Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

DISKUSI REFLEKSI KASUS DALAM MENEJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

Kelas 16 D
Kelompok 1

1. Alfin Dwiky Muchlasin (16010146)


2. Dea Shinta Ramadhani (16010151)
3. Hasyim Asyari (16010167)
4. Ismiatul Maula (16010175)
5. Mifftah Khurokiffah (16010181)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad
SAW.

Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


“Diskusi Refleksi Kasus dalam Manajemen Keperawatan”, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas


kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangu.
Terimakasih.

Jember, 12 Desember 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................2
DAFTAR ISI ..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................5
1.4 Manfaat ..............................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Diskusi Refleksi Kasus ....................................................................6
2.2 Tujuan Diskusi Refleksi Kasus ..........................................................................6
2.3 Langkah-langkah Diskusi Refleksi Kasus .........................................................7
2.4 Persyaratan Diskusi Refleksi Kasus .................................................................10

BAB III KEGIATAN


3.1 Role Play ..............................................................................................................12

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..........................................................................................................18
4.2 Saran .....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Professionalisme perawat merupakan salah satu hal yang penting untuk


meningkatkan kinerja perawat. Depkes (2005) menjelaskan bahwapada tahun
2000 Direktorat Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan bekerja sama
dengan World Health Organization(WHO) mengembangkan suatu program
peningkatan professionalisme perawat yang dikenal dengan Sistem
Pengembangan Manajemen dan Kinerja Klinis (SPMKK) yang selanjutnya
berdasarkan Permenkes No.836/Menkes/SK-VI/2005 berubah menjadi
Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK), kegiatan Diskusi Refleksi Kasus
(DRK) merupakan salah satu bagian dari PMK.

Menurut Depkes (2005) Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah suatu


metode pembelajaran dalam bentuk kelompok diskusi untuk berbagi
pengalamanklinik yang didasarkan atas standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari
DRK adalah: 1) mengembangkan professionalisme, 2) meningkatkan aktualisasi
diri,3) membangkitkan motivasi belajar, 4) wahana untuk menyelesaikan
masalahyang mengacu pada standar yang telah ditetapkan, 5) belajar untuk
menghargai kolega agar lebih sabar, lebih banyak mendengarkan, tidak
menyalahkan, tidak memojokkan, dan meningkatkan keja sama.Langkah-langkah
kegiatan DRK terdiri dari:1) memilih/menetapkan kasus yang akan didiskusikan,
2) menyusun jadwal kegiatan, 3) waktu pelaksanaan, 4) peran masing-masing
personal dalam DRK, 5) penulisan laporan.

Penelitian terkait kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dipublikasikan


oleh Dube & Ducharme (2014)yang mengistilahkan kegiatan Diskusi
RefleksiKasus (DRK) dengan Reflective Practice (RP). Duffy (2007 dalam Dube
& Ducharme 2014) menjelaskan bahwa Reflective Practice (RP) merupakan
kegiatan pembelajaran dan pengembangan lewat pengkajian dari praktek
professional yang meliputi pengalaman, pemikiran, emosi, tindakan dan

4
pengetahuan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
dan sikap perawat terhadap asuhan keperawatan pada pasien lansia setelah
dilakukan kegiatan Reflective Practice (RP). Kegiatan ini dapat dilakukan salah
satunya dengan mendiskusikan tentang situasi klinik dalam suatu kelompok
belajar.

1.2 Rumusan Masalah Penulisan

1. Apa pengertian dari Diskusi Refleksi Kasus?


2. Apa tujuan dari Diskusi Refleksi Kasus?
3. Apa manfaat dari Diskusi Refleksi Kasus?
4. Bagaimana Langkah-langkah Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

a. Menjelaskan pengertian dari Diskusi Refleksi Kasus


b. Menjelaskan tujuan dari Diskusi Refleksi Kasus
c. Menjelaskan apa manfaat dari Diskusi Refleksi Kasus
d. Menjelaskan bagaimana langkah-langkah dalam kegiatan Diskusi Refleksi
Kasus

1.3.2 Tujuan khusus

a. Pembaca dapat mengerti dan memahami Pengertian, Tujan, Manfaat


Diskusi Refleksi Kasus dalam Manajemen keperawatan.
b. Perawat dapat mengerti dan memahami jelas bagaimana langkah-langkah
kegiatan Diskusi Refleksi Kasus.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diskusi Refleksi Kasus

Diskusi Refleksi Kasus adalah suatu metode pembelajaran dalam


merefleksikan pengalaman perawat dan bidan yang aktual dan menarik dalam
memberikan dan mengelola asuhan keperawatan dan kebidanan di lapangan
melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang
ditetapkan (Depkes/WHO/PMPK-UGM, 2006).

Diskusi refleksi kasus adalah suatu metoda dalam merefleksikan


pengalaman klinis perawat dan bidan dalam menerapkan standar dan uraian tugas.
Pengalaman klinis yang direfleksikan merupakan pengalaman aktual dan menarik
baik hal-hal yang merupakan keberhasilan maupun kegagalan dalam memberikan
pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan termasuk untuk menemukan masalah
dan menetapkan upaya penyelesaiannya missal dengan adanya rencana untuk
menyusun SOP baru. Diskusi Refleksi Kasus dilakukan secara terpisah antara
profesi perawat dan bidan minimal satu bulan sekali selama 60 menit. Tindak
lanjut DRK ini dapat berupa kegiatan penyusunan SOP-SOP baru sesuai dengan
masalah yang ditemukan.

2.2 Tujuan Diskusi Refleksi Kasus

Berdasarkan Modul Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK), 2009


tujuan dari DRK adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan profesionalisme perawat dan bidan


b. Meningkatkan aktualisasi diri
c. Membangkitkan motivasi belajar
d. Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan/kebidanan yang telah ditetapkan.

6
e. Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih banyak
mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak memojokkan dan meningkatkan
kerja sama.

2.3 Langkah-langkah Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus

Berdasarkan Modul Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK), 2009


langkah-langkah kegiatan DRK adalah sebagai berikut:

a. Memilih/Menetapkan Kasus Yang Akan Didiskusikan Topik-topik


bahasan yang ditetapkan untuk didiskusikan dalam DRK antara lain :
pengalaman pribadi perawat/atau bidan yang aktual dan menarik dalam
menangani kasus/pasien di lapangan baik di rumah sakit/puskesmas,
pengalaman dalam mengelola pelayanan keperawatan/kebidanan da issu-
issu strategis, pengalaman yang masih relevan untuk di bahas dan akan
memberikan informasi berharga untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Proses diskusi ini akan memberikan ruang dan waktu bagi setiap peserta
untuk merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta kemampuannya, dan
mengarahkan maupun meningkatkan pemahaman perawat/bidan terhadap
standar yang akan memacu mereka untuk melakukan kinerja yang
bermutu tinggi.
b. Menyusun Jadwal Kegiatan ,Jadwal kegiatan DRK adalah daftar kegiatan
yan harus dilaksanakan dalam kurun waktu yang ditetapkan dan
disepakati. Kegiatan DRK disepakati dalam kelompok kerja, baik di
puskesmas maupun di rumah sakit (tiap ruangan). Kegiatan DRK
dilakukan minimal satu kali dalam satu bulan dan sebaiknya jadwal
disusun untuk kegiatan satu tahun. Dengan demikian para peserta yang
telah ditetapkan akan mempunyai waktu yang cukup untuk
mempersiapkan. Setiap bulan ditetapkan dua orang yang bertugas sebagai
penyaji dan fasilitator/moderator selebihnya sebagai peserta demikian
seterusnya, sehingga seluruh anggota kelompok mempunyai kesempatan
yang sama yang berperan sebagai penyaji, fasilitator/moderator maupun
sebagai peserta. Peserta dalam satu kelompok diupayakan antara 5-8.

7
c. Waktu Pelaksanaan ,Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut minimal 60 menit, dengan perincian sebagai berikut :
1) Pembukaan : 5 menit
2) Penyajian : 15 menit
3) Tanya jawab : 30 menit
4) Penutup/rangkuman : 10 menit
d. Peran Masing-Masing Personal DRK
Kegiatan selama DRK ditetapkan aturan main yang harus dipatuhi
oleh semua peserta agar diskusi tersebut dapat terlaksana dengan tertib.
Ada 3 peran yang telah disepakati dan dipahami dalam DRK adalah
sebagai berikut:
1) Peran penyaji
Menyiapkan kasus klinis keperawatan/kebidanan yang pernah dialami
atau pernah terlibat didalamnya yang merupakan kasus menarik baik
kasus lalu maupun kasus-kasus saat serta kasus manajemen dan
pengalaman keberhasilan dalam pelayanan juga bisa, menjelaskan kasus
yang sudah disiapkan dengan alokasi waktu 10-20 menit, menyimak
pertanyaan yang disampaikan, memberikan jawaban sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman nyata yang telah dilakukan dan merujuk
pada standar yang relevan atau SOP yang berlaku serta mencatat hal- hal
yang penting selama DRK.
2) Peran peserta
Mengikuti kegiatan sampai selesai diakhiri dengan mengisi daftar hadir,
memberikan perhatian penuh selama kegiatan, mempunyai hak untuk
mengajukan pertanyaan/pernyataan minimal satu pertanyaan dengan
alokasi waktu keseluruhan 20-30 menit, dalam mengajukan pertanyaan
agar merujuk kepada standar, tidak dibenarkan untuk mengajukan
pertanyaan/pernyataan yang sifatnya menyalahkan atau memojokkan,
tidak dibenarkan untuk mendominasi pertanyaan, pertanyaan berupa
klarifikasi dan tidak bersifat menggurui.

8
3) Peran fasilitator/moderator
4) Mempersiapkan ruangan diskusi dengan mengatur posisi tempat duduk
dalam bentuk lingkaran, membuka pertemuan (mengucapkan selamat
datang, menyampaikan tujuan pertemuan, membuat komitmen bersama
dengan keseluruhan anggota tentang lamanya waktu diskusi (kontrak
waktu) dan menyampaikan tata tertib diskusi), mempersilahkan penyaji
untuk menyampaikan kasusnya selama 10-20 menit, memberikan
kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan secara bergilir
selama 30 menit, mengatur lalu lintas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh peserta dan klarifikasi bila ada yang tidak jelas, merangkum
hasil diskusi, melakukan refleksi terhadap proses diskusi dengan meminta
peserta untuk menyampaikan pendapat dan komentarnya tentang diskusi
tersebut, membuat kesimpulan hasil refleksi dan menyampaikan isu-isu
yang muncul, meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya,
menutup pertemuan dengan memberikan penghargaan kepada seluruh
peserta dan berjabat tangan dan membuat laporan hasil diskusi sesuai
dengan format dan menyimpan laporan DRK pada arsip yang telah
ditentukan bersama.
5) Laporan
Setelah melakukan kegiatan, langkah berikutnya adalah menyusun laporan
DRK. Agar kegiatan DRK dapat diketahui dan dibaca oleh pimpinan,
anggota kelompok maupun teman sejawat lainnya maka kegiatan tersebut
harus dicatat/didokumentasikan sebagai laporan. Bentuk laporan dikemas
dengan menggunakan suatu format yang antara lain berisikan :
a. Nama peserta yang hadir
b. Tanggal, tempat dan waktu pelaksanaan.
c. Isu-isu atau masalah yang muncul selama diskusi
d. Rencana tindak lanjut berdasarkan masalah, lampiran laporan
menyertakan daftar hadir yang ditandatangani oleh semua peserta.

9
2.4 Persyaratan DRK

Diskusi refleksi kasus berbeda dengan presentasi kasus karena DRK


mempunyai persyaratan-persyaratan khusus berdasarkan modul pelatihan
manajemen kinerja klinik (PMKK),2009 yaitu :

a. Suatu kelompok yang terdiri dari satu profesi yang beranggotakan 5-8
orang
b. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi
sebagai penyaji dan lainnya sebagai peserta.
c. Posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi serta (equal)
d. Kasus yang disajikan penyaji merupakan pengalaman klinis yang nyata
dan menarik
e. Posisi duduk sebaiknya melingkar agar setiap peserta dapat saling
bertatapan dan berkomunikasi secara bebas
f. Tidak boleh ada interupsi dan hanya ada satu orang saja yang berbicara
dalam satu saat dan peserta lain memperhatikan proses diskusi
g. Tidak diperkenakan ada dominasi, kritik yang dapat memojokan penyaji
atau peserta lain, serta dalam beragumentasi tidak boleh menggurui.
h. Membawa catatan diperbolehkan, namun tidak mengurangi perhatian
dalam berdiskusi
i. Diskusi refleksi kasus wajib dilakukan secara rutin, terencana dan
terjadwal dengan baik minimal satu bulan sekali dimana kelompok diskusi
berbagi pengalaman klinis dan IPTEK diantara sejawat selama satu jam
j. Selama diskusi setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan untuk
menyampaikan pendapat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sedemikian rupa, yang merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta
kemampuan masing-masing
k. Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-pihak yang
merasa tertekan atau terpojok, yang diharapkan terjadi justru sebaliknya
yaitu dukungan dan dorongan bagi setiap peserta agar terbiasa
menyampaikan pendapat mereka masing-masing

10
l. Diskusi refleksi kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk
memecahkan masalah, mrevisi standar, membuat standar ataupun
kesepakatan tindak lanjut agar standar dipatuhi.

11
BAB III

KEGIATAN

3.1 Role Play

Pasien dengan diagnose medis typhoid hari ke-5 demam masih naik turun dengan
hasil ttv 110/90 mmHg, HR 70 x/menit, RR 20x/menit, suhu 38,50C, hasil lab uji
widal masih positif. Pasien masih mengeluh mual dan muntah serta terlihat lemas.
Berdasarkan keadaan tersebut perawat melaksanakan DRK.

Perawat mengutarakan keadaan pasien dan meminta persetujuan untuk diadakan


DRK kepada ketua TIM

Perawat : Selamat Pagi Pak Trio

Ketua Tim : Selamat Pagi

Perawat : Pak, pasien kamar 10 bernama Nn S, pasien sudah 5 hari dirawat


dan demam masih naik turun, pasien juga masih tampak lemas,
hasil lab uji widal masih menunjukkan nilai positif. Pasien belum
menunjukkan adanya peningkatan yang berarti. Jadi saya
bermaksud untuk melakukan DRK terhadap Nn. S. Apakah Bapak
setuju?

Ketua Tim : Ya saya setuju. Bagaimana persiapannya dan kapan akan


dilakukan?

Perawat : Saya sudah menyiapkan tim yang bisa melakukan DRK. Sesuai
dengan jadwal yang ada, DRK dilakukan besok tanggal 31 Oktober
2017, untuk waktunya masih menunggu kesepakatan dengan TIM.

Ketua Tim : Baiklah silahkan dilanjutkan. Saya tunggu informasi selanjutnya.

Perawat : Baik pak, saya permisi dulu.

12
DRK dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2017 di ruang perawat pukul
13.00 WIB. DRK dihadiri seluruh anggota TIM.

(Di ruangperawat…)

Fasilitator : Selamat siang! Selamat datang di diskusi refleksi kasus yang


sudah rutin kita adakan setiap bulannya. Hari ini kita melakukan
refleksi kasus yang telah kita sepakati sebelumnya yaitu tentang
typhoid. Sebelumnya kita sepakati terlebih dahulu waktu diskusi
kita hari ini. Bagaimana kalau diskusi kita laksanakan selama 60
menit?

Peserta : Setuju..

Fasilitator : Baiklah seperti biasa, diharapkan semua peserta dapat mengikuti


diskusi dengan baik dan mengikuti perjalanan diskusi dengan aktif.
Untuk acara hariini, materi akan disajikan oleh X selama 15 menit,
dilanjutkan diskusi selama 30 menit. Kepada penyaji dipersilahkan
untuk menyampaikan materi.

Penyaji : Assalamualaikumwr. wb. Pada diskusi kali ini, kita akan


membahas tentang typhoid Nn S. Nn S sudah dirawat selama 5hari,
demam masih naik turun, mual muntah dan tampak lemas.

Typhoid adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri


salmonella typhi. Salmonella menginfeksi targetnya dengan berada
pada aliran darah dan usus.

Diagnosa keperawatan yang diambil adalah hipertermi dan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh. Dari diagnose tersebut intervensi
yang telah kita lakukan untuk hipertemi adalah

1. Observasi TTV untuk mengetahui keadaan umum pasien


2. Berikan kompres hangat untuk membantu menurunkan suhu
tubuh

13
3. Anjurkan minum banyak (1500-2000 cc) untuk mengganti
cairan tubuh yang menguap akibat hipertemi
4. Anjurkan pemakaian baju berbahan tipis dan menyerap
keringat untuk menjaga agar klien merasa nyaman dan
mengurangi penguapan tubuh.
5. Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian antipiretik dan
antibiotic untuk mengurangi panas dan infeksi.
Sedangkan intervensi untuk masalah nutrisi yaitu,
1. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang manfaat makanan
dan nutrisi untuk meningkatkan motivasi makan.
2. Berinutrisi dengan diet lunak, tidak mengandung banyak serat,
tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan
hidangkan saat masih hangat untuk meningkatkan asupan
makanan karena mudah ditelan.
3. Berikan makanan yang bervariasi agar pasien tidak merasa
bosan dan nafsu makan meningkat
4. Sajikan makanan dengan sedikit tapi sering untuk menghindari
mual dan muntah.
5. Anjurkan menjaga kebersihan mulut untuk menghilangkan rasa
tidak enak pada mulut dan meningkatkan nafsu makan
6. Kolaborasi dengan dokter pemberian antasida untuk
mengurangi rasa mual dan muntah

Dari apa yang telah kita lakukan sesuai intervensi yang ada, tetapi
pasien belum menunjukkan adanya peningkatan yang berarti.

Fasilitator : Baik, langsung saja, jika ada yang ingin disampaikan dari teman-
teman, silahkan untuk menyampaikan satu per satu.

Peserta 1 : Bagaimana demamnya pasien tersebut? Apakah demamnya


seluruh tubuh atau bagian atas saja atau bagaimana? Pasien dengan
demam yang tidak kunjung turun kita harus waspada dan hati-hati.
Apalagi pasiennya demamnya mulai dari leher keatas. Ketika
demam seperti itu, kita harus mengecek suhu di dahi. Jangan hanya

14
mengecek suhu di aksila saja. Di aksila hasilnya sudah tinggi, bias
saja di dah iitu lebih tinggi dengan criteria demam semacam itu.
Masalah yang bias timbul ketika kita tidak melakukan itu, panas
yang tinggi mulai dari leher keatas itu bias menyebabkan
penurunan kesadaran jika kita terlewatkan.

Peserta 2 : Ya, itubenar. Saya juga pernah menemukan pasien seprti itu.
Kemudian ketika pasien demam, sudah kah kita mengompres
dengan benar? Kompres yang benar adalah menggunakan air
hangat dan dikompres di lipatan-lipatan tubuh. Sebagian besar
keluarga pasien mengompres hanya di dahi saja. Sehingga kita
harus memberikan contoh dan memberitahu kepada keluarga untuk
melakukan kompres dengan benar.

Penyaji : Oh ya, thermometer kita yang diluar hanya thermometer aksila.


Kita ada yang buat di dahi, tapi masih di dalam lemari
penyimpanan alat. Kita bisa gunakan itu untuk memonitor suhu.

Oke, bisa dilanjutkan kemasalah yang lain.

Peserta 3 : Permasalahan yang biasa muncul itu pasien tidak mau makan,
keluarga tidak bisa memaksa pasien dengan baik. Kita meminta
kepada keluarga untuk selalu memberikan makanan sedikit-sedikit.
Pasien yang masih sulit makan, kita harus menanyakan makanan
kesukaannya apa. Tetapi keluarga harus tau makanan yang seperti
apa yang baik untuk pasien tipoid.

Nah, diet pasien tipoid adalah diet lunak rendah serat. Biasanya
petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokte rantara lain:

a. Makanan yang cukup (cairan, kalori, vitamin, protein)


b. Tidak mengandung banyak serat
c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas
d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.

15
Peserta 1 : Ada yang mengatakan juga makanan rendah serat dan rendah sisa.
Maksudnya rendah sisa bertujuan untuk memberikan makanan
sesuai kebutuhan gizi ang sedikit mungkin meninggalkan sisa
sehingga dapat membatasi volume feses dan tidak merangsang
saluran cerna.

Peserta 2 : Untuk makanan-makanan yang dianjurkan itu bagaimana?

Peserta 3 : Untuk makanannya,

a. Sumber karbohidrat : beras di tim, kentang rebus atau tepung-


tepungan di bubur/ di pudding
b. Sumber protein : tahu tempe telur di rebus; daging, ayam,
direbus sampai empuk
c. Sayuran :sayuran yang berserat rendah seperti buncis, bayam,
labusiam, tomat dan wortel. Sayuran bisa ditumis atau direbus.

Peserta 1 : untuk buah-buahan dan minumanny aadalah

a. Buah-buahan :buah yang tidak banyak menimbulkan gas dan


tidak dimakan beserta kulit dan bijinya seperti papaya, pisang,
jeruk, alpukat. Buah yang menimbulkan gas itu seperti nangka
dan durian
b. Minuman :the encer boleh, tapi lebih baik air putih.

Peserta 2 : oh ya, kalau masakannya itu tidak boleh pedas-pedas ya?

Penyaji : Yabenar.

Fasilitator : Ada yang ingin disampaikan atau sudah cukup? Waktu masih sisa
5 menit.

Peserta : Cukup.

Fasilitator : alhamdulillah, diskusi hari ini telah berakhir. Dapat saya


simpulkan bahwa pasien dengan tipoid harus dilakukan
pemantauan suhu dengan benar. Diet makanannya adalah diet
lunak dan rendahserat.

16
Baik, karena diskusi telah selesai, kita beri tepuk tangan untuk kita
semua. Jangan lupa mengisi daftar hadir di lembar yang sudah
disediakan.

Saya akhiri diskusi kali ini, Selamat siang!

17
LAPORAN DISKUSI REFLEKSI KASUS

Nama Ruangan :

Tanggal Pelaksanaan :

Topik Diskusi Kasus :

Masalah yang muncul :

1.
2.

Nama Peserta yang hadir:

No Nama Peserta TandaTangan


1
2
3
4
5

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Menurut Depkes (2005) Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah suatu metode
pembelajaran dalam bentuk kelompok diskusi untuk berbagi pengalamanklinik
yang didasarkan atas standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari DRK adalah: 1)
mengembangkan professionalisme, 2) meningkatkan aktualisasi diri,3)
membangkitkan motivasi belajar, 4) wahana untuk menyelesaikan masalahyang
mengacu pada standar yang telah ditetapkan, 5) belajar untuk menghargai kolega
agar lebih sabar, lebih banyak mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak
memojokkan, dan meningkatkan keja sama.Langkah-langkah kegiatan DRK
terdiri dari:1) memilih/menetapkan kasus yang akan didiskusikan, 2) menyusun
jadwal kegiatan, 3) waktu pelaksanaan, 4) peran masing-masing personal dalam
DRK, 5) penulisan laporan.

4.2 Saran
a. DRK perlu diterapkan di rumah sakit untuk menunjang mutu pelayanan
keperawatan dan pelaksanaannya dioptimalkan 2.
b. DRK perlu disosialisasikan kepada berbagai unit terkait sehingga perawat
maupun ruangan memahami pentingnya DRK dan cara penerapannya 3.
c. Pelaksanaan DRK perlu disesuaikan dengan SPO yang telah ditetapkan
agar tujuan tercapai.
d. Pelaksanaan DRK perlu ada monitoring dan evaluasi sehingga dapat
dinilai efektivitas dan efisiensinya. (Jaya, 2015)

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Jaya, K., 2015. DISKUSI REFLEKSI KASUS. [Online]


Available at:
https://www.academia.edu/28847123/DISKUSI_REFLEKSI_KASUS
[Accessed 19 Desember 2019].

20
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
PELAKSANAAN DISKUSI REFLEKSI KASUS DI RUMAH SAKIT

Nomor Dokumen
Tanggal disahkan
pertama kali
Tanggal Revisi

Pengertian Kegiatan diskusi untuk merefleksikan pengalaman


praktek suatu kasus tertentu terhadap konsep
pengetahuan baru / praktek baru
Tujuan 1. Meningkatkan pengembangan profesionalisme
secara berkelanjutan bagi perawat melalui kegiatan
pembelajaran sepanjang hayat
2. Meningkatkan performa klinik perawat melalui
siklus perubahan berbasis evidence-based practice
Leader Manajer Kasus
Stakeholder terkait 1. Kepala Ruangan (Manajer Personil/Perawat)
2. Staff Keperawatan (Perawat Klinis / Perawat
Pelaksana)
3. Komite Keperawatan
Alat / Bahan 1. Dokumentasi asuhan keperawatan
2. Sinopsis tentang ide / gagasan / informasi terkait
kasus yang dibuat berdasarkan analisis hasil
penelitian
3. Standar Asuhan Keperawatan sesuai kasus (jika ada)
4. SPO tindakan terkait kasus (jika ada)
5. Hasil audit keperawatan (jika ada)
6. Tool refleksi
Output 1. Rekomendasi untuk merubah praktek sesuai
pengetahuan / informasi yang baru
2. Rekomendasi untuk mencari informasi-informasi

21
tambahan lainnya yang menguatkan
3. Rekomendasi untuk mempertahankan praktek yang
sudah dilaksanakan karena sesuai dengan
pengetahuan yang baru.

22

Anda mungkin juga menyukai