Pokok Materi • Gangguan Sistem Persepsi Sensori (glaukoma, katarak, sinusitis, mastoiditis, vertigo, tonsilitis dan otitis media akut/kronis) • Gangguan Sistem Persarafan (Space Occupying Lesion/SOL, Sindroma Guillaine Barre, epilepsi, Hidrocephalus, head injury, trauma medula spinalis) Gangguan Sistem Persepsi Sensori Glaukoma • Glaukoma adalah kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan pada bola mata. Meningkatnya tekanan bola mata ini terjadi akibat gangguan pada sistem aliran cairan mata. • Seseorang yang menderita kondisi ini dapat merasakan gejala berupa gangguan penglihatan, nyeri pada mata, hingga sakit kepala. Glaukoma • Jenis glaukoma: – Glaukoma sudut terbuka. Glaukoma jenis ini merupakan kondisi yang paling banyak terjadi. Pada glaukoma sudut terbuka, saluran pengalir cairan aqueous humour hanya terhambat sebagian karena trabecular meshwork mengalami gangguan. Trabecular meshwork adalah organ berupa jaring yang terletak di saluran pengalir cairan aqueous humour. – Glaukoma sudut tertutup. Pada tipe ini, saluran pengalir cairan aqueous humour tertutup sepenuhnya. Glaukoma sudut tertutup akut atau yang terjadi secara tiba-tiba merupakan kondisi darurat dan membutuhkan penanganan dengan segera. Glaukoma • Terapi obat: – Golongan beta bloker, menurunkan produksi Aqueous humour, contoh: Levobunolol, Timolol – Golongan agonis alfa 2, menurunkan produksi Aqueous humour, contoh: Brimonidin, Apraklonidin – Golongan inhibitor anhidrase karbonat, mengurangi sekresi aqueous humor dengan menghambat carbonic anhydrase (CA) di dalam badan siliar, contoh: Dorzolamid, Brinzolamid – Analog prostaglandin, meningkatkan pengeluaran aqueous humor, contoh: Latanoprost, Travoprost Katarak • Katarak adalah kondisi mata di mana lensa mata menjadi keruh dan berawan. Penderita katarak akan merasa seperti melihat jendela berasap. • Sebagian besar katarak berkembang perlahan dan awalnya tidak terasa mengganggu. Namun lama kelamaan, katarak akan mengganggu penglihatan dan membuat pasien sulit menyetir, membaca dan melakukan aktivitas rutinnya. Katarak • Penyebab paling sering pada katarak yaitu penuaan atau trauma yang menyebabkan perubahan pada jaringan mata. • Terapi: biasanya tidak diperlukan terapi jika penglihatan tidak terganggu. Jika penglihatan semakin memburuk dan mulai sulit menjalani aktivitas harian, pilihan terapinya hanyalah operasi. • Tidak ada obat yang terbukti dapat mencegah perkembangan katarak. Terapi medis digunakan sebelum operasi dan pasca operasi untuk memastikan operasi yang sukses dan rehabilitasi visual berikutnya Sinusitis • Sinusitis adalah inflamasi atau peradangan pada dinding sinus. Sinus merupakan rongga kecil yang saling terhubung melalui saluran udara di dalam tulang tengkorak. Sinus terletak di bagian belakang tulang dahi, bagian dalam struktur tulang pipi, kedua sisi batang hidung, dan belakang mata. • Sinus menghasilkan lendir atau mukus yang berfungsi untuk menyaring dan membersihkan bakteri atau partikel lain dalam udara yang dihirup. Selain itu, sinus juga berfungsi untuk membantu mengendalikan suhu dan kelembapan udara yang masuk ke paru. Sinusitis • Prinsip terapi obat: – Rinosinusitis virus tidak memerlukan pengobatan antimikroba. Pilihan pengobatan nonantimikroba standar termasuk steroid topikal, dekongestan topikal dan / atau oral, mukolitik, dan semprotan garam intranasal. – Terapi antimikroba adalah perawatan medis andalan pada sinusitis. Pilihan antibiotik tergantung pada apakah sinusitis itu akut, kronis, atau berulang. Sinusitis • Terapi obat: – Antibiotika, untuk membunuh bakteri, contoh: Levofloksasin, Amoksisilin klavulanat, Klindamisin. – Dekongestan, menyebabkan vasokonstriksi, mengurangi hidung tersumbat. Contoh: Fenilefrin – Semprotan/spray garam, membasahi sekresi yang kering, mengurangi edema mukosa, dan mengurangi viskositas lendir. – Ekspektoran, mengurangi sekresi lendir dan meningkatkan drainase. Contoh: Guaifenesin – Kortikosteroid nasal, contoh: Triamsinolon, Beklometason – Golongan antikolinergik, menghambat bronkokonstriksi dan sekresi lendir. Contoh: Ipatropium Mastoiditis • Mastoiditis adalah infeksi pada tonjolan tulang di belakang telinga yang dikenal dengan istilah tulang mastoid. Penyakit ini dapat menghancurkan tulang dan menyebabkan gangguan pendengaran. • Kondisi ini adalah penyakit telinga-hidung- tenggorokan yang biasa terjadi dan jika tidak diobati pada tepat waktu, dapat menyebabkan kematian. Mastoiditis • Penyebab: – Mengalami infeksi oleh bakteri seperti Haemophilus influenzae, Staphylococcus atau Streptococcus. – Mengalami otitis atau peradangan telinga tapi tidak segera diobati dengan tepat sampai tuntas Mastoiditis • Prinsip terapi: Obat utama yang digunakan dalam pengobatan mastoiditis adalah antibiotik. Obat-obatan lain termasuk analgesik, antipiretik, dan kombinasi antibiotik-steroid topikal. Mastoiditis • Terapi obat: – Antibiotika, contoh: Linezolid, Sefepim, Ofloksasin tetes telinga. – Antipiretika, contoh: Parasetamol – Kombinasi antibiotik-steroid, contoh: • Hydrocortisone/neomycin/polymyxin otic • Dexamethasone/tobramycin • Gentamicin/betamethasone Vertigo • Vertigo adalah sebuah keadaan di mana penderitanya merasa seolah-olah lingkungan di sekitarnya berputar atau melayang. Kondisi ini juga akan membuat penderitanya kehilangan keseimbangan, sehingga kesulitan untuk sekadar berdiri atau bahkan berjalan. • Jenis vertigo – Vertigo periferal, disebabkan adanya gangguan pada telinga bagian dalam yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan tubuh – Vertigo sentral, disebabkan karena masalah pada otak Vertigo • Terapi obat: – Meclizine, antihistamin dengan aktivitas melawan histamin nebulisasi; memblokir respons vasodepresor terhadap histamin, dengan sedikit aksi penghambatan terhadap asetilkolin – Prometazin, zat antidopaminergik yang efektif dalam pengobatan vertigo, memblok reseptor dopaminergik mesolimbik postinaptik di otak dan mengurangi rangsangan ke sistem reticular batang otak. – Difenhidramin, untuk pengobatan dan profilaksis gangguan vestibular. – Dimenhidrinat, mengurangi stimulasi vestibular dan menekan fungsi labirin melalui aktivitas antikolinergik sentral. – Lorazepam, secara sentral menghambat respons vestibular, mungkin dengan mempotensiasi reseptor GABA. Tonsilitis • Tonsilitis atau sering disebut radang amandel adalah pembengkakan dan peradangan pada amandel, yang biasanya disebabkan oleh infeksi. • Infeksi bakteri seperti streptococcus adalah salah satu penyebab utama radang amandel. Menurut American Academy of Family Physicians (AAFP), diperkirakan 15-30% kasus tonsilitis disebabkan oleh bakteri. • Infeksi virus seperti Epstein-Barr, herpes, influenza, dan enterovirus juga merupakan penyebab paling umum dari tonsilitis. Tonsilitis • Terapi obat menggunakan antibiotika: – Amoksisilin – Amoksisilin klavulanat – Penisilin V – Eritromisin – Klindamisin – Levofloksasin Otitis Media • Otitis media adalah infeksi pada telinga bagian tengah, tepatnya pada rongga di belakang gendang telinga. Infeksi telinga bagian tengah ini, sering kali timbul akibat batuk pilek, flu, atau alergi sebelumnya. • Sebagian besar kasus otitis media tidak memerlukan pengobatan khusus dan akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun pada beberapa kasus, dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik. • Bila otitis media sudah berlangsung dalam waktu lama dan sering kambuh, dokter akan mengeluarkan cairan dari dalam telinga melalui prosedur bedah. Otitis Media • Terapi obat menggunakan antibiotika: – Amoksisilin – Amoksisilin klavulanat – Sefiksim – Seftriakson – Klaritromisin – Azitromisin – Trimetoprim sulfametoksazol – Eritromisin Gangguan Sistem Persarafan Space Occupying Lesion/SOL • Lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL) merupakan lesi yang meluas atau menempati ruang dalam otak. Space occupying lesion dapat berupa tumor, hematoma, dan abses. • Pendarahan ke dalam jaringan otak menyebabkan pembentukan hematoma. Jika hematoma ini terinfeksi, dapat berubah menjadi abses. Space Occupying Lesion/SOL • Terapi obat: – Analgesik utk meredakan nyeri kepala – Steroid utk mencegah udem serebral – Mannitol utk mengurangi tekanan intrakranial – Antikonvulsan utk mencegah kejang – Antibiotika untuk menangani infeksi – Kemoterapi untuk menangani tumor Sindroma Guillaine Barre • Sindrom Guillain-Barré adalah penyakit autoimun yang tergolong langka. Pada penyakit ini, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi justru menyerang sistem saraf perifer yang bertanggung jawab mengendalikan pergerakan tubuh. • Sebagai akibatnya, penderita sindrom Guillain-Barré bisa mengalami gejala bertahap yang diawali dari kesemutan dan nyeri pada otot kaki serta tangan. Selanjutnya penderita penyakit ini mengalami pelemahan pada kedua sisi otot tubuh dari kaki dan menjalar ke bagian tubuh atas, bahkan hingga ke otot mata. Dapat pula terjadi gangguan koordinasi. Sindroma Guillaine Barre • Terapi: – Imunoglobulin intravena, immunoglobulin sehat dari donor diambil dan disuntikkan kepada penderita sindrom Guillain-Barré dengan harapan bisa melawan immunoglobulin jahat yang menyerang saraf penderita. – Plasmafaresis (penggantian plasma darah), melalui metode ini, dokter akan menyaring plasma jahat yang berada di sel darah penderita sindrom Guillain-Barré dengan menggunakan sebuah mesin khusus. Sel darah yang telah bersih kemudian dikembalikan lagi ke dalam tubuh penderita dengan harapan bisa memproduksi plasma baru yang sehat untuk mengganti plasma jahat yang telah tersaring. Epilepsi • Penyakit epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan perilaku yang tidak biasa, hingga hilang kesadaran. • Jenis epilepsi: – Epilepsi idiopatik, yaitu epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui. – Epilepsi simptomatik, yaitu epilepsi yang terjadi akibat suatu penyakit yang menyebabkan kerusakan pada otak. Epilepsi • Pemberian obat secara tepat dapat menstabilkan aktivitas listrik dalam otak, serta dapat mengendalikan kejang pada penderita epilepsi. Obat untuk menangani epilepsi adalah obat jenis antikonvulsan. Obat Antikonvulsan (anti kejang) • Golongan aldehid, contoh: paraldehid (antikonvulsan tertua yg masih digunakan). • Golongan barbiturat (efeknya sedasi sedang hingga anestesi), contoh: fenobarbital, metilfenobarbital. Fenobarbital kini jarang digunakan sebagai antikonvulsan krn efek sedasinya, digantikan oleh golongan benzodiazepin. Obat Antikonvulsan (anti kejang) • Golongan benzodiazepin (efeknya hipnotik, anxiolytic/anti cemas, antikonvulsan, dan relaksan otot), contoh: clobazam, diazepam, midazolam, lorazepam. Penggunaan jangka panjang perlu diwaspadai adanya toleransi serta ketergantungan. • Golongan karboksamida, contoh: karbamazepin, okskarbazepin (memiliki efek samping lebih ringan daripada karbamazepin) Obat Antikonvulsan (anti kejang) • Golongan asam lemak, contoh: asam valproat, tiagabine, dan vigabatrin. Asam valproat sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan (risiko cacat dan autisme). • Turunan fruktosa, contoh: topiramate • Analog GABA, contoh: gabapentin, pregabalin Obat Antikonvulsan (anti kejang) • Golongan hidantoin, contoh: fenitoin, fosfenitoin. • Golongan oksazolidinedion, contoh: trimethadione, paramethadione. • Golongan propionat, contoh: beclamide • Golongan pirimidinedion, contoh: primidone • Golongan pirolidin, contoh: levetiracetam, brivaracetam. Obat Antikonvulsan (anti kejang) • Golongan sulfonamid, contoh: acetazolamide, sultiame, zonisamide. • Golongan triazin, contoh: lamotrigine • Golongan urea, contoh: pheneturide, phenacemide. • Golongan valproilamid (turunan valproat), contoh: valpromid, valnoktamid. Hidrosefalus • Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada otak. Pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus membuat ukuran kepala membesar. Sedangkan pada orang dewasa, kondisi ini bisa menimbulkan sakit kepala hebat. • Cairan otak diproduksi oleh otak secara terus menerus, dan diserap oleh pembuluh darah. Fungsinya sangat penting, antara lain melindungi otak dari cedera, menjaga tekanan pada otak, dan membuang limbah sisa metabolisme dari otak. Hidrosefalus terjadi ketika produksi dan penyerapan cairan otak tidak seimbang. Hidrosefalus • Penyebab: – Aliran cairan otak yang tersumbat. – Produksi cairan otak yang lebih cepat dibanding penyerapannya. – Penyakit atau cedera pada otak, yang memengaruhi penyerapan cairan otak. • Terapi: operasi utk menjaga kadar cairan di otak: – Pasang VP shunt, utk mengalirkan cairan otak ke rongga perut – ETV (Endoscopic third ventriculostomy), utk membuat lubang baru di dalam rongga otak, agar cairan di dalam otak bisa mengalir ke luar. Head Injury • Cedera otak berat atau cedera otak traumatik (traumatic brain injury/TBI) terjadi ketika kekuatan mekanik luar menyebabkan disfungsi otak. • Penyebab: – Jatuh – Tabrakan kendaraan – Kekerasan – Cidera olah raga Head Injury • Prinsip pengobatan: – Obat-obatan biasanya digunakan dalam kondisi akut untuk mengendalikan kejang dini, mengurangi tekanan intrakranial, dan memperbaiki kelainan elektrolit. – Dalam kondisi jangka panjang, augmentasi kognitif dan motorik serta kontrol kelenturan dan inkontinensia emosional mungkin memerlukan intervensi farmakologis. Head Injury • Terapi obat: – Golongan diuretik osmotik, utk menurunkan tekanan intrakranial. Contoh: Mannitol – Golongan antikonvulsan, utk mengurangi kejang. Contoh: Fenitoin – MgSO4, magnesium diberikan dalam keadaan hipomagnesemik untuk memastikan bahwa penyimpanan adekuat terjadi selama fase akut cedera kepala. – Golongan barbiturat, membantu mengurangi tekanan intrakranial yang refraktori terhadap tindakan konvensional lainnya. Contoh: Pentobarbital Head Injury • Terapi obat: – Golongan calcium channel blocker, Diindikasikan untuk perbaikan gangguan neurologis akibat kejang setelah perdarahan subaraknoid yang disebabkan oleh ruptur aneurisma intrakranial bawaan pada pasien yang dalam kondisi neurologis postictus yang baik. Contoh: Nimodipin – Golongan agonis dopamin, dapat meningkatkan kewaspadaan pada pasien dengan cedera otak; juga dapat membantu pada pasien dengan parkinsonisme pasca trauma. Contoh: Levodopa Trauma Medula Spinalis • Gangguan pada medula spinalis dapat terjadi akibat berbagai proses patologis termasuk trauma. • Baik secara langsung atau tidak langsung, trauma medula spinalis akan mengakibatkan gangguan secara komplit ataupun inkomplit dari fungsi utamanya seperti fungsi motorik, sensoris, autonom, dan refleks yang signifikan. Trauma Medula Spinalis • Prinsip terapi obat: meningkatkan fungsi motor dan sensori pasien. • Terapi obat: – Golongan glukokortikoid, mengurangi efek sekunder dari cedera tulang belakang akut. Penelitian telah menunjukkan peningkatan yang terbatas tetapi signifikan dalam hasil neurologis pasien yang dirawat dalam waktu 8 jam setelah cedera. Contoh: Metilprednisolon – Pregabalin, untuk mengatasi nyeri neuropatik. Terimakasih