Huldani - Myelitis PDF
Huldani - Myelitis PDF
MYELITIS
Oleh:
dr. Huldani
NOVEMBER, 2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Definisi Myelitis 4
2.2 Klasifikasi Myelitis 5
2.2.1 Menurut Onset 5
2.2.2 Menurut NINDS 5
2.2.3 Menurut Lokasi dan Distribusi Myelitis 6
2.2.3.1 Acute Transverse Myelitis (ATM) 7
A. Definisi 7
B. Epidemiologi 7
C. Etiologi 8
D. Patofisiologi 9
E. Tanda dan gejala klinis ATM 11
F. Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang ATM 13
G. Penatalaksanaan ATM 17
2.2.3.2 Poliomyelitis 20
A. Definisi Poliomielitis 20
B. Epidemiologi Poliomielitis 20
C. Klasifikasi Poliomielitis 21
D. Etiologi Poliomielitis 24
BAB III E. Patofisiologi Poliomielitis 25
BAB IV F. Manifestasi Klinis 26
BAB V G. Penatalaksanaan dan Prognosis Poliomielitis 28
Algoritma 30
Tabel Komparasi 32
BAB VI Rangkuman/Resume 34
Kesimpulan 40
Kesan & pesan 42
PENUTUP 43
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR GAMBAR
BAB II Gambar 1. Gambaran MRI pada kasus ATM 15
Gambar 2. Patogenesis poliomielitis 26
BAB III ALGORITMA 30
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR TABEL
BAB II Tabel 1. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis penyebab ATM 16
BAB IV TABEL KOMPARASI 32
BAB I
PENDAHULUAN
disebabkan proses inflamasi (NINDS 2012). Serangan inflamasi pada medulla spinalis
dapat merusak atau menghancurkan mielin yang merupakan selubung serabut sel saraf.
Kerusakan ini menyebabkan jaringan parut pada sistem saraf yang menganggu hubungan
antara saraf pada medulla spinalis dan tubuh. Beberapa literatur sering menyebutnya
Insiden myelitis dari seluruh usia anak hingga dewasa dilaporkan sebanyak 1-8 juta
orang di Amerika Serikat, sekitar 1400 kasus baru per tahun yang didiagnosis di Amerika
Serikat. Sebanyak 34000 orang dewasa dan anak-anak menderita gejala sisa myelitis
berupa cacat sekunder. Sekitar 20 % dari myelitis transversal akut terjadi pada anak-anak.
Sedangkan insiden myelitis transversa idiopatik sekitar 1,34-4,6 juta per tahun (3).
Myelitis dapat disebabkan berbagai etiologi seperti infeksi bakteri dan virus,
penyakit autoimun sistemik, beberapa sclerosis, SLE, Sjogren sindrome, pasca trauma,
neoplasma, iskemik atau perdarahan saraf tulang belakang dan jarang penyebab iatrogenik.
Pada kasus dimana penyebab dari myelitis tidak dapat diidentifikasi maka disebut sebagai
idiopatik (1,4).
Selama terjadi inflamasi pada saraf tulang belakang, akson yang bermyelin
mengalami kerusakan yang dapat menyebabkan gejala berupa gejala motorik seperti
kelumpuhan, disfungsi sensori seperti rasa nyeri dan rasa kebas, dan disfungsi otonom
seperti retensi urin. Sedangkan prognosis dari myelitis adalah buruk. Prognosis setelah
oleh infeksi virus ke gray matter medulla spinalis dengan gejala kelemahan atau
Transverse myelitis : proses inflamasi pada saraf tulang belakang disebabkan oleh
Dari banyaknya jenis myelitis maka diperlukan diagnosis dan tatalaksana yang tepat
untuk mencegah progresifitas maupun komplikasi dari penyakit tersebut. Inilah uraian
singkat dari penyaji yang lebih lengkapnya dapat dibaca di uraian selanjutnya.
pemahaman yang tinggi bagi tenaga medis sehingga diperlukan pembelajaran agar kasus
seperti ini dapat ditangani dengan tepat sebagaimana penanganan penyakit lainnya yang
sering ditemui. Dengan demikian, rumusan masalah pada tinjauan pustaka ini adalah:
1.3. Tujuan
Tinjauan kepustakaan ini bertujuan menjelaskan definisi, klasifikasi, etiologi,
1.4. Manfaat
Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa
kedokteran dan praktisi kesehatan agar dapat menegakkan diagnosis secara dini dan
memberikan penanganan yang tepat sehingga dapat mencegah progresivitas pada kasus
myelitis.
BAB II
ISI
Pada abad ke-19, hampir semua penyakit pada medulla spinalis disebut myelitis.
Dalam Dercum’s Of Nervous Diseases pada 1895, Morton Prince seorang ahli neuro pernah
menulis tentang myelitis traumatik, myelitis kompresif dan sebagainya, yang agak
pengetahuan neuropatologi, satu persatu penyakit di atas dapat diseleksi hingga yang
tergolong benar-benar karena radang atau inflmasi saja yang masih tertinggal (7).
Menurut Plum dan Olsen (1981) serta Banister (1978) myelitis adalah terminologi
nonspesifik, yang artinya tidak lebih dari radang medulla spinalis. Tetapi Adams dan Victor
(1985) menulis bahwa myelitis adalah proses radang infektif maupun non-infektif yang
menyebabkan kerusakan hingga nekrosis pada substansia grisea dan alba (7,8).
2012, myelitis adalah kelainan neurologi pada medulla spinalis (myelopati) yang disebabkan
Menurut kamus kedokteran Dorland 2007, myelitis adalah proses inflamasi pada
spinalis sebagai myelitis transverse atau myelitis transverse akut. Bahkan bentuk subakut
Makna “transversa” pada kasus myelitis menggambarkan secara klinis adanya band
like area horizontal perubahan sensasi di daerah leher atau toraks. Sejak saat itu, sindrom
paralisis progresif karena inflamasi di medulla spinalis dikenal sebagai myelitis
transversalis. Inflamasi berarti adanya pengaktifan sistem imun yang ada pada daerah lesi
dan potensial menimbulkan kerusakan. Jadi tidak ada keterlibatan saraf tulang belakang baik
dari segi patologi maupun pencitraan, tapi hingga hari ini masih sering literatur yang
menggunakannya (2).
2.2.1.1. Akut.
Gejala berkembang dengan cepat dan mencapai puncaknya dalam waktu beberapa hari
saja.
2.2.1.3. Kronik.
Herpes zoster.
Rabies.
Virus B2.
2.2.2.2. Myelitis yang merupakan akibat sekunder dari penyakit pada meningens dan
medula spinal.
Myelitis sifilitika
Meningoradikulitis kronik (tabes dorsalis)
Meningomielitis kronik
Meningomielitis subakut
Myelitis tuberkulosa
Meningomielitis tuberkulosa
Istilah mielopati digunakan bagi proses non inflamasi medulla spinalis misalnya yang
A. Definisi
Definisi Acute Transverse Myelitis (ATM) menurut NINDS ( National Institute of
Neurological Disorders and stroke) 2012 adalah kelainan neurologi yang disebabkan oleh
peradangan sepanjang medulla spinalis baik melibatkan satu tingkat atau segmen dari
medulla spinalis. Istilah mielitis menunjukkan peradangan pada medulla spinalis,
myelitis transverse akut. Bahkan bentuk subakut dari myelitis juga disebut sebagai
myelitis transverse akut. Sebagai hasilnya, makna “Acute Transverse Myelitis” sering
kelainan neurologi yang disebabkan oleh proses inflamasi pada saraf tulang belakang dan
berakibat hilangnya fungsi motorik dan sensorik di bawah tingkat lesi (3).
B. Epidemiologi
Insiden ATM dari seluruh usia anak hingga dewasa dilaporkan sebanyak 1-8 juta
orang di Amerika Serikat, sekitar 1400 kasus baru ATM per tahun yang didiagnosis di
Amerika Serikat. Sebanyak 34000 orang dewasa dan anak-anak menderita gejala sisa
ATM berupa cacat sekunder. Sekitar 20 % dari ATM terjadi pada anak-anak (3).
ATM dapat diderita oleh orang dewasa dan anak – anak baik pada semua jenis
kelamin maupun ras. ATM memiliki puncak insidensi yang berbeda yaitu umur : 10-19
dan 30-39 tahun. Ini menunjukkan tidak ada faktor predileksi seperti : ras, familial atau
jenis kelamin pada kasus ATM. Sehingga antara laki-laki dan perempuan mempunyai
probabilty yang sama untuk menderita ATM. Insiden meningkat menjadi 24,6 juta kasus
per tahun jika didapatkan penyebab demielinasi yang berhubungan dengan myelitis,
ATM mungkin timbul dari berbagai penyebab, tetapi paling sering terjadi sebagai
fenomena autoimun setelah infeksi atau vaksinasi (jumlah 60% kasus pada anak-anak)
atau karena infeksi langsung, penyakit dasar seperti autoimun sistemik, atau diperoleh
penyakit demielinasi seperti multiple sclerosis atau spektrum dari gangguan yang
berhubungan dengan neuromyelitis optica (penyakit Devic, penyakit demielinasi yang
dikenal sebagai gabungan penyakit myelitis transversa dan neuritis optik) (5).
C. Etiologi
ATM terjadi karena berbagai etiologi seperti infeksi langsung oleh virus, bakteri,
cytomegalovirus, dan TBC. Namun juga dapat disebabkan oleh proses non - infeksi atau
melalui jalur inflamasi. ATM sering terjadi setelah infeksi atau setelah vaksinasi. ATM
dapat juga terjadi sebagai komplikasi dari syphilis, campak, penyakit lyme, dan beberapa
Faktor etiologi lain yang dikaitkan dengan kejadian ATM adalah penyakit
jarang tidak ditemukannya faktor penyebab ATM sehingga disebut sebagai "idiopatik"
(4).
D. Patofisiologi
Hingga saat ini, para peneliti tidak dapat menentukan secara pasti penyebab ATM.
Satu teori utama yang menyebabkan ATM adalah imun memediasi inflamasi sebagai
Pada kasus ATM post infeksi, mekanisme sistem immun baik pada viral atau
infeksi bakteri tampaknya berperan penting dalam menyebabkan kerusakan saraf spinal.
Walaupun peneliti belum mengetahui secara tepat mekanisme kerusakan saraf spinal.
Rangsangan sistem immun sebagai respon terhadap infeksi menunjukkan bahwa suatu
reaksi autoimun yang bertanggung jawab. Molekuler mimikri dari viral dapat
menstimulasi generasi antibodi yang dapat memberikan reaksi silang dengan antigennya
juga dapat menyebabkan kerusakan langsung jaringan saraf tulang belakang (3,11).
Pada penyakit autoimun, sistem imun yang secara normal melindungi tubuh
yang menyebabkan inflamsi dan pada beberapa kasus merusak mielin medulla spinalis.
ATM juga terdapat pada beberapa penyakit autoimun seperti systemic lupus
yang merubah aliran darah) atau penyakit vaskuler seperti atherosklerosis yang
pembuluh darah yang menyumbat atau sempit, atau faktor lainnya. Pembuluh darah
membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan medulla spinalis dan membuang hasil
metabolisme. Saat pembuluh darah tersumbat atau menyempit dan tidak dapat membawa
sejumlah oksigen ke jaringan medulla spinalis. Saat area medulla spinalis menjadi
kekurangan oksigen atau iskemik. Sel dan serabut saraf mulai mengalami perburukan
secara cepat. Kerusakan ini menyebabkan inflamasi yang luas kadang - kadang
Ketika TM timbul tanpa penyakit penyerta yang tampak, hal ini diasumsikan untuk
menjadi idiopatik. TM idiopatik diasumsikan untuk sebagai hasil dari aktivasi abnormal
edema, hiperemi dan pada kasus berat terjadi perlunakan (mielomalasia) (3).
darah yang melebar dengan infiltrasi perivaskuler dan pada medulla spinalis tampak
akson – akson dan pada selubung mielin, disamping itu tampak adanya hiperplasia dari
mikroglia. Traktus – traktus panjang disebelah atas atau bawah daripada segemen yang
sensorik , dan otonom berada saling berdekatan. Oleh karena itu, lesi di medulla spinalis
dapat memiliki efek dalam semua modalitas ini. Namun, efek tersebut tidak selalu
Pemeriksaan klinis dengan fokus pada penyelidikan untuk sensorik tulang belakang dan
ATM terjadi secara akut (terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari) atau
subakut (terjadi dalam satu atau dua minggu). Gejala umum yang muncul melibatkan
gejala motorik, sensorik dan otonom. Beberapa penderita juga melaporkan mengalami
spasme otot, gelisah, sakit kepala, demam, dan hilangnya selera (1).
Dari beberapa gejala, muncul empat gejala klasik ATM yaitu kelemahan otot atau
paralisis kedua lengan atau kaki, nyeri, kehilangan rasa pada kaki dan jari – jari kaki,
1) Nyeri adalah gejala utama pada kira- kira sepertiga hingga setengah dari semua
penderita ATM. Nyeri terlokalisir di pinggang atau perasaan yang menetap seperti
2) Gejala lainnya berupa parastesia yang mendadak (perasaan yang abnormal seperti
terbakar, gatal, tertusuk, atau perasaan geli) di kaki, hilangnya sensorik. Penderita juga
mengalami gangguan sensorik seperti kebas, perasaan geli, kedinginan atau perasaan
pekaan yang tinggi terhadap perubahan temperatur atau suhu panas atau dingin.
yang bervariasi pada kaki dan lengan. Pada awalnya penderita dengan ATM terlihat
bahwa mereka terasa berat atau menyerat salah satu kakinya atau lengan mereka karena
terasa lebih berat dari normal. Kekuatan otot dapat mengalami penurunan. Beberapa
minggu penyakit tersebut secara progresif berkembang menjadi kelemahan kaki secara
menyeluruh, akhirnya menuntut penderita untuk menggunakan suatu kursi roda. Terjadi
Gejala otonom pada ATM berupa gangguan fungsi kandung kemih seperti retensi
urin dan buang air besar hingga gangguan pasase usus dan disfungsi seksual sering
terjadi. Tergantung pada segmen medulla spinalis yang terlibat, beberapa penderita
Pemulihan dapat tidak terjadi, sebagian atau komplit dan secara umum dimulai
dalam satu sampai tiga bulan. Dan pemulihan tampaknya tidak akan terjadi, jika tidak ada
perkembangan dalam tiga bulan. ATM biasanya adalah penyakit monofasik dan jarang
rekuren (5).
medis, sosial serta riwayat perjalanan, dan pemeriksaan fisik secara umum dapat
paraneoplastik, serta penyebab terkait dengan inflamasi sistemik atau penyakit autoimun
tubuh seperti paresis pada kedua tungkai yang terdai secara progesif dalam beberapa
minggu. Kelainan fungsi sensorik berupa rasa nyeri terutama di daerah pinggang, lalu
perasaan kebas atau seperti terbakar yang terjadi secara mendadak pada tangan maupun
kaki. Lalu kelainan fungsi otonom seperti retensi urin, urinary urgency maupun
konstipasi. Kelainan neurologis berupa defisit motorik, sensorik dan otonom adalah suatu
titik terang untuk diagnosis mielopati. Gejala dan tanda-tanda myelitis biasanya
berkembang selama jam sampai hari dan biasanya bilateral, namun unilateral atau nyata
Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis ATM berupa MRI dan pungsi lumbal.
MRI direkomendasikan untuk menyingkirkan adanya lesi struktural, terutama yang setuju
untuk intervensi bedah saraf mendesak. Seluruh saraf tulang belakang harus dicitrakan
Langkah pertama dalam evaluasi diagnostik ATM untuk menyingkirkan lesi akibat
compression (penekanan). Jika dicurigai mielopati, MRI spinal cord harus diperoleh
sesegera mungkin dengan pemakain kontras godalinium. Jika tidak ada lesi struktural
seperti massa tulang belakang atau spondylolisthesis, maka langkah kedua adalah untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya peradangan saraf tulang belakang dengan pungsi
cerebrospinal (CSF) untuk menentukan adanya peradangan. Analisis isi seluler CSF akan
menentukan jumlah sel darah putih yang dapat terakumulasi dalam cairan, yang nantinya
Selain neuroimaging dari spinal cord dan laboratorium CSF, darah/ tes serologi
mikoplasma, dan VDRL terjadinya myelitis setelah infeksi atau vaksinasi tidak
menghalangi kebutuhan untuk evaluasi lebih lanjut dalam menentukan etiologinya seperti
infeksi sifilis, HIV, campak, rubella dan lainnya, karena infeksi atau imunisasi juga dapat
G. Penatalaksanaan ATM
Ada beberapa literature merujuk pada penatalaksanaan ATM :
Rujukan Terapi
Nyeri
Nyeri adalah umum selama dan setelah serangan myelitis
dan dapat disebabkan oleh cedera saraf langsung (nyeri
neuropatik), faktor ortopedi (misalnya, nyeri karena
kekacauan postural), spastik atau beberapa kombinasi dari
faktor-faktor ini. Nyeri neuropatik dapat berespon dengan
pengobatan agen antikonvulsan, obat antidepresan
(antidepresan trisiklik dan reuptake inhibitor serotonin dan
norepinefrin), nonsteroid analgesik dan narkotik.
NINDS 2012 (1) Sementara tiap kasus berbeda pada semua pasien , berikut ini
adalah kemungkinan pengobatan pada pasien ATM .
Steroid intravena :
Pasien dengan ATM diberikan dosis tinggi metilprednisolon
intravena elama 3-5 hari. Keputusan untuk steroid lanjutan
atau menambahkan pengobatan baru sering didasarkan pada
perjalanan klinis dan penampilan MRI pada hari ke 5 setelah
pemberian steroid .
Plasma Exchange
Hal ini sering digunakan untuk pasien-pasien dengan ATM
moderat dan bentuk agresif yang tidak menunjukkan banyak
perbaikan setelah dirawat dengan steroid intravena dan oral
2.2.3.2. POLIOMIELITIS
A. Definisi Poliomielitis
Poliomielitis merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus
dengan predileksinya merusak sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang (anterior
horn cells of the spinal cord) dan batang otak (brain stem); dengan akibat kelumpuhan
otot-otot dengan distribusi dan tingkat yang bervariasi serta bersifat permanen (14).
B. Epidemiologi Poliomielitis
Penyakit poliomyelitis tersebar di seluruh dunia. Manusia merupakan satu-
satunya reservoir penyakit ini. Di negara mempunyai 4 musim, penyakit ini lebih sering
terjadi di musim panas, sedangkan di negara tropis musim tidak berpengaruh. Sebelum
tahun 1880 penyakit ini sering terjadi secara sporadis, di mana epidemi yang pertama
sekali dilaporkan dari Scandinavia dan Eropa Barat lalu Amerika Serikat (14).
Pada akhir tahun 1940-an dan awal tahun 1950-an epidemi poliomyelitis secara
tahun 1920, 90 % kasus polio terjadi pada anak < 5 tahun, sedangkan di awal tahun
1950an, kejadian tertinggi adalah pada usia 5-9 tahun, bahkan belakangan ini lebih dari
Hingga saat ini kasus poliomyelitis jarang di negara barat, polio masih endemik di
Asia selatan dan Afrika, terutama Pakistan, dan Nigeria. WHO memperkirakan ada 10-20
miliar penderita di seluruh dunia. Pada tahun 1997 ada 254000 orang yang tinggal di
Amerika Serikat yang menderita paralisis akibat polio. Amerika mendeklarasikan bebas
polio tahun 1994 dan Eropa bebas polio pada tahun 2002 (16).
komplikasi berupa kegagalan nafas, sedangkan untuk tipe ringan tidak dilaporkan adanya
C. Klasifikasi Poliomielitis
Poliomielitis terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: (14,15,17)
1. Poliomielitis asimtomatis : setelah masa inkubasi 6-20 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis abortif : timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari.
Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala,
hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari
masuk kedalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan
hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan
kolumna posterior.
4. Poliomielitis paralitik : dibagi menjadi 2 yaitu paralisis spinal dan paralisis bulbar.
anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun
strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari
terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh
pembulu darah kapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio
menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik -- yang mengontrol gerakan
fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang
tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang
seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan
memengaruhi sistem saraf pusat -- menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan
berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan
syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang
berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf
pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas, kondisi ini
disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat
menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan
Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak
ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan
dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol
pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan
pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur
fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal
ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima
hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika
otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi
kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-
paru. Yang terkena bagian atas nervus cranial (N.III – N.VII) dan biasanya dapat
sembuh. Lalu bagian bawah (N.IX – N.XIII ) sehingga terjadi pasase ludah di faring
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 2-5% pada anak dan 15-30 %
D. Etiologi Poliomielitis
Penyebab polio adalah virus polio. Virus polio merupakan RNA virus dan
termasuk famili Picornavirus dari genus Enterovirus. Virus polio tahan terhadap Ph asam
tetapi mati terhadap bahan panas, formalin, klorin dan sinar ultraviolet. Selain itu,
penyakit ini mudah berjangkit di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, melalui
• Tipe I Brunhilde
• Tipe II Lansing dan
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas (14).
c) Malnutrisi
d) Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stress emosi dan fisik dapat
e) Defisiensi imun
E. Patofisiologi Poliomielitis
Virus polio masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak di dalam
tenggorokkan dan saluran pencernaan, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh
darah dan getah bening. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan dan mengalir ke
sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis)
(15).
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua
neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi
penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang
biasanya terkena poliomyelitis ialah medula spinalis terutama kornu anterior, batang otak
pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio retikularis yang
mengandung pusat vital, serebelum terutama inti-inti vermis, otak tengah “midbrain”
terutama gray matter substansi nigra dan kadang-kadang nukleus rubra (15).
F. Manifestasi Klinis
Gejala klinis poliomielitis terdiri dari : (14)
a) Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa inkubasi 9-12 hari, tidak terdapat gejala. Kejadian ini
sulit untuk dideteksi tapi biasanya cukup tinggi terutama di daerah-daerah yang
standar higienenya jelek. Penyakit ini hanya diketahui dengan menemukan virus di
b) Poliomyelitis abortif
Kejadiannya diperkirakan 4-8 % dari jumlah penduduk pada suatu epidemi. Timbul
mendadak dan berlangsung 1-3 hari dan gejala klinisnya berupa panas dan jarang
melebihi 39,5 oC, sakit tenggorokkan, sakit kepala, mual, muntah, malaise, dan nyeri
perut. Diagnosis pasti hanya dengan menemukan virus pada biakan jaringan.
poliomyelitis abortif yang berlangsung 1-2 hari. Setelah itu suhu menjadi normal,
tetapi lalu naik kembali (dromedary chart) disertai dengan gejala nyeri kepala, mual
dan muntah lebih berat, dan ditemukan kekakuan pada otot belakang leher, punggung
dan tungkai, dengan tanda Kernig dan Brudzinsky yang positif. Tanda-tanda lain
adalah Tripod yaitu bila anak berusaha duduk dari sikap tidur, maka ia akan menekuk
kedua lututnya ke atas, sedangkan kedua lengan menunjang ke belakang pada tempat
tidur.
d) Poliomyelitis paralitik
kelemahan satu atau beberapa kelumpuhan otot skelet atau kranial. Gejala ini dapat
menghilang selama beberapa hari dan kemudian timbul kembali disertai dengan
kelumpuhan (paralitik) yaitu berupa paralisis flaksid yang biasanya unilateral dan
simetris.
- Bentuk spinal : Gejala kelemahan / paralisis atau paresis otot leher, abdomen,
- Bentuk bulbar : Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa
- Bentuk bulbospinal : Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk
- Infeksi abortif :
Istirahat sampai beberapa hari setelah temperatur normal. Kalau perlu dapat diberikan
- Non paralitik
Sama dengan tipe abortif. Pemberian analgetik 15-30 menit setiap 2-4 jam. Fisioterapi
dilakukan 3-4 hari setelah demam hilang. Fisioterapi bukan mencegah atrofi otot yang
- Paralitik
Harus dirawat di rumah sakit karena sewaktu-waktu dapat terjadi paralisis pernapasan,
dan untuk ini harus diberikan pernapasan mekanis. Bila rasa sakit telah hilang dapat
Prognosis
Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan
bagian tubuh yang terkena. Prognosis jelek pada bentuk bulbar, kematian biasanya
karena kegagalan fungsi pusat pernapasan atau infeksi sekunder pada jalan napas (14).
BAB III
ALGORITMA
Elliot M. Frohman and Dean M. Wingerchuk. Transverse Myelitis. N Engl J Med. 2010: 363;6.
Elliot M. Frohman and Dean M. Wingerchuk. Transverse Myelitis. N Engl J Med. 2010: 363;6.
BAB IV
Tabel Komparasi
Pembanding ATM Poliomyelitis
SAP N/ normal
(sensory action potential)
MCV beberapa kasus /normal
(motor conduction velocity)
CMAP /-
(componed motor action
potential)
Denervasi + +
MRI Normal, tulang belakang Hiperintensif
membengak, pada anterior
hiperintensif-difus pada horn cells
anterior horn cells
33
SKEMA
Definisi (Hal.4)
ATM (Hal. 7)
Klasifikasi
Myelitis (hal 4) Penyakit (Hal. 5 ) Poliomyelitis (Hal. 20)
Algoritma diagnosis
(Hal. 30)
34
BAB V
Rangkuman/ Resume
serabut sel saraf. Kerusakan ini menyebabkan jaringan parut pada sistem
saraf yang menganggu hubungan antara saraf pada medulla spinalis dan
sebanyak 1-8 juta orang di Amerika Serikat, sekitar 1400 kasus baru per
belakang dan jarang penyebab iatrogenik. Pada kasus dimana penyebab dari
disebabkan oleh infeksi virus ke gray matter medulla spinalis dengan gejala
tulang belakang.
34
menunjukkan peradangan pada medulla spinalis, trasversa menunjukkan
ATM dapat diderita oleh orang dewasa dan anak – anak baik pada
semua jenis kelamin maupun ras. ATM memiliki puncak insidensi yang
berbeda yaitu umur : 10-19 dan 30-39 tahun. Ini menunjukkan tidak ada
faktor predileksi seperti : ras, familial atau jenis kelamin pada kasus ATM.
Hingga saat ini, para peneliti tidak dapat menentukan secara pasti
penyebab ATM. Satu teori utama yang menyebabkan ATM adalah imun
tulang.
35
ATM terjadi secara akut ( terjadi dalam beberapa jam sampai
beberapa hari ) atau subakut ( terjadi dalam satu atau dua minggu ). Gejala
kelemahan otot atau paralisis kedua lengan atau kaki, nyeri, kehilangan
rasa pada kaki dan jari – jari kaki, disfungsi kandung kemih dan buang air
besar.
pada kira- kira sepertiga hingga setengah dari semua penderita ATM.
seperti retensi urin dan buang air besar hingga gangguan pasase usus dan
umum dimulai dalam satu sampai tiga bulan. Dan pemulihan tampaknya
36
tidak akan terjadi, jika tidak ada perkembangan dalam tiga bulan. ATM
penyakit autoimun.
kortikosteroid.
oleh virus dengan predileksinya merusak sel anterior masa kelabu sumsum
tulang belakang (anterior horn cells of the spinal cord) dan batang otak
37
dan awal tahun 1950-an epidemi poliomyelitis secara teratur ditemukan di
ini kasus poliomyelitis jarang di negara barat, polio masih endemik di Asia
mendeklarasikan bebas polio tahun 1994 dan Eropa bebas polio pada tahun
1. Poliomielitis asimtomatis
2. Poliomielitis abortif
paralisis bulbar.
virus dan termasuk famili Picornavirus dari genus Enterovirus. Virus polio
tahan terhadap Ph asam tetapi mati terhadap bahan panas, formalin, klorin
melalui sistem pembuluh darah dan getah bening. Virus ini dapat
38
Gejala klinis poliomyelitis
a) Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa inkubasi 9-12 hari, tidak terdapat gejala.
b) Poliomyelitis abortif
berupa panas dan jarang melebihi 39,5 oC, sakit tenggorokkan, sakit
berlangsung 1-2 hari. Setelah itu suhu menjadi normal, tetapi lalu naik
dan muntah lebih berat, dan ditemukan kekakuan pada otot belakang
yang positif. Tanda-tanda lain adalah Tripod yaitu bila anak berusaha
duduk dari sikap tidur, maka ia akan menekuk kedua lututnya ke atas,
d) Poliomyelitis paralitik
atau kranial. Gejala ini dapat menghilang selama beberapa hari dan
suportif.
atau paralitik) dan bagian tubuh yang terkena. Prognosis jelek pada bentuk
39
bulbar, kematian biasanya karena kegagalan fungsi pusat pernapasan atau
Kesimpulan
Insiden myelitis dari seluruh usia anak hingga dewasa dilaporkan sebanyak
1-8 juta orang di Amerika Serikat, sekitar 1400 kasus baru per tahun yang
Myelitis dapat disebabkan berbagai etiologi seperti infeksi bakteri dan virus,
dan jarang penyebab iatrogenik. Pada kasus dimana penyebab dari myelitis
disebabkan oleh infeksi virus ke gray matter medulla spinalis dengan gejala
tulang belakang.
ATM dapat diderita oleh orang dewasa dan anak – anak. ATM memiliki
puncak insidensi yang berbeda yaitu umur : 10-19 dan 30-39 tahun. Ini
menunjukkan tidak ada faktor predileksi seperti : ras, familial atau jenis
40
ATM terjadi karena berbagai etiologi seperti infeksi langsung oleh virus ,
Hingga saat ini, para peneliti tidak dapat menentukan secara pasti penyebab
ATM. Satu teori utama yang menyebabkan ATM adalah imun memediasi
ATM terjadi secara akut (terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari)
atau subakut (terjadi dalam satu atau dua minggu). Gejala umum yang
riwayat medis, tinjauan sistem medis, sosial serta riwayat perjalanan, dan
Plasma exchange diberikan bagi pasien yang tidak berespon pada pemberian
kortikosteroid.
belakang (anterior horn cells of the spinal cord) dan batang otak (brain
41
Poliomielitis terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1. Poliomielitis asimtomatis,
Penyebab polio adalah virus polio. Penularan virus terjadi melalui secara
42
BAB VI
PENUTUP
Saran
karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam dari praktisi kesehatan
tepat dan cepat dapat segera dilaksanakan. Masih diperlukan pembahasan lebih
DAFTAR PUSTAKA
43
4. Muzaffer Keklik, Leylagul Kaynar, Afra Yildirim, et al. An Acute
Transverse Myelitis Attack after Total Body Irradiation: A Rare Case. Case
Reports in Hematology. 2013.
8. Douglas Kerr. The history of TM : The Origins Of The Name And The
Identification Of The Disease. The transverse myelitis association. 2013.
11. Amer Awad and olaf Stuve. Idiopathic transverse myelitis and
neuromyelitis optica : clinical profiles, pathofisiology ang therapeutic
choices. Current neuropharmacology.2001:9; 417-428.
15. The late effects of Polio. Information for general practitioners. 2001.
16. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Our Progress Against
Polio. 2013.
44
45