Anda di halaman 1dari 35

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. FILSAFAT
S1 PENDIDIKAN TEKNIK
ELEKTRO

Skor Nilai:

PHILOSOPHY OF EDUCATION
(T.W.MOORE,2010)

NAMA : WAHYUDI
NIM : 5193131018
DOSEN PENGAMPU : Prof.Dr.Baharuddin ST. M.Pd / May Sari
Lubis S.Pd M.Pd
MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2019

KATA PENGANTAR

0
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil alamin, Puji syukur saya kehadirat Allah SWT yang maha
kuasa atas berkat dan karunia-Nya hingga saya bisa menyelesaikan CBR filsafat
pendidikan ini dengan tepat waktu dengan tanpa ada halangan.
Dan tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada orang tua saya yang telah
membiayai dan member fasilitas perkuliahan dan juga terima kasih kepada dosen
pengampu yang telah memberi tugas CBR ini dalam mata kuliah filsafat pendidikan
dengan arahan dalam membuat sebuah CBR yang baik, dengan memberikan tata cara
dan sistematika dalam pembuatannya.
saya juga berterimaksih kepada keluarga dan teman-teman yang telah memberi
saya dukungan selama pembuatan tugas ini, dengan memberikan semangat, saran atau
pun kritikan-kritikan yang bersifat membangun.
Saya mengetahui di dalam penulisan CBR ini masih banyak tentu ya kesalahan
dalam penulisan atau pun kaedah kaedah bacaan, dengan begitu saya meminta kepada
pembaca kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penulisan di
masa depan.

Medan, 23 September 2019

Penulis

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................- 3 -

A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................................- 3 -

B. TUJUAN........................................................................................................................................- 3 -

C. MANFAAT.....................................................................................................................................- 3 -

D. IDENTITAS BUKU YANG AKAN DI REVIEW....................................................................................- 4 -

BAB II RINGKASAN ISI BUKU....................................................................................................................- 5 -

BUKU UTAMA .....................................................................................................................................- 5 -

BUKU PEMBANDING I........................................................................................................................- 15 -

BUKU PEMBANDING II.......................................................................................................................- 23 -

BAB III PEMBAHASAN............................................................................................................................- 29 -

A.Pembahasan dan Isi Buku..............................................................................................................- 29 -

B. KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN BUKU YANG DI REVIEW..........................................................- 31 -

C.KESIMPULAN..................................................................................................................................- 32 -

D.SARAN............................................................................................................................................- 32 -

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Adapun latar belakang penulisan dalam mengkritik buku filsafat pendidikan ini,
ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat pendidikan, dan juga sebagai acuan
untuk menambah wawasan tentang bagaimana mengulas atau mengkritik sebuah
buku dengan benar dan tepat.

B. TUJUAN

Tujuan pengkritikan buku ini adalah untuk mengetahui dimana kelebihan dan
kekurangan sebuah buku.dan adapun tujuan pengkritikan demi kepintingan dalam
perbaikan dimasa depan dan memberi masukan kepada penulis berupa kritik dan
saran terhadap isi, substansi, dan penulisan buku, serta menguji kualitas buku ini.

C. MANFAAT

Pengkritikan buku ini secara tidak langsung melatih mahasiswa untuk


menanggapi masalah yang terjadi di suatu bidang dengan tanggap,dan bermanfaat
untuk membangun jiwa yang kritis bagi penulis dan pembaca serta untuk menjadikan
buku ini semakin baik dan semakin mudah untuk dipelajari dan di pahami oleh
semua orang.

3
D. IDENTITAS BUKU YANG AKAN DI REVIEW

BUKU UTAMA
1. JUDUL : PHILOSOPHY OF EDUCATION
2. EDISI : KE-14
3. PENGARANG : T.W.MOORE
4. PENERBIT : Taylor & Francis e-Library
5. KOTA TERBIT : LONDON
6. TAHUN TERBIT : 2010
7. ISBN : 0-203-86110-8

BUKU PEMBANDING I
1. JUDUL : FILSAFAT PENDIDDIKAN
2. EDISI : KE-3
3. PENGARANG : Dr. Edward Purba, MA dan Prof. Dr. Yusnadi, M.Si
4. PENERBIT : UNIMED PRESS
5. KOTA TERBIT : MEDAN
6. TAHUN TERBIT : 2015
7. ISBN : 978-602-7938-38-0

4
BUKU PEMBANDING II
1. JUDUL : FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
2. EDISI : KE-2
3. PENGARANG : A.Heris Hermawan , M.Ag
4. PENERBIT :DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI
5. KOTA TERBIT : JAKARTA PUSAT
6. TAHUN TERBIT : 2012
7. ISBN : 978-602-7774-01-8

BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

BUKU UTAMA :

“PHILOSPHY OF EDUCATION”

FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

5
Filsafat pendidikan terhubung dengan filosofi umum. Di masa lalu itu dianggap sebagai
tugas filsuf untuk memberikan contoh yang komprehensif dan penjelasan rasional
tentang sifat realitas dan tempat manusia dalam skema suatu hal, dan untuk menangani
masalah-masalah seperti keberadaan Tuhan, keabadian jiwa dan tujuannya dari alam
semesta.Filsafat tidak hanya sekedar teori semata melainkan dibutuhkannya
keterampilan praktik yang berhubungan dengan filsafat ,baik itu filsafat ilmu maupun
filsafat pendidikan. Praktik pendidikan di mana kegiatan suka mengajar, mengajar,
memotivasi siswa, menasihati mereka, dan memperbaiki pekerjaan. Mereka yang terlibat
di tingkat ini, terutama para guru, akan menggunakan bahasa khusus untuk menangani
pekerjaan mereka dan mereka akan menggunakan alat konseptual tertentu untuk
mengetahui kapan mereka mendiskusikan apa yang mereka lakukan. Dan juga mereka
akan berbicara tentang mengajar,belajar,pengetahuan,pengalaman dengan sejumlah
topik yang tidak terbatas.

Jenis lain dari teori pendidikan adalah teori yang tidak mengemukakan, terutama
setidaknya untuk memberikan deskripsi tentang peran atau fungsi pendidikan tetapi
untuk memberikan saran atau rekomendasi-rekomendasi tentang apa
yang seharusnya dilakukan oleh mereka yang terlibat dalam praktik pendidikan .
pendidikan adalah cara terbaik untuk membangun rasa solidaritas sosial dengan
memberikan semua orang latar belakang budaya yang sama.

Jenis-jenis teori pendidikan secara keseluruhan sering bertemu dengan dalam


tulisan-tulisan mereka dengan alasan lain dikenal sebagai filsuf. Plato misalnya,
memberikan teori umum tentang pendidikan dalam dialog yang dikenal sebagai The
Republic, dimana tujuannya adalah untuk merekomendasikan layanan lain. Tentang
manusia yang layak menjadi penguasa dari tipe masyarakat yang khas. Rousseau
memberi
teori umum pendidikan di Emile . Yang lain diberikan dalam Frobel .The Education Of
Man,
dalam 'Essay on Education' James Mill, dan Dewey's Democracy and Education . Di setiap

6
kasus teori melibatkan serangkaian resep yang ditujukan kepada mereka yang terlibat
dalam praktik filsafat pendidikan. Guru melibatkan diri secara profesional dalam
kegiatan pendidikan di lantai dasar jenis tertentu. Mereka mengajar dengan berbagai
cara: mereka mengatur tugas untuk murid, mereka berusaha memotivasi siswa, untuk
membantu mereka, untuk mengontrol kinerja mereka, dan untuk meningkatkan
pemahaman mereka berdiri dan keterampilan. Dalam melakukan semua ini mereka
harus bertindak berdasarkan teori yang praktis. Sebuah teori praktis melibatkan
komitmen pada pemikiran akhir yang layak untuk dicapai, dan semua yang dilakukan
seorang guru dalam pekerjaan profesionalnya yang melibatkan komitmen semacam itu,
berkenaan dengan pengakuan bahwa langkah-langkah tertentu diperlukan untuk
mencapai tujuan itu.

Kami dapat melakukan ini dengan menyatukan poin yang dibuat dalam dua
bagian pertama bab ini untuk menunjukkan peran dan fungsi filsafat pendidikan. Di
bagian 1 dikatakan bahwa Filsafat kontemporer sekarang cenderung dipandang sebagai
aktivitas tingkat tinggi yang berhubungan dengan masalah konseptual dan linguistik
yang timbul dari kegiatan lantai dasar seperti sains, matematika dan sejarah,
menggunakan konten dari disiplin ilmu ini sebagai materi pelajaran. Di bagian 2
dipertahankan bahwa pendidikan itu sendiri adalah kegiatan tingkat pertama, berkaitan
dengan pengajaran dan mengembangkan yang muda. Pendidikan memiliki aktivitas
langsung tingkat tinggi, pendidikan berteori, pembuatan teori tentang pendidikan dan
teori pendidikan.

Badan wacana pendidikan ini merupakan pokok permasalahan bagi filsuf


pendidikan. Kepeduliannya dengan itu ada dua. Dia akan tertarik pada alat konseptual
yang digunakan. Ia ingin menguji konsep-konsep utama yang digunakan oleh para guru
dan ahli teori untuk mempraktikkannya lihat apa yang sebenarnya dikatakan oleh
bahasa semacam ini. Apa, dia akan bertanya, apakah 'pendidikan' melibatkan? Apa
sebenarnya pengajaran itu? Apa yang harus terjadi sebelum ada orang yang bisa
melakukannya
bilang untuk 'tahu' sesuatu?

7
TEORI UMUM PENDIDIKAN
Teori adalah asumsi bahwa manusia yang berpendidikan adalah seseorang yang
layak diproduksi Asumsi paling penting yang dibuat dalam teori umum pendidikan
adalah asumsi tentang hasil akhir yang ingin dicapai tujuannya. Ini adalah komitmen
terhadap nilai dan prasyarat logis ada teori sama sekali. Semua teori praktis, terbatas
atau umum, harus dimulai dengan beberapa gagasan tentang tujuan yang diinginkan
untuk dicapai. Secara formal teori pendidikan umum dapat dikatakan hanya memiliki
satu tujuan: untuk menghasilkan tipe orang tertentu, seorang yang berpendidikan. Yang
menjadi pertanyaannya adalah bagaimana memberikan konten yang substansial untuk
tujuan formal ini.
Dalam berbicara tentang tujuan, atau tujuan, pendidikan, titik filosofis telah
dibuat,
yaitu, bahwa tujuan adalah prasyarat logis dari teori praktis. Kecuali jika ada akhirnya
dianggap berharga, tidak ada teori praktis yang mungkin. Sebuah teori praktis hanya
terdiri dari sebuah argumen yang memberikan rekomendasi untuk mencapai beberapa
tujuan akhir diinginkan. Praktek, itu dipertahankan dalam bab 1, selalu sarat teori. Poin
filosofis lain yang dapat dibahas di sini adalah bahwa perbedaan dapat dibuat antara
'tujuan' dan 'tujuan'. Perbedaan ini mungkin paling baik dilakukan dengan menarik
perhatian pada dua pertanyaan yang berbeda yang mungkin diberikan kepada seseorang
yang terlibat dalam tugas praktis. Pertanyaannya adalah: apa yang kamu lakukan? dan:
untuk apa kamu melakukannya?
Perbedaan antara tujuan dan tujuan relevan untuk berbicara tentang pendidikan. Guru
mungkin diminta untuk menyatakan tujuannya dalam pelajaran tertentu, yaitu untuk
memperjelas apa yang dia lakukan atau coba lakukan. Dia mungkin juga ditanyai apa
sebenarnya pertanyaan yang terpisah, yaitu, mengapa dia melakukannya, untuk apa dia
melakukannya, untuk apa tujuannya mencoba membuat murid-muridnya menulis puisi
atau untuk memecahkan persamaan kuadrat. Jadi, juga dimungkinkan untuk bertanya
tentang pendidikan itu sendiri, apa itu tujuannya dan apa tujuannya. Maksud dan tujuan

8
guru dapat dimasukkan di bawah judul umum dari maksud dan tujuan pendidikan.
Sekarang, tujuan pendidikan, seperti yang telah disarankan, adalah untuk menghasilkan
pria yang berpendidikan, yang memenuhi berbagai kriteria perkembangan intelektual,
moral dan estetika. Pendidikan, tentu saja, bisa dikatakan untuk memiliki tujuan
bawahan, seperti, misalnya, pengembangan kesadaran sastra, atau memberikan apresiasi
terhadap cara berpikir ilmiah atau matematis, tetapi diambil semuanya bersama-sama
berbagai tujuan bawahan ini menyatu di akhir keseluruhan membuat jenis orang
tertentu. Namun, tidak ada referensi yang dibuat untuk pendidikan luar yang bagus .
Cukup pertanyaan lain untuk ditanyakan: untuk apa pendidikan? Apa tujuannya?
Jawaban untuk ini pertanyaan berbeda dari yang diberikan dalam menanggapi
pertanyaan tentang tujuan. Tujuan pendidikan bisa dikatakan adalah untuk
meningkatkan jumlah warga negara yang melek huruf, berpengetahuan luas, atau untuk
menghasilkan jumlah yang cukup dari dokter, pengacara, pegawai negeri, insinyur dan
sejenisnya

Sebenarnya tujuan dari setiap kegiatan adalah internal, karena bertanya tentang suatu
tujuan adalah meminta untuk diberi tahu apa aktivitasnya? tetapi tidak semua kegiatan,
atau perlu baik dalam diri mereka sendiri maupun pendidikan. Sebuah hasil yang
disayangkan dari pengakuan bahwa pendidikan pada hakekatnya bernilai adalah
kesimpulan bahwa untuk melangkah lebih jauh dan menanyakan tujuan pendidikan
adalah hal yang remeh. Pendidikan bisa dipikirkan menjadi tujuan itu sendiri
seharusnya tidak dianggap dari segi tujuan.

Tidak ada gunanya mencoba mengajar anak-anak jika apa pun yang dilakukan
tidak dapat membuat perbedaan bagi mereka. Asumsi ini, seperti asumsi tentang tujuan,
prasyarat logis dari pendidikan yang terjadi sama sekali, dan memang begitu masalah
minat filosofis bahwa asumsi seperti itu adalah salah satu yang tidak hanya mungkin
dibuat tetapi harus dibuat . Pendapat Locke bahwa mereka dilahirkan sebagai tabula
rasa, secara kognitif kosong
Asumsi organik adalah bahwa murid pada dasarnya adalah makhluk 'tumbuh' dan ini
berarti bahwa pendidikan akan, bukan modifikasi atau pembentukan dari luar, tetapi

9
upaya untuk mendorong perkembangan individu dari dalam, yang melibatkan
pertumbuhan organik daripada adaptasi mekanis terhadap tekanan lingkungan.

PENGETAHUAN DAN KURIULUM

Pengetahuan secara umum


Pertanyaan yang kami coba jawab di sini adalah: apa pengetahuannya? Apa yang
kita bicarakan kapan kita bicara tentang pengetahuan? Satu jawaban untuk pertanyaan
ini diberikan oleh Plato [19] yang membuat perbedaan yang jelas antara pengetahuan
dan keyakinan dan pengetahuan terbatas untuk memahami objek-objek tertentu yang
tidak masuk akal yang ia sebut 'Formulir' atau 'Gagasan'. Objek-objek ini berdiri di luar
dunia hal-hal sehari-hari, di luar ruang dan waktu, dan bisa hanya diketahui oleh
semacam pemahaman intuitif yang datang, pikir Plato, dari jenis khusus pelatihan kuasi-
matematika. Benda-benda dari dunia sehari-hari, pohon, batu, awan, laki-laki dan
sejenisnya tidak dapat, secara ketat, diketahui, karena untuk pengetahuan Plato
melibatkan a jenis kepastian khusus

Penuh arti

Sejauh ini kami telah berurusan dengan pengetahuan secara umum. Kami telah
bertanya: apa itu pengetahuan tentang atau tentang ? Jawabannya, sekali lagi dinyatakan
secara umum, adalah: perlu kebenaran, seperti dalam matematika, atau kebenaran
empiris, seperti dalam sains. Tentu saja ada bidang pengetahuan lain yang mungkin, jenis
pengetahuan sehari-hari seperti mengetahui bahwa gerbang taman dicat hijau,
pengetahuan moral, pengetahuan estetika, mungkin pengetahuan agama, tentang semua
yang telah ada diskusi dan timbul perselisihan di antara filsuf. Pada bagian ini kita akan
bertanya, bukan: tentang apa pengetahuan itu? tetapi: apa yang harus menjadi kasus
sebelum ada yang bisa dikatakan tahu apa-apa? Cara lain untuk menempatkan ini akan
menjadi: apa saja kondisi pengetahuan? atau: analisis apa yang bisa diberikan konsep

10
pengetahuan? Atau lagi: pembenaran apa yang diperlukan untuk mendukung sesuatu
yang diketahui? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu tentang analisis dan pembenaran,
tentu saja, biasanya pertanyaan para filsuf.
Analisis konsep pengetahuan dan justifikasi klaim untuk mengetahui adalah sangat erat
terikat bersama dan akan ada kesulitan dalam memisahkan mereka. Kita dapat dimulai
dengan analisis. Kata 'know' adalah kata kerja, jadi mungkin seharusnya begitu tahu
sesuatu adalah melakukan beberapa tindakan mental 'batin', bahwa mengetahui adalah

kinerja. Dua poin kepentingan filosofis muncul dari analisis ini. Yang pertama meskipun
begitu 'mengetahui' tidak dengan sendirinya menyebutkan aktivitas atau kinerja, kita
harus menerapkan perilaku Untuk menemukan apakah seseorang berada dalam posisi
khusus yang mengetahui hal yang tersirat. Poin kedua adalah bahwa konsep
pengetahuan terkait erat konsep kebenaran.

Pengetahuan dan kurikulum

Kita sekarang harus beralih ke pertanyaan kedua, yaitu pembenaran. Pendidikan


Kurikulum utamanya adalah masalah pengetahuan, mengetahui itu dan mengetahui
bagaimana, bersama-sama dengan beberapa keyakinan dan sikap, yang semuanya
diharapkan diinginkan anak-anak diperkenalkan kepada. Pertanyaannya adalah:
pengetahuan apa, keyakinan apa dan sikap apa? Terus terang,bukan segala sesuatu yang
dianggap sebagai pengetahuan dan yang pasti bukan semua yang bisa diyakini akan
cocok untuk dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.

Salah satu Utilitarian James Mill terkemuka, menyatakan bahwa itu adalah urusan
pendidikan untuk menjadikan pikiran manusia sumber kebahagiaan, baik untuk individu
itu sendiri maupun orang lain. [11] Jadi kurikulum Utilitarian yang ketat akan melakukan
kebenaran atas dasar bahwa hal itu condong menuju kepada kebahagiaan manusia itu
sendiri.

Manusia adalah orang yang mampu memahami situasinya dalam istilah-istilah ini. Anak-
anak adalah tidak dilahirkan dengan pemahaman ini. Mereka terlahir sebagai manusia,

11
tetapi mereka terlahir sebagai manusia daripada manusia. Pendidikan adalah sarana di
mana hewan manusia dipertobatkan menjadi manusia. Atau, dengan kata lain, sarana
yang dengannya anak dibawa ke dalam sistem pengetahuan bersama yang merupakan
warisan budaya atau warisannya.

MENGAJAR DAN MENDIDIK

Kata 'mengajar' bukanlah nama dari satu kegiatan. Mengajar dapat melibatkan
berbagai jenis kegiatan: berbicara, mengajukan pertanyaan, menulis di papan tulis,
mengatur situasi di mana siswa dapat belajar, dan banyak lainnya. Ini seringkali sulit
untuk menarik garis yang memisahkan pengajaran dari kegiatan lain yang mungkin
menyerupai itu. Misalnya, apakah memberikan informasi mengajar? Menghukum
seorang anak adalah bentuk pengajaran? Apakah seorang guru mengajar dengan
caranya, cara hidupnya, teladannya? Apakah berpakaian jenis pengajaran konvensional
atau tidak konvensional?
Mendidik sangat berkaitan dengan moral dan kepribadian. Jika ditinjau dari segi proses,
maka mendidik berkaitan dengan memberikan motivasi untuk belajar dan mengikuti
ketentuan atau tata tertib yang telah menjadi kesepakatan bersama. Kemudian bila ditilik
dari segi strategi dan metode yang digunakan, mendidik lebih menggunakan keteladan
dan pembiasaan.

Istilah 'pelatihan' biasanya digunakan dalam situasi di mana beberapa keterampilan atau
kompetensi terlibat, seringkali, meskipun tidak selalu, di mana keterampilannya terbatas
dalam ruang lingkup.

Dalam Bab 2 perbedaan dibuat antara dua pendekatan yang berbeda untuk teori umum
pendidikan, perbedaan antara pendekatan mekanistik dan organik, berdasarkan
perbedaan asumsi tentang sifat manusia. Di satu sisi, ada anggapan pria itu analog
dengan mesin, sistem input dan output, yang output atau perilakunya dapat dibentuk
dan diarahkan dari luar. Di sisi lain, anggapannya adalah pria itu pada dasarnya adalah
organisme, tumbuh dan berkembang dari dalam, yang perkembangannya bisa difasilitasi
12
oleh penyediaan lingkungan yang menyenangkan dan merangsang. Perbedaan ini
diterjemahkan ke dalam pengertian atau teori yang berbeda tentang peran guru dan
muridnya

Peran guru terutama didaktik dan peraturan. Dia menyediakan materi, mengatur
pembuatan asosiasi, dan memeriksa apakah asosiasi tersebut dibuat. Tujuannya adalah
untuk mencapai hasil yang diinginkan dari murid, jenis perilaku yang tepat. Pendekatan
organik cenderung melemahkan polaritas kaku yang menjadi ciri mekanisme ini.

Aspek 'transaksi' berkurang dan ditekankan pada murid perlu mengembangkan metode
sendiri untuk bekerja dan memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Itu guru
mungkin masih dianggap sebagai otoritas, tetapi perannya tidak akan bersifat didaktik
atau ekspositori seperti halnya penyelia atau konsultan. Tempatnya akan di pinggiran
berbagai kegiatan yang berlangsung di kelas. Dia akan siap dengan saran dan bantuan
tetapi tidak juga siap bermain kepala sekolah dan membuat kehadirannya terasa. Pusat
aktivitas maksimum itu akan menjadi muridnya sendiri. Idealnya dia akan terlibat dalam
kegiatan yang melatihnya kapasitas dan merangsang minatnya, dan tugasnya adalah
untuk memahami lingkungannya dan membangun untuk dirinya gambaran yang akurat
tentang kenyataan. Ini dia akan didorong untuk dilakukan oleh eksplorasi, melalui
eksperimen, dengan coba-coba, dengan wawasan, melalui berurusan dengan yang
konkret realitas disajikan kepadanya.

Ada beberapa kekurangan dalam metafora hortikultura ini jika dimasukkan ke dalamnya
teori pendidikan. Salah satu keberatan terhadapnya adalah bahwa adopsi cenderung
mengurangi guru tanggung jawab untuk pendidikan muridnya. Jika pendidikan hanyalah
masalah pertumbuhan,Dengan cara bahwa sejarah tanaman adalah masalah
pertumbuhan, peran guru mungkin tidak lebih dari sekadar berdiri dan melestarikan
lingkungan yang menyenangkan. Namun akhir dari pendidikan bukan hanya pria dewasa
tetapi pria berpendidikan, dan untuk mendidik lebih banyak dibutuhkan daripada
cenderung menjaga lingkungan.

13
Praktik pendidikan, kemudian, melibatkan setidaknya tingkat minimum partisipasi oleh
baik murid dan guru. Mengajar dan mendidik adalah perusahaan di mana kedua belah
pihak memiliki sampai batas tertentu berkomitmen: guru berkomitmen untuk
memantau murid belajar dan membuat dirinya bertanggung jawab untuk itu, dan juga
untuk melihat bahwa apa yang dipelajari itu berharga. Murid berkomitmen untuk tunduk
pada otoritas guru dan juga untuk bersusah payah untuk masuk ke dalam semangat

PENDIDIKAN MORAL DAN AGAMA

Moral dan pendidikan


Moral, atau moralitas, berkaitan dengan perilaku manusia yang dinilai dari sudut
pandang normatif .Pandangan Ini tentang apa yang harus dilakukan, berbeda dari apa
yang sebenarnya dilakukan. Kita boleh membedakan moral dari pertimbangan kehati-
hatian, yaitu tentang apa yang harus dilakukan terutama untuk kepentingan orang yang
melakukan tindakan. Prudence menyangkut tugas-tugas kami berutang terutama kepada
diri kita sendiri. Moralitas adalah tentang tindakan-tindakan yang mempengaruhi
kepentingan dan kesejahteraan orang lain, serta diri kita sendiri. Tentang seluruh bidang
studi moral, kita dapat membuat poin yang dalam bab pertama kita kami membuat
tentang pendidikan itu sendiri. Kita mungkin menganggap moral berkaitan dengan
hierarki. Banyak kegiatan pada tingkat logis terendah ada praktik moral, seperti
mengatakan yang sebenarnya, menepati janji dan membayar hutang. Pada tingkat yang
lebih tinggi secara logis ada teori moral, yang mencoba memberikan penjelasan umum
tentang, atau justifikasi, kesimpulan tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam
praktek. Teori moral seperti utilitarianisme, intuitionism, dan emotivisme termasuk di
dalamnya di level ini. Pada tingkat yang lebih tinggi masih muncul analisis konsep dan
pengawasan moral
teori yang merupakan filsafat moral.

14
Pendekatan lain untuk menyimpulkan bahwa moralitas adalah bagian penting dari
pendidikan adalah ini telah dipertahankan, sebagaimana ditunjukkan dalam Bab 3,
bahwa ada sejumlah perbedaan 'bentuk' pengetahuan dan pemahaman yang telah
dikembangkan oleh pria, cara pandang yang berbeda di dunia, yang semuanya penting
untuk pemahaman yang memadai, atau rasional, dari kondisi manusia. Matematika
adalah salah satu dari bentuk-bentuk ini, sains adalah yang lain, estetika yang lain dan
seterusnya. Inisiasi ke dalam bentuk-bentuk pengalaman yang berbeda ini diperlukan
untuk membuat yang rasional pikiran. Dikatakan bahwa akhlak, seperti halnya agama,
adalah salah satu dari cara pemahaman ini situasi manusia, dan bahwa tanpa masuk ke
dalam bidang-bidang khusus ini seorang pria tidak memiliki dasar untuk itu rasionalitas
jenis khusus ini. Jika demikian, maka pendidikan, yang merupakan sarana untuk memulai
anak muda ke dalam berbagai bentuk pengetahuan ini, tentu harus melibatkan inisiasi ke
dalam moral

Tugas guru dalam pelatihan moral telah difasilitasi selama dua puluh atau tiga puluh
terakhir tahun oleh studi terperinci, yang dilakukan oleh psikolog anak dan lainnya,
mengenai cara di mana kesadaran moral anak berkembang. Studi-studi ini, di mana
Piaget dan Kohlberg adalah contoh penting, tidak termasuk dalam bidang filsafat moral
atau
filsafat pendidikan, tetapi mereka masuk ke dalam teori pendidikan dengan memberikan
informasi tentang cara di mana anak-anak berkembang dan memungkinkan para guru
untuk terlibat dalam pelatihan moral lebih efektif daripada yang mungkin bisa dilakukan.
Temuan yang dirujuk lebih rinci dan rumit dan tidak akan masuk ke sini. Kesimpulan
umum berbeda antara satu teori dan lainnya, tetapi mereka berjumlah ini: bahwa,
seperti halnya dengan kecerdasan anak kehidupan kuliah, kesadaran moralnya
berkembang secara bertahap. [18] Ada tahap awal dari non-moralitas, di mana anak
tidak benar-benar sadar akan aturan atau kewajiban. Kemudian datang sebuah tahap di
mana aturan diakui dan umumnya dipatuhi, tetapi dianggap sewenang-wenang dan
sebagaimana dipaksakan dari luar, ketaatan diberikan hanya sebagai masalah kehati-
hatian.

15
Sejauh ini kita telah berurusan dengan satu aspek pengajaran moral; pelatihan moral,
yang hanyalah masalah mendapatkan anak untuk menjaga, dari kebiasaan, aturan
masyarakatnya. Itu paragraf sebelumnya, bagaimanapun, menunjukkan langkah
selanjutnya yang harus diambil. Karena kita tidak menginginkan anak semata untuk
menaati aturan seperti itu.

Meskipun moralitas melibatkan pengetahuan dan praktik, itu bukan salah satu dari
jadwal tradisional mata pelajaran dan tempatnya dalam kurikulum sekolah agak tidak
tepat. Intinya dibuat sebelumnya bahwa moralitas bukanlah bagian penting dari
pendidikan dalam arti menjadi keharusan terlibat dalam semua mata pelajaran lain,
tetapi itu lebih tepatnya jenis pendidikan khusus, yang penting penyusun pendidikan
umum, seperti matematika dan sains. Hubungan antara agama dan moralitas dapat
dipertimbangkan terlebih dahulu. Topik ini bukan sangat sentral bagi filsafat pendidikan
tetapi lebih pada filsafat agama,

BUKU PEMBANDING I

“ FILSAFAT PENDIDIKAN“

PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDDIKAN

A.PENGERTIAN FILSAFAT

16
Pengertian filsafat memiliki arti yang berbeda menurut para ahli filsafat maupun
filsuf. Kita bias meninjau dari dua segi mengenai arti daripada filsafat itu sendiri,yaitu
secara etimologi dan terminology

1. Pengertian secara Etimologi


Kata filsafat yang dalam bahasa inggris philosophy,dan dalam bahasa arab
falsafah,dan keduanya berasal dari bahasa Yunani yakni,philosophia. Philosophia
terdiri dari dua suku kata, yaitu philein dan Sophia;philein berarti cinta (love) dan
Sophia artinya kebijaksanaan (wisdom).sehingga secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam dalamnya. Kata
filsafat pertama kali sering digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM).

2. Pengertian terminology
Velasquez (2005: 4)menjelaskan bahwa filsafat diawali dengan adanya keragu-
raguan. Dari keraguan ini menimbulkan beberapa pertanyaan seperti ,kenapa kita
ada disini?,siapa kita sebenarnya? Dan masih banyak pertanyaan lainnya
Pengertian terminology maksudnya adalah arti yang dikandung oleh kata filsafat
itu sendiri.berikut ini adalah sebagian tokoh yang mengemukakan arti dari kata
filsafat itu;
a. Plato
Filsafat adalah pengertahuan yang berminat mencapai pengetahuan
kebenaran yang asli
b. Aristoteles
Filsafat adalah (ilmu) pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung
didalamnya ilmu –ilmu metafisika,logika,retorika,etika,ekonomi politik,dan
estetika

c. Al Faribi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam,wujud bagaimana hakikat
yang sebenarnya

3. Tujuan dan Ciri-Ciri Pemikiran Kefilsafatan


a. Tujuan
Filsafat memiliki tujuan untuk mencari hakikat dari sesuatu gejala atau
fenomena secara mendalam. Jadi filsafat harus refleksi,radikal,dan integral.

17
b. Ciri –Ciri Pikiran Kefilsafatan
Ciri cirinya antara lain,filsafat merupakan pemikiran tentang hal-hal serta
proses dalam hubungan yang umum. Filsafat bertugas sebagai
pengantar,pengiring dan sekaligus sebagai hati nurani dari segenap kegiatan
ilmiah.
Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya kemampuan pikiran
manusia. Filsafat mencoba mengerti,menganalisa,menilai,dan menyimpulkan
semua persoalan persoalan secara detail/mendalam. Ada tiga hal yang
memaksa manusia untuk berfilsafat yaitu; keheranan,kesangsian dan
kesadaran akan keterbatasan. Filsafat memiliki beberapa peran penting
didalam kehidupan manusia yakni;sebagai pendobrak,pembebas dan
pembimbing.

B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Pendidikan adalah suatu proses,tahap,dimana pendidikan merupakan usaha yang penuh


tanggung jawab dari orang dewasa dalam membina,membimbing,dan mengarahkan
peserta didik dalam melaksanakan kegiatan kependidikan. Filsafat pendidikan dalam arti
luas menurut Mudyahardjo (2004,5) dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni;

1. Filsafat praktek pendidikan yaitu analisis kritis dan komprehensif


tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan
dilaksanakan dalam kehidupan manusia.
2. Filsafat ilmu pendidikan yaitu analisis kritis dan komprehensif tentang
pendidikan dan konsep-konsep psikologi pendidikan yang berkaitan
dengan teori-teori belajar,pengukuran pendidikan,prosedur-prosedur
sistematis penyusunan kurikulum dan akhirnya menjadi teori ilmu
pendidikan

Filsafat dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia
untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya,termasuk
dalam problematika di bidang pendidikan.

18
Menurut Jamaluddin dan Idi (1997) menjelaskan bahwa filsafat pendidikan
sebagai ilmu pengetahuan normative dam bidang pendidikan dalam merumuskan
kaidah,norma dan atau ukuran tingkah laku dalam kehidupan manusia.

Menurut Al Syaibany (1979,30) filsafat pendidikan adalah pelaksanaan falsafah


dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan

Jadi arti dari filsafat dan filsafat pendidikan memiliki banyak arti yang
dikemukakan oleh beberapa para ahli. Intinya arti dari filsafat ini tidak dapat ditentukan
dengan jelas karna memiliki banyak arti.

FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem


Filsafat pendidikan sebagaimana cabang filsafat lainnya mencakup sekurang-
kurangnya tiga cabang utama dari filsafat yakni;ontology,epistomologi dan aksiologi.
Dapat dikatakan bahwa ontology membicarakan tatanan dan struktur kenyataan
dalam arti yang luas. Atas dasar pengertian dari ontologi ,maka pandangan ontologi
dari pendidikan adalah manusia,makhluk mulia,potensi,interaksi,budaya dan
lingkungan
Epistemology menyelidiki secara kritis hakikat,landasan,batas-batas dan patokan
kesahihan pengetahuan. Epistemology pendidikan dimaksudkan mencari sumber
sumber pengetahuan dan kebenaran dalam praktek pelaksanaan pendidikan. Sumber
tersebut dapat digolongkan kedalam dua aliran yakni; empirisme dan rasionalisme.
Landasan aksiologis dalam praktek pelaksanaan pendidikan didasarkan pada
nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 45 dan

19
Undang-Undang pendidikan. Pembukaan Undang-Undang Dasar 45 menekankan
bahwa pendidikan mampu mencerdaskan kehidupan bangsa.

B. Substansi filsafat pendididkan


Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai
bagian dari fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu
menengahkan konsep-konsep tentang dasar pendidikan. Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan
terhadap pelaksanaan pendidikan. Hal ini menjadikan Pancasila,atau khususnya
filsafat Pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan,dan
nilai-nilai serta norma-norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu
melingkupi pendidikan secara keseluruhan,baik itu mengenai teori maupun
mengenai praktek pendidikan.

Roh dan jiwa Undang-Undang Dasar 1945 harus mendasari landasan prakis dan
praktik pendidikan.dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 telah jelas nyata
arah dan tujuan pendidikan yakni; untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk
menjamin ini terlaksana maka dibuatlah Undang-Undang pendidikan sebagai
pedoman dalam praksis dan praktik pelaksanaan pendidikan. Tujuan utama
pendidikan semakin dipertegas dan diperjelas substansi dan arahnya yakni
menjadikan manusia yang cerdas ,berbudi luhur,berakhlak mulia dan lainnya.

C. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan


Pendidikan adalah realisasi dari ide-ide filsfat; filsafat member asa kepastian bagi
peranan pendidikan sebagai wadah pembinaan manusia yang telah melahirkan ilmu
pendidikan ,lembaga pendidikan, aktiitas pendidikan,sehingga filsafat pendidikan
merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan.

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa hubungan fungsional antara
filsafat dengan filsafat pendidikan sebagai berikut;

20
1. Filsafat dalam arati filosofis merupakan satu cara pendekatan yang
dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun
teori-teori pendidikan oleh para ahli.
2. Filsafat berfungsi sebagai petunjuk bagi teori pendidikan yang telah
ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan
kebutuhan yang nyata
3. Filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam mengembangkan teori-teori
pendidikan menjadi ilmu pendidikan (Jalaluddin,1997,23)

Dapat disimpulakan bahwa antara filsafat dengan filsafat pendidikan terdapat


suatu hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan . filsafat pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu system pendidikan,karena filsafat
merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha usaha untuk kebaikan
,meningkatkan kemajuan,dan landasan kokok bagi tegaknya system pendidikan

ALIRAN ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Aliran –aliran Filsafat Pendidikan


Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,yang berarti bahwa filsafat
pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat danakan menggunakan
hasil-hasil kajian dari filsafat ,yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang
realitas,pengetahuan,dan nilai,khususnya yang berkaitan dengan praktek
pelaksanaan pendidikan.
Berikut ini akan diuraikan berbagai aliran filsafat pendidikan yang didasarkan
pada empat aliran pokok tentang realita dan fenomena
yakni;Idealisme,realism,materialisme dan pragmatism,selain itu dijelaskan tentang
pengkajian terhadap fenomena atau gejala dan eksistensi manusia dalam
pengembangan hidup dan kehidupannya dalam alam dan lingkungannya yang
tercakup dalameksistensialisme,progresivisme,perenialisme,esensialisme dan
Rekontruksialisme

21
1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Idealisme berpendirian,bahwa kenyataan tersusun atas gagasan-gagasan (ide-ide)
atau spirit. Dunia ini bersifat anthropologistis dan pada dasarnya selalu
kebudayaa,bukanalam (nature). Kebudayaan selalu berkembang dan perkembangan
itu adalah ide. Dimana ide itu bertujuan untuk mencari kenyataan tertinggi atau
kenyataan terakhir, yaitu kenyataan yang abadi.Idealisme tidak menolak keberadaan
dunia nyata yang ada di sekitar kita seperti benda-benda yang adadi alam ini,hanya
mereka memandang kenyataan seperti itu adalah merupakan manifestasi dari
realitas yang hanya memenuhi kebutuhan fisik.

2. Filsafat Pendidikan Realisme


“Jiwa adalah materi” dan “materi adalah jiwa” . System kefilsafatan realisme
percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang adanya terdapat di
dalam dan tentang dirinya sendiri,dan yang hakekatnya tidak terpengaruhi oleh
seseorang .
Salah seorang tokoh atau penganut realisme yang sangat terkenal adalah Johan
Amos Comenius merupakan pemikir pendidikan. Beliau mengemukakan bahwa
manusia selalu berusaha untuk mencapai tujuan hidup berupa;keselamatan dan
kebahagiaan hidup yang abadi dan juga kehidupan yang sejahtera yang menuntun
hidup ke kehidupan keselamatn dan sejahtera dan damai.

3. Filsafat Pendidikan Materialisme


Aliran materialisme adalh suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran
kebendaan,dimana benda merupakan sumber segalanya,sedangkan yang dikatakan
materialisme mementingkan kebendaan

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme


Filsafat ini dipandang sebagai filsafat Amerika asli ,pada hal kenyataan yag
sebenarnya adalah berpangkal pada filsafat empirisme Inggris ,yang berpendapat
bahwa sumber pengetahuan manusia adalah apa yang manusia alami. Tokoh yang
terkenal dalam filsafat ini adalah Charles Sandre Pierce (1839-1914),William James
(1842-1910) dan Jhon Dewey (1859-1952).

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

22
Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Eksistensi
adalah cara manusia ada di dunia (Sadulloh. 2003).
Ada beberapa pendapat penganut filsafat sehubungan dengan eksistensi ini
,yakni;
a. Eksistensi adalah cara manusia berada. Hanya manusialah yang
bereksistensi,manusialah yang menjadi pusat perhatian,sehingga bersifat
humanistis.
b. Bereksistensi tidak statis tetapi dinamis ,yang berarti menciptakan dirinya
secara aktif,merencanakan,berbuat dan menjadi.
c. Manusia dipandang selalu dalam proses menjadi belum selesai dan terbuka
serta realitas.

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme


Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus
menerus dalam suatu arah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum
tentu benar pada masa yang akan dating.

7. Filsafat Pendidikan Perenialisme


Aliran ini berbeda dengan aliran progresivisme yang menkannkan perubahan dan
sesuatu yang baru. Perenialisme mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini penuh
dengan kekacauan dan ketidakpastian,dan ketidakteraturan terutama dalam tatanan
kehidupn moral,intelektual,dan sosio-kultural.

8. Filsafat Pendidikan Esensialisme


Esensialisme bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri,yang mendirikan
suatu bangunan filsafat tersendiri,melainkan suatu gerakan dalm pendidikan yang
memprotes pendidikan progresivisme.

9. Filsafat Pendidikan Rekontruksionisme


Rekontrusionisme adalah suatu keanjutan yang logis dari cara berpikir
progresifisme dalam pendidikan. Tidak cukup kalau individu belajar hanya dari
pengalaman-pengalaman kemasyarakatan di sekolah.

23
Tujuan pendidikan adalah untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik akan
masalah-masalah social,ekonomi,dan politik yang dihadapin manusia bukan hanya
regional,nasional akan tetapi secara global. Peserta didik juga harus dibekali dengan
kemampuan untuk dapat memecahkan masalah-masalah tersebut di atas.

BUKU PEMBANDING II

“FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, philo yang berarti cinta dalam arti yang
luas, yaitu ingin dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu; sophia
artinya kebijakan dalam arti pandai, pengertian yang mendalam, cinta pada kebijakan
(Ahmad Tafsir, 2001: 9).

Filsafat memang dimulai dari rasa ingin tahu. Keingintahuan manusia ini kemudian
melahirkan pemikiran. Manusia memikirkan apa yang ingin diketahuinya. Pemikiran inilah
yang kemudian disebut sebagai filsafat. Dengan berfilsafat manusia kemudian jadi
pandai. Pandai artinya juga tahu atau mengetahui Dengan kepandaiannya manusia
harusnya menjadi bijaksana. Bijaksana adalah tujuan dari mempelajari filsafat itu sendiri.

Istilah filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras. Dia mengatakan bahwa
manusia dapat dibagi menjadi tiga golongan . Pertama, manusia yang mencintai kesenangan,
kedua, manusia yang mencintai kegiatan, ketiga, manusia yang mencintai kebijaksanaan.
Pengertian ketiga dari Pythagoras tentang manusia ini yang kemudian memberikan
gambaran tentang pengertian filsafat yaitu kebijaksanaan.Filsafat memiliki berbagai jenis
pengertian pokok antara lain : Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan
sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas; Upaya untuk melukiskan hakikat
realitas akhir dan dasar serta nyata; Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan
pengetahuan: sumber, hakikat, keabsahan, dan nilainya (Loren Bagus, 2000:242). Filsafat
merupakan kegiatan pikiran. Pikiran manusia ini menerawang dan menelaah segala yang

24
ada di alam semesta. Penelaahan ini melahirkan pengertian tentang realitas itu, tentang
segala itu. Upaya mengetahui segala itu dilakukan secara sistematis, artinya
menggunakan hukum berpikir.Pikiran filosofis ini mencari hakikat segala sesuatu itu
sampai ke pengertian yang paling dasar, paling dalam.

Harun Nasution (1987:3) , filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata,
yaitu: philein, artinya cinta dan sophos, artinya hikmat (wisdom). Jadi, filsafat adalah cinta
kebijakan (hikmah) atau kebebasan. Senada dengan Harun Nasution, Tobrani (2008:2-3)
mengemukan pendapat bahwa filsafat berarti cinta kebenaran (al-haq) dan kebijaksanaan
(al hikmah). Penggunaan istilah “cinta” bukan istilah lain misalnya penemu, pemilik dan
penjaga, menggambarkan sikap rendah hati para filosof akan keterbatasannya dalam
usaha menggapai kebenaran dan kebijaksanaan. walaupun telah berpikir secara
istematis, radikal dan universal, ia tetap belum bisa menemukan, menjangkau, memiliki,
menguasai kebenaran dan kebijaksanaan dengan sesungguhnya. Ia hanya mendapatkan
kebenaran dan kebijaksanaan secara relatif dan temporal. Sedangkan yang hakiki tetap
tidak terjangkau. Ia milik yang Maha Mutlak, Maha Adil, Maha Bijaksana yaitu Allah Swt.
Manyadari akan keterbatasannya itu maka filosof hanya berharap, kagum, dan cinta yang
sedalam-dalamnya kepada kebenaran dan kebijaksanaan yang hakiki itu. Perilaku inilah
yang merupakan kebijaksanaan (wisdom, hikmah).

Selanjutnya, secara analitis operasional, pengertian filsafat dapat diuraikan sebagai


berikut :
1. Filsafat sebagai metode berpikir.

2. Sebagai metode berpikir, filsafat merupakan hasil dan perenungan terhadap


permasalahan hidup manusia. Dengan berpikir manusia menemukan tingkat
dan jenis berpikir, antara lain: berpikir religious, berpikir sosiologis, berpikir
empiris, berpikir filosofis dan berpikir sinopsis;

3. Filsafat adalah berpikir mendalam atau berpikir radikal;

4. Filsafat sebagai sikap terhadap dunia dan hidup;

25
5. Filsafat sebagai suatu rumpun problema;

6. Filsafat adalah mempertanyakan permasalahan yang ada di dunia ini;

7. Filsafat sebagai sistem pemikiran. Sebagai sistem pemikiran filsafat terbagi ke


dalam tiga aspek, yaitu; logika, etika dan metafisika;

8. Filsafat sebagai aliran atau teori, seperti aliran idealisme, realisme, dan
sebagainya (Burhanudin Salam, 2002:37).

HAKIKAT MANUSIA,MASYARAKAT,ALAM DAN ILMU PENGETAHUAN


Manusia dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa Anglo-Saxon),
mann). Arti dasar dari kata ini tidak jelas tetapi pada dasarnya dapat dikaitkan dengan
mens (latin), yang berarti “ aá da yang berpikir”. Demikian halnya arti kata anthropos
(Yunani) tidak begitu jelas. Semula anthropos berarti “seseorang yang melihat ke atas”.
Sekarang kata ini dipakai untuk mengartikan “wajah manusia”. Dan akhirnya homo
bahasa Latin yang artinya “orang yang dilahirkan di atas bumi” (Loren Bagus, 2000:565).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:714) manusia diartikan sebagai


“makhluk yang berakal budi” (mampu menguasai makhluk yang lain). Sedangkan
menurut Endang Saifuddin Anshari yang dikutip oleh. mahmud dan Tedi Priatna
(2005:62) manusia adalah hewan yang berfikir. Berfikir adalah bertanya. Bertanya adalah
mencari jawaban. Mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Mencari jawaban tentang
Tuhan, alam, manusia, artinya mencari kebenaran tentang Tuhan, alam, dan manusia.
Jadi, pada akhirnya manusia adalah makhluk pencari kebenaran.

Berikut diuraikan pendapat para filosof Barat tentang pengertian manusia ini sebagai
berikut:

1. Plato memandang manusia pada hakikatnya sebagai suatu kesatuan pikiran,


kehendak, dan nafsu-nafsu;

2. Aristoteles memandang manusia sebagai makhluk rasional yang memiliki


kesatuan 3. organik antara tubuh dan jasad;

26
3. Sartre mendefinisikan manusia sebagai “nol yang me-nol-kan” pour soi yang
bukan merupakan objek melainkan subjek, yang kodratnya bebas (Loren Bagus,
2000:266)

“Manusia adalah makhluk sosial, pernyataan ini mengandung arti bahwa seorang
manusia tidak bisa hidup sendirian dan eksistensinya tidaklah terlaksana kecuali dengan
kehidupan bersama. Dia tidak akan mampu menyempurnakan eksistensi dan mengatur
kehidupannya dengan sempurna secara sendirian. Benar-benar sudah menjadi wataknya,
apabila manusia butuh bantuan dalam memenuhi kebutuhannya”

Adapun kelemahan manusia ialah sebagai berikut:

a. Manusia adalah makhluk yang lemah (surat 4:28);

b. Manusia memiliki kecenderungan nakal ;

c. Manusia itu sombong, tidak mau berterima kasih, dan mudah putus asa;

d. Manusia itu sering mencelakakan diri sendiri;

e. Manusia itu senang membantah (QS. 16:4; QS. 18:54) ;

f. Manusia itu bersifat tergesa-gesa;

g. Manusia itu pelit;

h. Manusia itu adalah makhluk suka mengeluh;

i. Manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat maksiat terus


menerus dan bertindak melampai batas (surat 75:5) (A.Tafsir, 2006:222-
223).

Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut dengan istilah society, dari bahasa Latin
societas (dari socio = mengambil bagian, berbagi, menyatukan). Masyarakat adalah suatu
kumpulan orang-orang, atau suatu asosiasi sukarela individu-individu yang mempunyai
tujuan-tujuann yang sama.

27
Dalam pandangan beberapa filosof, pengertian masyarakat adalah:

1. Plato tidak membedakan antara pengertian negara dan masyarakat. Negara tersusun
dari individu-individu dan tidak disebutkan kesatuan-kesatuan yang lebih besar.
Negara sama dengan masyarakat;

2. Aristoteles membuat perbedaan antara negara dan masyarakat. Negara adalah


kumpulan dari unit-unit kemasyarakatan. Masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga;

3. Comte memperluas analisis-analisis masyarakat, dengan menganut suatu pandangan


tentang masyarakat sebagai lebih dari suatu agregat (gerombolan) individu-
individu (Loren Bagus, 2000:578).

Masyarakat adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi dalam rangka


mencapai tujuan hidup bersama. Struktur masyarakat yang ada dalam masyarakat terdiri
dari yang paling kecil yaitu individu. Individu-individu ini menjalin komunikasi dalam
rangka melakukan kontrak sosial. Kumpulan individu ini kemudian membentuk ikatan
yang lebih luas yaitu keluarga.

HAKIKAT PENDIDIKAN

Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Seperti dikatakan oleh Prof.
Rupert. C. Lodge, yaitu “in this sense, life is education, and education is life”. Artinya,
seluruh kehidupan memiliki nilai pendidikan karena kehidupan memberikan pengaruh
kepada pendidikan bagi seseorang atau masyarakat. Sebenarnya, jika membicarakan
pendidikan dalam arti sempit memiliki konotasi sekolah atau pendidikan formal. Dalam
pengertian yang luas pendidikan adalah kehidupan.

Dalam pengertian yang luas ini pendidikan adalah proses yang dialami manusia
semenjak ia lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan merupakan proses yang tidak
pernah selesai (never ending proces). Proses pendidikan yang pertama tentunya adalah
keluarga. Dalam keluarga ini seseorang memiliki pengalaman pertama dalam
kehidupannya. Setelah itu manusia memasuki fase schooling, sebuah fase kehidupan
yang dialami seseorang di sekolah atau lembaga formal dan seterusnya. Pada intinya
28
setiap proses yang dialami seseorang dan mempengaruhinya maka itu dapat disebut
sebagai proses pendidikan, kapan saja dan dimana saja.

Hakikat pendidikan tidak dapat dipisahkan dari pembicaraan tentang hakikat hidup.
Dalam pembicaraan tentang hakikat hidup tidak dapat dipisahkan dengan pembicaraan
tentang tugas hidup dan tujuan hidup. Dalam hidupnya manusia harus melaksanakan
tugas hidupnya. Tugas-tugas hidup tersebut harus dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan keinginan yang memberi hidup.

Dari persepktif antropologi, hidup manusia mengalami perubahan dan pergeseran.


Perubahan dan pergeseran dari fase satu ke fase lainnya. Dalam sejarahnya terutama
sejarah manusia, dari kacamata atau pandanngan sain, manusia mengalami
perkembangan. Fase awal manusia adalah dari fase manusia purba yang hidup di gua.
Manusia ini hidup berdasarkan norma sosial atau adat diantara mereka. Hidup mereka
dikendalikan oleh sistem kepercayaan sejenis mitos. Kepercayaan terhadap roh leluhur
merupakan ajaran dan nilai. Hidup mereka diarahkan kepada pengabdian kepada roh
leluhur mereka yang dipimpin oleh seorang ketua adat dan tokoh spiritual mereka.

Pendidikan berasal dari kata dasar didik yang berarti memelihara dan memberi ajaran
atau pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dengan penambahan awalan
“pe” dan akhiran “an” berarti menunjuk pada perbuatan (hal, cara) tentang mendidik.
Dalam konteks fisik, pendidikan berarti pemeliharaan badan atau fisik melalui latihan-
latihan (Purwadarminta, 1982:250).

Dalam kajian pendidikan umumnya, terdapat dua istilah yang hapir sama tetapi
sebenarnya berbeda. Istilah tersebut adalah paedagogie dan Paedagogiek. Paedagogie adalah
pendidikan sedangkan paedagogiek adalah ilmu pendidikan. Paedagogiek adalah ilmu yang
mempelajari, merenungkan gejala-gejala pendidikan. Istilah Paedagigiek berasal dari
kata “paedagogia” (bahasa Yunani) yang artinnya pergaulan dengan anak- anak.
Berhubungan pula dengan istilah pedagogos yang berarti seorang pelayan atau bujang
pada jaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak- anak dari
dan ke sekolah. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya

29
membimbing, memimpin) (M. Djumransjah, 2008:22). Dalam bahasa Romawi,
pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang ada di
dalam. Dalam bahasa Inggris pendidikan disitilahkan to educate yang berarti
memperbaiki moral dan melatih intelektual (wiji Suwarno, 2006:19).

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan dan Isi Buku

Dari ketiga buku yang telah saya review dan mendapatkan ringkasan tiap
BAB dari ketiga buku tersebut. Ketiga ringkasan yang telah saya dapatkan dari
mereview buku tersebut dapat saya sajikan pada BAB ke-2 pada makalah Critical
Book Review (CBR) saya. Diharapkan kepada pembaca agar dapat melihat isi
daripada ringkasan ketiga buku yang sudah saya review.

- BUKU UTAMA

Buku utama yang saya review berjudul “PHYLOSOPHY OF EDUCATION” yang


ditulis oleh (T.W.MOORE,2010). Setelah saya critical book review pada buku ini
bahwa isi dari buku ini adalah lebih kepada teori dari berbagai ahli filsuf seperti
halnya Plato. Selain itu buku ini juga lebih menjelaskan latar belakang filsafat dan
filsafat pendidikan ,sehingga di dalam buku ini banyak sekali sejarah seajarah singkat
tentang filsafat dan filsafat pendidikan yang dijelaskan di buku ini.

Di dalam buku ini si penulis juga menjelaskan bahwa filsafat dan filsafat
pendidikan bukan hanya sekedar teori melainkan semua cabang dari filsafat dan
filsafat ini harus didampingi dengan praktek praktek. Banyak sekali contoh-contoh
praktek dari filsafat dan filsafat pendidikan,seperti;

1. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan disuatu instansi


kependidikan yang di dalamnya ada dua individu yang terlibat,yaitu
30
guru dan peserta didik. Guru bertugas sebagai penyampai atau
narasumber terhadap apa yang akan dipelajari dari kegiatan belajar
mengajar yang dimana nantinya itu akan disampaikan kepada peserta
didik yang bertugas menerima pembelajaran yang diajarkan guru.

2. Kegiatan belajar dan mengajar antara aak dan orang tua. Disini peran
orang tua tidak berbeda pada contoh yang saya buat di point nomor
satu.orang tua disini juga sebagai pendidik,pembimbing dan pengarah
untuk anaknya agar anaknya menjadi lebih baik.

Jadi,menurut buku utama mengenai filsafat tidak dapat dengan teori


saja,melainkan dengan keterampilan praktik yang berhubungan dengan filsafat dan
filsafat pendidikan

- BUKU PEMBANDING 1
Buku pembanding ke-1 yang saya gunakan untuk critical book review (CBR)
berjudul “FILSAFAT PENDIDIKAN” yang ditulis oleh (Dr.Edward Purba,MA & Prof.Dr.
YUSNADI,MS). Di dalam buku ini disampaikan penjelasan yang umum tentang pengertian
filsafat dan filsafat pendidikan, filsafat pendidikan,aliran-aliran filsafat pendidikan yang
umum agar mudah untuk dipahami.karna buku ini di desain sebagai buku panduan
pembelajaran mahasiswa UNIMED. Berbeda dengan buku utama yang menjelaskan
tentang sejarah sejarah dan teori serta praktik filsafat dan filsafat pendidikan yang
mendalam.

- BUKU PEMBANDING 2

Buku pembanding ke-2 yang saya gunakan untuk critical book review (CBR)
berjudul “FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM” yang ditulis oleh (A.HERIS HERMAWAN M.Ag).
dilihat dari namanya tentu saat pertama kali kita berpikir bahwa isi dari buku ini tentang
keagamaan terutama agama islam. Setelah melakukan review bahwa buku ini sebenarnya
sama seperti buku umum tentang filsafat dan filsafat pendidikan lainnya.hanya saja yang
membedakannya pada setiap pokok pembahasan yang ada dibuku ini terdapat pendapat

31
ahli filsuf islam dan menurut kitab suci islam. Inti sari dari buku ini sebagian besar sama
dengan buku pembanding sebelumnya.

B.KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN BUKU YANG DI REVIEW

JENIS BUKU KEUNGGULAN KEKURANGAN

1. Struktur dari buku tertata 1. Dari segi penampilan ,buku ini

BUKU UTAMA rapi hanya saja sedikit tampilannya kurang menarik


berbeda dengan buku terbitan untuk dibaca.
PHILOSOPHY
Indonesia. 2. Bahasa yang digunakan sulit
OF
2. Di dalam buku dijelaskan untuk dipahami.
EDUCATION tentang teori filsafat yang
lengkap.

1. Struktur dan penulisan buku 1. Buku ini tidak memberikan


ini tertata rapi. contoh tentang apa itu filsafat
BUKU
dan fisafat pendidikan.
PEMBANDING 1 2. Dari segi isi buku ini berisi
penjelasan yang umum 2. Buku ini terlalu menoton untuk
FILSAFAT
tentang filsafat dan filsafat dibaca.
PENDIDIKAN
pendidikan sehingga mudah
untuk dimengerti.

BUKU 1. Dari segi struktur dan 1. Buku ini tidak cocok dibaca
PEMBANDING 2 peulisan buku ini sudah untuk umum karna didalamnya
sangat baik . terdapat ayat suci AL-QUR’AN.
FILSAFAT
PENDIDIKAN 2. Dari segi isi,buku ini sangat 2. Buku ini terlalu banyak
ISLAM lengkap,mulai dari teori halamannya menurut saya dan
sampai ke contoh dan buku bahasa yang digunakan sedikit

32
ini cocok untuk dibaca sulit dipahami.
terutama untuk para pembuat
karya ilmiah beragama islam
yang membutuhkan karya.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Filsafat dan filsafat memiliki banyak arti sehingga banya ahli filsuf yang mengemukakan
pendapat mereka tentang arti dari filsafat dan fisafat pendidikan itu sendiri.

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, philo yang berarti cinta dalam arti yang
luas, yaitu ingin dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu; sophia
artinya kebijakan dalam arti pandai, pengertian yang mendalam, cinta pada kebijakan
(Ahmad Tafsir, 2001: 9).

Dalam pengertian yang luas ini pendidikan adalah proses yang dialami manusia
semenjak ia lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan merupakan proses yang tidak
pernah selesai (never ending proces).

Mempelajari tentang filsafat dan filsafat pendidikan tidak cukup dengan hanya
mempelajari teori saja tetapi kita juga harus memiliki keterampilan dan kemampuan
untuk dapat mempraktikan pembelajaran tentang filsafat dan filsafat pendidikan

Ketiga buku yang telah di review memiliki kualitas yang sangat bagus,hanya saja setiap
buku pasti memiliki kelebiha dan kekurangnya masing masing.

B. SARAN

Diharapkan kepada semua orang yang melakukan critical book review (CBR) dapat
membuat ringkasan dari setiap buku yang akan di review dan dapat mencari kelebihan
dan kekurangan dari buku tersebut.

33
Dan saran untuk buku filsafat pendidikan pegangan mahasiswa agar dilakukan revisi
agar menimbulkan minat dan keinginan untuk membaca dari diri mahasiswa/i. seperti
member gambar pada buku atau mendesain tampilan buku agar lebih menarik dan tidak
monoton. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

A Malik Fadjar 1999 Reorientasi Pendidikan Islam Fadjar Dunia.,Jakarta

A. Syafii Ma‘arif 1996 Ibnu Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, Gema
Insani Press, Jakarta

Purba. Edward, Drs.M.Si,2017.Filsafat Pendidikan, Medan : Unimed Press

34

Anda mungkin juga menyukai