Anda di halaman 1dari 42

Farmakologi dan Farmakokinetika

Gangguan Sistem Persepsi Sensori


dan Sistem Persarafan

Mahirsyah Wellyan TWH, S.Si., Apt., MSc.


Pokok Materi
• Gangguan Sistem Persepsi Sensori (glaukoma,
katarak, sinusitis, mastoiditis, vertigo, tonsilitis
dan otitis media akut/kronis)
• Gangguan Sistem Persarafan (Space Occupying
Lesion/SOL, Sindroma Guillaine Barre, epilepsi,
Hidrocephalus, head injury, trauma medula
spinalis)
Gangguan Sistem Persepsi Sensori
Glaukoma
• Glaukoma adalah kerusakan saraf mata akibat
meningkatnya tekanan pada bola mata.
Meningkatnya tekanan bola mata ini terjadi
akibat gangguan pada sistem aliran cairan
mata.
• Seseorang yang menderita kondisi ini dapat
merasakan gejala berupa gangguan
penglihatan, nyeri pada mata, hingga sakit
kepala.
Glaukoma
• Jenis glaukoma:
– Glaukoma sudut terbuka. Glaukoma jenis ini merupakan
kondisi yang paling banyak terjadi. Pada glaukoma sudut
terbuka, saluran pengalir cairan aqueous humour hanya
terhambat sebagian karena trabecular
meshwork mengalami gangguan. Trabecular
meshwork adalah organ berupa jaring yang terletak di
saluran pengalir cairan aqueous humour.
– Glaukoma sudut tertutup. Pada tipe ini, saluran pengalir
cairan aqueous humour tertutup sepenuhnya. Glaukoma
sudut tertutup akut atau yang terjadi secara tiba-tiba
merupakan kondisi darurat dan membutuhkan
penanganan dengan segera.
Glaukoma
• Terapi obat:
– Golongan beta bloker, menurunkan produksi Aqueous
humour, contoh: Levobunolol, Timolol
– Golongan agonis alfa 2, menurunkan produksi
Aqueous humour, contoh: Brimonidin, Apraklonidin
– Golongan inhibitor anhidrase karbonat, mengurangi
sekresi aqueous humor dengan menghambat carbonic
anhydrase (CA) di dalam badan siliar, contoh:
Dorzolamid, Brinzolamid
– Analog prostaglandin, meningkatkan pengeluaran
aqueous humor, contoh: Latanoprost, Travoprost
Katarak
• Katarak adalah kondisi mata di mana lensa
mata menjadi keruh dan berawan. Penderita
katarak akan merasa seperti melihat jendela
berasap.
• Sebagian besar katarak berkembang perlahan
dan awalnya tidak terasa mengganggu. Namun
lama kelamaan, katarak akan mengganggu
penglihatan dan membuat pasien sulit menyetir,
membaca dan melakukan aktivitas rutinnya.
Katarak
• Penyebab paling sering pada katarak
yaitu penuaan atau trauma yang menyebabkan
perubahan pada jaringan mata.
• Terapi: biasanya tidak diperlukan terapi jika
penglihatan tidak terganggu. Jika penglihatan semakin
memburuk dan mulai sulit menjalani aktivitas harian,
pilihan terapinya hanyalah operasi.
• Tidak ada obat yang terbukti dapat mencegah
perkembangan katarak. Terapi medis digunakan
sebelum operasi dan pasca operasi untuk memastikan
operasi yang sukses dan rehabilitasi visual berikutnya
Sinusitis
• Sinusitis adalah inflamasi atau peradangan pada
dinding sinus. Sinus merupakan rongga kecil yang
saling terhubung melalui saluran udara di dalam tulang
tengkorak. Sinus terletak di bagian belakang tulang
dahi, bagian dalam struktur tulang pipi, kedua sisi
batang hidung, dan belakang mata.
• Sinus menghasilkan lendir atau mukus yang berfungsi
untuk menyaring dan membersihkan bakteri atau
partikel lain dalam udara yang dihirup. Selain itu, sinus
juga berfungsi untuk membantu mengendalikan suhu
dan kelembapan udara yang masuk ke paru.
Sinusitis
• Prinsip terapi obat:
– Rinosinusitis virus tidak memerlukan pengobatan
antimikroba. Pilihan pengobatan nonantimikroba
standar termasuk steroid topikal, dekongestan
topikal dan / atau oral, mukolitik, dan semprotan
garam intranasal.
– Terapi antimikroba adalah perawatan medis
andalan pada sinusitis. Pilihan antibiotik
tergantung pada apakah sinusitis itu akut, kronis,
atau berulang.
Sinusitis
• Terapi obat:
– Antibiotika, untuk membunuh bakteri, contoh:
Levofloksasin, Amoksisilin klavulanat, Klindamisin.
– Dekongestan, menyebabkan vasokonstriksi, mengurangi
hidung tersumbat. Contoh: Fenilefrin
– Semprotan/spray garam, membasahi sekresi yang kering,
mengurangi edema mukosa, dan mengurangi viskositas
lendir.
– Ekspektoran, mengurangi sekresi lendir dan meningkatkan
drainase. Contoh: Guaifenesin
– Kortikosteroid nasal, contoh: Triamsinolon, Beklometason
– Golongan antikolinergik, menghambat bronkokonstriksi
dan sekresi lendir. Contoh: Ipatropium
Mastoiditis
• Mastoiditis adalah infeksi pada tonjolan tulang
di belakang telinga yang dikenal dengan istilah
tulang mastoid. Penyakit ini dapat
menghancurkan tulang dan
menyebabkan gangguan pendengaran.
• Kondisi ini adalah penyakit telinga-hidung-
tenggorokan yang biasa terjadi dan jika tidak
diobati pada tepat waktu, dapat
menyebabkan kematian.
Mastoiditis
• Penyebab:
– Mengalami infeksi oleh
bakteri
seperti Haemophilus
influenzae, Staphylococcus
atau Streptococcus.
– Mengalami otitis atau
peradangan telinga tapi
tidak segera diobati
dengan tepat sampai
tuntas
Mastoiditis
• Prinsip terapi: Obat utama yang digunakan
dalam pengobatan mastoiditis adalah
antibiotik. Obat-obatan lain termasuk
analgesik, antipiretik, dan kombinasi
antibiotik-steroid topikal.
Mastoiditis
• Terapi obat:
– Antibiotika, contoh: Linezolid, Sefepim, Ofloksasin
tetes telinga.
– Antipiretika, contoh: Parasetamol
– Kombinasi antibiotik-steroid, contoh:
• Hydrocortisone/neomycin/polymyxin otic
• Dexamethasone/tobramycin
• Gentamicin/betamethasone
Vertigo
• Vertigo adalah sebuah keadaan di mana
penderitanya merasa seolah-olah lingkungan di
sekitarnya berputar atau melayang. Kondisi ini
juga akan membuat penderitanya kehilangan
keseimbangan, sehingga kesulitan untuk sekadar
berdiri atau bahkan berjalan.
• Jenis vertigo
– Vertigo periferal, disebabkan adanya gangguan pada
telinga bagian dalam yang berfungsi untuk mengatur
keseimbangan tubuh
– Vertigo sentral, disebabkan karena masalah pada otak
Vertigo
• Terapi obat:
– Meclizine, antihistamin dengan aktivitas melawan histamin
nebulisasi; memblokir respons vasodepresor terhadap histamin,
dengan sedikit aksi penghambatan terhadap asetilkolin
– Prometazin, zat antidopaminergik yang efektif dalam
pengobatan vertigo, memblok reseptor dopaminergik
mesolimbik postinaptik di otak dan mengurangi rangsangan ke
sistem reticular batang otak.
– Difenhidramin, untuk pengobatan dan profilaksis gangguan
vestibular.
– Dimenhidrinat, mengurangi stimulasi vestibular dan menekan
fungsi labirin melalui aktivitas antikolinergik sentral.
– Lorazepam, secara sentral menghambat respons vestibular,
mungkin dengan mempotensiasi reseptor GABA.
Tonsilitis
• Tonsilitis atau sering disebut radang amandel
adalah pembengkakan dan peradangan pada
amandel, yang biasanya disebabkan oleh infeksi.
• Infeksi bakteri seperti streptococcus adalah salah
satu penyebab utama radang amandel. Menurut
American Academy of Family Physicians (AAFP),
diperkirakan 15-30% kasus tonsilitis disebabkan
oleh bakteri.
• Infeksi virus seperti Epstein-Barr, herpes,
influenza, dan enterovirus juga merupakan
penyebab paling umum dari tonsilitis.
Tonsilitis
• Terapi obat menggunakan antibiotika:
– Amoksisilin
– Amoksisilin klavulanat
– Penisilin V
– Eritromisin
– Klindamisin
– Levofloksasin
Otitis Media
• Otitis media adalah infeksi pada telinga bagian
tengah, tepatnya pada rongga di belakang gendang
telinga. Infeksi telinga bagian tengah ini, sering kali
timbul akibat batuk pilek, flu, atau alergi sebelumnya.
• Sebagian besar kasus otitis media tidak memerlukan
pengobatan khusus dan akan sembuh dengan
sendirinya dalam beberapa hari. Namun pada
beberapa kasus, dokter akan memberikan obat pereda
nyeri dan antibiotik.
• Bila otitis media sudah berlangsung dalam waktu lama
dan sering kambuh, dokter akan mengeluarkan cairan
dari dalam telinga melalui prosedur bedah.
Otitis Media
• Terapi obat menggunakan antibiotika:
– Amoksisilin
– Amoksisilin klavulanat
– Sefiksim
– Seftriakson
– Klaritromisin
– Azitromisin
– Trimetoprim sulfametoksazol
– Eritromisin
Gangguan Sistem Persarafan
Space Occupying Lesion/SOL
• Lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL)
merupakan lesi yang meluas atau menempati
ruang dalam otak. Space occupying lesion
dapat berupa tumor, hematoma, dan abses.
• Pendarahan ke dalam jaringan otak
menyebabkan pembentukan hematoma. Jika
hematoma ini terinfeksi, dapat berubah
menjadi abses.
Space Occupying Lesion/SOL
• Terapi obat:
– Analgesik utk meredakan nyeri kepala
– Steroid utk mencegah udem serebral
– Mannitol utk mengurangi tekanan intrakranial
– Antikonvulsan utk mencegah kejang
– Antibiotika untuk menangani infeksi
– Kemoterapi untuk menangani tumor
Sindroma Guillaine Barre
• Sindrom Guillain-Barré adalah penyakit autoimun yang
tergolong langka. Pada penyakit ini, sistem kekebalan
tubuh yang seharusnya melindungi justru menyerang
sistem saraf perifer yang bertanggung jawab
mengendalikan pergerakan tubuh.
• Sebagai akibatnya, penderita sindrom Guillain-Barré
bisa mengalami gejala bertahap yang diawali dari
kesemutan dan nyeri pada otot kaki serta tangan.
Selanjutnya penderita penyakit ini mengalami
pelemahan pada kedua sisi otot tubuh dari kaki dan
menjalar ke bagian tubuh atas, bahkan hingga ke otot
mata. Dapat pula terjadi gangguan koordinasi.
Sindroma Guillaine Barre
• Terapi:
– Imunoglobulin intravena, immunoglobulin sehat dari
donor diambil dan disuntikkan kepada penderita sindrom
Guillain-Barré dengan harapan bisa melawan
immunoglobulin jahat yang menyerang saraf penderita.
– Plasmafaresis (penggantian plasma darah), melalui metode
ini, dokter akan menyaring plasma jahat yang berada di sel
darah penderita sindrom Guillain-Barré dengan
menggunakan sebuah mesin khusus. Sel darah yang telah
bersih kemudian dikembalikan lagi ke dalam tubuh
penderita dengan harapan bisa memproduksi plasma baru
yang sehat untuk mengganti plasma jahat yang telah
tersaring.
Epilepsi
• Penyakit epilepsi atau ayan adalah gangguan
sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak
yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan
kejang, sensasi dan perilaku yang tidak biasa,
hingga hilang kesadaran.
• Jenis epilepsi:
– Epilepsi idiopatik, yaitu epilepsi yang penyebabnya
tidak diketahui.
– Epilepsi simptomatik, yaitu epilepsi yang terjadi akibat
suatu penyakit yang menyebabkan kerusakan pada
otak.
Epilepsi
• Pemberian obat secara tepat dapat
menstabilkan aktivitas listrik dalam otak, serta
dapat mengendalikan kejang pada penderita
epilepsi. Obat untuk menangani epilepsi
adalah obat jenis antikonvulsan.
Obat Antikonvulsan (anti kejang)
• Golongan aldehid, contoh: paraldehid
(antikonvulsan tertua yg masih digunakan).
• Golongan barbiturat (efeknya sedasi sedang
hingga anestesi), contoh: fenobarbital,
metilfenobarbital.
Fenobarbital kini jarang digunakan sebagai
antikonvulsan krn efek sedasinya, digantikan
oleh golongan benzodiazepin.
Obat Antikonvulsan (anti kejang)
• Golongan benzodiazepin (efeknya hipnotik,
anxiolytic/anti cemas, antikonvulsan, dan relaksan
otot), contoh: clobazam, diazepam, midazolam,
lorazepam.
Penggunaan jangka panjang perlu diwaspadai adanya
toleransi serta ketergantungan.
• Golongan karboksamida, contoh: karbamazepin,
okskarbazepin (memiliki efek samping lebih ringan
daripada karbamazepin)
Obat Antikonvulsan (anti kejang)
• Golongan asam lemak, contoh: asam valproat,
tiagabine, dan vigabatrin.
Asam valproat sebaiknya tidak digunakan
selama kehamilan (risiko cacat dan autisme).
• Turunan fruktosa, contoh: topiramate
• Analog GABA, contoh: gabapentin, pregabalin
Obat Antikonvulsan (anti kejang)
• Golongan hidantoin, contoh: fenitoin,
fosfenitoin.
• Golongan oksazolidinedion, contoh:
trimethadione, paramethadione.
• Golongan propionat, contoh: beclamide
• Golongan pirimidinedion, contoh: primidone
• Golongan pirolidin, contoh: levetiracetam,
brivaracetam.
Obat Antikonvulsan (anti kejang)
• Golongan sulfonamid, contoh: acetazolamide,
sultiame, zonisamide.
• Golongan triazin, contoh: lamotrigine
• Golongan urea, contoh: pheneturide,
phenacemide.
• Golongan valproilamid (turunan valproat),
contoh: valpromid, valnoktamid.
Hidrosefalus
• Hidrosefalus adalah penumpukan
cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan
pada otak. Pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus
membuat ukuran kepala membesar. Sedangkan pada
orang dewasa, kondisi ini bisa menimbulkan sakit
kepala hebat.
• Cairan otak diproduksi oleh otak secara terus menerus,
dan diserap oleh pembuluh darah. Fungsinya sangat
penting, antara lain melindungi otak dari cedera,
menjaga tekanan pada otak, dan membuang limbah
sisa metabolisme dari otak. Hidrosefalus terjadi ketika
produksi dan penyerapan cairan otak tidak seimbang.
Hidrosefalus
• Penyebab:
– Aliran cairan otak yang tersumbat.
– Produksi cairan otak yang lebih cepat dibanding
penyerapannya.
– Penyakit atau cedera pada otak, yang memengaruhi
penyerapan cairan otak.
• Terapi: operasi utk menjaga kadar cairan di otak:
– Pasang VP shunt, utk mengalirkan cairan otak ke
rongga perut
– ETV (Endoscopic third ventriculostomy), utk membuat
lubang baru di dalam rongga otak, agar cairan di
dalam otak bisa mengalir ke luar.
Head Injury
• Cedera otak berat atau cedera otak traumatik
(traumatic brain injury/TBI) terjadi ketika
kekuatan mekanik luar menyebabkan disfungsi
otak.
• Penyebab:
– Jatuh
– Tabrakan kendaraan
– Kekerasan
– Cidera olah raga
Head Injury
• Prinsip pengobatan:
– Obat-obatan biasanya digunakan dalam kondisi
akut untuk mengendalikan kejang dini,
mengurangi tekanan intrakranial, dan
memperbaiki kelainan elektrolit.
– Dalam kondisi jangka panjang, augmentasi kognitif
dan motorik serta kontrol kelenturan dan
inkontinensia emosional mungkin memerlukan
intervensi farmakologis.
Head Injury
• Terapi obat:
– Golongan diuretik osmotik, utk menurunkan tekanan
intrakranial. Contoh: Mannitol
– Golongan antikonvulsan, utk mengurangi kejang.
Contoh: Fenitoin
– MgSO4, magnesium diberikan dalam keadaan
hipomagnesemik untuk memastikan bahwa
penyimpanan adekuat terjadi selama fase akut cedera
kepala.
– Golongan barbiturat, membantu mengurangi tekanan
intrakranial yang refraktori terhadap tindakan
konvensional lainnya. Contoh: Pentobarbital
Head Injury
• Terapi obat:
– Golongan calcium channel blocker, Diindikasikan
untuk perbaikan gangguan neurologis akibat kejang
setelah perdarahan subaraknoid yang disebabkan oleh
ruptur aneurisma intrakranial bawaan pada pasien
yang dalam kondisi neurologis postictus yang baik.
Contoh: Nimodipin
– Golongan agonis dopamin, dapat meningkatkan
kewaspadaan pada pasien dengan cedera otak; juga
dapat membantu pada pasien dengan parkinsonisme
pasca trauma. Contoh: Levodopa
Trauma Medula Spinalis
• Gangguan pada medula spinalis dapat terjadi
akibat berbagai proses patologis termasuk
trauma.
• Baik secara langsung atau tidak langsung,
trauma medula spinalis akan mengakibatkan
gangguan secara komplit ataupun inkomplit
dari fungsi utamanya seperti fungsi motorik,
sensoris, autonom, dan refleks yang
signifikan.
Trauma Medula Spinalis
• Prinsip terapi obat: meningkatkan fungsi
motor dan sensori pasien.
• Terapi obat:
– Golongan glukokortikoid, mengurangi efek
sekunder dari cedera tulang belakang akut.
Penelitian telah menunjukkan peningkatan yang
terbatas tetapi signifikan dalam hasil neurologis
pasien yang dirawat dalam waktu 8 jam setelah
cedera. Contoh: Metilprednisolon
– Pregabalin, untuk mengatasi nyeri neuropatik.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai