Anda di halaman 1dari 5

Charles Robert Darwin atau yang biasa dikenal dengan Darwin memberikan teori bahwasannya manusia

berasal dari kera. Padahal, manusia berbeda dengan kera. Manusia menggunakan akalnya semetara kera tidak.
Manusia mengalami perubahan kemajuan karena pendidikannya sementara kera tidak mengalami kemajuan dan
tidak mampu memperoleh pendidikan. Manusia menggunakan akal budinya, sedangkan kera hanya berdasarkan
instingnya. Kalaupun manusia berasal dari kera, pertanyannya adalah, kenapa kera zaman sekarang tidak
mengalami perubahan sebagai manusia? Apalagi Allah Subhanahu Wa Taalaa telah menjelaskan di dalam Al
Qur’an;

Artinya :

“Sesungguhnya kamu telah menciptakan manusia. Artinya semua manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Baik
bentuk ataupun penampilannya amatlah baik.” (Q.S, 95 : 4)

Manusia bukan hanya diberikan wujud yang sempurna, melainkan diberikan cipta, rasa, dan karsa. Cipta
bisa diartikan sebagai proses pengupayaan untuk menwujudkan sesuatu yang belum ada menjadi nyata. Rasa secara
arti kata merupakan hasil atau respon dari sistem sensorik yang dapat merasakan sebuah kondisi-kondisi tertentu
baiik secara fisik maupun non fisik. Sedangkan karsa adalah sebagai kehendak yang ada pada diri manusia,juga
merupakan sebuah kekuatan tersendiri yang Allah berikan kepada manusia sebagai pembeda dari makhluk-makhluk
ciptaNya yang lain.

Ada salah satu hal yang dapat dijadikan gambaran tentang hakikat manusia, sebagaimana yang
diungkapkan oleh HAR Tilar dan Riant Nugroho (2009: 23) yang menyatakan bahwa hakikat manusia,
bahwasannya :

“Manusia adalah satu-satunya yang dapat mewujudkan kemanusiaannya yang berbeda dengan dunia binatang
karena manusia memerlukan pendidikan. Tanpa pendidikan manusia tidak mungkin menjadi manusia atau
mewujudkan kemanusiaannya. Inilah yang diungkapkan bahwa manusia sebagai animal educandum.”

Dapus : Sibaweh, Imam. 2019. Pendidikan Mental Menuju Karakter Bangsa Berdasarkan Ilmu Pengetahuan
dari Masa ke Masa. Jakarta “ Deepublish Publisher

Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany mengidentifikasi pandangan diatas sebagai berikut : manusia
adalah makhluk yang paling mulia, manusia adalah makhluk yang berpikir, manusia memiliki tiga dimensi (badan,
akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan, manusia memiliki
motivasi dan kebutuhan, manusia memiliki ciri khusus, dan manusia memiliki keluwesan sifat dan dinamika. Di
samping itu, masih bisa ditambahkan lagi pandangan islam terhadap kemampuan manusia, yaitu manusia adalah
makhluk terperaya dan paling pandai.

Sedangkan para ahli filsafat memahami kemampuan manusia itu dengan sebutan animal rational (binatang
berpikir), homo laguen (makhluk yang pandai menciptakan bahasa), homo sapiens (makhluk yang memiliki budi),
homo faber (makhluk yang pandai membuat perkakas), homo ekonomikusi (makhluk yang tunduk pada prinsip-
prinsip ekonomi), zoon politicon (makhluk yang pandai bersiasat), animal aducandum dan animal aducabile
(makhluk yang harus dididik dan dapat dididik), dan homo religius (makhluk yang beragama)

Qomar, Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta :Erlangga

Kalau manusia dijuluki sebagai animal aducandum dan animal educandus sekaligus, yaitu sebagai
makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik, maka pengertian pendidikan jelas lebih luas daripada sekedar
penyekolahan. Salah tafsir inilah yang sering menjadi sumber salah paham dalam memahamii makna pendidikan.

Apa beda wajib belajar dengan wajib sekolah? Ahmad Bahrudin atau akrab dipanggil Pak Din (Pendiri
Komunitas Qoryah Thayyibah di Salatiga) pernah berkata, “Orang boleh putus sekolah, tapi tidak boleh putus
belajar”. Orang masuk sekolah belum ada jaminan dia sudah belajar. belajarpun tak mesti harus dibatasi ruang yang
sempit bernama sekolah. Makna tersiratnya ada dua:

Pertama, sekolah harus menjamin setiap peserta didik mengalami proses belajar, dan setiap anak bangsa harus
mendapatkan akses untuk belajar di sekolah, tanpa kecuali.

Kedua, sekolah hendaknya menjadi rumah kedua bagi peserta didik. Tempat paling tepat membina karakter dan
mengembangkan segenap potensi diri mereka.

Sapa’at, Asep. 2012.Stop Menjadi Guru. Jakarta : PT. Tangga Pustaka


 ISBN 13 : 6027027126
 ISBN 10 : 9786027027121
 Judul : TEOLOGI PENDIDIKAN : Upaya Mencerdaskan OTak & Qalbu
 Pengarang : Dr. Shabri Shaleh Anwar, M.Pd.I, M.Pd.I, M.Pd.I, M.Pd.I, M.Pd.I,
 Penerbit : Indragiri TM
 Bahasa : id
 Tahun : 2014
 Halaman : 225
 Halaman : 225
 Google Book : https://play.google.com/store/books/details?id=PH0nDwAAQBAJ&source=gbs_api
 Ketersediaan :

Anda mungkin juga menyukai