.3 Pada pasien, sudah
dilakukan transiluminasi tes, namun karena benjolan yang dirasa berukuran kecil, hasil dari
pemeriksaan transiluminasi sulit untuk dipastikan.
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan jika penderita
sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika hidrokelnya sedemikian besar
sehingga mengancam aliran darah ke testis.2 Pada pasien ini dilakukan tindakan
hidrokelektomi. Pada saat dilakukan hidrokelektomi, tidak ditemukan adanya hidrokel pada
regio skrotum, namun saat itu yang ditemukan adalah omentum dari abdomen pasien. Sehingga
diputuskan untuk melakukan hernioraphy untuk memperbaiki dinding abdomen pasien.
Pada anak, hernia inguinal disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis, yaitu
proyeksi seukuran jari dari peritoneum yang menyertai testis saat turun ke dalam skrotum.
Penutupan prosesus vaginalis biasanya terjadi beberapa minggu sebelum kelahiran, hingga
beberapa hari setelah kelahiran.4 Ketika prosesus vaginalis tetap benar-benar paten, komunikasi
berlanjut antara rongga peritoneum dan selangkangan. Oleh karena itu, insidensi hernia inguinal
meningkat pada anak yang lahir prematur. Penutupan parsial dapat menyebabkan cairan
terperangkap, yang dikenal sebagai hidrokel. Hidrokel komunikans mengarah kepada hidrokel
yang menyambung dengan rongga peritonistik dan karena itu dapat dianggap sebagai hernia.4
12
Insidensi hernia inguinalis kongenital pada bayi dan anak berkisar antara 1 hingga 5%.
Rasio laki-laki - wanita diperkirakan 6: 1. Tonjolan inguinal yang muncul pada saat pasien
mengejan atau menangis adalah presentasi yang paling umum yang dideskripsikan oleh orang
tua atau diamati selama pemeriksaan fisik.3 Dari anamnesa umumnya didapati keluhan berupa
terlihat pembengkakan atau tonjolan di wilayah inguinoskrotum pada anak laki-laki atau
wilayah inguinolabia pada anak perempuan yang muncul saat pasien menangis atau mengejan.
Benjolan umumnya tidak disertai rasa nyeri. Benjolan yang menyakitkan menandakan
kecurigaan terhadap adanya hernia inguinalis inkarserata.4
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan esensial untuk menegakkan diagnosa pada
hernia. Idealnya, pasien harus diperiksa dalam posisi berdiri untuk meningkatkan tekanan
intraabdomen, dengan selangkangan dan skrotum sepenuhnya terbuka. Inspeksi dilakukan
pertama, dengan tujuan mengidentifikasi tonjolan abnormal sepanjang selangkangan atau di
dalam skrotum. Jika tidak terdapat penonjolan yang jelas, palpasi dilakukan untuk
mengkonfirmasi keberadaan hernia. Palpasi dilakukan dengan memajukan ujung jari melalui
skrotum menuju cincin inguinal eksternal. Ini memungkinkan saluran inguinal untuk
dieksplorasi. Pasien kemudian diminta untuk melakukan manuver Valsalva untuk
menjulurkan isi hernia.4
13
Perbedaan antara hernia inguinalis kongenital dan hidrokel pada anak kecil tidak selalu
jelas. Tes transiluminasi sangat penting untuk membedakan antara keberadaan kantung yang
berisi cairan dalam skrotum dan adanya usus di kantung skrotum.3 Dalam kasus dengan
diagnosis yang ambigu, pemeriksaan radiologis dapat digunakan sebagai tambahan.
Pencitraan dalam kasus yang sudah jelas tidak diperlukan. Pemeriksaan radiologi yang paling
umum digunakan diantaranya adalah Ultrasonografi (USG), Computed Tomography (CT),
dan Magnet Resonance Imaging (MRI). Ultrasonografi merupakan teknik yang paling tidak
invasif dan tidak memberikan radiasi apa pun kepada pasien. Pemeriksaan USG dapat
membedakan antara hidrokel, hernia, dan torsi testikular. Dalam kebanyakan kasus, USG
inguinal digunakan untuk meningkatkan akurasi diagnostik hernia inguinal pada anak-anak
dari 84% dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik saja hingga 97,9%. Struktur hypoechoic di
kanalis inguinal berukuran 4-6 mm menandakan terjadinya PPV, dan lebih besar dari 6 mm
adalah hernia.4 Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
Tata laksana untuk hernia terbagi menjadi dua yaitu konservatif dan operatif. Di masa
lalu, tatalaksana bedah direkomendasikan untuk semua hernia inguinalis karena risiko
komplikasi seperti penahanan atau strangulasi. Namun, penelitian terbaru telah membuktikan
bahwa hernia yang berukuran kecil dan dengan gejala minimal, tidak selalu memerlukan
perbaikan bedah. Operasi juga tidak diindikasikan pada sebagian pasien yang memiliki tingkat
risiko operasi yang tinggi, oleh karena itu operasi elektif harus ditunda sampai kondisi
membaik, dan operasi hanya akan dilakukan untuk keadaan darurat yang mengancam jiwa.
Pada bayi dan anak kecil, risiko terjadinya inkarserata pada hernia inguinalis yang tidak
diperbaiki setinggi 31% (biasanya dalam beberapa bulan pertama kehidupan). Dengan
demikian, perbaikan bedah pada hernia inguigenis simptomatik direkomendasikan segera
setelah diagnosis. Di sisi lain, pada neonatus, perawatan bedah hidrokel tertunda selama 12-
18 bulan karena dalam kasus seperti ini, pembukaan PPV masih sangat kecil dan mungkin
sudah tertutup atau berada dalam proses penutupan.
Tatalaksana bedah pada hernia disebut juga sebagai Hernia Repair. Hernia Repair
diantaranya adalah Teknik Open Repair dan Laparoscopic Repair.6 Hernia Repair pada anak
merupakan prosedur yang menantang, terutama pada anak prematur dengan inkarserasi.3
Herniotomi terbuka klasik dilakukan sebagai berikut: sayatan lipatan kulit perut bagian bawah
dibuat, dan kemudian fasia Scarp dan oblique eksternal dibuka. Serabut cremasteric dibedah
14
sampai kantung dapat terlihat. Kantung kemudian dipisahkan dengan lembut dari struktur tali
pusat, dipotong ke tingkat cincin inguinal internal, diligasi, dan dibagi pada tingkat ini. Bagian
distal dari kantung hernia adalah dibuka secara luas untuk mengalirkan cairan hidrokel. Ketika
hernia sangat besar dan pasien sangat kecil, mengencangkan cincin inguinal internal atau
bahkan perbaikan formal dari lantai inguinal mungkin diperlukan, meskipun sebagian besar
anak-anak tidak memerlukan pengobatan apapun selain ligasi tinggi dari kantung hernia.3
Pada anak kecil, tidak perlu dilakukan penambahan Prolene Mesh, dikarenakan struktur
dinding abdomen pada anak kecil masih kuat dan dapat berkembang. Sehingga
direkomendasikan untuk dilakukan hernioraphy dengan tujuan untuk menutup processus
vaginalis.
Pada kasus ini indikasi operasi masih elektif, namun orang tua pasien memilih untuk
dilakukan operasi karena takut benjolannya semakin membesar. Sehingga dilakukan operasi
hernia repair berupa Hernioraphy.
Standar perawatan saat ini setelah perbaikan hernia adalah perawatan luka umum.
Durasi ketidakaktifan yang dibutuhkan sangat bervariasi berdasarkan preferensi ahli bedah,
tetapi aktivitas biasanya diizinkan dalam waktu dua hingga empat minggu untuk pekerja buruh
dan dalam 10 hari sebagai ditoleransi bagi para professional.4
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Parks K, Leung L. Recurrent hydrocoele. Journal of Family Medicine and Primary Care.
2013;2(1):109.
2. Beard JH, Ohene-Yeboah M, devries CR, et al. Hernia and Hydrocele. In: Debas HT,
Donkor P, Gawande A, et al., editors. Essential Surgery: Disease Control Priorities, Third
Edition (Volume 1). Washington (DC): The International Bank for Reconstruction and
Development / The World Bank; 2015 Apr 2. Chapter 9
3. Helal A. Inguinal Hernia in Infancy and Children. Intech Open Science. 2017;:60-71.
4. Andersen D, Billiar T, Dunn D, Hunter J, Matthews J, Pollock R. Schwartz’s Principles of
Surgery. 10th ed. Singapore: McGraw-Hill; 2015.
5. WIB O, GE N. Inguinal Hernia. A Review. Journal of Surgery and Operative Care.
2016;1(2).
6. LeBlanc K, LeBlanc L, LeBlanc K. Inguinal Hernias: Diagnosis and Management.
American Family Physician. 2013;87(12):844-47.
16