Klasifikasi ini tidak ketat. Janda mencatat bahwa tidak ada otot yang
secara eksklusif bersifat fasik atau tonik; beberapa otot mungkin menunjukkan
karakteristik tonik dan fasik. Namun, otot memiliki kecenderungan untuk
menjadi tightness atau weakness dalam sebuah disfungsi. Sebagai contoh,
skalen secara filogenetik diklasifikasikan sebagai otot fasik, tetapi seringkali
mereka cenderung tightness karena kelebihan beban akibat postur yang buruk
dan ergonomi. Otot-otot yang rentan terhadap tightness kadang-kadang
ditemukan weakness, sementara otot-otot yang rentan terhadap weakness
kadang-kadang ditemukan tightness. Sederhananya, temuan ini mungkin
menunjukkan adanya lesi struktural lokal daripada patologi fungsional sistem
sensorimotor.
Fisioterapis Ceko Pavel Kola memperluas daftar untuk otot tonik dan
fasik dari perspektif pengembangan saraf yang lebih (Kola 2001) daripada
penjelasan Janda. Ia mengklasifikasikan otot-otot berikut sebagai fasik: rektus
capitis anterior, supraspinatus, infraspinatus, teres minor, dan deltoid, dan otot-
otot berikut sebagai tonik: coracobrachialis, brachioradialis, subscapularis, dan
teres mayor. Kola? juga mencatat bahwa latissimus dorsi dapat berupa tonik
atau fasik. Berbeda dengan Janda, Kola mengkategorikan piriformis dan
gastrocnemius sebagai otot fasik dan mengatakan bahwa biseps, trisep, dan
adduktor pinggul menunjukkan bagian tonik dan fasik. Secara khusus, kepala
panjang trisep dan kepala pendek biseps adalah tonik, sedangkan trisep medial
lateral dan kepala panjang biseps adalah fasik. Adduktor pendek adalah tonik,
sedangkan adduktor panjang adalah phasic.
Muscle tightness
Janda menyebutkan bahwa otot tightness merupakan salah satu faktor
muscle imbalance. secara umum otot yang tightness lebih kuat dari pada otot
yang mengalami inhibisi (Janda 1987). otot tightness secara refleks dapat
menghambat antagonis, menyebabkan mucsle imbalance sehingga terjadi
disfungsi sendi sehingga terjadi pola dan kompensasi gerakan yang buruk.
sehingga, tekanan berlebih pada otot yang diaktifkan dan stabilisasi yang buruk
rentan terjadi cidera.
Terdapat 3 faktor terjadinya muscle tightness (janda 1993) :
Panjang otot, ambang irritabilitas dan perubahan rekrutmen. otot yang
kencang biasanya terjadi pemendekan otot dari biasanya. otot tightness
menyebabkan ambang aktivasi lebih rendah atau ambang irritabilitas lebih
rendah, bahwa otot siap untuk digerakkan (Janda 1993). gerakan biasanya
mengambil jalan resistensi paling sedikit, dan otot yang tigthness dan
terfasilitasi merupakan pola gerkakan yang direkrut. otot yang tightness bisa
mempertahankan kekuatan tetapi dalam kasus tertentu bisa melemah.
Secara struktural peningkatan ketegangan pada otot disebabkan karena
terjadi lesi pada SSP yang menyebabkan spastik atau rigid, seperti pada kasus
cerebral palsy atau parkinson. otot yang tightness sama seperti hipertonik atau
difasilitasi. secara fungsional peningkatan ketegangan pada otot disebabkan
oleh komponen kontraktil (faktor neurofleksif) dan viskoelastik (faktor
adaptif) dari ketegangan pada otot.
Lower-Crossed Syndrome
Lower-crossed syndrome (LCS) juga disebut sebagai pelvic crossed syndrome
(gambar 4.3a; Janda 1987). Pada LCS, tightness pada thoracolumbar extensors dorsal
menyilang dengan tightness iliopsoas dan rectus femoris. Kelemahan otot perut bagian
dalam menyilang dengan kelemahan gluteus maximus dan medius. Pola
ketidakseimbangan ini menciptakan disfungsi sendi, khususnya pada segmen L4-L5
dan L5-S1, sendi SI, dan sendi panggul. Perubahan postural spesifik yang terlihat pada
LCS meliputi anterior pelvic tilt, peningkatan lumbar lordosis, lateral lumbar shift,
lateral leg rotation, and knee hyperextension. jika lordosis dalam dan pendek, maka
ketidakseimbangan terutama di otot-otot panggul; jika lordosis dangkal dan meluas ke
daerah toraks, maka ketidakseimbangan mendominasi otot-otot trunk (Janda 1987).
Janda mengidentifikasi dua subtipe LCS: A dan B (lihat gambar 4.3, b-c).
Pasien dengan LCS tipe A menggunakan lebih banyak fleksi pinggul dan gerakan
ekstensi untuk mobilitas; pada postur berdiri mereka menunjukkan anterior pelvic tilt
dengan slight hip flexion and knee flexion. Individu mengkompensasinya dengan
limiter hyperlordosis pada lumbal dan dengan hyperkifosis pada upper lumbal dan
segmen thoracolumbar.
Menurut Janda LCS tipe B melibatkan lebih banyak gerakan punggung bagian
bawah dan perut. Ada lordosis lumbal minimal yang meluas ke segmen thoracolumbar,
kompensasi kyphosis di daerah toraks, dan protaksi kepala. COG digeser ke belakang
dengan bahu di belakang axis tubuh, dan lutut berada di recurvatum.
Otot-otot penstabil bagian dalam yang bertanggung jawab atas stabilitas tulang
belakang segmental dihambat dan diganti dengan aktivasi otot-otot superfisial
(Cholewicki, Panjabi, dan Khachatryan 1997). Tight hamstrings dapat
mengkompensasi anterior pelvic tilt atau menginhibisi gluteus maximus. Jika pinggul
kehilangan kemampuannya untuk memanjang pada posisi terminal stance, ada
peningkatan anterior pelvic tilt and lumbar extension Kompensasi ini menciptakan
reaksi berantai untuk mempertahankan keseimbangan, di mana pelvic tilt and anterior
lordosis meningkatkan kyphosis toraks dan lordosis serviks (lihat bab 3).
Pada orang dewasa, ketidakseimbangan otot dimulai secara distal di panggul dan
berlanjut secara proksimal ke daerah bahu dan leher. Pada anak-anak, perkembangan
ini terbalik, dan ketidakseimbangan otot dimulai secara proksimal dan bergerak secara
distal.
Layer Syndrome
Layer sindrome disebut sebagai sindrom stratifikasi atau
kombinasi dari UCS dan LCS (Lihat gambar 4.4). pasien menunjukkan
significat dari regulasi motorik yang meningkatn seiring waktu yang
memiliki prognosis yang buruk dibandingkan dengan UCS dan LCS
karena disfungsi yang lama. Layer sindrome terdapat pada orang
dewasa yang lebih tua dan ketika dilakukan pembedahan tidak berhasil
untuk nukleus pulposus.
Summary
Nyeri muskuluskeletal kronik dapat disebabkan oleh sejumlah
patologi, sehingga menyulitkan dokter untuk memberi diagnois
spesifik. Janda mengakui bahwa hubungan antara muscle imbalance
dan nyeri kronis oleh sistem sensorimotor. Kelompok tonik dan fasik
diuraikan rentan terhadap tightness dan weakness. Kemudian
mengidentifikasi beberapa komponen kontraktil dan nonkontraktil
yang menyebabkan perubahan pada ketegangan otot. Namun nyeri
kronis sulit untuk diobati, dimana dokter harus mengenali UCS, LCS
atau layer syndrome untuk diberikan perawatan yang tepat. Eveluasi
spesifik dengan menganalisis postural dan pemeriksaan pola gerak
dapat mendiagnosis dari muscle imbalance. Setelah itu perawatan
dimulai untuk mengatasaki perubahan umum yang terkait pada sindrom
tersebut.