Anda di halaman 1dari 5

Nama/ Nim: Nuansa Bela Paradita/ 22116028

Perencanaan Wilayah dan Kota


Takehome Ujian Akhir Semester
PL – 3152 Pembangunan Berkelanjutan (RA)

Soal: Dari pilihan-pilihan artikel pada folder, bangun dan tulislah pendapat
pribadi Anda dengan mendialogkan informasi yah terdapat pada artikel dengan
teori dan konsep pembangunan berkelanjutan yang telah Anda diskusikan
di kelas. Munculkan ide baru yang Anda susun berdasarkan buah pikiran Anda
tersebut.

Judul artikel: Pengakuan Wilayah Strategis Lindungi Masyarakat Adat

Kearifan lokal merupakan kebijakan manusia dan komunitas dengan bersandar


pada filosofi, nilai-nilai, etika, cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional
untuk mengelola sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya budaya
secara berkelanjutan (Mawardi, Ikhwanuddin: 2012). Namun yang terjadi saat ini nilai
nilai dan pengetahuan tentang kearifan lokal sudah hampir punah seiring dengan
tuntutan zaman dan perubahan paradigma yang terjadi sebagai akibat dari
perkembangan teknologi dan proses globalisasi. Hal tersebut tentu berpengaruh
terhadap cara masyarakat mengelola lingkungannya. Dalam kaitannya dengan kearifan
lokal, salah satu tantangan pada era globalisasi adalah pemanfaatan sumber daya alam
yang berkesinambungan. Pemanfaatan sumber daya alam menjadi salah satu modal
dari proses pembangunan daerah. Pembangunan daerah akan sustainable
(berkelanjutan) jika sumber sumber pertumbuhan terjaga sepanjang waktu. Upaya
pemerintah melalui pengenaan tarif pajak dan pemberlakuan mekanisme amdal sebagai
salah satu syarat untuk menjaga lingkungan dari eksploitasi sumber daya alam
dianggap belum cukup untuk menyelaraskan pemanfaatan sumber daya alam dan
pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
Peran serta masyarakat adat, berperan signifikan dalam pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan. Keterlibatan masyarakat adat
juga membuat nilai-nilai sosial budaya, ekonomi dan ekologi lokal yang menjadi
elemen penting pelestarian hutan dan alam berjalan beriringan dan bukan menutup
akses masyarakat adat terhadap hutan mereka. Justru, masyarakat adat dapat dijadikan
contoh bagaimana seharusnya kita sebagai manusia menjaga lingkungan disekitar kita.
Mereka memiliki keterikatan langsung yang kuat terhadap lingkungannya karena hal
tersebut menyangkut keberlanjutan kehidupan mereka. Masyarakat adat juga terikat
pada pengetahuan asli dan hukum adat yang mengatur mengenai bagaimana
memelihara dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar mereka. Hal ini
dapat dikarenakan tradisi (invented tradition) menanamkan nilai-nilai dan norma-
norma perilaku tertentu secara otomatis berimplikasi pada adanya kesinambungan
dengan masa lalu yang dikaitkan dengan pertumbuhan pembangunan yang
berkelanjutan. Peran lain keariafan lokal dalam mendukung pembangunan
berkelanjutan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mencegah
pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan atau eksploitasi sumber daya.
Kesadaran masyarakat untuk menjaga wilayah mereka lewat hukum adat, sudah
banyak memberikan manfaat bagi masyarakat adat secara langsung di berbagai wilayah
di Indonesia. Masyarakat adat memiliki kelembagaan adat yang mengatur interaksi
harmonis antara mereka dengan ekosistemnya. Komitmen dan sinergitas dari seluruh
kekuatan sosial masyarakat sangat dibutuhkan untuk proses pembangunan yang selaras
dan melibatkan nilai-nilai kearifan lokal (Subejo dan Supriyanto: 2004 dalam Mawardi,
Ikhwanuddin: 2012).
Pengakuan kawasan dan tanah adat adalah salah satu langkah strategis
mengoptimalkan perlindungan pengetahuan tradisional yakni dengan melindungi tanah
dan wilayah milik masyarakat adat. Hal ini diperlukan untuk menjaga dan melestarikan
pengetahuan serta kearifan lokal yang ada pada kawasan adat tersebut. Dan secara tidak
langsung pengakuan kawasan dan tanah adat tersebut juga merupakan bentuk
pemeliharaan lingkungan dengan mengembalikan pemanfaatannya kepada masyarakat
adat yang akan mengatur interaksi yang harmonis dengan ekosistemnya.
Namun, dengan adanya pengakuan kawasan dan tanah adat bukan berarti
pemerintah lepas tangan dan membiarkan kawasan dan tanah adat tersebut berjalan
dengan sendirinya hingga terkesan diacuhkan. Dalam hal ini, pemerintah tetap
bertanggung jawab untuk memastikan masyarakat adat mendapatkan kehidupan yang
sejahtera melalui kelengkapan infrastruktur dasar dan infrastruktur penunjang
kehidupan masyarakat di kawasan. Dan juga, kita tidak bisa membiarkan kawasan dan
tanah adat tersebut mengalami ketertinggalan di era teknologi seperti saat ini.
Walaupun saat ini kemajuan teknologi dinilai sebagai penyebab lunturnya nilai nilai
kebudayaan di masyarakat. Nyatanya kemajuan teknologi tidak selamanya berdampak
negatif terhadap pelestarian kearifan lokal jika pemanfaatannya dilakukan dengan
menjunjung tinggi nilai nilai kebudayaan yang ada. Justru pada era modenisasi ini,
menutup diri sama sekali dari derasnya arus kemajuan teknologi hanya akan merugikan
kita sendiri. Oleh karena itu, letak tantangan sebenarnya adalah bagaimana
menyelaraskan kemajuan teknologi dengan pelestarian kearifan lokal sehingga
keduanya bisa berjalan beriringan sebagai satu kesatuan.
Upaya pemanfaatan teknologi dapat dikatakan sebagai salah satu langkah untuk
membantu meningkatkan ketajaman kearifan lokal. Salah satunya, pemanfaatan
teknologi yang digunakan dibidang kebencanaan. Kondisi alam mungkin dapat
dideteksi melalui pengetahuan yang didasarkan pada tanda tanda alam yang sudah
dipahami oleh masyarakat adat, namun tidak semua hal dapat didasarkan semata mata
hanya pada tanda tanda alam tersebut. Ada saat saat dimana kondisi alam yang
kompleks sehingga memerlukan penggunaan teknologi untuk membaca tanda tanda
alam, contohnya adalah penggunaan alat deteksi dini (early warning system). Melalui
teknologi ini, akan membantu masyarakat adat membaca tanda tanda alam dengan
lebih tepat dan akurat. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan teknologi tidak
sepenuhnya menggerus kearifan lokal yang hidup di masyarakat adat. Sebaliknya,
penerapan teknologi dapat mendukung dan mempertajam pengetahuan masyarakat
terkait kearifan lokalnya.
Memperkenalkan dan menanamkan penggunaan teknologi ini terhadap
masyarakat adat dapat dilakukan melalui pendekatan dari bawah (bottom up) dimana
masyarakat adat diberi kesempatan untuk menyalurkan aspirasinya sehingga
pemanfaatan teknologi yang diterapkan dapat sesuai dengan kondisi dan keadaan di
wilayah adat yang bersangkutan. Tentunya penerapan teknologi yang dilakukan
haruslah tetap mendukung pelestarian lingkungan. Dengan begitu, kehidupan
masyarakat adat dengan nilai nilai kebudayaannya akan terbantu dengan adanya
pemanfaatan teknologi yang tepat guna di wilayah dan tanah adat tersebut. Hal tersebut
membuat kita kembali pada hakikat awal penerapan teknologi yang sifatnya membantu
meringankan aktivitas manusia bukannya justru memudarkan pelestarian nilai nilai
kebudayaan dan merusak ekosistem lingkungan. Selain itu, pemanfaatan sumber daya
alam berbasis teknologi juga dapat dikembangkan mengingat sumber daya alam
tersebut merupakan salah satu penunjang ekonomi masyarakat. Terkait pengendalian
pemanfaatan sumber daya, masyarakat adat tentunya akan lebih berhati hati dalam
memanfaatkan sumber daya alam yang ada, karena hal tersebut berpengaruh pada
kelangsungan hidup mereka. Teknologi yang dimaksud dibutuhkan disini adalah
teknologi yang mampu meringkankan aktivitas masyarakat terkait dengan pemanfaatan
sumber daya alam dan bukannya teknologi yang digunakan untuk mengeksploitasi
sumber daya alam secara berlebihan dan justru menimbulkan kerusakan lingkungan
dikemudian hari. Kesimpulannya, penetapan kawasan dan tanah adat merupakan suatu
hal yang patut dilakukan guna melindungi dan melestarikan kearifan lokal dan nilai
nilai budaya yang terkandung di dalam suatu kawasan adat, hal tersebut akan
berdampak pada meningkatnya kualitas lingkungan yang terjaga dengan baik oleh
masyarakat adat. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat serta merta
melepaskan penerapan teknologi pada kawasan adat, hanya saja penerapan teknologi
yang dimaksud adalah teknologi yang memudahkan dan membantu aktivitas
masyarakat adat untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya dan bukan jenis teknologi
yang dapat mengeksploitasi keberadaan sumber daya alam di kawasan dan tanah adat
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Mawardi, I. (2012). Pemberdayaan Kearifan Lokal dalam Perpektif Pembangunan


Berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai