Anda di halaman 1dari 1

Skizofrenia adalah salah satu gangguan mental yang memerlukan perawatan jangka

panjang dan biaya perawatan yang cukup besar. Selain itu hasil terapi yang diberikan
selama ini kurang memuaskan sebab banyaknya kasus yang tidak memberikan respon
yang baik dan sering terjadi relaps. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk
mencari penyebab dari gangguan ini dengan tujuan didapatkannya terapi yang lebih
optimal.
Penelitian akhir-akhir ini menemukan adanya peranan neuroinflamasi dan sistem
imun dalam patofisiologi gangguan skizofrenia, seperti studi genomic (Ripke et al.,
2011), darah (Miller et al., 2011), post mortem (Steiner et al., 2008), dan in vivo imaging
(Doorduin et al., 2009). Menariknya, beberapa anti psikotik memiliki efek anti inflamasi
dan beberapa anti inflamasi memiliki efek anti psikotik. Dalam studi kami terdahulu,
kami menemukan bahwa minosiklin, sebuah anti biotik yang memiliki efek anti
inflamasi, dapat dipakai sebagai terapi tambahan untuk memperbaiki perilaku skizofrenia
pada hewan coba dan juga menurunkan aktivasi mikroglia sebagai tanda penurunan
neuroinflamasi di otak hewan coba tersebut (Liaury et al., 2014). Sebagai tambahan lagi,
penggunaan terapi elektrokonvulsi yang memperbaiki perilaku skizofrenia pada hewan
coba, juga memperbaiki neuroinflamasi di otak hewan coba tersebut (Limoa et al., 2016).
Eugenol sebagai komponen utama dari ekstrak daun kemangi telah ditemukan
mempunyai efek anti inflamasi (Thakur and Pitre, 2009; Mishra et al., 2013).

Anda mungkin juga menyukai