Anda di halaman 1dari 2

Tatalaksana Skizofrenia

Skizofrenia diyakini merupakan interaksi dari tiga factor (biogenik-psikogenik-sosiogenik) maka


pengobatan gangguan skizofrenia juga diarahkan pada ketiga faktor tersebut yaitu somatoterapi,
psikoterapi, dan sosioterapi. Dengan kata lain, tidak ada pengobatan tunggal yang dapat memperbaiki
keanekaragaman gejala dan disabilitas berkaitan dengan skizofrenia, tetapi harus dilakukan secara
komprehensif (Elvira, 2001).

a. Somatoterapi

Sasaran utama somatoterapi adalah tubuh manusia dengan harapan pasien akan sembuh melalui reaksi
holistik. Somatoterapi yang umum dilakukan adalah psikofarmaka dan ECT (Electroconvulsive Therapy).
Psikofarmaka atau disebut obat neuroleptika/antipsikotika dibedakan menjadi dua golongan tipikal
(konvensional) dan golongan atipikal (generasi kedua). Dasar pemilihan suatu jenis psikofarmaka adalah
atas pertimbangan manfaat dan resiko secara individual yang mencakup farmakokinetik dan
farmakodinamik. Semua antipsikotik yang saat ini tersedia (tipikal maupun atipikal) adalah bersifat
antagonis reseptor dopamni D2 dalam mesokortikal. Blokader reseptor D2 ini cenderung menyebabkan
symptom ekstrapiramidal walaupun secara umum golongan atipikal mempunyai resiko efek samping
neurologik yang lebih rendah (dibandingkan antipsikotik tipikal) (Elvira, 2001).

Antipsikotik golongan atipikal dengan efek samping neuromotorik relatif sedikit tersebut merupakan
suatu kemauan terapi terhadap skizofrenia. Meskipun demikian tetap harus dipertimbangkan bahwa efek
samping lain yang tidak diinginkan dari golongan atipikal tersebut yaitu peningkatan berat badan,
hiperprolaktinemia, hiperglikemia, dan dislipidemia. Akibat kurang baik lainnya seperti dislipidemia,
ketoasidosis diabetika, diabetes melitus, dan perubahan elektrokardiografi (EKG) serta resiko kanker
payudara akibat hiperprolaktinemia juga telah dicatat pada penggunaan antipsikotik atipikal (Elvira,
2001).

Antipsikotik dibedakan atas: 5

 Antipsikotik tipikal (antipsikotik generasi pertama)


1. Klorpromazin
2. Flufenazin
3. Tioridazin
4. Haloperidol
 Antipsikotik atipikal (antipsikotik generasi kedua)
1. Klozapin
2. Olanzapin
3. Risperidon
4. Quetapin
5. Aripiprazol

Pemakaian antipsikotik dalam menanggulangi skizofrenia telah mengalami pergeseran. Bila mulanya
menggunakan antipsikotik tipikal, kini pilihan beralih ke antipsikotik atipikal, yang dinyatakan lebih
superior dalam menanggulangi simtom negatif dan kemunduran kognitif. Adanya perbedaan efek
samping yang nyata antara antipsikotik atipikal dan antipsikotik tipikal (Elvira, 2001).
Antipsikotik atipikal:

 Menimbulkan lebih sedikit efek samping neurologis.


 Lebih besar kemungkinan dalam menimbulkan efek samping metabolik, misalnya pertambahan
berat badan, diabetes mellitus, atau sindroma metabolik.

Penanggulangan memakai antipsikotik diusahakan sesegera mungkin, bila memungkinkan secara klinik,
karena eksaserbasi psikotik akut melibatkan distres emosional, perilaku individu membahayakan diri
sendiri, orang lain, dan merusak sekitar. Individu terlebih dahulu menjalani pemeriksaan kondisi fisik, vital
signs, dan pemeriksaan laboratorium dasar, sebelum memperoleh antipsikotik (Elvira, 2001).

Jenis intervensi somatogenik selain psikofarmaka adalah ECT. Bagaimana sebenarnya cara kerja ECT
sehingga dapat menyembuhkan penderita gangguan jiwa sampai sekarang belum diketahui pasti
walaupun beberapa teori telah diajukan dimana ada yang berorientasi secara organik tetapi ada juga yang
tidak berorientasi organik (Elvira, 2001).

b. Psikoterapi

Terapi psikososial dimaksudkan agar pasien skizofrenia mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan
sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mandiri, serta tidak menjadi beban bagi keluarga dan
masyarakat). Termasuk dalam terapi psikososial adalah terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga,
terapi kelompok, dan psikoterapi individual (Elvira, 2001).

Elvira SD, Hadisukanto G. 2001. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
170-196

Anda mungkin juga menyukai