Anda di halaman 1dari 12

PRE-PLANNING SUPERVISI IMPLEMENTASI FOOT MASSAGE PADA

NY. S DI RT 07 RW X KELURAHAN PUDAKPAYUNG KECAMATAN


BANYUMANIK KOTA SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Keperawatan Komunitas


Dosen Pembimbing :
Megah Andriany, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom., Ph.D
Ns. Muhammad Mu’in, S.Kep., M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Oleh :
RIANTI PUTRI TSANI
22020118210046

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI ANGKATAN 32


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler berupa tingginya
tekanan darah yang ditandai dengan tekanan sistol ≥ 140 mmHg atau
tekanan diastol ≥ 90 mmHg (Black & Hawks, 2005). Prevalensi hipertensi
dunia mencapai 29,2% pada laki-laki dan 24,8% pada perempuan, ada 1
miliarar orang di dunia menderita hipertensi dan 2/3 diantaranya berada di
negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang. Di Indonesia,
hipertensi pada laki-laki sebanyak 32,5% dan wanita sebanyak 29,3%
(WHO, 2013).
Penatalaksanaan hipertensi secara umum dilaksanakan dengan dua
cara, yaitu secara farmakologis dan non-farmakologis (Dalimartha, dkk.,
2008). Penatalaksanaan farmakologis yaitu perawatan dengan obat-obatan
dengan beberapa efek baik yang menguntungkan maupun yang merugikan
(Wahyuni, 2014). Penatalaksanaan non farmakologi adalah perawatan
yang tidak menggunakan bahan dari senyawa kimia, antara lain dari bahan
tumbuhan, menjaga pola makan, olahraga teratur, mengurangi asupan
alkohol dan merokok, refleksi, dan jenis-jenis terapi kesehatan (Ana,
2007).
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. S di RT 07 RW X
kelurahan Pudakpayung, didapatkan data bahwa tekanan darah klien
meningkat dan tidak stabil, yaitu 140/90, 150/90, dan 150/100 mmHg.
Selain itu, tata laksana hipertensi pada Ny. S dilakukan saat gejala nyeri
kepala muncul. Ny. S melakukan pijatan pada pelipis kepala sembari
istirahat. Ny. S mengatakan merasa lebih baik setelah memijat kepala,
namun klien tidak memahami upaya yang dilakukan tersebut merupakan
tindakan yang tepat atau tidak. Oleh karena itu, dibutuhkan pemberian
informasi mengenai manajemen hipertensi dengan relaksasi.
Terapi foot massage merupakan salah satu manajemen non
farmakologis dalam bentuk terapi relaksasi yang dapat digunakan untuk
mengatasi hipertensi. Terapi foot massage adalah terapi pijat dengan
menekan titik-titik tertentu pada kaki. Manfaat terapi foot massage yaitu
dapat mengurangi gejala hipertensi, salah satunya mengurangi nyeri kepala
maupun nyeri pada bagian-bagian tubuh. Teknik dasar dalam terapi foot
massage memberikan rangsangan berupa yang dapat memancarkan
gelombang-gelombang relaksasi dan melebarkan pembuluh darah.
Akibatnya, terjadi peningkatan sirkulasi darah dan lancarnya aliran darah
ke seluruh tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Wahyuni,
2014).
Hasil penelitian Juliantri, Nurfianti, dan Maulana (2015)
menunjukkan bahwa ada penurunan tekanan darah yang bermakna setelah
pemberian masase ekstremitas pada pasien hipertensi. Penelitian yang
dilakukan oleh Biswas, Asokan, dan Lenka (2018) menunjukkan adanya
penurunan tekanan darah setelah intervensi foot and back massage.
Penelitian terbaru oleh Fathiya dan Holidah, (2018) membuktikan masase
kaki efektif menurunkan tekanan darah pada semua responden hipertensi
setelah pemberian selama 6 hari.
Berdasarkan latar belakang tersebut, mahasiswa memilih terapi
foot massage sebagai terapi relaksasi yang dapat menurunkan tekanan
darah pada Ny. S. Tujuan pemberian intervensi foot massage adalah untuk
menurunkan tekanan darah pada Ny. S di RT 07 RW X Kelurahan
Pudakpayung. Hasil intervensi diharapkan menjadi sumber informasi
tentang manfaat terapi foot massage di bidang kesehatan dan keperawatan
serta bisa dijadikan salah satu alternatif terapi non farmakologis dalam
penurunan dan pengontrolan tekanan darah pada penderita hipertensi.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan pemberian terapi foot massage selama 3 minggu
pada Ny. S di RT 07 RW X Pudakpayung, diharapkan Ny. S mampu
melakukan foot massage (9 langkah) selama 15 menit sebanyak dua
kali setiap minggu.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pemberian terapi foot massage kepada Ny. S di RT
07 RW X Pudakpayung selama 30 menit, diharapkan :
a. Klien mampu menyebutkan 3 dari 7 manfaat terapi foot massage
b. Klien mampu menyebutkan 4 dari 9 langkah-langkah terapi foot
massage
c. Klien mau melakukan terapi foot massage secara mandiri
d. Klien mau melakukan terapi foot massage 2 kali dalam seminggu
selama 15 menit

C. SASARAN
Sasaran adalah Ny. S di RT 07 RW X Kelurahan Pudakpayung

D. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Metode
Diskusi dan demonstrasi
2. Media
Leaflet dan laptop
3. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Sabtu, 9 Maret 2019
Waktu : 15.00 – selesai
Tempat : Rumah Ny. S di RT 07 RW X Kelurahan
Pudakpayung
4. Setting tempat

Keterangan :
: Ny. S

: mahasiswa

: dosen pembimbing
E. TAHAP KEGIATAN
Waktu Kegiatan
15.00-15.10 Pre-Orientasi:
a. Menyiapkan tempat
b. Mempersiapkan materi
c. Mempersiapkan klien
15.10-15.20 Orientasi :
a. Memberikan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan prosedur
e. Kontrak waktu lamanya terapi foot massage
f. Persetujuan klien
15.20-15.35 Tahap kerja :
a. Pelaksanaan terapi foot massage
1) Menghitung tekanan darah
2) Memberikan edukasi terkait (pengertian,
manfaat, prinsip, dan langkah-langkah foot
massage)
3) Mendemonstrasikan dan melakukan foot
massage bersama dengan klien
4) Mendorong klien melakukan foot massage
secara mandiri
5) Memberikan tugas kepada klien untuk
melakukan foot massage dua kali dalam
seminggu selama 15 menit
6) Menghitung tekanan darah
15.35-15.40 Evaluasi dan Terminasi:
a. Evaluasi respon verbal dan non verbal kllien
setelah terapi foot massage (perasaan, tekanan
darah)
b. Evaluasi pemahaman klien mengenai manfaat
terapi foot massage
c. Evaluasi pemahaman klien mengenai langkah-
langkah terapi foot massage
d. Evaluasi sikap (keinginan) klien dalam
melakukan terapi foot massage secara mandiri
e. Evaluasi sikap klien terhadap penerapan terapi
foot massage setiap hari
f. Rencana tindak lanjut
g. Mengucapkan terimakasih
h. Memberikan salam
F. PENGORGANISASIAN DAN PEMBAGIAN TUGAS
Pelaksanaan terapi foot massage dilakukan secara individu. Mahasiswa
sebagai leader dan educator. Sedangkan Ny. S sebagai klien. Serta dosen
pembimbing sebagai observer dan melakukan pengawasan.

G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Pre-planning telah dibuat dan dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing sebelum pelaksanaan terapi foot massage
b. Waktu dan tempat pelaksanaan terapi foot massage telah disepakati
dan ditetapkan Bersama dengan klien
c. Alat dan media telah dipersiapkan dengan baik
2. Evaluasi Proses
a. Ketepatan waktu kehadiran mahasiswa
b. Kesesuaian kegiatan dengan rencana yang telah disusun
c. Keaktifan klien dalam mengikuti terapi foot massage
d. Media dan alat bantu dapat digunakan secara efektif
3. Evaluasi hasil
a. Aspek kognitif:
1) Klien mampu menyebutkan pengertian terapi foot massage
2) Klien mampu menyebutkan manfaat terapi foot massage
3) Klien mampu menyebutkan mekanisme atau langkah-langkah
terapi foot massage
b. Aspek afektif :
1) Klien menyatakan kemauan untuk melaksanakan terapi foot
massage dua kali dalam 1 minggu selama 15 menit
c. Aspek psikomotor/tindakan:
1) Klien mampu melakukan terapi foot massage secara mandiri.
Lampiran Tabel Evaluasi
A. Evaluasi Persiapan
No. Kegiatan Ya Tidak
1. Mempersiapkan pre-planning H-2 sebelum hari
pelaksanaan
2. Kontrak waktu dan tempat dengan klien H-2
sebelum hari pelaksanaan
3. Mempersiapkan media H-2 sebelum hari
pelaksanaan

B. Evaluasi Proses
No. Kegiatan Ya Tidak
1. Ketepatan waktu kehadiran mahasiswa
2. Kesesuaian implementasi dengan rencana yang
telah disusun
3. Klien tampak aktif dan kooperatif mengikuti diskusi
dan demonstrasi terapi relaksasi foot massage dari
awal sampai akhir

C. Evaluasi Hasil
No. Kegiatan Ya Tidak
Aspek Kognitif
1. Menyebutkan manfaat terapi foot massage
2. Menyebutkan langkah-langkah melakukan terapi
foot massage
Aspek Afektif
1. Bersedia dan akan melaksanakan terapi foot
massage secara mandiri sebanyak dua kali dalam 1
minggu selama 15 menit
Aspek Psikomotor
1. Mampu melakukan dan mendemonstrasikan terapi
foot massage secara mandiri
Lampiran Materi

A. Pengertian terapi foot massage


Terapi foot massage adalah terapi pijat dengan menekan titik-titik
tertentu pada kaki. Terapi foot massage adalah manipulasi jaringan ikat
melalui pukulan, gosokan atau meremas untuk memberikan dampak pada
peningkatan sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan memberikan efek relaksasi
(Potter & Perry, 2011). Foot massage merupakan teknik dimana kedua kaki
menerima beberapa teknik di berbagai posisi, dengan memijat lembut dan
berirama untuk mendapatkan respon relaksasi (Puthusseril, 2006).
B. Manfaat terapi foot massage
Efek dari pemberian terapi foot massage adalah dapat mengurangi
nyeri kepala, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres, dan
menurunkan tekanan darah. Terapi foot massage efektif menurunkan tekanan
darah karena teknik pemijatan yang diberikan dapat membantu mengurangi
nyeri dan kelelahan, mengendurkan ketegangan otot, dan melancarkan
produksi hormon endorfin yang berfungsi untuk releksasi tubuh sehingga
tekanan darah menurun (Dalimartha, 2008; Wahyuni, 2014). Relaksasi yang
dihasilkan dari pijatan akan merangsang sistem saraf simpatis dalam
menurunkan aktivitasnya dan memvasodilatasi pembuluh darah. Akibatnya,
terjadi peningkatan sirkulasi darah ke seluruh tubuh sehingga penyaluran
nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh menjadi lancar tanpa ada hambatan dan
dapat menurunkan tekanan darah (Wijayakusuma, 2006; Hadibroto, 2006;
Safitri, 2009).
Foot massage mengaktifkan aktivitas parasimpatik kemudian
memberikan sinyal neurotransmiter ke otak (hipotalamus) dan merangsang
produksi hormon endorfin (Guyton, 2014). Endorfin yang disekresikan ke
dalam peredaran darah dapat mempengaruhi suasana hati menjadi rileks
(Ganong, 2008). Menurut Aziz (2014), gelombang alfa akan mengurangi
stres, meningkatkan perasaan rileks, dan membantu kontraksi otot untuk
melepaskan hormon serotin, asetilkolin, dan endorfin yang dapat memberikan
rasa nyaman dan relaksasi.
Kaur, Kaur, dan Bhardwaj (2012) menyatakan bahwa foot
massage yang dilakukan selama 5 menit dapat memberikan efek
meningkatkan relaksasi karena adanya perubahan pada tekanan darah sistolik,
tekanan darah diastolik, denyut nadi, kelelahan, dan suasana hati setelah
intervensi tersebut dilakukan. Pada tindakan foot massage berarti sentuhannya
dapat merangsang produksi hormon yang menyebabkan perasaan aman dan
menurunkan stres serta kecemasan (Mac Donald, 2010 & Zak, 2012).
Menurut Puthusseril (2006), foot massage mampu memberikan efek relaksasi
yang mendalam, mengurangi kecemasan, mengurangi rasa sakit,
ketidaknyamanan secara fisik, dan meningkatkan kualitas tidur seseseorang.
Foot massage dapat memberikan efek untuk mengurangi nyeri
karena pijatan yang diberikan menghasilkan stimulus yang lebih cepat sampai
ke otak dibandingkan dengan rasa sakit yang dirasakan, sehingga
meningkatan sekresi serotonin dan dopamin. Sedangkan efek pijatan
merangsang pengeluaran endorfin, sehingga membuat tubuh terasa rileks
karena aktivitas saraf simpatis menurun (Field, Hernandez-Reif, Diego, &
Fraser, 2007; Gunnarsdottir & Jonsdottir, 2007).
C. Mekanisme terapi foot massage
Terapi foot massage dapat diberikan selama 2x seminggu dalam 3
minggu selama 30 menit (Wahyuni, 2014). Terapi foot massage dilakukan
pada kaki bagian bawah selama 15 menit dimulai dari memberikan pemijatan
dan gosokan pada permukaan punggung kaki dan diakhiri pada telapak kaki.
Gosokan yang berulang menimbulkan peningkatan suhu di area gosokan. Hal
ini akan mengaktifkan sensor syaraf kaki sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah yang mempengaruhi aliran darah meningkat, sirkulasi darah
menjadi lancar (Aditya, Sukarendra & Putu, 2013).
Langkah-langkah terapi foot massage (Afiyanti, 2017):
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Sukarendra, & Putu. (2013). Pengaruh pijat refleksi terhadap insomnia
pada lansia di Desa Leyengan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang. Jurnal Keperawatan.
Afianti, Nurlaily & Mardhiyah Ai. (2017). Pengaruh foot massage terhadap
kualitas tidur pasien di Ruang ICU. JKP. Vol. 5. No. 1. Hal. 86-97.
Aziz, M.Tanzil. (2014). Pengaruh terapi pijat (massage) terhadap tingkat insomnia
pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang.
Jurnal Keperawatan.
Biswas, Sukriti., Asokan., & Lenka, Amrita L. (2018). A comparative study to
assess the effectiveness of foot massage & back massage in reducing
blood pressure among hypertensive patients admitted in Medicine
ward attertiarycare hospital, Bhubaneswar. Journal of Nursing and
Health Science. Vol. 7. No. 1. Hal. 1-6.
Dalimartha, S., Purnama, B.T., Sutarina, N., Mahendra, B., & Darmawan, R.
(2008) Care your self hipertensi. Depok: Penebar Plus. 2008.
Fathiya, Luthfil Y., & Holidah, Evi Nur. (2018). Studi kasus penerapan masase
kaki dengan citronella oil terhadap penurunan tekanan darah pasien
hipertensi di Wilayah Puskesmas Medokan Ayu Surabaya. Junal
Keperawatan Muhammadiyah. Vol. 3. No. 1.
Field, T., Hernandez-Reif, M., Diego, M., & Fraser, M. (2007). Lower back pain
and sleep disturbance are reduced following massage therapy. Journal
Bodywork & Movement Therapies, 11(2), 141-5.
Ganong, W. F. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran (Edisi 22). Jakarta: EGC.
Gunnarsdottir, T.J., & Jonsdottir, H. (2007). Does the experimental design capture
the effects of complementary therapy? A study using reflexology for
patients undergoing coronary artery bypass graft surgery. Journal
Clinic Nursing. Vol. 16. No. 4. Hal. 777-785.
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2014). Buku ajar fisiologi kedokteran (Edisi 12).
Saunders, Elseveir.
Hadibroto, Yasmine. (2006). Seluk-beluk pengobatan alternatif dan
komplementer. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Hartutik, Sri., & Suratih, Kanthi. (2017). Pengaruh terapi pijat refleksi kaki
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer. GASTER.
Vol. 15. No. 2. Hal. 132-146.
Juliantri, Veny., Nurfianti, Arina., Maulana, M. Ali. (2015). Efektivitas massage
ekstremitas terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi
di Klinik Pratama Universitas Tanjungpura Tahun 2015. Jurnal
Cerebellum. Vol. 1. No. 3. Hal. 247-265.
Kaur, J., Kaur, S., & Bhardwaj, N. (2012). Effect of 'foot massage and
reflexology' on physiological parameters of critically ill patients.
Nursing and Midwifery Research Journal. Vol. 8. No. 3.
MacDonald, K. (2010) The peptide that binds: A systematic review of oxytocin
and its prosocial effects in humans. Harvard Review of Psychiatry.
Vol. 18. Hal. 1-21.
Potter & Perry. (2011). Fundamental of nursing (Buku 1, Edisi 8). Jakarta:
Salemba Medika.
Puthusseril, V. (2006). Special foot massage as a complementary therapy in
palliative care. Indian Journal of Palliative Care. Vol. 12 No. 2), Hal.
71-76.
Safitri, Putri. (2009). Efektivitas massage kaki dengan minyak essensial lavender
terhadap penurunan tekanan darah. Medan: PSIK Fkep USU.
Wahyuni, S. (2014). Pijat refleksi untuk kesehatan. Jakarta Timur: Dunia Sehat.
WHO. (2013). A global brief hypertension: silent killer, global public health
disease. Switerland: WHO Press.
Wijayakusuma, H. (2006). Atasi asam urat dan reumatik ala hembing. Jakarta:
Puspa Swara.

Anda mungkin juga menyukai