FDII-3
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengtahuan Alam
Universitas Udayana
2017
I Tujuan
II Dasar Teori
Pada umunya rangkaian dari sebuah alat listrik terdiri dari banyaknya jenis
komponen yang terangkai secara tidak sederhana akan tetapi untuk
mempermudah mempelajarinya biasanya jenis rangkaian itu biasanya
dikelompokkan menjadi rangkaian seri dan parallel, resistor adalah komponen
dasar elektronika yang digunakan untuk mengatur jumlah arus yang mengalir
dalam suatu rangkaian resistor bersifat resitif dan umumnya terbuat dari karbon,
satuan resistansi dari suatu resistor disebut ohm, pada pemasangan resistor dibagi
menjadi 2 bagian yaitu pemasangan seri dan parallel (Yasmarianto,2012).
Pada rangkaian seri kedua resistor haruslah membaca arus yang sama,
sehingga dalam hukum ohm jika resistor harus dijumlahkan untuk mendapat
rangkaian total pada rangkaian serijuga merupakan jumlah-jumlah dari hambatan
yang dipasang secara seri, sedangkan pada resistor parallel, berlaku hukum
kirchoff yang menyatakan bahwa I masuk sama dengan I keluar pada rangkaian,
dengan menggunakan hukum kirchoff, I total yang mengalir pada rangkaian
adalah penjumlahan I. sedangkan untuk tegangan yang jatuh pada kedua resistor
adalah sama besar (Oktafiana,2014).
R = V/I (2.1)
Dimana R adalah hambatan dengan satuan ohm dan V adalah tegangan dengan
satuan volt (V) dan I adalah arus dengan satuan Ampere(A), hubungan antara
hambatan, tegangan, dan arus telah diselidiki oleh George ohm. Hasil
penyelidikannya tersebutmenghasilkan hukum yang menyatakan “Kuat Arus
yang melewati suatu piranti selalu berbanding lurus dengan beda potensialnya”
(Giancolli,2001).
2.1 Arus
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan
waktu, muatan listrik yang mengalir melalui kabel atau pengantar listrik
lainnya, persamaan arus listrik dapat ditulis sebagai berikut:
I= V/R (2.2)
Dimana I adalah arus dengan satuan Ampere (A), V adalah tegangan beda
potensial dengan satuan volt (V), dan R adalah hambatan dengan satuan ohm
(Giancolli,2001).
2.2 Tegangan
Tegangan listrik adalah perbedaan potensial listrik antara dua titik dala
rangkian listrik, dinyatakan dalam satuan volt, besaran ini mengukur energy
potensial sebuah medan listrik untuk menyebabkan aliran listrik dalam
sebuah konduktor listrik,persamaan tegangan listrik dapat dituliskan sebagai
berikut:
V = I.R (2.3)
Dimana V adalah tegangan dengan satuan volt(V), dan I adalah arus listrik
dengan satuan Ampere (A) dan R adalah hambatan dengan satuan ohm
(Giancolli,2001).
Rs = R1 + R2 + R3 +………..+ Rn (2.4)
1. Amperemeter
2. Voltmeter
3. Sumber Arus
4. Rangkaian listrik sederhana
5. Kabel jumper
6. Multimeter
IV Prosedur percobaan
V Data Pengamatan
VI Analisis data
6.1. Ralat
6.1.1. Rangkaian seri
6.1.1.1. Ralat Arus pada hambatan I
No I (A) I̅ (A) ̅ (A)
(I-I) ̅ 2 (A)2
(I-I)
1 0,8 x 10-3 0,79 x 10-3 0,01 x 10-3 0,01 x 10-8
2 0,8 x 10-3 0,79 x 10-3 0,01 x 10-3 0,01 x 10-8
3 0,8 x 10-3 0,79 x 10-3 -0,01 x 10-3 0,01 x 10-8
∑(I-I̅ )2= 0,03 x 10-
8
∑(𝐼 − 𝐼 )̅ 2
∆𝐼 = √
𝑛 (𝑛 − 1)
0,03 𝑥 10−8
= √
3(3 − 1)
= 0,07 x 10-4 A
∆I
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
I̅
0,07 𝑥 10−4
= 𝑥 100%
0,79 𝑥 10−3
= 0,89%
= 100% - 0,89%
= 99,11%
∑(𝐼 − 𝐼 )̅ 2
∆𝐼 = √
𝑛 (𝑛 − 1)
0,08 𝑥 10−8
= √
3(3 − 1)
= 0,1 x 10-4 A
∆I
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
I̅
0,1 𝑥 10−4
= 𝑥 100% = 1,25%
0,8 𝑥 10−3
= 100% - 1,25%
= 98,75%
∑(𝐼 − 𝐼 )̅ 2
∆𝐼 = √
𝑛 (𝑛 − 1)
0,08 𝑥 10−8
= √
3(3 − 1)
= 0,1 x 10-4 A
∆I
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
I̅
0,1 𝑥 10−4
= 𝑥 100% = 1,28%
0,78 𝑥 10−3
= 100% - 1,28%
= 98,72%
1
∆𝑉 = x1
2
= 0,5
(V ± ∆V) = (1 ± 0,5) V
∆𝑉
Ralat Nisbi = x 100%
𝑉
0,5
= x 100%
1
= 50%
= 100% - 50%
= 50%
1
∆𝑉 = x1
2
= 0,5
(V ± ∆V) = (1 ± 0,5) V
∆𝑉
Ralat Nisbi = x 100%
𝑉
0,5
= x 100%
1
= 50%
Ralat Kebenaran = 100% - Ralat nisbi
= 100% - 50%
= 50
No V(V) ̅ (A)
V ̅(A)
(V-V (V-𝑉̅ )2 (V)2
1 1,8 1,9 -0,1 0,01
2 1,9 1,9 0 0
3 2 1,9 0,1 0,01
̅ )2= 0,02
∑(V-V
∑(V − V̅ )2
∆V = √
n (n − 1)
0,02
= √
3(3 − 1)
= 0,06 V
∆V
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
V
0,06
= 𝑥 100%
1,9
= 3,16%
= 100% - 3,16%
= 96,84%
6.1.2. Rangkaian Parallel
6.1.2.1. Ralat arus pada hambatan I
∑(𝐼 − 𝐼 )̅ 2
∆𝐼 = √
𝑛 (𝑛 − 1)
0,0067 𝑥 10−6
= √
3(3 − 1)
= 0,03 x 10-3 A
∆I
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
I̅
0,09 𝑥 10−3
= 𝑥 100%
0,0067 𝑥 10−3
= 3,96%
= 100% - 3,96%
= 96,04%
∑(𝐼 − 𝐼 )̅ 2
∆𝐼 = √
𝑛 (𝑛 − 1)
0,0467 𝑥 10−6
= √
3(3 − 1)
= 0,09 x 10-3 A
∆I
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
I̅
0,09 𝑥 10−3
= 𝑥 100% = 1,2
0,0467 𝑥 10−3
= 100% - 1,2%
= 98,8%
0,0131 𝑥 10−6
= √
3(3 − 1)
= 0,047 x 10-3 A
∆I
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
I̅
0,047 𝑥 10−3
= 𝑥 100% = 0,65%
7,25 𝑥 10−3
= 100% - 0,65%
= 99,35%
No V(V) ̅ (A)
V ̅(A)
(V-V (V-𝑉̅ )2 (V)2
1 3,6 3,57 0,03 0,0009
2 3,5 3,57 -0,02 0,0004
3 3,6 3,57 0,03 0,0009
̅ )2= 0,0022 V2
∑(V-V
∑(𝑉 − 𝑉̅ )2
∆𝑉 = √
𝑛 (𝑛 − 1)
0,0022
= √
3(3 − 1)
= 0,03 V
∆V
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
V
0,03
= 𝑥 100%
3,57
= 0,84%
= 100% - 0,84%
= 99,16%
No V(V) ̅ (A)
V ̅(A)
(V-V (V-𝑉̅ )2 (V)2
1 3,4 3,5 -0,1 0,01
2 3,5 3,5 0 0
3 3,6 3,5 0,1 0,01
̅ )2= 0,02 V2
∑(V-V
∑(𝑉 − 𝑉̅ )2
∆𝑉 = √
𝑛 (𝑛 − 1)
0,02
= √
3(3 − 1)
= 0,06 V
( V ± ∆V) = (3,5 ± 0,06) V
∆V
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
V
0,06
= 𝑥 100%
3,5
= 1,71%
= 100% - 1,71%
= 98,29%
No V(V) ̅ (A)
V ̅(A)
(V-V (V-𝑉̅ )2 (V)2
1 2 2,07 -0,07 0,0049
2 2 2,07 -0,07 0,0049
3 2,2 2,07 0,13 0,0169
̅ )2= 0,0267 V2
∑(V-V
∑(𝑉 − 𝑉̅ )2
∆𝑉 = √
𝑛 (𝑛 − 1)
0,0267
= √
3(3 − 1)
= 0,07 V
∆V
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
V
0,07
= 𝑥 100% = 3,38%
2,07
= 100% - 3,38%
= 96,62%
6.2. Perhitungan
6.2.1. Rangkaian seri
6.2.1.1. Hambatan I
V
R=
I
(V ± ∆V)
R=
(I ± ∆I)
(1 ± 0,05)
R=
(0,79 x 10−3 ± 0,07 x 10−4 )
R = (1265,82 ± 1265,82(0,51))
R = ( 165,82 ± 645,56 )Ω
∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R
645,56
= x 100%
1265,82
= 50,99%
= 100% - 50,99%
= 50,99%
6.2.1.2. Hambatan II
V
R=
I
(V ± ∆V)
R=
(I ± ∆I)
(1 ± 0,05)
R=
(0,8 x 10−3 ± 0,1 x 10−4 )
R = (1250 ± 1250(0,5125))
R = (1250 ± 640,625)Ω
∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R
640,625
= x 100%
1250
= 51,25%
= 100% - 51,25%
= 48,75%
(V ± ∆V)
R=
(I ± ∆I)
(1,9 ± 0,06)
R=
(0,78 x 10−3 ± 0,1 x 10−4 )
1,9 1,9
R= ( ) ± ( )
(0,78 x 10−3 (0,78 x 10−3
0,06 0,1 x 10−4
( + )
1,9 0,78 x 10−3
R = (2435,89 ± 2435,89(0,044))
R = (1250 ± 107,18)Ω
∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R
107,18
= x 100%
2435,89
= 4,4%
= 100% - 4,4%
= 95,6%
V
R=
I
(V ± ∆V)
R=
(I ± ∆I)
(3,57 ± 0,03)
R=
(7,57 x 10−3 ± 0,03 x 10−3 )
3,57 3,57
R= ( ) ± ( )
(7,57 x 10−3 (7,57 x 10−3
0,03 0,03 x 10−3
( + )
3,57 (7,57 x 10−3
R = (471,59 ± 471,59(0,012))
R = (471,59 ± 5,65)Ω
∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R
5,65
= x 100%
471,59
= 1,19%%
6.2.2.2. Hambatan II
V
R=
I
(V ± ∆V)
R=
(I ± ∆I)
(3,5 ± 0,06)
R=
(7,47 x 10−3 ± 0,09 x 10−3 )
R = (468,54 ± 468,54(0,029))
R = (468,54 ± 13,67)
∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R
13,67
= x 100%
468,54
=2,91%
Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi
= 100% - 2,91%
= 97,09%
V
R=
I
(V ± ∆V)
R=
(I ± ∆I)
(2,07 ± 0,07)
R=
(7,25 x 10−3 ± 0,047 x 10−3 )
2,07 2,07
R= ( −3
) ± ( )
7,25 x 10 7,25 x 10−3
0,07 0,047 x 10−3
( + )
2,07 7,25 x 10−3
R = (285,51 ± 11,5))
R = (285,51 ± 11,5)
∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R
11,5
= x 100%
285,51
= 4,02%
6.3. Evaluasi
6.3.1. Grafik rangkaian seri
6.3.1.1. Grafik pada hambatan I
2.0
1.5
tegangan (Volt)
1.0
0.5
0.0
0,00078 0,0008
arus (ampere)
Col 1 vs Col 2
6.3.1.2. Grafik pada hambatan II
2.0
1.5
tegangan (volt)
1.0
0.5
0.0
0,00078 0,0008 0,00082
arus (ampere)
Col 1 vs Col 2
6.3.1.3. Grafik pada hamabatan III
2.05
2.00
1.95
tegangan (volt)
1.90
1.85
1.80
1.75
0,00076 0,00078 0,0008
arus (ampere)
Col 1 vs Col 2
1−1
=
0,8 𝑥 10−3 − 0,78 𝑥 10−3
0
=
0,02 𝑥 103
=0
0
=
0,02 𝑥 103
=0
1,9 − 1,8
=
0,78 𝑥 10−3 − 0,76 𝑥 10−3
0,1
=
0,02 𝑥 103
= 5000
= (4951,71 ± 4951,71(0,14))
= (4951 ± 693,24) Ω
∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R
693,24
= x 100%
4951
= 14%
= 100% - 14%
= 86%
6.3.4. Grafik pada rangkaian parallel
6.3.4.1. Grafik pada hambatan I
3.62
3.60
3.58
tegangan (volt)
3.56
3.54
3.52
3.50
3.48
0,0075 0,0076
arus (ampere)
Col 1 vs Col 2
6.3.4.2. Grafik pada hambatan II
3.65
3.60
3.55
tegangan (volt)
3.50
3.45
3.40
3.35
0,0073 0,0075 0,0076
arus (ampere)
Col 1 vs Col 2
6.3.4.3. Grafik pada hambatan III
2.25
2.20
2.15
tegangan (volt)
2.10
2.05
2.00
1.95
0,00716 0,0073
arus (ampere)
Col 1 vs Col 2
3,6 − 3,5
=
7,6 𝑥 10−3 − 7,5𝑥 10−3
0,1
=
0,1 𝑥 103
= 1000
6.3.5.2. Gradient pada hambatan II
∆𝑌 𝑌2 − 𝑌1
=
∆𝑋 𝑋2 − 𝑋1
3,5 − 3,4
=
7,5 𝑥 10−3 − 7,3 𝑥 10−3
0,1
=
0,2 𝑥 103
= 5000
2−2
=
7,3 𝑥 10−3 − 7,16 𝑥 10−3
0
=
0,14 𝑥 103
=0
1 1 1 1
= + +
𝑅𝑝 𝑅1 𝑅2 𝑅3
1 1 1 1
= + +
𝑅𝑝 (4 ± 5,65) (468,54 ± 13,67 ) (285,51 ± 11,5 )
(468,54 ± 13,67) (285,51 ± 11,5) +
(471,59 ± 5,65)(285,51 ± 11,5) +
1 (468,54 ± 13,67) (471 ± 5,65)
=
𝑅𝑝 (471,59 ± 5,65) (468,54 ± 13,67 )(285,51 ± 11,5 )
13,67 11,5
(285,51)(471,59) ± (285,51)(471,59) ( + )+
468,54 285,51
5,65 11,5
(471,59)(285,51) ± (471,59)(285,51) ( + )
471,59 285,51
5,65 13,67
1 +(468,54)(471,59) ± (468,54) (471,59) ( + )
471,59 468,54
=
𝑅𝑝 (471,59)(468,54)(285,51) ± (471,59)(468,54)
5,65 13,67 11,5
(285,51) ( + + )
471,59 468,54 285,51
1 (489370,7 ± 83193,02)
=
𝑅𝑝 (63085940,9 ± 5046875,3)
63065940,9 63065940,9
(𝑅𝑝 ± ∆𝑅𝑝 ) = ( ) ± ( )
489370,7 489370,7
83193,02 5046875,3
( + )
489370,7 63085940,9
VII Pembahasan
VIII Kesimpulan
1. Hukum ohm menyatakan bahwa kuat arus listrik (I) sebanding dengan
beda potensial yang diberikan dan berbanding terbalik dengan hambatan
rangkaian (R)
2. a. setelah dilakukannya perhitungan, maka diperoleh hambatan ekivalen
rangkaian seri sebesar: (4951,57 ± 693,24) ohm dengan ralat nisbi
sebesar: 14% dan ralat kebenaran sebesar: 86%
b. kemudian pada rangkaian parallel diperoleh hambatan ekivalen
rangkaian parallel sebesar (128,9 ± 32,2) ohm dengan ralat nisbi sebesar
25% dan ralat kebenaran sebesar 75%
Daftar Pustaka