Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

RANGKAIAN SERI, PARALLEL, HUKUM OHM

FDII-3

Nama : I Komang Wahyu Surya Permana


NIM : 1608521001
Nama Dosen : 1. Ida Bagus Made Suryatika, S.Si, M.Si
2. Ni Komang Tri Suandayani, S.Si, M.Si
Asisten Dosen : 1. Erwin Jayadi
2. Ni Made Wedayani
3. Made Dwi Artawan
4. I Gede Windrawan
5. Ni Wayan Dewi Mahayani
6. I Kadek Giri Nata

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengtahuan Alam
Universitas Udayana
2017
I Tujuan

1. Memahami rangkaian listrik dan rangkaian Paralel


2. Menetukan hambatan listrik ekivalen untuk rangkaian seri dan parallel

II Dasar Teori

Pada umunya rangkaian dari sebuah alat listrik terdiri dari banyaknya jenis
komponen yang terangkai secara tidak sederhana akan tetapi untuk
mempermudah mempelajarinya biasanya jenis rangkaian itu biasanya
dikelompokkan menjadi rangkaian seri dan parallel, resistor adalah komponen
dasar elektronika yang digunakan untuk mengatur jumlah arus yang mengalir
dalam suatu rangkaian resistor bersifat resitif dan umumnya terbuat dari karbon,
satuan resistansi dari suatu resistor disebut ohm, pada pemasangan resistor dibagi
menjadi 2 bagian yaitu pemasangan seri dan parallel (Yasmarianto,2012).

Pada rangkaian seri kedua resistor haruslah membaca arus yang sama,
sehingga dalam hukum ohm jika resistor harus dijumlahkan untuk mendapat
rangkaian total pada rangkaian serijuga merupakan jumlah-jumlah dari hambatan
yang dipasang secara seri, sedangkan pada resistor parallel, berlaku hukum
kirchoff yang menyatakan bahwa I masuk sama dengan I keluar pada rangkaian,
dengan menggunakan hukum kirchoff, I total yang mengalir pada rangkaian
adalah penjumlahan I. sedangkan untuk tegangan yang jatuh pada kedua resistor
adalah sama besar (Oktafiana,2014).

Hambatan listrik sutau pengantar atau suatu peranti listrik didefinisikan


sebagai nisbah/rasio beda potensial yang dipasang pada ujung-ujung pengantar
atau piranti listrik itu. Jadi untuk menetukan hambatan dilakukan dengan
memasang terminal-terminal piranti listrik pada beda porensial, kuat arus yang
mengalir pada piranti tersebut, hambatan listrik dapat didefinisikan sebagai
berikut

R = V/I (2.1)
Dimana R adalah hambatan dengan satuan ohm dan V adalah tegangan dengan
satuan volt (V) dan I adalah arus dengan satuan Ampere(A), hubungan antara
hambatan, tegangan, dan arus telah diselidiki oleh George ohm. Hasil
penyelidikannya tersebutmenghasilkan hukum yang menyatakan “Kuat Arus
yang melewati suatu piranti selalu berbanding lurus dengan beda potensialnya”
(Giancolli,2001).

2.1 Arus
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan
waktu, muatan listrik yang mengalir melalui kabel atau pengantar listrik
lainnya, persamaan arus listrik dapat ditulis sebagai berikut:
I= V/R (2.2)

Dimana I adalah arus dengan satuan Ampere (A), V adalah tegangan beda
potensial dengan satuan volt (V), dan R adalah hambatan dengan satuan ohm
(Giancolli,2001).

2.2 Tegangan
Tegangan listrik adalah perbedaan potensial listrik antara dua titik dala
rangkian listrik, dinyatakan dalam satuan volt, besaran ini mengukur energy
potensial sebuah medan listrik untuk menyebabkan aliran listrik dalam
sebuah konduktor listrik,persamaan tegangan listrik dapat dituliskan sebagai
berikut:

V = I.R (2.3)

Dimana V adalah tegangan dengan satuan volt(V), dan I adalah arus listrik
dengan satuan Ampere (A) dan R adalah hambatan dengan satuan ohm
(Giancolli,2001).

2.3 Rangkaian seri


Rangkaian seri terdiri 2 atau lebih beban listrik yang dihubungkan kesatuan
daya lewat satu rangkian, rangkian seri dapat berisi banyak beban listrik
dalam satu rangkian, dua buah elemen berada dalam susunan seri jika
mereka hanya memiliki sebuah titik utama yang tidak terhubung menuju
elemen pembawa arus dalam suatu rangkain. Karena semua elemen disusun
secara seri, maka rangkaian tersebut disebut rangkian seri. Dalam rangkaian
seri arus yang lewat sama besar pada masing-masing elemen yang tersusun
secara seri, apabila beberpa resistansi dihubungkan secara seri, maka
resistansi totalnya sebagai berikut:

Rs = R1 + R2 + R3 +………..+ Rn (2.4)

Gambar 2.1 rangkaian seri (Rosyid,2014)

Sifat-sifat rangkaian seri adalah sebagai berikut:

1. Arus yang mengalir pada masing beban adalah sama


2. Tegangan sumber akan dibagi dengan jumlah tahan seri jika besar
tahanan sama jumlah penurunan tegangan dalam rangkaian seri dari
masing-masing tahan seri adalah sama dengan tegangan total sumber
tegangan
3. Banyak beban listrik yang dihubungkan dalam rangkaian seri, tahanan
total rangkian menyebabkan naiknya penurunan arus yang mengalir
dalam rangkaian, arus yang mengalir tergantung pada jumlah besar
tahanan beban dalam rangkaian
4. Jika salah salah satu beban atau bagian dari rangkaian tidak terhubung
atau putus, aliran arus terhenti (Halliday,1999).
2.4 Rangkaian Parallel
Rangkaian Parallel merupakan salah sattu yang memiliki lebih dari satu
bagian garis edar untuk mengalirkan arus, dalam kendaraan bermotor
sebagian besar beban listrik dihubungkan secara parallel, masing-masing
rangkaian dapat dihubug putuskan tanpa mempengaruhi rangkaian yang lain,
apabila salah satu komponen rusak komponen yang lain tetap berfungsi
sebagaimana mestinya, dan bila bebrapa resistansinya dihubungkan secara
parallel, maka resistansi totalnya sebagai berikut:

1/R = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 +……+1/Rn


(2.5)

Gambar 2.2 rangkaian parallel (Rosyid,2014)

Sifat dari rangkaian parallel adalah sebagai berikut:

1. Tegangan pada masing-masing beban listrik sama dengan tegangan


sumber
2. Masing-masing cabang dalam rangkaian parallel adalah rangkaian
individu
3. Sebagian besar rangkian tahanan dirangkai dalam rangkaian parallel
tahanan total mengecil oleh Karen itu arus total lebih besar
4. Jika salah satu cabang tahanan parallel terputus arus juga terputus hanya
pada rangkaian tersebut (Halidday,1999).
III Alat dan bahan

1. Amperemeter
2. Voltmeter
3. Sumber Arus
4. Rangkaian listrik sederhana
5. Kabel jumper
6. Multimeter

IV Prosedur percobaan

4.1 Rangkaian seri

Gambar 4.1 rangkaian seri (Sumadiyasa,2016)

Langkah pertama rangkai peralatan sebagaimana mestinya seperti


gambar 4.1 catat resistansi yang digunakan, kemudian hubungkan
rangkaian dengan sumber arus. Setelah itu atur alat pengatur arus pada
skala current DC dan atur pengukur tegangan pada skala voltage DC
setelah alat pengatur telah diatur hidupkan sumber arus sebesar 4 V
setelah itu catat tegangan yang dihasilkan, lakukan berulang kali sampai
diperoleh minimal 9I yang berbeda
4.2 Rangkaian Parallel

Gambar 4.2 rangkaian parallel (Sumadiyasa,2016)

Rangkai peralatan seperti pada gambar 4.2 catat hambatan/resistansi


yang digunakan setelah itu hubungkan rangkaian dengan sumber arus
setelah terhubung atur alat pengukur arus pada skala current DC
sedangkan alat pengukur tegangan pada skala voltage DC, setelah alat
diatur hidupkan sumber arus dengan besar arus 6V setelah itu catat
tegangan yang dihasilkan ulangi sampai mendapat 9 I yang berbeda

V Data Pengamatan

5.1 Data Percobaan Rangkaia Seri

No Hambatan Arus (A) Tegangan (V)


1 I 0,0008 1
2 I 0.0008 1
3 I 0,00078 1
4 II 0,00078 1
5 II 0,0008 1
6 II 0,00082 1
7 III 0,00078 1,8
8 III 0,0008 1,9
9 III 0,00076 2
5.2 Data Percobaan Rangkaian Parallel

No Hambatan Arus (A) Tegangan (V)


1 I 0,0076 1
2 I 0.0075 1
3 I 0,0076 1
4 II 0,0076 1
5 II 0,0075 1
6 II 0,0073 1
7 III 0,00716 1,8
8 III 0,0073 1,9
9 III 0,0073 2

VI Analisis data

6.1. Ralat
6.1.1. Rangkaian seri
6.1.1.1. Ralat Arus pada hambatan I
No I (A) I̅ (A) ̅ (A)
(I-I) ̅ 2 (A)2
(I-I)
1 0,8 x 10-3 0,79 x 10-3 0,01 x 10-3 0,01 x 10-8
2 0,8 x 10-3 0,79 x 10-3 0,01 x 10-3 0,01 x 10-8
3 0,8 x 10-3 0,79 x 10-3 -0,01 x 10-3 0,01 x 10-8
∑(I-I̅ )2= 0,03 x 10-
8

∑(𝐼 − 𝐼 )̅ 2
∆𝐼 = √
𝑛 (𝑛 − 1)

0,03 𝑥 10−8
= √
3(3 − 1)
= 0,07 x 10-4 A

( I̅ ± ∆I) = (0,79 x 10-3 ± 0,07 x 10-4) A

∆I
Ralat Nisbi = 𝑥 100%

0,07 𝑥 10−4
= 𝑥 100%
0,79 𝑥 10−3
= 0,89%

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 0,89%

= 99,11%

6.1.1.2. Ralat Arus Pada Hambatan II

No I (A) I̅ (A) ̅ (A)


(I-I) ̅ 2 (A)2
(I-I)
1 0,78 x 10-3 0,8 x 10-3 -0,02 x 10-3 0,04 x 10-8
2 0,8 x 10-3 0,8 x 10-3 0 0
3 0,82 x 10-3 0,8 x 10-3 0,02 x 10-3 0,04 x 10-8
∑(I-I̅ )2= 0,08 x 10-8

∑(𝐼 − 𝐼 )̅ 2
∆𝐼 = √
𝑛 (𝑛 − 1)

0,08 𝑥 10−8
= √
3(3 − 1)

= 0,1 x 10-4 A

( I̅ ± ∆I) = (0,8 x 10-3 ± 0,1 x 10-4) A

∆I
Ralat Nisbi = 𝑥 100%

0,1 𝑥 10−4
= 𝑥 100% = 1,25%
0,8 𝑥 10−3

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 1,25%

= 98,75%

6.1.1.3. Ralat Arus Pada Hambatan III

No I (A) I̅ (A) ̅ (A)


(I-I) ̅ 2 (A)2
(I-I)
1 0,78 x 10-3 0,78 x 10-3 0 0
2 0,8 x 10-3 0,78 x 10-3 0,02 x 10-3 0,04 x 10-8
3 0,76 x 10-3 0,78 x 10-3 -0,02 x 10-3 0,04 x 10-8
∑(I-I̅ )2= 0,08 x 10-8

∑(𝐼 − 𝐼 )̅ 2
∆𝐼 = √
𝑛 (𝑛 − 1)

0,08 𝑥 10−8
= √
3(3 − 1)

= 0,1 x 10-4 A

( I̅ ± ∆I) = (0,78 x 10-3 ± 0,1 x 10-4) A

∆I
Ralat Nisbi = 𝑥 100%

0,1 𝑥 10−4
= 𝑥 100% = 1,28%
0,78 𝑥 10−3

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 1,28%
= 98,72%

6.1.1.4. Ralat tegangan pada hambatan I


V= 1 V

1
∆𝑉 = x1
2

= 0,5

(V ± ∆V) = (1 ± 0,5) V

∆𝑉
Ralat Nisbi = x 100%
𝑉

0,5
= x 100%
1

= 50%

Ralat Kebenaran = 100% - Ralat nisbi

= 100% - 50%

= 50%

6.1.1.5. Ralat tegangan pada hambatan II


V= 1 V

1
∆𝑉 = x1
2

= 0,5
(V ± ∆V) = (1 ± 0,5) V
∆𝑉
Ralat Nisbi = x 100%
𝑉
0,5
= x 100%
1
= 50%
Ralat Kebenaran = 100% - Ralat nisbi
= 100% - 50%
= 50

6.1.1.6. Ralat tegangan pada hambatan III

No V(V) ̅ (A)
V ̅(A)
(V-V (V-𝑉̅ )2 (V)2
1 1,8 1,9 -0,1 0,01
2 1,9 1,9 0 0
3 2 1,9 0,1 0,01
̅ )2= 0,02
∑(V-V

∑(V − V̅ )2
∆V = √
n (n − 1)

0,02
= √
3(3 − 1)

= 0,06 V

( V ± ∆V) = (1,9 ± 0,06) V

∆V
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
V

0,06
= 𝑥 100%
1,9

= 3,16%

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 3,16%

= 96,84%
6.1.2. Rangkaian Parallel
6.1.2.1. Ralat arus pada hambatan I

No I (A) I̅ (A) ̅ (A)


(I-I) ̅ 2 (A)2
(I-I)
1 7,6 x 10-3 7,57 x 10-3 0,03 x 10-3 0,0009 x 10-6
2 7,5 x 10-3 7,57 x 10-3 -0,07 x 10-3 0,0049 x 10-6
3 7,6 x 10-3 7,57 x 10-3 0,03 x 10-3 0,0009 x 10-6
∑(I-I̅ )2= 0,0067 x 10-6 A2

∑(𝐼 − 𝐼 )̅ 2
∆𝐼 = √
𝑛 (𝑛 − 1)

0,0067 𝑥 10−6
= √
3(3 − 1)

= 0,03 x 10-3 A

( I̅ ± ∆I) = (0,0067 x 10-3 ± 0,03 x 10-3) A

∆I
Ralat Nisbi = 𝑥 100%

0,09 𝑥 10−3
= 𝑥 100%
0,0067 𝑥 10−3

= 3,96%

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 3,96%

= 96,04%

6.1.2.2. Ralat arus pada hambatan II


No I (A) I̅ (A) ̅ (A)
(I-I) ̅ 2 (A)2
(I-I)
1 7,6 x 10-3 7,47 x 10-3 0,13 x 10-3 0,0169 x 10-6
2 7,5 x 10-3 7,47 x 10-3 0,03 x 10-3 0,0009 x 10-6
3 7,3 x 10-3 7,47 x 10-3 -0,17 x 10-3 0,0289 x 10-6
∑(I-I̅ )2= 0,0467 x 10-6 A2

∑(𝐼 − 𝐼 )̅ 2
∆𝐼 = √
𝑛 (𝑛 − 1)

0,0467 𝑥 10−6
= √
3(3 − 1)

= 0,09 x 10-3 A

( I̅ ± ∆I) = (0,0467 x 10-3 ± 0,09 x 10-3) A

∆I
Ralat Nisbi = 𝑥 100%

0,09 𝑥 10−3
= 𝑥 100% = 1,2
0,0467 𝑥 10−3

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 1,2%

= 98,8%

6.1.2.3. Ralat arus pada hambatan III

No I (A) I̅ (A) ̅ (A)


(I-I) ̅ 2 (A)2
(I-I)
1 7,16 x 10-3 7,25 x 10-3 -0,09 x 10-3 0,0081 x 10-6
2 7,3 x 10-3 7,25 x 10-3 0,05 x 10-3 0,0025 x 10-6
3 7,3 x 10-3 7,25 x 10-3 0,05 x 10-3 0,0025 x 10-6
∑(I-I̅ )2= 0,0131 x 10-6 A2
∑(𝐼 − 𝐼 )̅ 2
∆𝐼 = √
𝑛 (𝑛 − 1)

0,0131 𝑥 10−6
= √
3(3 − 1)

= 0,047 x 10-3 A

( I̅ ± ∆I) = (7,25 x 10-3 ± 0,047 x 10-3) A

∆I
Ralat Nisbi = 𝑥 100%

0,047 𝑥 10−3
= 𝑥 100% = 0,65%
7,25 𝑥 10−3

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 0,65%

= 99,35%

6.1.2.4. Ralat tegangan pada hambatan I

No V(V) ̅ (A)
V ̅(A)
(V-V (V-𝑉̅ )2 (V)2
1 3,6 3,57 0,03 0,0009
2 3,5 3,57 -0,02 0,0004
3 3,6 3,57 0,03 0,0009
̅ )2= 0,0022 V2
∑(V-V

∑(𝑉 − 𝑉̅ )2
∆𝑉 = √
𝑛 (𝑛 − 1)
0,0022
= √
3(3 − 1)

= 0,03 V

( V ± ∆V) = (3,57 ± 0,03) V

∆V
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
V

0,03
= 𝑥 100%
3,57

= 0,84%

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 0,84%

= 99,16%

6.1.2.5. Ralat tegangan pada hambatan II

No V(V) ̅ (A)
V ̅(A)
(V-V (V-𝑉̅ )2 (V)2
1 3,4 3,5 -0,1 0,01
2 3,5 3,5 0 0
3 3,6 3,5 0,1 0,01
̅ )2= 0,02 V2
∑(V-V

∑(𝑉 − 𝑉̅ )2
∆𝑉 = √
𝑛 (𝑛 − 1)

0,02
= √
3(3 − 1)

= 0,06 V
( V ± ∆V) = (3,5 ± 0,06) V

∆V
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
V

0,06
= 𝑥 100%
3,5

= 1,71%

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 1,71%

= 98,29%

6.1.2.6. Ralat tegangan pada hambatan III

No V(V) ̅ (A)
V ̅(A)
(V-V (V-𝑉̅ )2 (V)2
1 2 2,07 -0,07 0,0049
2 2 2,07 -0,07 0,0049
3 2,2 2,07 0,13 0,0169
̅ )2= 0,0267 V2
∑(V-V

∑(𝑉 − 𝑉̅ )2
∆𝑉 = √
𝑛 (𝑛 − 1)

0,0267
= √
3(3 − 1)

= 0,07 V

( V ± ∆V) = (2,07 ± 0,07) V

∆V
Ralat Nisbi = 𝑥 100%
V
0,07
= 𝑥 100% = 3,38%
2,07

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 3,38%

= 96,62%

6.2. Perhitungan
6.2.1. Rangkaian seri
6.2.1.1. Hambatan I

V
R=
I

(V ± ∆V)
R=
(I ± ∆I)

(1 ± 0,05)
R=
(0,79 x 10−3 ± 0,07 x 10−4 )

1 1 0,5 0,07 x 10−4


R= ( ) ± ( ) ( + )
0,79 x 10−3 0,79 x 10−3 1 0,79 x 10−3

R = (1265,82 ± 1265,82(0,51))

R = ( 165,82 ± 645,56 )Ω

∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R

645,56
= x 100%
1265,82

= 50,99%

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 50,99%
= 50,99%

6.2.1.2. Hambatan II

V
R=
I

(V ± ∆V)
R=
(I ± ∆I)

(1 ± 0,05)
R=
(0,8 x 10−3 ± 0,1 x 10−4 )

1 1 0,5 0,1 x 10−4


R= ( ) ± ( )( + )
0,8 x 10−3 0,8 x 10−3 1 0,8 x 10−3

R = (1250 ± 1250(0,5125))

R = (1250 ± 640,625)Ω

∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R

640,625
= x 100%
1250

= 51,25%

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 51,25%
= 48,75%

6.2.1.3. Hambatan III


V
R=
I

(V ± ∆V)
R=
(I ± ∆I)

(1,9 ± 0,06)
R=
(0,78 x 10−3 ± 0,1 x 10−4 )

1,9 1,9
R= ( ) ± ( )
(0,78 x 10−3 (0,78 x 10−3
0,06 0,1 x 10−4
( + )
1,9 0,78 x 10−3

R = (2435,89 ± 2435,89(0,044))

R = (1250 ± 107,18)Ω

∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R

107,18
= x 100%
2435,89

= 4,4%

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi

= 100% - 4,4%
= 95,6%

6.2.2. Rangkaian parallel


6.2.2.1. Hambatan I

V
R=
I

(V ± ∆V)
R=
(I ± ∆I)
(3,57 ± 0,03)
R=
(7,57 x 10−3 ± 0,03 x 10−3 )

3,57 3,57
R= ( ) ± ( )
(7,57 x 10−3 (7,57 x 10−3
0,03 0,03 x 10−3
( + )
3,57 (7,57 x 10−3

R = (471,59 ± 471,59(0,012))

R = (471,59 ± 5,65)Ω

∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R

5,65
= x 100%
471,59

= 1,19%%

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi


= 100% - 1,19%
= 98,81%

6.2.2.2. Hambatan II

V
R=
I

(V ± ∆V)
R=
(I ± ∆I)

(3,5 ± 0,06)
R=
(7,47 x 10−3 ± 0,09 x 10−3 )

3,5 3,5 0,06 0,09 x 10−3


R= ( ) ± ( ) ( + )
7,47 x 10−3 7,47 x 10−3 3,5 7,47 x 10−3

R = (468,54 ± 468,54(0,029))

R = (468,54 ± 13,67)
∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R

13,67
= x 100%
468,54

=2,91%
Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi
= 100% - 2,91%
= 97,09%

6.2.2.3. Hambatan III

V
R=
I

(V ± ∆V)
R=
(I ± ∆I)

(2,07 ± 0,07)
R=
(7,25 x 10−3 ± 0,047 x 10−3 )

2,07 2,07
R= ( −3
) ± ( )
7,25 x 10 7,25 x 10−3
0,07 0,047 x 10−3
( + )
2,07 7,25 x 10−3

R = (285,51 ± 11,5))

R = (285,51 ± 11,5)

∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R

11,5
= x 100%
285,51

= 4,02%

Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi


= 100% - 4,02%
= 95,98%

6.3. Evaluasi
6.3.1. Grafik rangkaian seri
6.3.1.1. Grafik pada hambatan I

2.0

1.5
tegangan (Volt)

1.0

0.5

0.0
0,00078 0,0008

arus (ampere)
Col 1 vs Col 2
6.3.1.2. Grafik pada hambatan II

2.0

1.5
tegangan (volt)

1.0

0.5

0.0
0,00078 0,0008 0,00082

arus (ampere)
Col 1 vs Col 2
6.3.1.3. Grafik pada hamabatan III

2.05

2.00

1.95
tegangan (volt)

1.90

1.85

1.80

1.75
0,00076 0,00078 0,0008

arus (ampere)
Col 1 vs Col 2

6.3.2. Gradien pada rangkaian seri


6.3.2.1. Gradien pada hambatan I
∆𝑌 𝑌2 − 𝑌1
=
∆𝑋 𝑋2 − 𝑋1

1−1
=
0,8 𝑥 10−3 − 0,78 𝑥 10−3

0
=
0,02 𝑥 103

=0

6.3.2.2. Gradien pada hambatan II


∆𝑌 𝑌2 − 𝑌1
=
∆𝑋 𝑋2 − 𝑋1
1−1
=
0,8 𝑥 10−3− 0,78 𝑥 10−3

0
=
0,02 𝑥 103

=0

6.3.2.3. Gradien pada hambatan III


∆𝑌 𝑌2 − 𝑌1
=
∆𝑋 𝑋2 − 𝑋1

1,9 − 1,8
=
0,78 𝑥 10−3 − 0,76 𝑥 10−3

0,1
=
0,02 𝑥 103

= 5000

6.3.3. Hambatan ekivalen rangkaian seri


R pengganti = ∑ Ri
∑R i = R1 + R 2 + R 3
= (R1 ± ∆R1 ) + (R 2 ± ∆R 2 ) + (R 3 ± ∆R 3 )
= (1265,82 ± 645,56) + (1250 ± 640,625) +
(243,89 ± 107,18)
= (1265,82 + 1250 + 2435,89)
± (1265,82 + 1250 + 2435,89)

645,56 640,625 107,18


( + + )
1265,82 1250 2435,89

= (4951,71 ± 4951,71(0,14))

= (4951 ± 693,24) Ω
∆R
Ralat Nisbi = x 100%
R
693,24
= x 100%
4951

= 14%

Ralat kebenaran = 100% - Ralat nisbi

= 100% - 14%

= 86%
6.3.4. Grafik pada rangkaian parallel
6.3.4.1. Grafik pada hambatan I

3.62

3.60

3.58
tegangan (volt)

3.56

3.54

3.52

3.50

3.48
0,0075 0,0076

arus (ampere)
Col 1 vs Col 2
6.3.4.2. Grafik pada hambatan II

3.65

3.60

3.55
tegangan (volt)

3.50

3.45

3.40

3.35
0,0073 0,0075 0,0076

arus (ampere)
Col 1 vs Col 2
6.3.4.3. Grafik pada hambatan III

2.25

2.20

2.15
tegangan (volt)

2.10

2.05

2.00

1.95
0,00716 0,0073

arus (ampere)
Col 1 vs Col 2

6.3.5. Gradient pada rangkaian parallel


6.3.5.1. gradien pada hambatan I
∆𝑌 𝑌2 − 𝑌1
=
∆𝑋 𝑋2 − 𝑋1

3,6 − 3,5
=
7,6 𝑥 10−3 − 7,5𝑥 10−3

0,1
=
0,1 𝑥 103

= 1000
6.3.5.2. Gradient pada hambatan II
∆𝑌 𝑌2 − 𝑌1
=
∆𝑋 𝑋2 − 𝑋1

3,5 − 3,4
=
7,5 𝑥 10−3 − 7,3 𝑥 10−3

0,1
=
0,2 𝑥 103

= 5000

6.3.5.3. Gradient pada hambatan III


∆𝑌 𝑌2 − 𝑌1
=
∆𝑋 𝑋2 − 𝑋1

2−2
=
7,3 𝑥 10−3 − 7,16 𝑥 10−3

0
=
0,14 𝑥 103

=0

6.3.6. Hambatan ekivalen pengganti rangkaian parallel


1 1
= ∑
𝑅𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑡𝑖 𝑅𝑖

1 1 1 1
= + +
𝑅𝑝 𝑅1 𝑅2 𝑅3

1 1 1 1
= + +
𝑅𝑝 (4 ± 5,65) (468,54 ± 13,67 ) (285,51 ± 11,5 )
(468,54 ± 13,67) (285,51 ± 11,5) +
(471,59 ± 5,65)(285,51 ± 11,5) +
1 (468,54 ± 13,67) (471 ± 5,65)
=
𝑅𝑝 (471,59 ± 5,65) (468,54 ± 13,67 )(285,51 ± 11,5 )

13,67 11,5
(285,51)(471,59) ± (285,51)(471,59) ( + )+
468,54 285,51
5,65 11,5
(471,59)(285,51) ± (471,59)(285,51) ( + )
471,59 285,51
5,65 13,67
1 +(468,54)(471,59) ± (468,54) (471,59) ( + )
471,59 468,54
=
𝑅𝑝 (471,59)(468,54)(285,51) ± (471,59)(468,54)
5,65 13,67 11,5
(285,51) ( + + )
471,59 468,54 285,51

(133768,2 ± 9363,8) + (134643 ± 6732,2) +


1 (220958,8 ± 1104,94)
=
𝑅𝑝 (63085940,9 ± 5046875,3)

(133768,2 + 134643,7 + 220958 ) ±


(133768,2 + 134643,7 + 220958 )
9363,8 6732,2 11047,94
1 (133768,2 + 134643,7 + 220958,8)
=
𝑅𝑝 (63085940,9 ± 5046875,3)

1 (489370,7 ± 83193,02)
=
𝑅𝑝 (63085940,9 ± 5046875,3)

63065940,9 63065940,9
(𝑅𝑝 ± ∆𝑅𝑝 ) = ( ) ± ( )
489370,7 489370,7
83193,02 5046875,3
( + )
489370,7 63085940,9

( 𝑅𝑝 ± ∆𝑅𝑝 ) = (128,9 ± 32,2) Ω


∆𝑅𝑝
Ralat Nisb𝑖 = 𝑥 100%
𝑅𝑝
32,2
= 𝑥 100%
128,9
= 25%
Ralat kebenaran = 100% - Ralat Nisbi
= 100% - 25%
= 75%

VII Pembahasan

Rangkaian dalam sebuah alat listrik terdiri dari banyak jenis


komponen yang terangkai secara tidak sederhana, resistor merupakan ranglaian
dasar elektronika resistor bersifat resistof dan umumnya terbuat dari karbon,
pada pemasangan resistor dibagi menjadi 2 bagian yaitu: pemasangan seri dan
parallel, pada rangkaian seri arus yang mengalir pada resistor bernilai sama
hambatan total pada rangkaian seri hambatan(jumlah) yang dipasang secara
seri, sedangkan pada resistor parallel berlaku hukum kirchoff yang menyatakan
bahwa I masuk = I keluar pada rangkaian

Rangkaian seri terdiri 2 atau lebih beban listrik yang dihubungkan


kesuatu daya lewat suatu rangkaian 2 buah elemen berada dalam susunan seri
jika mereka hanya memiliki sebuah titik utama yang tidak terhubung menuju
elemen pembawa arus dalam suatu jaringan. Sedangkan rangkaian parallel
merupakan salah satu yang memiliki lebih dari satu bagian garis edar untuk
mengaliri arus, masing-masing rangkaian dapat dihubung putuskan tanpa
mempengaruhi rangkaian yang lain.

Percobaan hukum ohm ini bertujuan untuk mempelajari rangkaian


seri, parallel, serta menetukkan hambatan ekivalen untuk rangakain seri dan
rangkaian parallel, pada praktikum ini menggunakan beberapa alat yaitu
diantaranya: multimeter, kabel penghubung, amperemeter, kabel jumper,
rangkaian listrik sederhana, amperemeterDC, voltmeter DC dan sumber arus.
Hubungan antara tegangan dan kuat arus berbanding lurus seperti yang terlihat
pada table hasil percobaan, jika tegangan bertambah maka kuat arus juga
bertambah baik itu rangkaian seri maupun rangkaian parallel, pada hambatan I
dan II, posisi voltmeter dan amperemeter dipindah hal ini yang menyebabkan
tidak adanya perbedaan tegangan anatar hambatan I dan Hambatan II.

Amperemeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kuat


arus listrik, pemakaian alat ukur ini dihubungkan kedalam rangkaian sehingga
terhubung secara seri dengan komponen yang akan dihitung kuat arusnya,
voltmeter adalah alat yang mengukur beda potensial antara 2 titik. Pemakaian
voltmeter dipasang parallel dengan komponen yang akan diukur beda
potensialnya. Percobaan pertama didapat I1 sebesar (0,00079 +- 0,000007) A
dengan ralat nisbi sebesar 0,89% dan ralat kebenaran sebesar 99,11% dan
tegangan pada hambatan pertama I sebesar (1 ± 0,5) V dengan ralat nisbi
sebesar 50% dan ralat kebenaran sebesar 50%, pada hambatan ketiga didapat I3
sebesar (0,00725 ± 0,000047) A dengan ralat nisbi sebesar: 0,65% dan ralat
kebenaran sebesar 99,35% dan tegangan pada hambatan ketiga sebesar (2,07 ±
0,07) V dengan ralat nisbi sebesar 3,38% dan ralat kebenaran sebesar: 96,62%.
Kemudian pada rangkaia parallel diperoleh arus pada hambatan pertama
sebesar: (0,00757 ± 0,00003) A dengan ralat nisbi sebesar: 3,96% dan ralat
kebenaran sebesar: 96,04%. Pada hambatan kedua diperoleh arus sebesar:
(0,00747 ± 0,00009) A dengan ralat nisbi sebesar: 1,2 % dan ralat kebenaran
sebesar: 98,8%. Pada hambatan ketiga diperoleh arus sebesar: (0,00725 ±
0,000047) A dengan ralat nisbi sebesar 0,65% dan ralat kebenaran sebesar:
99,35% kemudian pada hambatan pertama diperoleh tegangan sebesar: (3,57
± 0,019) V dengan ralat nisbi sebesar 0,53% dan ralat kebenaran sebesar
99,47% dan hambatan kedua diperoleh tegangan sebesar: (3,5 ± 0,06) V
dengan ralat nisbi sebesar: 1,71% dan ralat kebenaran sebesar: 98,29%, dan
hambatan ketiga diperoleh tegangan sebesar: (2,07 ± 0,07) V dengan ralat nisbi
sebesar 3,38% dan ralat kebenaran sebesar 96,62%.

Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada percobaan ini disebabkan oleh


beberapa faktor salah satunya adalah kurangnya ketelitian dalam pembacaan
alat ukur dan selain itu kuragnya pengetahuan praktikan terhadap apa yang akan
dipraktikumkan, selain itu saat melakukan pengambilan data dilakukan oleh
orang-orang yang berbeda. Itulah yang menyebabkan adanya variasi pada data
pengamatan yang diperoleh

VIII Kesimpulan

Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat disimpulkan:

1. Hukum ohm menyatakan bahwa kuat arus listrik (I) sebanding dengan
beda potensial yang diberikan dan berbanding terbalik dengan hambatan
rangkaian (R)
2. a. setelah dilakukannya perhitungan, maka diperoleh hambatan ekivalen
rangkaian seri sebesar: (4951,57 ± 693,24) ohm dengan ralat nisbi
sebesar: 14% dan ralat kebenaran sebesar: 86%
b. kemudian pada rangkaian parallel diperoleh hambatan ekivalen
rangkaian parallel sebesar (128,9 ± 32,2) ohm dengan ralat nisbi sebesar
25% dan ralat kebenaran sebesar 75%
Daftar Pustaka

Giancolli. 2001. Fisika Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga


Halliday,Resnick. 1999. Fisika Jilid 2 Edisi ke 3. Jakarta: Erlangga
Oktafiana. 2014. Eldas I Rangkaian Seri dan Parallel. http://physics-eldas-
rangkaian-seri-parallel.html [19-04-2017]
Sumadiyasa,made. 2016. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Jimbaran: Universitas
Udayana
Yasmarianto. 2012. Listrik Dinamik. http://yasmarianto.staff.gunadarma,ac,id/ [19-
04-2017]

Anda mungkin juga menyukai