Anda di halaman 1dari 19

TUGAS CRITICAL BOOK REPORT

MATA KULIAH HIMPUNAN LOGIKA

Dosen Pengampu:

DISUSUN OLEH :
HERION TARIGAN (4181230004)
LIYANTI SILABAN (4183230018)
MEGA SAMOSIR (4181230009)

NOVAN SETYADI (4183230015)


KELAS A
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
menolong hambaNya menyelesaikan Critical Book Report ini dengan penuh
kemudahan. Tanpa bantuanNya, mungkin saya sebagai penulis tidak akan mampu
menyelesaikan Critical Book Report ini dengan baik. Adapun tujuan dari tugas ini
dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah kami, yakni Himpunan Logika.

Tugas Critical book report ini dibuat disusun dengan harapan dapat
menambah wawasan kita tentang Himpunan Logika. Penulis menyadari
bahwasannya tugas Critical Book Report ini terdapat banyak kekurangan dan
keasalahan, penulis masih terbatas. Penulis juga menantikan saran dan kritik dari
pembaca dan Dosen pembimbing mata kuliah Himpunan Logika, guna
menyempurnakan tugas ini. Penulis harap tugas Critical Book Report ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2018

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar .....................................................................................................

Daftar Isi ..............................................................................................................

Bab 1 Pendahuluan ...............................................................................................

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................

1.3 Tujuan dan Manfaat .......................................................................................

Bab 2 Pembahasan ...............................................................................................

2.1 Identitas Buku ................................................................................................

2.2 Ringkasan Buku .............................................................................................

2.3 Perbandingan Buku ........................................................................................

Bab 3 Penutup ......................................................................................................

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................

3.2 Saran ...............................................................................................................

Daftar Pustaka ......................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membahasa tentang ilmu logika, pasti di dalamnya akan ditemukan yang


namanya pemikiran, pernyataan atau penalaran. Dengan kata lain dalam ilmu
logika akan dijumpai masalah tentang hal tersebut. Pada dasarnya yang namanya
pemikiran yang merupakan kegiatan atau langkah kedua dalam pembahasan ilmu
logika. Pembahasan tentang masalah pemikiran ini biasanya disebut dengan yang
dengan yang maksudnya adalah hal – hal yang dipercaya atau yang diyakini
kebenarannya itulah pemikiran yang menjadi awal sekaligus akhir atau tujuan dari
setiap pemikiran.

Dalam mengurangi seluk – beluk pemikiran ini yang menjadi bahasan,


namun masih banyak bahasan – bahasan yang lain di dalam belajar ilmu logika
namun pada kali ini difokuskan untuk membahas atau mengurangi hal pemikiran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perbandingan ringkasan materi buku I dengan buku II?


2. Apakah keunggulan dan kelemahan buku I & II?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman dan apresiasi mahasiswa terhadap buku.
2. Untuk menambah wawasan mengenaik Himpunan Logika melalui
kedua buku.
3. Untuk memenuhi tugas Critical Book Report mata kuliah Himpunan
Logika.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Identitas Buku

BUKU I

1. Judul : Himpunan dan Logika


2. Pengarang : Tim Dosen Unimed
3. Penerbit :-
4. Tahun Penerbit : 2018
5. Jumlah Halaman : 163

BUKU II

1. Judul : Theorems, Corollaries, Lemmas, dan


Method of Proof
2. Pengarang : Richard Courant
3. Penerbit : Montana Tech
4. Tahun Penerbit : 2006
5. Jumlah Halaman : 338

2.2 Ringkasan Materi

BUKU I

1. Bukti Kalimat P Q
Bukti kalimat P Q merupakan metode pembuktian langsung. Metode

pembuktian langsung adalah suatu proses pembuktian menggunakan alur maju,


mulai dari hipotesis dengan menggunakan implikasi logic sampai pada pernyataan
kesimpulan. Hukum-hukum dalam matematika pada umumnya dapat berupa
proposisi atau pernyataan berbentuk implikasi atau biimplikasi atau pernyataan
kuantifikasi yang dapat diubah bentuknya menjadi pernyataan implikasi.misalnya;

kita punya teorema p q, dengan p disini sebagai hipotesis yang digunakan

sebagai fakta yang diketahui atau sebagai asumsi. Selanjutnya, dengan


menggunakan p kita harus menunjukkan bahwa berlaku q.

Contoh : Buktikan bahwa perkalian tiga bilangan asli berurutan habis dibagi 3

Pembuktian :
Misal 3 bilangan asli berurutan didefenisikan sebagai n,n+1,n+2 untuk
suatu n. Dan perkalian tiga bilangan asli adalah m. Sebagai contohnya kita
menggunakan 3k,3k+1,3k+2.

Jadi m adalah bilangan kelipatan 3.

2. Bukti Dengan Kontraposisi


Kita tahu bahwa nilai kebenaran suatu implikasi p⇒q ekuivalen dengan
nilai kebenaran kontraposisinya ¬ q ⇒ ¬ p. Jadi pekerjaan membuktikan
kebenaran pernyataan implikasi dibuktikan lewat kontraposisinya.

Contoh : Buktikan, jika bilangan ganjil maka x bilangan ganjil.

Pembuktian :

Karena ganjil maka dapat ditulis x = 2m + 1 untuk suatu bilangan asli m.

Selanjutnya x = 2m +1 tidak dapat disimpulkan apakah ia ganjil atau tidak.


Sehingga bukti langsung tidak dapat digunakan. Kontraposisi dari pernyataan ini

adalah ”Jika x genap maka genap”.

Selanjutnya diterapkan bukti langsung pada kontraposisinya. Diketahui x genap,


jadi dapat ditulis x = 2n untuk suatu bilangan bulat n. Selanjutnya,

= =2( = 2m
m
yang merupakan bilangan genap.
3. Bukti dengan kalimat berbentuk P  Q

Akan diperlihatkan tiga bentuk untuk membuktikan kalimat berbentuk P  Q.

 Dibuktikan P ⇒ Q dan Q ⇒ P karena P  Q ekuivalen dengan (P ⇒ Q)


dan (Q⇒P).
Ada dua langkah untuk mebuktikan kalimat seperti ini.
a. Buktikan P ⇒ Q, yaitu membuktikan bagian “hanya jika” atau “syarat
cukup”
b. Buktikan Q⇒ P yaitu membuktikan bagian “jika” atau “syarat perlu”.
 Dibuktikan P Dan .
(P dibuktikan dengan membuktikan P lebih dahulu

kemudian membuktikan Q dengan menggunakan kontraposisinya yaitu


 P Q Dibuktikan dengan untain ( rangkaian ) bhb atau rangkaian
ekuivalensi, yaitu menyusun kalimat-kalimat yang ekuivalen yang membawa P ke
Q.
4. Membuktikan Kalimat dalam bentuk (Ax )(Px)
Untuk membuktikan (Ax)(Px), ambil mewakili anggota sembarang dari semesta
pembicaraan dan dibuktikan P(x) benar. Oleh karena x anggota sembarang dari
semesta, maka jelas berlaku untuk setiap elemen dari semesta, (Ax)P(x) benar.
Contoh : (Af) ( f differensiabel )
Pembuktian :
Untuk membuktikan kalimat ini, ambil f fungsi sembarang dan dibuktikan f

diffrensiabel . Dengan menggunakan bukti kondisional, andaikan f

differensiabel dan buktikan f kontinu. Buktinya disajikan dalam kalkulus. Apabila

f differensiabel f kontinu telah dibuktikan maka telah terbukti pula :


(Af) ( f differensiabel f kontinu )
Karena f diambil fungsi sembarang.
2. Bukti dengan Kasus
Bukti dengan Kasus digunakan untuk membuktikan kalimat yang mengandung

kata perangkai “atau”. Membuktikan kalimat berbentuk ( P v R) Q. untuk ini

digunakan tautologi ((P v R) Disini diperlihatkan

benarmya anteseden yaitu benarnya P dan benarnya R , artinya Q harus

dapat diturunkan dari P maupun dari R.

Contoh : jika x bilangan real maka |x| ≥ 0.

Pembuktian : Jika n bilangan real maka berlakulah x ≥ 0 atau x < 0 sehingga


harus dibuktikan
Hal (1) x ≥ 0. Jika x ≥ 0 maka berdasarkan definisi |x| = x, jadi |x| ≥ 0

Hal (2) x < 0. Jika x < 0 maka berdasarkan definisi |x| = -x, jadi karena untuk x <
0 maka –x > 0 atau |x| > 0.

Dari Hal (1) dan (2) maka (x ≥ 0 v x < 0) => |x| ≥ 0.

3. Bukti dengan Induksi Matematika

Andaikan akan dibuktikan kalimat dalam bentuk : Untuk setiap bilangan


asli n, berlaku P(n) atau (An) P(n). Dimana kuantor menunjuk kepada semestanya
yaitu N = { 1,2,3,....} Suatu cara untuk membuktikan kalimat dalam bentuk ini
adalah dengan Induksi Matematika.

Secara umum penalaran di dalam matematika menggunakan pendekatan


deduktif. Tidak dapat dibayangkan bagaimana orang dapat membuktikan
kebenaran pernyataan yang memuat kalimat ”untuk setiap ε > 0 . . . ”, ”untuk
setiap bilangan asli n . . .”, ”untuk setiap fungsi kontinu f . . .”, dan lain-lain. Tidak
mungkin dapat ditunjukkan satu per satu untuk menunjukkan kebenaran
pernyataan tersebut. Tapi ada salah satu pola penalaran pada matematika yang
menggunakan prinsip induksi, biasanya disebut induksi matematika. Prinsip
induksi matematika ini adalah untuk inferensi terhadap pernyataan tentang n
dimana n berjalan pada himpunan bilangan bulat, biasanya himpunan bilangan asli
N atau pada himpunan bagian bilangan asli, N1 ⊂ N. Biasanya pernyataan tentang
bilangan asli n dinyatakan dengan P(n).

Contoh : Untuk setiap n ∈ N, berlaku 1+2+3+......+n = n½(n+1).

Diperoleh P (1) : 1 = ½( (1)(1 + 1) P (3) : 1 + 2 + 3 = ½( (3)(3 + 1)

P(6) : 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = ½( (6)(6 + 1)

Teorema 1. Misalkan S himpunan bagian dari N yang mempunyai sifat-sifat


berikut (i) 1 ∈ S (ii) k ∈ S ⇒k + 1 ∈ S. Maka S = N.

4. Bukti dengan Kontradiksi


Metoda ini mempunyai keunikan tersendiri, tidak mudah diterima oleh
orang awam. Dalam membuktikan kebenaran implikasi p⇒q kita berangkat dari
diketahui p dan ¬q. Berangkat dari dua asumsi ini kita akan sampai pada suatu
kontradiksi. Suatu kontradiksi terjadi bilamana ada satu atau lebih pernyataan
yang bertentangan.

Contoh pernyataan kontradiksi : 1 = 2, -1 < a < 0 dan 0 < a < 1, ”m dan n dua
bilangan bulat yang relatif prime” dan ”m dan n keduanya bilangan genap”.

Contoh 1 : Misalkan himpunan A didefinisikan sebagai interval setengah terbuka


A := [0,1). Buktikan maksimum A tidak ada.

Pembuktian :

Pernyataan ini dapat dinayatakan dalam bentuk implikasi berikut

”jika A := [0,1) maka maksimum A tidak ada.”

Andaikan maksimum A ada, katakan p. Maka haruslah 0 < p < 1, dan akibatnya
p½ < ½ dan ½ (p + 1) < 1. Diperoleh p = p½+ p½< p½+ ½= ½ (p + 1) < 1
Diperoleh dua pernyataan berikut :

• p maksimum A, yaitu elemen terbesar himpunan A.

• ada q∈A (yaitu q := ½ (p + 1)) yang lebih besar dari p. Kedua pernyataan
ini kontradiktif, jadi pengandaian A mempunyai maksimum adalah salah,
jadi haruslah tidak ada maksimum.

Contoh 2 : Tidak ada bilangan bulat positif x dan y yang memenuhi persamaan
Diophantine x²-y²= 1.

Pembuktian : Misalkan ada bilangan bulat positif x dan y yang memenuhi

x²-y²= 1.

Maka pada ruas kiri dapat difaktorkan sehingga diperoleh (x - y)(x + y) = 1:


Karena x, y bulat maka persamaan terakhir ini hanya dapat terjadi bilamana

x - y = 1 dan x + y = 1 atau x - y = -1 dan x + y = -1.

Pada kasus pertama akan dihasilkan x = -1 dan y = 0,


sedangkan pada kasus kedua dihasilkan x = 1 dan y = 0.

• Hasil pada kedua kasus ini bertentangan dengan hipotesis bahwa x dan y
bulat positif. Bila dicermati ada kemiripan bukti dengan kontradiksi dan
bukti dengan kontraposisi. Untuk menjelaskan perbedaan kedua metoda
ini kita perhatikan struktur pada keduanya sebagai berikut : Pada metoda
kontradiksi, kita mengasumsikan p dan ¬q, kemudian membuktikan
adanya kontradiksi.

• Pada bukti dengan kontraposisi, kita mengasumsikan ¬q, lalu


membuktikan ¬p.

Asumsi awal kedua metoda ini sama, pada metoda kontraposisi tujuan
akhirnya sudah jelas yaitu membuktikan kebenaran p, sedangkan pada metoda
kontradiksi tujuan akhirnya tidak pasti pokoknya sampai bertemu kontradiksi.
Secara khusus jika kita sampai pada pernyataan p maka kontradiksi sudah
ditemukan. Jadi metoda kontraposisi merupakan kasus khusus dari metoda
kontraposisi.

5. Bukti Eksistensi dan Keunikan (Ketunggalan)


Kalimat : Terdapat suatu x sedemikian sehingga P(x), disimbolkan (Ex)P(x).
Kalimat : Terdapat tepat satu x sedemikian hingga P(x), disimbolkan (E!x)P(x)
Kalimat lain yang sama artinya dengan kalimat terakhir ini ialah :

Ada dengan tunggal satu x sedemikian sehingga P(x). Terdapat suatu x yang unik
sedemikian sehingga P(x). Terdapat paling sedikit satu x sehingga P(x), dan
terdapat paling banyak satu x sehingga P(x). Ada satu dan hanya satu x
sedemikian sehingga P(x). Membuktikan kalimat dalam bentuk (E!x)P(x). Ada
dua bagian yang harus dibuktikan yaitu :

a). Bagian eksistensi nya membuktikan adanya x sehingga P(x) kalimat yang
benar.

b). Bagian keunikannya

disini kita membuktikan bahwa jika ada dua elemen x dan z sedemikian sehingga
P(x) benar P(z) benar maka keduanya harus sama. Jadi harus dibuktikan, (Ax)
(Az)(Px)(Pz) => x = z.
Contoh : buktikan terdapat dengan tunggal satu x sedemikian sehingga untuk
setiap y berlaku x + y = y + x = y dalam sistem bilangan real.

Pembuktian :

a) Bagian eksistensi. Buktikan (Ex)P(x) dimana P(x) adalah (Ay) x + y =


y + x. Dapat ditemukan x yang memenuhinya yaitu x = 0, dimana
(Ay), 0 + y = y + 0 = y

b) Bagian ketunggalan (keunikan). Buktikan (Ax)(Az)(P(x)&P(z) => x =


z. Andaikan x dan z sembarang dan andaikan P(x)&P(z) benar, maka
(Ay) x + y = y + x = y.....(1), dan (Ay) z + y = y + z = y.....(2)

Dari (1) dapat disubtitusikan z untuk y dan diperoleh x + z = z + x =


z.....(3), demikian juga dari (2) dapat disubtitusikan x untuk y dan
diperoleh z + x = x + z = x.....(4). Dari (3) dan (4) diperoleh x = z

Dengan menggunakan kontradiksi, keunikan ini dapat dilengkapi dengan


bagian bukti : Dari bagian eksistensi telah didapatkan bahwa 0 suatu bilangan
yang memenuhi. Sekarang andaikan ada bilangan k lainnya sehingga untuk setiap
x, x + k = k + x = x dengan k ≠ 0. Karena berlaku untuk setiap x maka berlaku
juga untuk 0, karena itu, 0 + k = k + 0 = 0

Tetapi diketahui pula bahwa k + 0 = k. Sehingga k = 0, suatu kontradiksi dengan


pengandaian k ≠ 0.

BUKU II

1. Metode Bukti

Ingat bahwa struktur aksiomatik matematika modern dimulai dengan


mengatur aksioma dan definisi yang secara eksplisit dinyatakan, dan kemudian
dari ini aksioma dan definisi, matematika baru dibuat melalui deductive rea-
soning. Sebenarnya, langkah pertama dalam pengembangan matematika baru
adalah untuk mempelajari implikasi dari aksioma dan definisi yang asli ini. The
ax- struktur iomatic hasil matematika modern sesuai dengan yang berikut
urutan:

= »definisi => conjectures => buktinya


== r · theorems ==> generalisasi dan ekstensi ==> ■ · ·

Dasar pendekatan modern untuk matematika ini diletakkan oleh


matematikawan Yunani kuno Thales, Pythagoras, dan Euclid. Namun, itu
formalisasi teori matematika benar-benar dimulai pada abad kesembilan belas
dengan karya Boole dan Frege. Pada awal abad ke-20 modern matematika
berkembang dengan karya Georg Cantor (1845-1918), Hilbert, Russell,
Whitehead, G. H. Hardy (1877-1947), dan Godei.

a. Theorems, Corollaries, dan Lemmas

Titik awal dari sistem matematika adalah seperangkat kebenaran yang terbukti
dengan sendirinya disebut aksioma. Definisi aksioma diberikan di bawah ini.

b. Aksioma adalah pernyataan matematis yang dibawa ke

terbukti dengan sendirinya benar tanpa bukti. Dengan demikian, aksioma adalah
pernyataan matematis yang diyakini demikian jelas benar bahwa itu tidak perlu
dibuktikan.

b. Metode Bukti dan Membuktikan Teorema

Diberikan teorema "Jika H, maka C," ada banyak pendekatan yang berbeda dapat
dicoba ketika mencoba untuk membuktikan teorema ini. Namun, yang khusus
metode yang digunakan untuk membuktikan teorema tidak sepenting fakta itu
bukti yang valid telah ditemukan untuk teorema. Dua yang paling umum
pendekatan yang digunakan untuk membuktikan teorema adalah metode bukti
langsung dan metode bukti tidak langsung.

1) Bukti Langsung

Metode Bukti Langsung: Diberikan teorema dari bentuk H -> С, а bukti langsung
H -> С dimulai dengan asumsi hipotesis dari dalil. Dari hipotesis, urutan
pernyataan logis dibangun yang mengarah pada kesimpulan teorema. Saat urutan
logis argumen yang mengarah dari hipotesis (H) hingga kesimpulan (C) valid,
maka teorema akan terbukti dengan bukti langsung. Diagram dari a bukti
langsung biasanya mengikuti pola.

H → C → C1 → C2 → C3…………….C

di mana H mengarah pada kesimpulan C \, C \ mengarah ke kesimpulan C2, dan


seterusnya sampai kesimpulan yang diinginkan С tercapai. Metode bukti langsung
ini disebut pendekatan langsung ke depan.

Algoritma untuk Bukti Langsung: Langkah-langkah berikut ini menguraikan


tipikal tipikal
prosedur yang digunakan dalam bukti langsung dari teorema H - »C:
1. Identifikasi dan tuliskan semua hipotesis teorema.
2. Identifikasi dan daftar semua hasil yang mengikuti langsung dari, atau terkait
dengan,
hipotesis teorema.
3. Mulailah mengikat hipotesis dengan hasil yang tercantum dalam langkah 2.
Mulai bekerja
menuju kesimpulan. Ini adalah fase goresan dari buktinya.
4. Kembangkan satu set argumen logis lengkap yang memimpin dari hipotesis
dari teorema ke kesimpulan teorema.
5. Bersihkan dan tulis ulang goresan menjadi bukti yang jelas dan ringkas
teorema. Pastikan bahwa setiap langkah pembuktian itu masuk akal dan benar
dibenarkan dengan jelas.
6. Baca buktinya secara hati-hati dan buat koreksi yang diperlukan.

2) Metode Bukti Tidak Langsung:

Bukti tidak langsung dari teorema "Jika Я adalah benar, maka С benar
"dimulai dengan mengasumsikan bahwa hipotesis (Я) adalah benar dan
kesimpulannya (C) salah.

Metode pembuktian dengan kontradiksi sering merupakan pendekatan yang


baik untuk dicoba ketika mencoba untuk membuktikan hasil dengan bukti
langsung ke depan atau bukti oleh
Gagal kontrapositif untuk membuktikan teorema. Apalagi metode pembuktian
dengan kontradiksi sering merupakan metode logis dari pembuktian untuk
digunakan ketika membuktikan suatu orem yang menyatakan bahwa suatu objek
tidak memiliki properti tertentu, melibatkan ketidaksetaraan matematika, atau
menyatakan bahwa objek A memiliki properti P adalah objek unik yang memiliki
properti ini. Misalnya, bukti oleh kontradiksi akan menjadi pilihan logis untuk
membuktikan teorema berikut: Teorema: v2 bukan angka yang rasional.

3) Metode Khusus Bukti

Selain metode forward direct proof, bukti dengan kontrapositif, dan bukti oleh
kontradiksi ada juga beberapa metode khusus pembuktian. Selain itu, masing-
masing metode ini berkaitan dengan bentuk khusus dari teorema Dalam
pertimbangan. Secara khusus, metode khusus dari bukti itu akan dibahas dalam
bagian ini adalah bukti oleh induksi matematika, keunikan
bukti, bukti keberadaan, dan bukti oleh kasus.

4) Induksi Matematika

Bukti dengan induksi matematika adalah jenis bukti langsung khusus yang
sering bisa digunakan dengan teorema alam "Pernyataan Vn berlaku untuk setiap
alam number n "; yaitu, kandidat yang baik untuk pembuktian dengan induksi
matematika teorema apa pun yang melibatkan pernyataan yang diindeks oleh n
(yaitu, Vn) dan berlaku Vn € N. Dua langkah yang diperlukan dalam setiap
induksi, untuk keduanya lemah (/ i)
dan induksi kuat (/ 2), diberikan di bawah ini. Lemah Induksi (/ 1): Teorema dari
bentuk "Vn memegang Vn G N" akan dibuktikan jika dapat ditunjukkan dua
kondisi berikut ini
benar:

(i) Langkah Awal: V adalah benar.


(ii) Langkah Induksi: Jika Vk benar untuk yang arbitrer tetapi tetap (ABF)
nilai к G N, maka ini berarti bahwa Vk + i juga benar. Induksi Kuat
{h) · Teorema bentuk uVn memegang Vn G N akan dibuktikan jika
dapat ditunjukkan dua kondisi berikut ini
benar:
(i) Langkah Awal: Vi benar.
(ii) Langkah Induksi: Jika V \, V2, ..., Vk semua benar untuk arbitrary
tetapi nilai tetap (ABF) dari к € N, maka ini juga berarti Vk + \ benar.

5) Bukti Keunikan

Teorema khusus dari sifat "Obyek A yang merupakan elemen dari set С adalah
satu-satunya objek (yaitu, unik) yang memiliki properti P "disebut sebagai
keunikan dalil. Teorinya yang unik sangat penting karena menunjukkannya dan
hanya satu objek yang memiliki properti khusus P.

Sebuah teorema keunikan dapat dibuktikan dengan bukti oleh kontradiksi, dan
langkah-langkah yang digunakan untuk membuktikan teorema keunikan diuraikan
di bawah ini.Algoritma untuk Bukti Keunikan: Bukti dengan kontradiksi dapat
digunakan
untuk membuktikan teorema "Obyek A di set С memiliki properti P adalah unik"
sebagai
diuraikan di bawah.
1. Tunjukkan bahwa objek A e С memiliki properti P.

2. Asumsikan bahwa objek A bukan satu-satunya objek dalam himpunan С


memiliki property P

3. Biarkan objek В / A menjadi objek lain dalam himpunan С yang memiliki


properti P.
4. Menggunakan argumen logis, tunjukkan bahwa В = Л, pernyataan yang
bertentangan
5. Bersihkan dan tulis ulang goresan menjadi bukti yang jelas dan ringkas
teorema. Pastikan bahwa setiap langkah pembuktian itu masuk akal dan benar
dibenarkan dengan jelas.
6. Baca buktinya secara hati-hati dan buat koreksi yang diperlukan. Tiga contoh
berikut mengilustrasikan penggunaan metode pembuktian dengan kontradiksi
untuk membuktikan teorema keunikan, menggunakan algoritma yang disajikan
atas.

6) Bukti Keberadaan
Tipe teorema khusus lainnya adalah teorema alam "Ada sebuah objek A yang
merupakan elemen dari set С yang memiliki properti P. "Teorema sifat ini disebut
sebagai teorema keberadaan. Teorema berikut menyediakan contoh teorema
keberadaan.

Algoritma untuk Bukti Keberadaan: Untuk membuktikan teorema "Ada ada


objek A di set С yang memiliki properti P "
1. Buat atau buat elemen A yang memiliki properti P.
2. Tunjukkan bahwa elemen A ada di himpunan C.
3. Bersihkan dan tulis ulang goresan menjadi bukti yang jelas dan ringkas
teorema. Pastikan bahwa setiap langkah pembuktian itu masuk akal dan benar
dibenarkan dengan jelas.
4. Baca buktinya secara hati-hati dan buat koreksi yang diperlukan.

7) Bukti oleh Kasus

Dalam banyak bukti, jalur argumen logis akan mengarah pada sebuah
pernyataan
melibatkan pernyataan baik / atau seperti kondisi S \ atau kondisi 5г.Pendekatan
ini disebut pembuktian oleh kasus. Kebutuhan akan bukti oleh kasus mungkin
menjadi jelas atau mungkin tersembunyi dalam implikasi dari pernyataan tertentu.
Selanjutnya, bukti oleh kasus mungkin melibatkan lebih dari hanya dua kasus. Ex-
ampli jenis pernyataan yang dapat menunjukkan apakah bukti oleh kasus
diperlukan d.

a. ... baik x> 0 atau x <0.


b. ... baik x adalah bilangan prima atau x adalah bilangan komposit.
c. ... baik n ganjil atau n genap.iberikan di bawah ini.

d. ... baik x di set A, x di set B, atau x ada di set C.


e. ... himpunan V kosong, terbatas, atau tidak terbata

2.3 Perbandingan Buku

1. Buku 1 penjelasan materi nya lebih mudah untuk dipahami dibandingkan


buku 2.
2. Buku 1 penjelasan materi nya lebih lengkap dibandingkan buku 2

3. Buku 2 materi didalamnya lebih singkat dan padat dibandingkan buku 1

4. Penulis buku 2 lebih banyak menyajikan teorema dibandingkan rumus,


sedangkan penulis buku 1 seimbang dalam memaparkan teorema dan
rumus.

5. Materi yang disajikan dibuku 1 sangat baik dan rumus yang digunakan
juga dapat dimengerti, sedangkan dibuku 2 Matei yang disajikan singkat
jelas dan padat. Rumus yang digunakan juga lebih mudah dipahami.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembuktian Matematika adalah sebuah demonstrasi yang meyakinkan
rumus, teorema itu benar, dengan bantuan logika dan matematika.
Pembuatan bukti telah lama mendapatkan perhatian besar dalam
matematika teoritis. Dengan hasil kritikan buku ini kita lebih dapat
membandingkan antar dua buku tentang Metode Pembuktian dengan
penulis yang berbeda guna untuk menambah wawasan tentang metode
pembuktian. Tidak ada buku yang lebih unggul atau buku yang lebih
buruk. Kedua buku ini isinya saling melengkapi.

3.2 Saran
Mungkin akan lebih baik apabila menggunakan kata-kata yang
sederhana dan ilustrasi yang mendukung guna mencapai pemahaman yang
lebih

DAFTAR PUSTAKA

Dosen Mata Kuliah Himpunan Dan Logika, Tim 2018. Himpunan Dan Logika.
Medan : Universitas Negeri Medan
Courant, R. 2006. Theorems, Corollaries, Lemmas, dan Method of Proof,
Montana Teach: Montana Teach.

Anda mungkin juga menyukai