Disusun Oleh:
Nur Holiza (22020115120012)
Dian Ayu Cahyanigsih (22020115120060)
Devi Ridha Rossela (22020115120033)
Ani Arifati Luluk Atudiniyah (22020115130088)
Ayu Dita Handayaningtyas (22020115120023)
Nurul Khasanah (22020115120009)
Aulia Lusda Farah Zahra (22020115140070)
Kelas A.15.2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar lansia mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur pada
lansia yang sering terjadi diantaranya insomnia. Insomnia adalah gangguan pada
kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi (NANDA, 2018).
Prevalensi insomnia di Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 67% dari jumlah
lansia di Indonesia (Sayekti dkk, 2015). Penuaan merupakan salah satu fktor
yang dapat menyebabkan insomnia pada lansia. Selain itu, terdapat faktor-faktor
lain yang menyebabkan insomnia pada lansia.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di bangsal Edelweis Rumah
Pelayanan Lanjut Usia Pucang Gading Semarang menunjukkan 10 dari 11 lansia
mengeluh mengalami gangguan tidur. Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang
tidak kondusif (panas, bau, bising), kenyamanan fisik (gatal, gangguan integritas
kulit, nyeri otot) dan kondisi psikosial lainnya. Untuk menyelesaikan masalah
tersebut, tindakan yang sudah dilakukan diantaranya dengan memberikan obat
gatal, pengaturan pencahayaan dan pembersihan ruangan secara rutin. Namun,
tindakan yang sudah dilakukan belum mampu menyelesaikan masalah insomnia
pada lansia di bangsal Edelweis Rumah Pelayanan Lanjut Usia Pucang Gading
Semarang.
Kualitas tidur yang buruk pada lansia dapat menyebabkan lansia tidak
mampu mempertahankan kesehatan tubuh. Hal ini dapat menimbulkan
terjadinya gangguan kognitif seperti pelupa, rasa bingung dan disorientasi
terutama jika gangguan tidur terjadi dalam waktu yang lama. Dampak lain yang
ditimbulkan dari kurangnya tidur pada lansia seperti mengantuk berlebihan di
siang hari, gangguan memori dan perhatian, mood, depresi, sering terjatuh, dan
juga penurunan kualitas hidup (Rakhman dkk, 2017). Sehingga masalah
gangguan tidur pada lansia perlu di atasi.
Penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa terapi musik gamelan
efektif untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia (Rakhman dkk, 2017).
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Yu Huang et al yang
membuktikan bahwa terapi musik efektif dalam meningkatkan kualitas tidur
pada lansia (Yu Huang et al, 2016). Terapi musik dapat mengurangi sirkulasi
noradrenalin sehingga menimbulkan efek tenang. Hal ini dikarenakan musik
mampu merangsang kelenjar hipofisis untuk mensekresi hormon endorphin yang
memiliki efek menenangkan sehingga mampu meningkatkan kualitas tidur pada
lansia (Yu Huang et al, 2016). Oleh karena itu, perawat memilih melakukan
terapi aktivitas kelompok dengan terapi musik pada lansia.
C. Masalah Keperawatan
A. Diagnosa Keperawatan
B. Tujuan Umum
1. PM mengatakan jika terbangun sudah berkurang, dari 5 kali bangun/waktu tidur menjadi 3 kali/ waktu tidur
2. PM mengatakan durasi memulai tidur berkurang dari 3 jam menjadi 1 jam
3. 8 dari 10 lansia menunjukkan dapat memulai tidur
C. Tujuan Khusus
1. PM mengatakan lingkungan yang tidak nyaman menjadi nyaman dari skala 5 menjadi 3
BAB III
RANCANGAN KEGIATAN
A. Topik
Peningkatan kualitas tidur pada lansia dengan menggunakan terapi musik
gamelan
B. Metode Pelaksanaan
Demonstrasi terapi musik gamelan
D. Strategi Pelaksanaan
Tahap Waktu Keagiatan
Tahap 5 Menit a. Pamandu mengucapkan salam.
b. Pemandu menanyakan kabar PM hari ini.
orientasi
c. Pemandu memperkenalkan diri,
meperkenalkan anggota kelompok.
d. Pemandu menjelaskan tujuan
dilaksanakannya TAK.
e. Pemandu membuat kontrak waktu dengan
PM.
Tahap Kerja 30 Menit a. Pemandu memberikan penjelasan tentang
terapi musik gamelan kepada PM.
b. Pemandu beserta dengan fasilitator dan PM
mendemonstrasikan terapi musik gamelan.
Tahap 5 Menit a. Evaluasi TAK yang disampaikan oleh
Terminasi observer.
b. Pemandu menjelaskan rencana tindak lanjut.
c. Pemandu menutup kegiatan TAK.
Keterangan :
: PM
: Pemandu
: Fasilitator
: Observer
G. Susunan Acara
Kartu memori
(10’)
11.00-11.03 Pembukaan: Dian -
WIB
- Salam + sapa kepada PM
- Perkenalan masing-
masing (Pemandu,
observer dan fasilitator)
- Menjelaskan kegiatan
(3’) terapi music gamelan,
waktu kegiatan dan
tujuan (Membantu
meningkatkan
kenyamanan saat tidur)
Ani Arifati L. A= PM 11
(2’)
11.37-11.40 Menjelaskan Rencana Dian
WIB Tindak Lanjut kepada
penanggung jawab ruangan
(3’) untuk dilakukan terapi
musik gamelan 1 kali dalam
sehari
H. Pengorganisasian
2. Fasilitator (Aulia Lusda Farah Z, Nurul Khasanah, Ayu Dita H, Devi Ridha
R, Nur Holiza)
a. Membantu jalannya terapi aktivitas kelompok (terapi musik gamelan)
b. Menuntun PM untuk mengikuti terapi musik gamelan
c. Membantu PM yang kesulitan dalam mengikuti terapi musik gamelan
I. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Pre planning dibuat sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul di
dalam bangsal Edelweis Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang
Gading
b. Topik dan tujuan terapi aktivitas kelompok sesuai dengan masalah yang
ada di dalam bangsal Edelweis
c. Kontrak waktu dan tempat sehari sebelum pelaksanaan
d. Media alat disesuaikan dengan kondisi yang ada
2. Proses
a. Peserta terapi aktivitas kelompok adalah semua lansia yang berada di
dalam bangsal edelweis hadir
b. Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok berjalan sesuai dengan tempat dan
waktu yang telah ditentukan
c. Peserta mengikuti semua kegiatan hingga selesai
d. Alat dan bahan yang digunakan tersedia secara lengkap
e. Terdapat evaluasi dan kontrak selanjutnya
f. Pemandu, fasilitator, observer, menjalankan masing-masing tugasnya
3. Hasil
a. Terapi aktivitas kelompok terapi musik gamelan dilakukan 40 menit
b. Semua PM menikmati terapi musik gamelan dan dapat tidur
c. Terdapat rencana tindak lanjut dengan berkolaborasi pengurus panti
wredha
J. Materi
Insomnia pada lansia diperkuat dengan faktor pertambahan usia dan
perubahan pola tidur pada lansia sehingga kebutuhan tidur lansia kurang
tercukupi pada mala harinya. Untuk dapat mengatasi masalah pada lansia
tersebut dapat diberikan terapi tindakan salah satunya dengan cara menggunakan
terapi musik . Terapi relaksasi merupakan terapi yang berfokus pada latihan otot
dan pikiran supaya menjadi lebih rileks dengan berbagai cara seperti meditasi,
relaksasi otot, mengurangi cahaya penerangan, dan memutar music yang
memberikan rasa nyaman sebelum waktu tidur. Musik digunakan sebagai
alternatif untuk melakukan teknik relaksasi karena mendengarkan music
merupakan cara yang mudah untuk mengalihkan perhatian, sederhana, dan
hampir sebagian besar masyarakat menyukai music (Wijayanti, 2012).
Gamelan merupakan salah satu ansambel yang terdiri dari instrument
perkusi. Instrumen gamelan kebanyakan adalah alat tipe metallophone dan gong
yang menghasilkan nada saat dipukul dengan palu (tabuh). Terapi musik
gamelan dilakukan selama 30 menit. Karakteristik akustik musik gamelan untuk
tempo lambat antara 60–100 (beats per menit) bpm dan pada tempo cepat antara
200-240 bpm. Musik gamelan tempo lambat memiliki ketukan hampir sama
dengan musik Mozart yaitu dengan tempo kurang lebih 60 ketukan/menit
(http://digilib.itb.ac.id, 2011). Pemberian tipe musik dengan tempo lambat dapat
memberikan efek menenangkan pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Asiret, Guler Duru. (2018). Effect of reminiscence therapy on the sleep quality of
the elderly living in nursing homes: A randomized clinical trial. European
Journal of Integrative Medicine. Volume 20. Halaman 1-5.